Anda di halaman 1dari 12

Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS)

Kelapa Sawit
September 10, 2011 5 Komentar

1. PENDAHULUAN

Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu tanaman penghasil produksi (buah/bunch) yang
tonase per ha dan per tahunnya sangat tinggi dibandingkan dengan tanaman-tanaman lain
(dapat mencapai 35 ton TBS/ha/tahun). Oleh karena itu organisasi atau pekerjaan transportasi
di perkebunan kelapa sawit adalah salah satu pekerjaan yang terpenting/utama.

Pada umumnya pengangkutan buah menggunakan kendaraan truk (dump truck atau light
truck). Namun pada beberapa kasus (terutama kebun di areal gambut) pengangkutan buah ada
yang menggunakan lori yang ditarik oleh lokomotif langsung dari blok-blok ke pabrik.
Beberapa kebun kendaraan pengangkutan buah disediakan sendiri. Namun ada juga kebun-
kebun yang menggunakan kendaraan sewa seluruhnya untuk pengangkutan buah
(pengangkutan oleh kontraktor).

Transport buah (Fruit Fresh Bunches = FFB) merupakan mata rantai dari 3 (tiga) mata rantai
yang terpenting dan saling mempengaruhi yaitu Panen, Angkut dan Olah atau disingkat PAO,
seperti gambar berikut :

Dalam ketiga rangkaian tersebut tidak boleh ada yang tidak sinkron. Pada saat akan panen
harus sudah ditaksasi dari jumlah tandan buah segar (TBS)-nya sehingga sudah dapat
dihitung kebutuhan angkutannya dan juga sudah dapat memperkirakan pengolahan hari
besoknya.

Ada 4 (empat) hal yang menjadi sasaran kelancaran transport FFB yaitu :

Menjaga agar ALB (Asam Lemak Bebas) produksi harian 2-3%


Kapasitas atau kelancaran pengolahan di pabrik
Keamanan TBS di lapangan
Cost (Rp/Kg TBS) transport yang minimal

2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN TRANSPORT FFB

2.1. ORGANISASI PANEN

Rotasi panen dijaga antara 6-7 hari, sehingga persentase brondolan terhadap janjang
maksimum 7-9%. Hal ini perlu agar jangan terlampau banyak waktu yang dibutuhkan untuk
mengangkat brondolan dari TPH ke kendaraan.

Buah harus diletakkan oleh karyawan potong buah di TPH yang telah ditentukan
(bernomor). Interval TPH ialah : tiap 3 (tiga) jalan pikul ada 1 (satu) TPH., seperti contoh
pada Ilustrasi Gambar-1.
Panen dalam setiap hari agar diusahakan terkonsentrasi, jangan terpencar-pencar dari satu
mandoran dengan mandoran yang lain. Dan juga arah majunya dari satu ancak ke ancak yang
lain diusahakan menurut atau melawan arah putaran jarum jam. Kedua aspek ini perlu dalam
rangka efisiensi.

Harus dihindari adanya potongan-potongan ancak panen di suatu mandoran, artinya


diusahakan agar 1 (satu) ancak selesai dipotong dalam 1 (satu) hari.

Sesudah selesai dipotong satu jalan pikul, karyawan panen harus langsung
mengeluarkannya ke TPH. Hal ini perlu agar transport buah sudah dapat dimulai paling
lambat jam 08.30 setiap hari. Oleh karena itu, kerani buah harus secepatnya memeriksa dan
menerima buah.

Realisasi tonase buah yang dipanen setiap hari harus hampir sama dengan tonase taksasi
buah yang dibuat kemarin sorenya. Hal ini diperlukan untuk penentuan jumlah kendaraan
yang akan disediakan.

Panen hari Minggu sebaiknya dihindari untuk memberi kesempatan waktu untuk reparasi
alat-alat transport dan kesempatan istirahat kepada supir dan kenek.

