Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Studi Perbandingan Performansi Generator Sinkron Tiga Phasa Pada Saat Beban
Seimbang dan Tak Seimbang

(Aplikasi Pada Laboratorium Konversi Energi)

Diajukan untuk memenuhi persyaratan


menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada
Departemen Teknik Elektro Sub konsentrasi Energi

Oleh :

DODY PURMADANI

NIM : 120402008

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016
PROPOSAL TUGAS AKHIR

I. JUDUL TUGAS AKHIR

Tugas akhir ini berjudul :

Studi Perbandingan Performansi Generator Sinkron Tiga Phasa Saat Beban Seimbang
dan Tak Seimbang

(Aplikasi Pada Laboratorium Konversi Energi)

II. LATAR BELAKANG MASALAH

Generator sinkron tiga phasa merupakan sumber utama energi yang paling banyak
dipakai di power plant (pembangkit tenaga listrik) maupun didunia industri dan
pertambangan. Generator sinkron biasanya dipakai pada pembangkit pembangkit yang
menggunakan prime mover atau penggerak mula untuk menggerakkan rotor. Mesin jenis ini
merupakan konverter energi terbesar didunia, dimana mesin jenis ini mempunyai prinsip
kerja mengubah energi mekanik menjadi energi listrik.

Generator sinkron baru akan berkerja jika diberikan arus eksitasi, arus searah dialirkan
pada kumparan rotor yang kemudian menghasilkan medan magnet rotor. Rotor dari generator
akan diputar oleh prime mover, menghasilkan medan magnet putar dalam mesin. Pada
geerator juga terdapat kumparan. Medan magnet putar menyebabkan medan magnet yang
melingkupi stator berubah secara kontinu. Perubahan medan magnet secara kontinu
menginduksikan tegangan pada kumparan stator. Tegangan induksi ini akan berbrntuk
sinusoidal dan besarnya tergantung pada kekuatan medan magnet serta kecepatan putaran dari
rotor.

Pembebanan pada generator sinkron tiga phasa akan mempengaruhi kinerja generator
tersebut. Dalam keadaan beban seimbang generator akan berkerja sebagaimana mestinya,
namun bagaimana jika terjadi ketidakseimbangan beban pada salah satu phasa output
generator, pastinya hal ini akan mempengaruhi kinerja generator tersebut.
III. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dari tugas akhir ini yaitu :

1. Performansi generator sinkron tiga phasa pada saat beban dalam keadaan seimbang

2. Performansi generator sinkron tiga phasa saat generator dalam keadaan beban tidak
seimbang.

3. Perbandingan performansi generator sinkron tiga phasa saat generator dalam


keadaan seimbang dan pada saat generator dalam keadaan tidak seimbang.

IV. TUJUAN

Adapun tujuan dari tugas akhir ini yaitu :

1. Mengetahui performansi generator sinkron tiga phasa saat beban dalam keadaan
seimbang dan pada saat beban tidak seimbang.

2. Mengetahui besar efisiensi tertinggi dan terendah generator tiga phasa saat beban
dalam keadaan seimbang dan pada saat beban dalam keadaan tidak seimbang.

V. BATASAN MASALAH

Adapun batasan masalah dalam penelitian tugas akhir ini yaitu :

1. Penelitian menggunakan generator sinkron tiga phasa.

2. Penelitian dilakukan saat generator dalam keadaan beban seimbang dan pada saat
beban tidak seimbang.

3. Penelitian dilakukan di laboratorium dasar konversi


VI. MANFAAT PENULISAN

Manfaat yang diharapkan dari tugas akhir ini yaitu :

1. Sebagai acuan atau pengetahuan praktis mengenai performansi generator tiga fasa
saat beban dalam keadaan seimbang dan pada saat beban tidak seimbang.

2. Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi
penelitian selanjutnya.

