Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

KESUBURAN TANAH

PEMBERIAN KAPUR DOLOMIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN


HASIL KANGKUNG (..) DI TANAH GAMBUT

OLEH :
................................................

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2014
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..
DAFTAR ISI..
DAFTAR TABEL..................
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
B. Permasalahan...
C. Tujuan..
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambut
B. Dolomit...
C. Kangkung
1. Sistematika....
2. Syarat Tumbuh..
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Tempat dan Waktu.
B. Bahan dan Alat...
C. Metode Praktikum..
D. Cara Kerja...
E. Parameter Yang Diamati
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. pH tanah awal dan pH tanah setelah inkubasi.
2. Tinggi Tanaman per minggu.................................................................
3. Diameter batang.....................................................................................
4. Berat Basah
B. Pembahasan..
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan..
B. Saran..

LAMPIRAN
I. Perhitungan Kapur....................
II. Perhitungan Pupuk......................
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lahan gambut berperan penting bagi kesejahteraan manusia sebagai penghasil
ikan, hasil hutan non kayu, carbon sink, sebagai penahan banjir, pemasok air,
berbagai proses biokimia yang berhubungan dengan air, mengandung plasma nutfah
yang bermanfaat (sumber karbohidrat, protein, minyak dan antibiotik).
Pengembangan lahan gambut untuk pertanian telah dimulai sejak kolonial.
Masyarakat Bugis, Banjar, Cina, Melayu telah mampu mengembangkan pertanian
secara berkelanjutan dengan teknik sederhana dengan skala kecil.

Pengembangan lahan gambut dengan skala besar dilakukan oleh pemerintah


sejak tahun 1970 an yang dikaitkan dengan program transmigrasi. Pemanfaatan lahan
gambut dapat dijadikan lahan alternatif untuk pengembangan pertanian, meskipun
perlu pengelolaan yang tepat, dukungan kelembagaan yang baik dan profesional serta
pemantauan secara terus menerus. Potensi lahan gambut di Indonesia cukup luas
diperkirakan antara 17,4 20 juta hektar yang tersebardi wilayah Pulau Kalimantan,
Sumatera dan sebagian di Papua. Pemanfaatan lahan gambut untuk pertanian
dimaksudkan menghilangkan kelebihan air permukaan dan air dibawah permukaan
serta mengendalikan muka air tanah.

Pemanfaatan lahan gambut untuk pertanian melalui reklamasi dari hutan rawa
gambut (peat swamp forest) mengakibatkan perubahan ekosistem alami (gambut
sebagai restorasi dan konservasi air) menjadi ekosistem lahan pertanian mempunyai
konsekuensi perubahan sifat bawaan (inherent) seperti biofisk dan kimia gambut dan
lingkungan. Banyak dan beragam kendala yang dihadapi dalam pengembangan lahan
rawa ini baik teknis, sosial, ekonomi maupun budaya. Masalah teknis utama
termasuk adalah pengelolaan lahan dan air.

B. Permasalahan
C. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pengapuran
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kangkung pada tanah gambut
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambut
Bahan induk pembentuk tanah adalah bahan organik hasil akumulasi bagian
bagian tanaman hutan hujan tropika. Gambut tropika mumnya berukuran kasar
sekasar batang, dahan dan ranting tumbuhan, sehubungan hal itu maka penetapan
karakteristikgambut dengan metode konvensonal menjadi bias. Tanah gambut
umumnya terbentuk karena kondisi jenuh air atau karena temperatur yang rendah,
sehingga proses dekomposisi berlangsung nisbi lambat dibanding proses akumulasi.
Tanah ganbut terbentuk dari endapan bahan organik sedenter (pengendapan
setempat) yang berasal dari sisa jaringan tumbuhan yang menumbuhi dataran rawa
dengan ketebalan bervariasi, tergantung keadaan topografi/tanah mineral di
bawahnya. Bahan dasar penyusun tanah gambut didominasi oleh lignin dengan
lingkungan yang kahat oksigen, sehingga proses dekomposisi bahan organiknya
lambat. Sifat fisika tanah gambut, khususnya hidrolikanya ditentukan oleh tingkat
pelapukan bahan organiknya. Pengelompokan tanah gambut berdasarkan tingkat
dekompoisi bahan organik dan berat volume menghasilkan tiga macam tanah
gambut,yakni fibrik, hemik, dan saprik. Pengendalian drainase lahan gambut,
dimaksudkan untuk mencegah terjadinya oksidasi gambut sehingga dapat
menurunkan dekomposisi gambut. Hal ini dapat dimungkinkan dengan
penggenangan, menghindari pengusikan (distrubance) dan mengatur tinggi
permukaan air tanah (ground water level) di daerah rhizosfer. Drainase gambut harus
didekati dengan perspektif total pengelolaan air yaitu dengan meminimalisir
stress lengas tanah