2.2. BENTUK/POLA JALAN DI DALAM KEBUN

Sedapat mungkin harus diusahakan lurus dan jarak antara pasar buah maksimum 300 m
(33 pokok).

Jalan-jalan buntu (tidak tembus) diminimalkan dan sebaiknya tidak ada.

Di areal berbukit diusahakan jalan dibangun di kaki bukit bukan diatas bukit

2.3. KONDISI/PERAWATAN JALAN

Faktor utama kelancaran transport ialah kondisi/perawatan jalan. Masih banyak staf
lapangan beranggapan bahwa apabila tidak lancar transport FFB maka perlu penambahan alat
transport, padahal kapasitas per unit alat transportnya masih jauh dibawah kapasitas
standarnya. Penyebab utama dari keadaan tersebut ialah kondisi jalan yang tidak memadai.

Merupakan suatu gejala umum di perkebunan selama ini yaitu Road Greader yang disediakan
perusahaan banyak digunakan untuk menarik kendaraan yang amblas oleh karena kerusakan
jalan. Sebaiknya pemanfaatan Road Greader yang demikian harus dihindari atau ditiadakan.
Road Greader hanya untuk membentuk dan merawat jalan.

Perawatan jalan dengan batu terutama dengan batu padas sebaiknya diminimalkan, karena
batu padas yang menonjol sering merusakkan ban dan gardan kendaraan (truk dan jeep). Juga
perawatan jalan yang telah diberi batu padas sering mengalami kesulitan apabila dirawat lagi
dengan Road Greader. Salah satu penyebab seringnya terjadi kerusakan Road Greader adalah
karena batu padas yang ada di jalan.

2.4. JENIS DAN TIPE ALAT TRANSPORT


Pemilihan jenis atau tipe alat transport yang akan dipakai di suatu perkebunan didasari oleh
faktor jarak afdeling/blok dengan pabrik, seperti :

Jarak Afd/blok Pabrik (km)

a. Langsung ke pabrik
b.Tidak langsung (stop over di loading ramp Afdeling)

Jenis/Tipe Kendaraan Kapasitas (ton/hari)


24 Langsung Truck biasa
(kapasitas 7 10 ton) Tergantung jarak ke pabrik

2.5. KONDSI/PERAWATAN ALAT-ALAT TRANSPORT

Perawatan alat-alat transport di banyak perusahaan perkebunan masih termasuk titik lemah.
Banyak faktor penyebabnya, tetapi salah satu penyebab utama ialah kurangnya pengetahuan
teknik dari para staf terutama asisten lapangan.

Aspek-aspek yang kurang mendapat perhatian ialah :

Lemahnya pengetahuan tehnis karyawan di bengkel


Kurang disiplin jadwal doorsmer
Muatan kendaraan (tonase) yang berlebihan
Pengetahuan tehnis para supir yang minim
Kondisi pasar yang tidak memadai
Transport FFB yang sampai larut malam
Sistim premi transport yang kurang menarik
Dan lain-lain

2.6. ORGANISASI PENGOPERASIAN ALAT-ALAT TRANSPORT

Perlunya dihayati bahwa penyediaan kendaraan (truk dan wheel tractor) oleh perusahaan di
perkebunan kelapa sawit adalah terutama untuk transport buah (FFB) dan kemudian untuk
angkutan lain-lain.

Apabila semua pekerjaan dikelola dengan baik dan kebun sudah mapan maka persentase
pemakaian kendaraan adalah sebagai berikut :

Angkutan lain (pupuk, karyawan, bibit dan lain-lain) = 20 25 %


Angkutan buah (FFB) = 75 80 %

Oleh karena itu penentuan jumlah kendaraan per afdeling terutama ditentukan jumlah
produksi per hari.

