Hasan Kasule
KEMATIAN
( Al mawt, Al mamaat)
Akhmad Edy Purwoko
Sifat Kematian
Al quran menggunakan beberapa istilah untuk merujuk mengenai kemataian
(seperti gharg, halaaq, mawt, wafat, firaaq), merupakan kelanjutan siklus kehidupan
meliputi hidup dan mati. Hidup timbul dari kematian, dan sifat buruk meliputi berbagai
hal (ikhraj al hayat mina al mawt, 3:27, 6:95, 10:31). Bahan tidak hidup dalam bentuk
atom dan molekul menjadi dasar komponen fisik kehidupan manusia. Mereka akhirnya
kembali ke alam tidak hidup mereka ketika manusia dikeluarkan atau pada kematian.
Apabila anda mempelajari ekosistem dan rantai makanan, anda akan menginsafi bahwa
kehidupan beberapa benda hidup adalah ditopang oleh kematian yang lain. Proses
1
tersebut merupakan kelanjutan daur ulang antara bahan organik dan anorganik yang
berarti pula daur ulang antara bahan-bahan organic dan kehidupan.
Semua manusia akan berakhir dengan kematian (hatmiyat al mawt, shumuliyat al
mawt)(p. 1156-7, 3:154,168,185; 4:78,10; 21:35; 23:15; 29:57; 39:30; 55:26). Tanpa
kecuali apakah sekarang atau lain waktu di hari yang akan datang. Bahkan nabipun harus
menemui kematian (p 1157; 3:114; 19:15,33; 21:34; 34:14; 39:30; 3:168,185; 4:78,10;
21:35; 23:15; 29:57; 55:26). Semua kematian adalah karena seijin Allah (p 1258; 3:145).
Kematian dapat bersifat permanen (mawt) atau sementara (nawm). Kematian
permanen adalah kematian irreversibel sampai hari penghidupan kembali. Al Quran
telah menerangkan tidur sebagai suatu bentuk kematian, pada kasus ini bersifat reversibel
dan sementara. Binatang amfibi dapat melakukan tidur di musim dingin untuk jangka
waktu yang lama ketika metabolisme tubuhnya direduksi sampai kondisi minimum yang
diperlukan untuk memelihara kehidupan. Mereka dapat hidup kembali dan memulai
aktifitas normal pada keadaan iklim yang memungkinkan. Penelitian kedokteran telah
meneliti fenomena kematian sementara dan bagaimana fenomena tersebut dapat
melemparkan penerang pada fenomena kematian kematian permanen. Pada beberapa
kasus orang melewati sebegitu jauh pada waktu selama tidurnya (1258; 39:42).
Kematian tidak akan dapat dielakkan (hatmiyat al mawt). Berusaha menghindari
kematian akanlah sia-sia (istihalat dafu al mawt) (p:1154; 3:154,156,163; 4:78; 33:16;
62:8). Kematian mengejar manusia, lihaaq al mawt bi al insaan. Kematian tidak dapat di
cegah, istihalat mani al mawt, dengan usaha sekeras apapun oleh manusia. Kematian
akan mendatangi semua manusia dan semua benda hidup (shumuul al mawt kulla shayi)
(p:1156; 73:154; 5:26). Konsep kematian juga meliputi benda-benda tak hidup misalnya
Al Quran membicarakan tentang kematian bumi (mawt al ardh) (p1153; 2:164; 7:57;
16:65; 25:49; 29:63; 30:19,24,50; 35:9; 36:33; 43:11; 45:5; 50: 11; 57:17).
Kematian manusia mempunyai tujuan akhir, setiap manusia hanya mempunyai
satu kali kematian, tidak ada reinkarnasi, tetapi ada penghidupan kembali di hari
kemudian. Tidak akan ada yang melebihi kematian setelah hari keputusan/hisab/kiamat,
semua akan menjadi kehidupan yang kekal/abadi setelah hari keputusan tersebut (p:1150;
14:17; 20:74; 35:36; 44:56; 87:13).
2
Kematian dapat dilihat sebagai peristiwa transisional/peralihan (seperti mengendarai
kendaraan lewat suatu jalan lintasan). Kematian adalah peralihan ke kehidupan setelah
mati.
Kehidupan setelah mati adalah merupakan suatu bentuk kehidupan yang lain
setelah satu-satunya kehidupan di bumi (al hayat badal al mawt) (p:1155-6;
2:28,56,73,154,243,259,260; 3:49,169; 5:110, 6:36,122; 7:25,40,57; 11:7; 16:21,38;
19:15,33,66; 22:66; 23:35,37,82; 26:81; 30:40,50; 36:12; 37:16,53; 41:39; 42:9; 44:35;
45:26; 46:33; 50:3; 56:47; 80:21-22).