VII. TINJAUAN PUSTAKA

VII.1. Generator Sinkron

Generator sinkron mempunyai makna bahwa frekuensi listrik yang


dihasilkannya sinkron dengan putaran mekanis generator tersebut. Rotor generator
sinkron yang diputar dengan penggerak mula (prime mover) yang terdiri dari
belitan medan dengan suplai arus searah akan menghasilkan medan magnet putar
dengan kecepatan dan arah putar yang sama dengan putaran rotor tersebut.

Adapun prinsip kerja dari generator sinkron secara umum adalah sebagai berikut :

1. Kumparan medan yang terdapat pada rotor dihubungkan dengan sumber


eksitasi tertentu yang akan mensuplai arus searah terhadap kumparan medan.
Dengan adanya arus searah yang mengalir melalui kumparan medan maka akan
menimbulkan fluks yang besarnya terhadap waktu.

2. Penggerak mula (prime mover) yang sudah terkopel dengan rotor segera
dioperasikan sehingga rotor akan berputar pada kecepatan nominalnya.

3. Perputaran rotor tersebut sekaligus akan memutar medan magnet yang


dihasilkan oleh kumparan medan. Medan putar yang dihasilkan pada rotor,
akan diinduksikan pada kumparan jangkar sehingga pada kumparan jangkar
yang terletak di stator akan dihasilkan fluks magnetik yang berubah-ubah
besarnya terhadap waktu. Adanya perubahan fluks magnetik yang melingkupi
suatu kumparan akan menimbulkan ggl induksi pada ujung ujung kumparan
tersebut, hal tersebut sesuai dengan persamaan 7.1.

d
e=N (7.1)
dt

Eeff =Cn m (7.2)

Dimana :

Em = ggl induksi maksimum (Volt)

Eeff = ggl induksi efektif (Volt)

N = Jumlah lilitan

E = ggl induksi dalam keadaan transient (Volt)

n = putaran rotor (rpm)

m = fluks magnetik (Weber)

Untuk generator sinkron tiga phasa, digunakan tiga kumparan jangkar yang
ditempatkan di stator yang disusun dalam bentuk tertentu, sehingga kumparan
jangkar yang sedemikian akan membangkitkan tegangan induksi pada ketiga
kumparan jangkar yang besarnya sama tapi berbeda phasa 1200 satu sama lain.

VII.2. Reaksi Jangkar Generator Sinkron

Saat generator sinkron bekerja pada beban nol tidak ada arus yang mengalir
memalui kumparan jangkar (stator), sehingga yang ada pada celah udara hanya
fluksi arus medan rotor. Namun jika generator sinkron diberi beban, arus jangkar
Ia akan mengalir dan membentuk fluksi jangkar. Fluksi jangkar ini kemudian
mempengaruhi fluksi arus medan dan akhirnya menyebabkan berubahnya harga
tegangan terminal generator sinkron. Reaksi ini kemudian dikenal dengan sebagai
reaksi jangkar. Model reaksi jangkar tampak pada gambar 7.1.
Pengaruh yang ditimbulkan oleh fluksi jangar dapat berupa distorsi, penguatan
(magnetising), maupun pelemahan (demagnetising) fluksi arus medan pada celah
udara. Perbedaan pengaruh yang ditimbulkan flusi jangkar tergantung kepada
beban dan faktor daya beban, yaitu :

=
a. Untuk beban resistif ( 1)
cos

Pengaruh fluksi jangkar medan hanyalah sebatas mendistorsinya saja tanpa


mempengaruhi kekuatannya (cross magnetising).

=
b. Untuk beban induktif murni ( 0 lag)
cos

Arus akan tertinggal sebesar 90% dari tegangan. Fluksi yang dihasilkan
oleh arus akan melawan fluksi arus medan. Dengan kata lain reaksi
jangkar akan demagnetising artinya mempengaruhi reaksi jangkar akan
melemahkan fluksi arus medan.