Efisiensi pengoperasian alat-alat transport akan didapat maksimal apabila :

Setiap hari Kepala Afdeling merencanakan tonase produksi dan angkutan lain-lain untuk
besok setiap sore hari. Awas realisasi produksi tidak boleh terlampau jauh menyimpang dari
taksasi, maksimal 2 (dua) %. Hal ini penting dalam rangka penentuan jumlah kendaraan oleh
mandor transport atau Kepala Transport.

Angkutan pupuk dan angkutan lain-lain sudah harus selesai paling lambat jam 08.30
sehingga diatas jam 08.30 kendaraan dikonsentrasikan untuk angkat buah.

Supir dan kenek harus bawa bekal (bontot). Tidak dibenarkan pulang untuk makan dan
minum.

Jadwal doorsmer haus benar-benar dilaksanakan. Untuk hal ini harus tetap tersedia 1-2
unit kendaraan untuk menggantikan kendaraan yang sedang menjalani doorsmer atau
direparasi tersebut. Sebelumnya supir harus mencatat, melaporkan bagian-bagian yang perlu
diperbaiki.

Jangan dibiarkan mentolerir adanya buah restan (tinggal) di lapangan (TPH).

Kapasitas setiap kendaraan harus semaksimal mungkin. Oleh karena itu apabila TBS dari
satu afdeling sudah habis diangkut maka kendaraan harus pindah ke afdeling lain yang
terkendala transportasinya.

Jangan ada pergerakan kendaraan yang tidak efisien.

Pengisian BBM setiap hari harus sudah selesai jam 06.00 atau sore hari pada hari
sebelumnya.

2.7. SISTEM PREMI TRANSPORT

Disusun sedemikian rupa dengan mempertimbangkan :

Jenis/tipe alat transport


Jarak dari afdeling/blok ke loading ramp dan pabrik
Apakah stop over di loading ramp divisi atau tidak.

2.8. KAPASITAS LOADING RAMP DAN KELANCARAN PENGOLAHAN TBS DI


PABRIK

Loading ramp dibangun sedemikian rupa sehingga kapasitasnya tidak sampai menyebabkan
alat-alat transport menunggu untuk menuangkan TBS, terutama sewaktu ada stagnasi
pengolahan di pabrik.

Menurut pengalaman, ada baiknya disediakan loading ramp dan lori dengan kapasitas total
dapat menampung minimal produksi 1 (satu) hari. Tetapi penyediaan loading ramp lebih
ekonomis dari penyediaan lori (cage) karena investasi dan maintenance cage lebih mahal.

Hal diatas perlu dikemukakan sehingga tidak ada restan buah (TBS) di lapangan dan jangan
sampai panen dihentikan sewaktu ada stagnasi pengolahan di pabrik.

3. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENGANGKUTAN BUAH


1. Kapasitas angkut dari truk harus dibatasi yaitu maksimal 5-6 ton/trip (untuk sejenis
kendaraan seperti Mitsubishi PS 100 atau PS 120). Demikian juga jadwal tiba kendaraan truk
ke lokasi panen dan tiba di pabrik harus diatur sedemikian rupa agar operasional kendaraan
optimal dan proses pengolahan di pabrik berjalan lancar.

2. Kendaraan truk harus sudah mulai mengangkut pukul 7.00 pagi dan tandan pertama
diharapkan dapat sampai di pabrik pada pukul 9.00 sedangkan tandan terakhir selambat-
lambatnya pukul 22.00. Setiap kendaraan truk dilayani oleh 2 atau 3 orang tukang muat
bongkar dan 1 orang kerani muat.

3. Tandan diusahakan tidak terbanting dan karung brondolan diletakan disebelah atas. Tandan
busuk dan tandan kosong jangan ikut terangkut ke pabrik serta semua brondolan dipastikan
dimuat ke dalam kendaraan

4. Di pabrik, karung kosong bekas brondolan dikumpulkan dan dikembalikan ke afdeling


yang bersangkutan.

5. TBS yang tercecer (jatuh) di jalan harus dipungut kembali. Apabila diperlukan, TBS di
dalam truk memakai jaring (terutama pada saat perjalanan cukup jauh dan melawati jalan
negara atau kondisi jalan rusak berat).