B. Dolomit
Dolomit adalah pupuk yang memiliki kandungan hara Kalsium (CaO) dan
Magnesium (MgO) tinggidan sangat bermanfaat untuk pengapuran tanah masam dan
dan juga srbagai pupuk bagi tanah dan tanaman yang berfungsi menyuplai unsur
Kalsium (CaO) dan Magnesium (MgO) untuk kebutuhan tanaman.
Kebanyakan petani hanya mengetahui fungsi dolomit adalah untuk menetralkan pH
tanah dan tidak mengetahui fungsi lain dari dolomit adalah sebagai pupuk bagi
tanaman. Seperti yang dikatakan di atas bahwa dolomit mengandung unsur hara Mg
dan Ca yang juga dibutuhkan oleh tanaman dengan beberapa manfaatnya sehingga
jika kekurangan kedua hara tersebut akan mengakibatkan beberapa efek bagi
tanaman. Sehingga pemberian dolomit pada tanaman akan mengatasi kekurangan
unsur hara Ca dan Mg tersebut. Secara keseluruhan manfaat dolomit yang mengandu
ng hara Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) adalah :

Mengoreksi keasaman tanah agar sesuai dengan pH yang diperlukan tanaman


Menetralisir kejenuhan zat - zat yang meracuni tanah, tanaman, bilamana zat tersebut
berlebihan seperti zat Al (alumunium), Fe (zat besi), Cu (Tembaga)
Meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyerapan zat - zat hara yang sudah ada
dalam tanah baik yang berasal dari bahan organik maupun pemberian pupuk lainnya
seperti Urea, TSP dan Kcl
Menjaga tingkat ketersediaan unsur hara mikro sesuai kebutuhan tanaman. Artinya
dengan Kalsium (CaO) dan Magnesium (MgO) yang cukup unsur mikropun
memadai
Memperbaiki porositas tanah, struktur serta aerasi tanah sekaligus bermanfaat bagi
mikrobiologi dan kimiawi tanah sehingga tanah menjadi gembur, sirkulasi udara
dalam tanah lancar dan menjadikan akar semai bebas bergerak menghisap unsur hara
dari tanah
Aktifator berbagai jenis enzim tanaman, merangsang pembentukan senyawa lemak
dan minyak, serta karbohidrat
Membantu translokasi pati dan distribusi phospor didalam tubuh tanaman
Unsur pembentuk warna daun (Klorofil), sehingga tercipta hijau daun yang sempurna
Gejala kekurangan Kalsium (CaO) dan Magnesium (MgO) :

Pada tanaman penghasil biji-bijian akan menghasilkan biji lemah, keriput, dan
kempes tidak berisi
Kuncup bunga dan buah busuk dan akhirnya akan gugur
Matinya titik tumbuh pada pucuk dan akar tanaman
Tepi daun muda mengalami klorosis lalu menjalar ketulang daun, kuncup tanaman
atau tunas muda mati
Pada daun tua tampak bercak coklat, lalu menguning, mengering lalu mati
Dampak dan kerugian kekurangan Kalsium dan Magnesium :