=
c. Untuk beban kapasitif murni ( 0 lead)
cos

Arus akan mendahului tegangan sebesar 900 . Fluksi yang dihasilkan


akan searah dengan fluksi medan sehingga reaksi jangkar yang terjadi akan
magnetising artinya pengaruh reaksi jangkar akan menguatkan fluksi arus
medan.

d. Untuk beban tidak murni ( induktif/kapasitif )

Penngaruh reaksi jangkar akan menjadi sebagian magnetising dan sebagian


demagnetising. Saat beban adalah kapasitif, maka reaksi jangkar akan
sebagian disortif dan sebagian magnetising . Sementara itu saat beban
induktif, maka reaksi jangkar akan sebagian disortif dan sebagian
demagnetising. Namun pada prakteknya beban umumnya adalah induktif.
Gambar 7.1. Model Reaksi Jangkar

Keterangan gambar :

a) Medan magnet yang berputar akan menghasilkan tegangan induksi E Amax


b) Tegangan resultan menghasilkan arus lagging saat generator berbeban induktif.
c) Arus stator menghasilkan medan magnet sendiri B S dan tegangan Estat pada
belitan stator.
d) Vektor penjumlahan BS dan BR yang menghasilkan B net dan penjumlahan
Estat dan E Amax menghasilkan V pada outputnya.

Bentuk permukaan rotor silinder yang hampir rata membentuk celah udara
yang seragam sehingga reluktansi yang terjadi akan sama besar di setiap arah. Oleh
karena itu pengaruh reaksi jangkar dapat diasumsikan menjadi satu reaktansi saja
yaitu reaktansi sinkron Xs.
Bila rotor generator diputar, tegangan induksi Ea akan dibangkitkan pada
belitan statornya. Bila beban dihubungkan pada terminal generator, maka pada belitan
stator akan mengalir arus jangkar I a . Medan magnet stator (fluksi jangkar) akan
mempengaruhi medan magnet yang berasal dari rotor (fluksi rotor) dan mengubah
tegangan phasanya. Oleh karena itu untuk mendapatkan tegangan terminal yang
konstan medan magnet rotor harus diperbesar dengan meningkatkan arus medan If

. Seiring bertambahnya arus medan If maka akan diperoleh fluksi resultan yang
sama besar dengan fluksi awal.

Pada Gambar 7.2.a, dilukiskan rotor dua kutub yang berada di dalam stator
tiga phasa. Dalam hal ini tidak ada beban yang terhubung ke terminal generator.
Medan magnet BR akan membangkitkan tegangan induksi E Amax . Pada saat
generator beroperasi tanpa beban, tidak ada arus jangar yang mengalir sehingga
E Amax akan sama dan sephasa dengan tegangan terminal V .

Pada saat beban induktif dihubungkan ke terminal generator, arus jangkar


Ia akan lagging secara vektoris dari tegangan terminal seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 2.5.b. Arus yang mengalir pada stator akan menghasilkan medan magnet
pada belitan tersebut, dimana arahnya ditentukan oleh kaidah tangan kanan seperti
yang terlihat pada gambar 2.5.c. Medan magnet stator BS akan menghasilkan
tegangan stator Estat .

Dengan adanya dua tegangan ini E Amax dan Estat , maka tegangan total

pada phasa yang sam adalah penjumlahan dari tegangan induksi E Amax dan
tegangan stator Estat seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.5.d. Dalam
persamaan dapat ditulis sebagai berikut :

V =E Amax + Estat [volt] ............................................. (7.3)

Dan besarnya medan magnet total B net adalah penjumlahan dari medan rotor
BR dengan medan magnet stator B S , yaitu seperti ditunjukkan pada persamaan
7.4 berikut :
B net = B R + B S [Tesla] ....................................................(7.4)

Bila E Amax dan B R sephasa, maka medan magnet resultan B net akan sepahasa
dengan V .

VII.3. Identifikasi dan Penentuan Parameter Generator Sinkron

Parameter generator sinkron dibutuhkan pada dasarnya untuk


menggambarkan rangkaian ekivalen beserta karakteristiknya. Parameter yang
dibutuhkan pada penulisan ini yaitu impedansi sinkron Zs, reaktansi sinkron Xs,
tahanan jangkar urutan positif rj1 , tahanan jangkar urutan negatif rj2 dan tahanan
jangkar urutan nol rj0. Sehingga untuk memperoleh parameter-parameter tersebut
maka diperlukan identifikasi ataupun pengujian-pengujian sebagai berikut :

a. Pengujian Beban Nol

Pengujian beban nol terkait dengan karakteristik beban nol yaitu hubungan
antara tegangan induksi Ea dengan arus penguat/eksitasi If. Pada pengujian beban
nol, rotor generator diputar pada kecepatan nominal dan terminal jangkar dalam
keadaan terbuka. Arus medan If diatur bertahap dari nol hingga diperoleh harga
tegangan induksi Ea berkisar kurang lebih 125% dari tegangan nominal generator.
Pada kondisi ini arus jangkar Ia=0 dan tegangan induksi Ea=Vt. Pembacaan tegangan
induksi jangkar dengan pengaruh variasi medan eksitasi digambarkan dalam sebuah
kurva yang ditunjukkan oleh Gambar 7.2.

Ea (volt)

Air Gap
If (Ampere)

Gambar 7.2. Karakteristik Beban Nol

Dari gambar diatas tampak bahwa kurva tersebut memiliki garis linear
sampai diperoleh harga saturasi dari arus medan. Pada keadaan belum jenuh
(unsaturated), rangka (frame) besi mesin sinkron memiliki reluktansi yang besarnya
beberapa ribu kali lebih kecil dibandingkan dengan reluktansi celah udara, sehingga
pada mulanya hampir semua ggl melalui celah udara, sebagai akibatnya fluks
meningkat secara linear. Ketika pada akhirnya inti besi tersebut jenuh, reluktansinya
meningkat secara dramatis, sehingga peningkatan fluks jauh lebih lambat daripada
peningkatan ggl (hal ini yang digambarkan oleh kurva melengkung). Garis linear
pada kurva tersebut disebut juga sebagai karakteristik celah udara (air gap).

b. Pengujian Hubung Singkat

Pengujian hubung singkat terkait dengan karakteristik hubung singkat yaitu


hubungan antara arus jangkar Ia dengan arus penguat/eksitasi If. Pada pengujian
hubung singkat, mula-mula arus medan dibuat menjadi nol dan terminal jangkar
dihubung singkat melalui amperemeter. Lalu arus jangkar diperbesar dengan
menaikkan secara bertahap arus medan hingga tercapai nilai arus jangkar maksimum
yang masih aman sekitar 125% - 150% dari arus nominal jangkar. Karakteristik
hubung singkat merupakan garis lurus. Pada kondisi hubung singkat, tegangan
terminal Vt =0 dan arus jangkar sama dengan arus hubung singkat (Ia=Isc), sehingga
dapat dirumuskan :

Ea
I a=I SC = .............................(7.5)
ra + j X S

Pembacaan arus jangkar atau arus hubung singkat dengan pengaruh variasi
medan eksitasi digambarkan dalam sebuah kurva yang ditunjukkan oleh Gambar 7.3.

Ia (Ampere)
If (Ampere)
Gambar 7.3. Karakteristik Hubung Singkat

Kurva tersebut merupakan kurva linier karena tidak adanya efek saturasi. Saat
tegangan terminal sama dengan nol, lebih dari 90% tegangan jatuh muncul akibat
reaktansi sinkron. Pada Gambar 2.8 terlihat fasor untuk kondisi hubung singkat
dimana terlihat arus jangkar Ia tertinggal dari tegangan induksi Ea hampir 900,
dengan kata lain reaksi jangkar yang dihasilkan Ia hampir sepenuhnya melawan fluks

medan yang menghasilkan tegangan induksi Ea. Kedua fluksi yang berlawanan
tersebut menjaga fluksi resultan celah udara pada tingkat yang rendah sehingga tidak
terjadi efek saturasi.