4. PERHITUNGAN KEBUTUHAN KENDARAAN PENGANGKUTAN BUAH

Untuk menghitung jumlah kebutuhan kendaraan truk pengangkut buah harus memper-
timbangkan produksi buah setahun dan faktor-faktor lain, yaitu :

a. Kondisi jalan dan jembatan


b. Kapasitas truk,
c. Kecepatan kendaraan
d. Jarak lokasi panen
e. Lamanya muat buah di lapangan
f. Lamanya pembongkaran buah di pabrik

Contoh perhitungan :

A. Menentukan lama perjalanan (trip) kendaraan :

Kapasitas angkut kendaraan truk = 5 ton/unit


Lamanya muat buah ke dalam truk = 40 menit
Lamanya bongkar buah di pabrik = 20 menit
Jarak pabrik ke lokasi panen = 20 km
Kecepatan rata-rata kendaraan truk = 40 km/jam

Maka lama perjalanan kendaraan = (40+20 menit)+{(220 km)/40 km/jam}


= 120 menit atau 2 jam

B. Menentukan jumlah trip kendaraan :

Hari kerja kendaraan truk per hari = 10 jam


Maka jumlah trip kendaraan truk = 10 jam/2 x 1 trip
= 5 trip/hari

C. Menentukan jumlah buah diangkut :

Kapasitas angkut kendaraan truk = 5 ton/unit

Maka jumlah buah diangkut ke pabrik = 5 ton x 5 trip/hari


= 25 ton/hari/unit

D. Menentukan jumlah pemanen :

Prestasi pemanen per hari (7 jam) = 700 kg/hari atau


= 100 kg/jam

Maka jumlah buah dipanen 2 jam = 100 kg/jam x 2 jam


= 200 kg
Untuk menyediakan 5 ton buah/2 jam = 5.000 kg/200 kg x 1 pemanen
= 25 pemanen

E. Menentukan luas areal dipanen :

Produksi buah per ha per tahun = 20 ton/ha/tahun


Pusingan panen = 5/7 hari (52 pusingan/tahun)

Maka jumlah buah per pusingan = 20.000 kg/52


= 385 kg
Untuk menyediakan 5 ton buah = 5.000 kg/385 kg x 1 ha
= 12,99 ha atau
Untuk 1 hari kerja truk (10 jam) = 5 x 12,99 ha
= 64,95 ha

F. Menentukan jumlah kendaraan truk :

Luas areal panen (TM) = 600 ha


Pusingan panen = 5/7 hari (52 pusingan/tahun)

Maka luas areal panen per hari = 600 ha/5


= 120 ha
Jumlah truk yang diperlukan = 120 ha/64,95 ha/truk
= 1,85 truk

5. PERHITUNGAN PREMI PENGANGKUTAN BUAH

5.1. FORMULASI PERHITUNGAN PREMI

Perhitungan premi pengangkutan buah tergantung pada beberapa faktor yang berpengaruh
langsung terhadap pengangkutan, yaitu :
a. Jam kerja
b. Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk 1 trip,
c. Kapasitas angkut kendaraan
d. Nilai upah karyawan
e. Prestasi kerja

Rumusnya sebagai berikut :

Keterangan :

P = Jumlah Premi
H = Realisasi Kapasitas per Hari
JK = Jam Kerja
WT = Jumlah Waktu yang Dibutuhkan untuk satu Trip
D = Daya Angkut Kendaraan
JU = Jumlah Upah Regu
PN = Prestasi Normal
NAT = Nilai Angka Traksi
NK = Nilai Kapasitas
C = Faktor Koreksi

Rumus diatas dapat dipakai untuk semua jenis kendaraan dan jenis angkutan umumnya.
Penyesuaian dilakukan dengan memakai angka koreksi, oleh karena itu yang perlu
diperhatikan adalah :