Kehidupan dihari kemudian adalah kehidupan yang lebih baik daripada kehidupan
di bumi. Oleh karena itu kematian dapat merupakan suatu peristiwa sambutan selamat
datang bagi orang-orang yang baik yang melihat jauh ke depan pada suatu kehidupan
yang lebih baik di masa yang akan datang. Kematian yang baik adalah kematian dalam
islam ( al mawt ala al islam) (p:1157; 2:132; 3:102). Kematian bagi orang yang tidak
percaya (kufr) adalah kematian yang buruk (al mawt ala al kufr) (p:1156-7; 2:161,217;
3:91; 4:18; 9:55,85,125; 47:34). Kematian yang terbaik adalah kematian ketika berjuang
di jalan Allah (al mawt fisabilillah) (p:1156; 4:100; 22:58; 33:23).
Semua manusia berusaha keras (selama hidup) dan berhenti dengan kematian
(intiha alamal bi al mawt, inqitau al amal bi al mawt) (p:839,1154; 4:18;6:27,28; 7:53;
23:91-100, 107-108; 32:12; 35:37; 63:10; 99:7-8). Di sana hanya ada 3 pengecualian:
anak cucu yang saleh/salehah (berbudi luhur) yang mendoakan kedua orang tuanya
(waladu salihu yadu lahu), ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi orang lain (al ilm
yuntafau bihi) dan amal yang memberi keuntungan terus menerus ( sadaqah jariah).
Kematian diikuti pertanyaan dan hukuman di alam kubur (qabr). Alam barzakh
adalah fase peralihan antara kehidupan di bumi dan kehidupan di hari kemudian.
Pada hari terakhir (kiamat) manusia akan dihidupkan kembali untuk hidup
(baath, ihya al mawt, al hayat bada al mawt). Al Quran belum memberikan rincian
tentang kehidupan ini apakah akan secara pasti seperti kehidupan di bumi atau disana
akan ada berbagai perbedaan. Al Quran menyatakan dengan jelas bahwa kehidupan
tersebut akan berupa kehidupan fisik dengan tubuh fisik. Pada saat penghidupan kembali,
orang-orang akan dikumpulkan, semua generasi dan semua area geografik secara
bersama-sama (al hasr bada al mawt). Barang siapa yang selama kehidupan di dunia
3
melakukan perbuatan melampaui batas akan dihukum di dalam neraka selama batas
waktu tertentu dengan pengecualian bagi mereka yang melakukan syirk mereka akan
dihukum/dikutuk untuk tinggal di dalam neraka selama-lamanya. Surga (jannah) akan
menjadi tempat tinggal yang permanen bagi orang yang berbudi luhur, disana tidak akan
ada kematian lebih lanjut di hari kemudian (p:1158; 14:17; 20:74; 35:36; 44:56; 87:13).
Kematian adalah ujian bagi manusia (p:829; 67:2).Ujian untuk dimatikan adalah
menyadari/menginsyafi kematian dan persiapan untuknya dengan mengerjakan pekerjaan
yang baik, amal hasan. Bagi sanak famili dan satu-satunya yang dicintai kematian adalah
suatu malapetaka yang membangunkan sabar dan kesabaran.
4
musibah , musibat al mawt (5:106). Cobaan ini meliputi keduanya yakni bagi orang yang
meninggal dan sanak famili beserta teman yang ditinggalkan di belakangnya. Kematian
adalah suatu musibah bagi sanak famili, teman-teman dan masyarakat tetapi tidak bagi
yang mengalami kematian itu sendiri (musibat al mawt). Apabila ia baik maka ia pergi
lebih awal kepada Tuhannya, dan apabila ia orang yang buruk maka ia tidak mempunyai
waktu lagi untuk mengerjakan perbuatan buruk. Namun demikian mungkin ia telah
berbuat tobat dan memperbaiki keadaan dari kehidupannya yang lebih lama dilaluinya.
Proses Kematian
Sel-sel manusia menunjukkan proses penuaan dan proses metabolic yang semakin
melemah seiring dengan pertambahan umur. Oleh karena itu manusia mempunyai kedua
proses degenerasi dan regenerasi pada waktu yang sama. Kematian menguasainya ketika
kekuatan degenerasi telah diatas kemapuan regenerasi. Kematian akan terjadi dan tidak
dapat dielakkan. Apa saja factor-faktor penyebab yang diketahui secara aktual
berhubungan dengan kematian? Faktor-faktor yang diketahui barangkali trauma, infeksi,
kegagalan metabolic, dan neoplasma. Manusia mungkin tidak dapat menentukan dengan
pasti penyebab kematian secara langsung pada beberapa kasus. Kematian dan
kejadiannya adalah berada di tangan Allah, taqdir al mawt mina al llaah (2:243,258;
3:27,145,156; 6:95,162; 7:158; 9:116; 10:31,56; 15:23; 222:66; 23:80; 25:3; 26:81; :
30:19,40; 39:42; 40:11,68; 44:8; 45:26; 53:44; 56:60; 57:2; 67:2; 76:28) Proses kematian
adalah panjang dimulai penyebab yang diketahui manusia seperti infeksi atau trauma.