Gambar 7.4. Diagram Fasor Saat Hubung Singkat.

c. Menentukan Impedansi dan Reaktansi Sinkron

Jika tidak terjadi saturasi, impedansi sinkron Zs akan bernilai tetap. Secara
aktual Zs bervariasi saat terjadi saturasi. Untuk menghitung voltage regulation, hanya
satu nilai Zs yang digunakan. Umumnya nilai Zs yang digunakan tersebut diperoleh
dari arus hubung singkat Isc yang terbesar dan besar tegangan induks i beban nol
Ebn saat terjadi saturasi dengan arus medan penguat/eksitasi If yang sama.
Nilai impedansi sinkron Zs dan reaktansi sinkron Xs per phasa dapat dihitung
dengan menggunakan Persamaan 7.6 dan Persamaan 7.7 berikut ini :

E bn
Z s=
I SC
...................................... (7.6)

X S= Z s2r a2 .........................(7.7)

Dimana :

Ebn = Tegangan induksi beban nol saat terjadi saturasi pada arus medan tertentu

(Volt)

I SC = Arus hubung singkat pada arus medan yang sama saat saturasi.

Zs = Impedansi sinkron (Ohm)

XS = Reaktansi Sinkron (Ohm)

ra = Tahanan jangkar (Ohm)

d. Pengukuran Tahanan Jangkar Arus Searah

Pengukuran tahanan jangkar arus searah (rdc) biasanya menggunakan

metode voltmeter-amperemeter. Dimana kumparan jangkar dihubungkan kepada

sumber tegangan arus searah (dc) ketika mesin dalam keadaan diam lalu diukur

besar arus yang mengalir pada kumparan jangkar. Pengukuran dengan

menggunakan sumber tegangan dc dimaksudkan bahwa reaktansi kumparan jangkar


akan menjadi nol selama proses pengukuran. Arus yang mengalir pada

kumparan jangkar diatur pada nilai nominalnya supaya kumparan berada pada

temperatur operasi normal. Jika kumparan jangkar terhubung bintang dan

netral tidak tersedia maka besar tahanan jangkar arus searah (rdc) per fasa dapat

dihitung dengan Persamaan 7.8 Sedangkan jika kumparan jangkar terhubung delta

maka tahanan jangkar arus searah (rdc) per fasa dapat dihitung dengan Persamaan

7.9 seperti berikut :

V dc
r dc = ........................................(7.8)
2 I dc

3V dc
r dc = ......................................(7.9)
2 I dc

Dimana :

V dc = Tegangan arus searah pada kedua terminal jangkar (Volt)

I dc = Arus Searah yang mengalir pada kumparan jangkar (A)

r dc = Tahanan jangkar arus searah (ohm)

Nilai tahanan jangkar arus searah (rdc) merupakan nilai pendekatan karena saat

kumparan jangkar mengalirkan arus bolak-balik maka nilai tahanan jangkar

akan meningkat karena adanya efek kulit. Sehingga perlu diketahui nilai tahanan

jangkar efekt if yang dapat dihitung dengan Persamaan 7.10 berikut ini :

r a efektif =k .r dc ...........................................(7.10)
Dengan k : 1,2 s/d 1,3

Pengukur an tahanan jangkar arus searah (rdc) pada penulisan ini

menggunakan metode voltmeter-amperemeter dengan kumparan jangkar terhubung

bintang.

e. Pengukuran Impedansi Jangkar Urutan Nol

Saat generator dialiri arus urutan nol, medan putar akan sama dengan nol dan

dapat dikatakan tidak ada fluksi yang terinduksi ke kumparan rotor sehingga

dianggap tidak ada arus yang terinduksi pada kumparan rotor. Untuk menghasilkan

medan putar sama dengan nol maka kumparan jangkar generator uji dihubungkan

secara seri dan disuplai dari salah satu fasa sumber tegangan tiga fasa injeksi

sementara itu rotor generator yang uji tidak diputar dan eksitasi tidak diberikan.