Koreksi menurut jenis kendaraan (k)


Koreksi menurut jenis material yang diangkut (r)
Koreksi menurut besar kecilnya buah yang diangkut (b)
Koreksi menurut situasi dan kondisi khusus setempat (t)

Premi pengangkutan digolongkan menjadi 5 (lima) jenis pengangkutan (koreksi nilai r), yaitu
:

a. Pengangkutan buah
b. Pengangkutan cangkang, tandan kosong, abu, pupuk, kernel, batu, beras
c. Pengangkutan buah dengan lokomotif
d. Pengangkutan penumpang (manusia)
e. Pengangkutan lain-lain

Pengangkutan buah dibagi menjadi 4 (empat) jenis kendaraan sesuai dengan prestasi
normalnya (koreksi k), yaitu :

Kendaraan Tipping Truck (Dump Truck)


Kendaraan Fixed Body Truck (Light Truck)
Kendaraan Tipping Trailer
Kendaraan Fixed Body Trailer

Tiap-tiap angkut buah, disusun 1 (satu) regu pengangkutan yang terdiri dari :
Seorang kepala regu yaitu supir kendaraan tersebut
Seorang kernet juga yang bertugas sebagai pemuat buah
Dua orang pemuat buah dari afdeling yang bersangkutan
Kerani muat ditiadakan dan fungsinya dirangkap oleh supir

Dengan formasi tersebut diatas, premi masing-masing anggota adalah sebagai berikut :

a. Masing-masing tukang muat dari afdeling diberikan premi 1/3 x total premi group (=
dibulatkan 34%)
b. Kernet diberi premi 34% + 4% (sebagai tambahan penghargaan atas pembersihan
kendaraan)
c. Supir mendapat premi :

140% x premi Kernet + premi 2 orang pemuat


= 50%
3

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi minimum untuk semua kendaraan,
dengan berbagai ukuran jarak sudah dapat ditentukan, sehingga rumusnya dapat
disederhanakan menjadi :

Dimana B = 0,8 PN x JK x D. Seperti dikemukakan diatas masih ada faktor koreksi lain yaitu
k, b dan t.

Besar PN pada dasarnya ditentukan oleh WT dan D. Dari hasil pengamatan dapat ditentukan
bahwa PN untuk semua jenis kendaraan berbeda menurut jarak, sebagai berikut :

No Jenis Kendaraan Jarak Ditempuh PP (Km) Singkatan PN (Kg)


Normal x 0,8
1. Fixed Body Truck 10 FB-1 4.750 3.800
2. Fixed Body Truck 11-20 FB-2 4.500 3.600
3. Fixed Body Truck 20 FB-3 4.250 3.400
4. Tipping Truck 10 TT-1 5.500 4.400
5. Tipping Truck 11-20 TT-2 5.000 4.000
6. Tipping Truck 20 TT-3 4.500 3.600
7. Tipping Trailer 10 TR-1 5.000 4.000
8. Tipping Trailer 11-20 TR-2 4.500 3.600
9. Tipping Trailer 20 TR-3 4.000 3.200
10. Fixed Body Trailer 10 FT-1 4.000 3.200
11. Fixed Body Trailer 11-20 FT-2 3.650 2.900
12. Fixed Body Trailer 20 FT-3 3.400 2.700

Untuk memudahkan perhitungan, kemudian disusun koreksi nilai k dengan dasar FB-1 = 1

Jenis & Jarak FB1 FB2 FB3 TT1 TT2 TT3 TR1 TR2 TR3 FT1 FT2 FT3
K 1,00 1,05 1,10 0,86 0,95 1,05 0,95 1,05 1,18 1,20 1,30 1,40

Besar kecilnya buah mempengaruhi PN dan WT. Tandan yang kecil ( 5 kg). Untuk itu diberi
faktor koreksi (b) sebesar 1,25 (angka ini merupakan angka pengamatan).
Setiap kebun mempunyai kondisi jalan, topografi, kondisi kendaraan dan lain-lain yang
berbeda. Oleh karena itu agar karyawan jangan dirugikan, maka perlu faktor koreksi (t).
Angka koreksi ini dapat berkisar antara 0,9 1,1. Angka koreksi ini diajukan tiap tahun oleh
kebun kepada direktur operasi untuk disyahkan atau mendapat persetujuan.