Tubuh secara progressif mengalami kegagalan sampai dicapai suatu titik tidak dapat
kembali lagi yaitu suatu saat ketika malaikat mengambil ruh (qabdh al ruh) sehingga
memisahkan esensi ruh tersebut dari tubuh ( al malaika wa qabdh al arwah, malak al
mawt (p:1145; 4:97; 6:61; 7:37; 8:50; 16:28,32; 32:11; 47:27). Al Quran
menggambarkan proses kematian menggunakan terminologi seperti sakrat al mawt
(p:1156; 6:93; 33:19; 47:20; 50:19; 56:83-85; 75:26-30; 79:1), ghashiyat al mawt
(p:1157; 33:19; 47:20) dan ghamrat al mawt (p:1157; 6:93).
5
Kriteria Kematian
Secara umum kematian didefinisikan sebagai pengurangan yang irreversibel
fungsi organisme yang terintegrasi secara keseluruhan. Sebagian besar sejarah manusia
telah mendefinisikan kematian lebih secara subyektif dengan sedikit perhatian yang telah
diberikan terhadap kriteria obyektif. Dahulu belum ada undang-undang atau keperluan
praktis bagi penentuan diagnosis awal untuk pembuatan surat keterangan kematian.
Kriteria kematian paling awal yang digunakan manusia adalah berhentinya pernafasan. Al
Quran dan sunnah menerangkan kematian kebanyakan dalam terminologi kegagalan
pernafasan, kemudian kegagalan sirkulasi sebagai ketiadaan detak jantung atau denyut
nadi juga digunakan. Ketidak sadaran adalah kriteria lain yang juga digunakan dan
merupakan kriteria yang berhubungan dengan otak.
Perkembangan teknologi di bagian perawatan intensif telah mengaburkan batas-
batas antara kehidupan dan kematian yang telah diambil untuk menentukan sebelumnya.
Beberapa orang dengan kematian otak dapat dipelihara secara jelas hidup pada respirator
buatan. Peningkatan dalam teknologi transplantasi telah memberikan momentum
perlunya perkembangan kriteria kematian yang baru. Kriteria baru tersebut diperlukan
karena organ harus diambil seawal mungkin dalam proses kematian untuk mencegah
degenerasi lebih lanjut.
Kematian otak benar-benar merupakan suatu peristiwa awal dan pertama kali
diusulkan sebagai criteria kematian oleh komite ad hoc fakultas Harvard yang
mendefinisikan ulang kematian sebagai kematian otak pada tahun 1968. Penggunaan
kematian otak sebagai suatu kriteria membangkitkan permasalahan etika dan hukum
karena dalam kasus kematian otak beberapa organ lain dan fungsi kehidupan masih
berlangsung/hidup. Timbul juga kontroversi tentang definisi kematian otak sebagai
entitas secara patologik. Terjadi kontroversi apakah telah terjadi kematian otak secara
keseluruhan atau bagian khusus dari otak. Kontroversi tersebut belum memungkinkan
untuk menyetujui dalam bentuk apa kematian otak yang irreversibel. Belum ada
persesuaian apakah kriteria yang digunakan untuk orang tua dapat digunakan untuk anak.
Kematian otak ditaksir secara klinik dan dengan menggunakan laboratorium serta
pengukuran aktivitas listrik. Secara klinik kematian otak ditunjukkan dengan: ketiadaan
refleks pupil, dilatasi pupil, ketiadaan refleks kornea, ketiadaan (gerak bola mata,
6
respirasi spontan, refleks cephalic, respon gerak terhadap nyeri), ketiadaan refleks (batuk
dan menelan). Kriteria klinik dipertimbangkan kurang akurat dibanding pengukuran
laboratorium. Kriteria klinik kadang-kadang juga terlambat untuk tujuan menyatakan
kematian yang memungkinkan pengambilan organ untuk transplantasi .
Pengukuran laboratorium dipertimbangkan untuk mengkonfirmasi, meliputi:
pengukuran elektrokardiogram, elektroretinografi, analisa gas darah otak, angiografi otak
untuk menunjukkan berhentinya sirkulasi otak, fluoroskopi retina, pengukuran respon
pendengaran dari batang otak, dan refleks orbicularis okuli.