Impedansi jangkar urutan nol Zj0 dapat dihitung dengan persamaan (7.11)

berikut :

Vt
Z j 0= ....................................................................(7.11)
3Ia

Dimana :

Vt = Tegangan line to netral (Volt)

Ia = Arus jangkar (A)

Z j 0 = Impedansi jangkar urutan nol (ohm)

Sedangkan reaktansi jangkar urutan nol X j0 dan tahanan jangkar urutan nol rj0 dapat

dihitung dengan Persamaan 7.12 dan Persamaan 7.13 berikut :

X j 0 = Z j 0 .sin 0 ...................................................(7.12)

r j 0 = Z j 0 .cos 0 ................................................(7.13)
dimana : Xj0 = Reaktansi jangkar urutan nol (ohm)

rj0 = Tahanan jangkar urutan nol (ohm)

cos 0 = Faktor daya kumparan jangkar urutan nol

VIII. METODOLOGI PENELITIAN

Adapun metodologi dalam penelitian ini yaitu :

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2016 20 Agustus 2016 di

Laboratorium Konversi Energi, Departemen Teknik Elektro Universitas Sumatera

Utara.

2. Prosedur Penelitian

Proses penelitian dimulai dengan :

Studi literatur dengan membaca teori-teori yang berkaitan dengan topik tugas

akhir ini, yaitu berupa buku-buku referensi baik yang dimiliki oleh penulis

maupun dari perpustakaan dan juga dari artikel-artikel, jurnal, internet dan lini-

lain.

Studi bimbingan dengan melakukan diskusi tentang topik tugas akhir ini

dengan dosen pembimbing, dengan dosen-dosen bidang energi dan teman-

teman sesama mahasiswa.


Proses selanjutnya adalah pengumpulan data. Data yang dikumpulkan dengan

cara melakukan percobaan di Laboratorium Konversi Energi

Tahap selanjutnya adalah pembahasan dan penarikan kesimpulan berdasarkan

hasil perhitungan yang telah dilakukan.

Berikut di bawah ini gambar diagram alir penelitian :

Perangkaian Pengambilan data Analisa Data


Percobaan dari Percobaan

IX. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mempermudah pemahaman, tugas akhir ini ditulis dengan sistematika sebagai
berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, rumusan masalah,
batasan masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : GENERATOR SINKRON

Pada bab ini dijelaskan tentang defenisi, rangkaian ekivalen dan parameter
generator sinkron tiga phasa

BAB III : RUGI RUGI DAN EFISIENSI GENERATOR SINKRON TIGA PHASA

Bab ini mengulas tentang rugi rugi dan efisiensi generator tiga phasa

BAB IV : PERBANDINGAN PERFORMANSI GENERATOR SINKRON PADA


SAAT BEBAN SEIMBANG DAN PADA SAAT BEBAN TIDAK
SEIMBANG
Bab ini berisikan tentang percobaan dan analisa perbandingan performansi
generator sinkron tiga phasa pada saat keadaan beban seimbang dan pada saat
beban tidak seimbang

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan tentang kesimpulan isi dari keseluruhan uraian bab-bab
sebelumnya dan saran-saran dari hasil yang diperoleh yang diharapkan dapat
bermanfaat dalam pengembangan dan pemanfaatannya.

X. JADWAL KEGIATAN

No Bulan
Kegiatan
Juni Juli Agustus

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan judul
tugas akhir ke
dosen
pembimbing

2 Pengajuan judul
ke Departemen

3 Pengajuan
Seminar Proposal

Seminar Proposal

5
Pengambilan Data

6 Bimbingan tugas
akhir
7 Pengajuan
seminar Hasil

8
Seminar Hasil

XI. DAFTAR PUSTAKA

Zuhal, Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya, Penerbit Gramedia, Jakarta,
1988

D.Stevenson, William Jr., Analisis Sistem Tenaga Listrik, Edisi Keempat, Penerbit
Erlangga, 1996.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20111/3/Chapter%20II.pdf

(Diakses pada tanggal 23 Mei 2016)

Anda mungkin juga menyukai