Untuk lebih memotivasi karyawan agar bekerja lebih baik, maka perlu diberi tambahan
penghargaan khususnya bagi yang prestasinya semakin meningkat. Penghargaan ini disebut
Nilai Kapasitas (NK). Jadi nilainya akan berbeda untuk setiap kapasitas angkut yang berbeda
atau semakin besar hasil yang dapat dicapai maka nilai per satuan akan semakin besar pula.

Setiap kendaraan ditentukan batas prestasi yang diberi penghargaan optimal. Apabila
kendaraan tersebut dapat mengangkut lebih banyak dari batas tersebut maka kendaraan diberi
penghargaan tambahan. Pemberian tambahan penghargaan (NK) tersebut ditetapkan
berdasarkan konsensus yang diatur sebagai berikut :

NILAI KAPASITAS (NK)

Presentasi Kapasitas Terhadap PN (JJ) Nilai Kapasitas (NK)


80 100 1,00
101 125 1,05
125 150 1,10
151 175 1,15
176 200 1,20
201 250 1,17
251 300 1,12
301 350 1,04
>350 1,00

Dengan menggabungkan tabel k dan tabel NK maka dapat disusun k x NK untuk semua
kendaraan seperti daftar berikut :

K APAS I TAS
JENIS NK 80-100 101-125 125-150 151-175 176-200 201-300 251-300 301-350 > 350
KND F 1,00 1,05 1,10 1,15 1,20 1,17 1,12 1,04 1,00

FB1 1.00 1.00 1.05 1.10 1.15 1.20 1.17 1.12 1.04 1.05
FB2 1.05 1.05 1.10 1.15 1.20 1.26 1.22 1.17 1.09 1.05
FB3 1.10 1.10 1.15 1.21 1.26 1.32 1.28 1.23 1.14 1.10

TT1 0.86 0.86 0.90 0.94 0.98 1.03 1.00 0.96 0.89 0.86
TT2 0.95 0.95 0.99 1.04 1.09 1.14 1.11 1.06 1.98 1.95
TT3 1.05 1.05 1.10 1.15 1.20 1.26 1.22 1.17 1.09 1.05

TR1 0.95 0.95 0.99 1.04 1.09 1.14 1.11 1.06 0.98 0.95
TR2 1.05 1.05 1.10 1.15 1.20 1.26 1.22 1.17 1.09 1.05
TR3 1.18 1.18 1.23 1.29 1.35 1.41 1.38 1.32 1.22 1.18

FT1 1.20 1.20 1.26 1.32 1.38 1.44 1.40 1.34 1.24 1.20
FT2 1.30 1.30 1.36 1.43 1.49 1.56 1.52 1.45 1.35 1.30
FT3 1.40 1.40 1.47 1.54 1.61 1.68 1.63 1.56 1.45 1.40
5.2. PERATURAN PELAKSANAAN MASING-MASING JENIS KENDARAAN

A. Syarat-Syarat Kerja

Nilai Tandan Diangkat (NTT)

Tandan afkir tidak boleh diangkat


Tandan busuk harus ditinggalkan dengan hanya mengambil brondolannya saja
Tandan jatuh harus diangkut kembali
Brondolan di TPH harus diangkut bersih
Brondolan dibersihkan sebelum diangkut

Nilai Kendaraan Pengangkutan (NKT)

Kebersihan kendaraan
Stagnasi kendaraan
Ketepatan waktu operasi

B. Cara Pemeriksaan NAT

Setiap kendaraan paling sedikit 4 kali per bulan diperiksa kelayakan operasi oleh mekanik

C. Nilai Pemeriksaan

Apabila nilai NTT dan NKT sudah diketahui, maka NAT dihitung dengan mengambil rata-
rata kedua angka tersebut, sebagai berikut :

Contoh Soal :

Satu kendaraan FB-1 dalam satu hari bekerja dengan FB-2 hasilnya 8 ton dan dengan
kendaraan FB-3 hasilnya 7 ton, dimana 3 ton diantaranya dari tanaman muda (tandan 5 kg).
Afdeling tempat bekerja dengan t = 0,95.

NAT = 98%
Upah supir = Rp 750,- per hari
Upah KHUM = Rp 659,- hari

Perhitungan premi sebagai berikut :

8 2.700
P1 = [8.000 { x 3 x 3.800}] x 1,10 x 0,95 x 1,00 x x 0,98
15 3.400

= [8.000 6.080] x 1,10 x 0,95 x 1 x 0,71 x 0,98

= Rp 1.382,-
4 2.700
P2 = [4.000 { x 3 x 3.400}] x 1,21 x 0,95 x 1,00 x x 0,98
15 3.800

= [4.000 2.720] x 1,21 x 0,95 x 1 x 0,71 x 0,98

= Rp 1.126,-

4 2.700
P3 = [3.000 { x 3 x 3.400}] x 1,21 x 0,95 x 1,25 x x 0,98
15 3.800

= [3.000 2.720] x 1,21 x 0,95 x 1,25 x 0,71 x 0,98

= Rp 1.056,-

P = P1 + P2 + P3
= Rp 3.564,-

34
Premi tukang muat = x Rp 3.564,-
156

= Rp 777,-

38
Premi kernet truk = x Rp 3.564,-
156

= Rp 868,-

50
Premi supir truk = x Rp 3.564,-
156

= Rp 1.142,-

Premi pengangkutan brondolan kelapa sawit dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Atau : 2 x harga angkut TBS

Keterangan : P = Jumlah group


H = Hasil per hari group
B = Basis premi group
k = Sesuai tabel berdasar jenis kendaraan dan jarak
b = Angka koreksi muat berdasarkan besar kecilnya buah
t = Angka koreksi kondisi, topografi, jalan
JU = Jumlah upah sehari group
PN = Prestasi kapasitas
NAT = Nilai Angka Traksi
NILAI PEMERIKSAAN (NAT)

KATAGORI NILAI MACAM KESALAHAN VOLUME KESALAHAN DENDA YANG


DIBERIKAN
1. NILAI TANDAN DIANGKUT 1. BUAH AFKIR 0 TANDAN 0 %
1 TANDAN 1 %
2 TANDAN 3 %
3 TANDAN 6 %
4 TANDAN 10 %
2. BUAH BUSUK 0 TANDAN 0 %
1 TANDAN 1 %
2 TANDAN 3 %
3 TANDAN 6 %
4 TANDAN 10 %
3. TANDAN JATUH 0 TANDAN 0 %
1 TANDAN 1 %
2 TANDAN 3 %
3 TANDAN 6 %
4 TANDAN 10 %
4. RATA-RATA BRONDOLAN TINGGAL DI TPH 0 3 0 %
1 10 1 %
11 20 3 %
21 30 6 %
> 30 10 %
5. KEBERSIHAN BRONDOLAN BAIK 0 %
SEDANG 1 %
JELEK 3 %
II. NILAI KENDARAAN PENGANGKUT (NKT) 6. KEBERSIHAN KENDARAAN BAIK
0%
SEDANG 1 %
JELEK 3 %
7. KETERLAMBATAN OPERASI DI AFDELING 0 15 menit 0 %
16 30 menit 1 %
> 30 menit 3 %
8. STAGNASI KENDARAAN 10 % 0 %
10 25 % 1 %
> 25 % 3 %

Anda mungkin juga menyukai