Kekurangan Kalsium dan Magnesium dalam tanah, menjadikan tanah bereaksi


masam, mengakibatkan unsur hara lain seperti Phospor dan Kalium terikat sehingga
tak terserap oleh tanaman dengan maksimal, pempukan yang diberikan kurang
efektif dan tidak efisien. produktifitas tanaman menurun rendah dengan mutu hasil
kurang baik. secara ekonomis merugikan karena pendapatan rendah.
Kekurangan Kalsium dan Magnesium akan menaikkan unsur Al (Alumunium), Fe
(zat besi), Mn (mangan), Zn (sen) dan Cu (tembaga), unsur tersebut dalam jumlah
berlebihan akan menjadi racun bagi tanah, mengganggu tanaman, kolam dan tambak
Denutrisi pada tanaman mengakibatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama
dan penyakit menjadi rendah, tanaman mudah terserang hama dan penyakit,
demikian pula dengan udang, ikan dan rumput laut yang berada pada tanah yang
kekurangan Kalsium dan Magnesium

C. Tanaman Kangkung
1. Sistematika
2. Syarat Tumbuh

III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM


A. Tempat dan Waktu

B. Alat dan Bahan


C. Metode Praktikum
D. Cara Kerja

1.Persiapan
2.Penanaman
3. Pemeliharaan
E. Parameter Yang Diamati
Parameter yang diamati dalam praktikum kesuburan tanah ini antara lain :
1. pH tanah setelah inkubasi
2. Tinggi tanaman setiap minggu
3. Diameter Batang pada akhir pengamatan
4. Berat basah pada akhir pengamatan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. pH tanah awal dan pH tanah setelah inkubasi
No Perlakuan pH tanah awal pH tanah
setelah inkubasi
1. Ko = kontrol

2. K1 = 2 t/ha

3. K2 = 4 t/ha

4. K3 = 6 t/ha

5. K4 = 8 t/ha

6. K5 = 10 t/ha

2. Tinggi Tanaman
Minggu ke 1
No Perlakuan Tinggi Kenampakan Visual
tanaman(cm)
1. Ko = kontrol 11,25

2. K1 = 2 t/ha 11,94

3. K2 = 4 t/ha 11,94

4. K3 = 6 t/ha 13,35

5. K4 = 8 t/ha 16,73

6. K5 = 10 t/ha 16,55

No Perlakuan Tinggi Kenampakan Visual


tanaman(cm)

1. Ko = kontrol

2. K1 = 2 t/ha

3. K2 = 4 t/ha

4. K3 = 6 t/ha

5. K4 = 8 t/ha

6. K5 = 10 t/ha

No Perlakuan Tinggi Kenampakan Visual


tanaman(cm)

1. Ko = kontrol

2. K1 = 2 t/ha

3. K2 = 4 t/ha

4. K3 = 6 t/ha

5. K4 = 8 t/ha

6. K5 = 10 t/ha
3. Diameter batang

No Perlakuan Diameter batang (mm)

1. Ko = kontrol

2. K1 = 2 t/ha

3. K2 = 4 t/ha

4. K3 = 6 t/ha

5. K4 = 8 t/ha

6. K5 = 10 t/ha

4. Berat Basah Tanaman

No Perlakuan . Berat basah Tanaman (gram)


1. Ko = kontrol

2. K1 = 2 t/ha

3. K2 = 4 t/ha

4. K3 = 6 t/ha

5. K4 = 8 t/ha

6. K5 = 10 t/ha

5. Table Untuk Semua Kelompok

a. Table tinggi tanaman per kelas

ULANGAN
PERLAKUAN
I II III IV V VI
K0
K1
K2
K3
K4
K5

b. table diameter batang per kelas

ULANGAN
PERLAKUAN
I II III IV V VI
K0
K1
K2
K3
K4
K5

c. table berat basah per kelas

ULANGAN
PERLAKUAN
I II III IV V VI
K0
K1
K2
K3
K4
K5

C. Pembahasan

V. PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai