Anda di halaman 1dari 29

KONSEP PENERAPAN KULTUR SEPANJANG

DAUR KEHIDUPAN MANUSIA

KELOMPOK VI :

ADE SAFAR (C12115320)

AYU ASRIYANI (C12115307)

ELMAYANA ILYAS (C12115313)

KIKY RIZKY AULINA (C12115504)

MARHANI DJAYANTI UMAR (C12115025)

NURFAIDAH (C12115004)

RIKA ARIF (C12115011)

SAFITRI ITSNAENI FARDANI (C12115039)

SUCI ALIFKHA DIDIN (C12115515)

ULFA MAHMUDDIN (C12115513)

YULIANTI RIZAL (C12115020)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

1
TAHUN AKADEMIK 2015/2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-
Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
Konsep Penerapan Kultur Sepanjang Daur Kehidupan Manusia.

Penulisan makalah merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam


mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan I.

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak


kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang


setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan
semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal Alamiin.

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................2

BAB I......................................................................................................4

PENDAHULUAN.....................................................................................4

1.1. Latar Belakang.............................................................................4

1.2. Tujuan Penulisan..........................................................................5

BAB II....................................................................................................6

PEMBAHASAN........................................................................................6

11.1. Pengertian Suku........................................................................6

11.2. Siklus Kehidupan Manusia...............................................................7

11.3. Peran perawat dalam menghadapi aneka budaya........................ 8

11.4. Aplikasi Konsep dan prinsip kultural sepanjang daur kehidupan


manusia............................................................................................ 13

11.5. Tabel Konsep Pertumbuhan Dan Perkembangan Daur Hidup Manusia 23

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 29

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap manusia mengalami hal atau proses yang disebut daur hidup,
yaituproses dimana seseorang mulai lahir, menjadi dewasa, tua dan
akhirnyameninggal. Tetapi ada beberapa perbedaan yaitu menyangkut cara
dan prosesyang terjadi di berbagai daerah ataupun suku di setiap negara,
keseluruhan hal inidikarenakan adanya unsur kebudayaan di dalamnya.

Manusia adalah mahluk yang memiliki akal dan pikiran serta


kebudayaan,kebudayan tersebut adalah hasil dari aplikasi akal dan pikiran
manusia itu sendiriyang didasari oleh ide ataupun gagasan. Koentjaraningrat
(1976:28) mengatakanbahwa kebudayaan berarti keseluruhan gagasan dan
karya manusia yang harusdibiasakan dengan belajar serta keseluruhan dari
hasil budi pekertinya.

Menurut koentjaraningrat dalam Takari,dkk (2008:5), konsep


tentangkebudayaan itu adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil
karyamanusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik
manusiadengan belajar. Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta
buddayah, yaitubentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau akal.
Sehingga, kebudayaandapat diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan
akal.

4
1.2 Tujuan Penulisan

1. Mahasiswa dapat memahami pengertian dari kultur


2. Mahasiswa mampu mengetahui peran perawat dalam menghadapi
keanekaragaman budaya.
3. Mahasiswa mampu mengetahui Budaya dalam Keperawatan.
4. Mahasiswa mampu mengetahui keyakinan budaya dan spiritual yang
mempengaruhi asuhan keperawatan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

11.1.Pengertian Kultur

Kultur/Budaya/Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu


buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.

Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari


kata LatinColere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga
sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan
sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki


bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk
sistemagama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan,
dan karya seni.Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak
terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung
menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

6
11.2 Siklus kehidupan manusia

Setiap masa dalam siklus kehidupan manusia mempunyai karakteristik yang


mirip yang akan dibahas menggunakan siklus kehidupan yang telah
disederhanakan

Masa anak-anak
Masa anak-anak dimulai sejak balita hingga dewasa. Di negara barat yang
lebih modern, umur 18 tahun dianggap sudah memasuki masa dewasa dan
biasanya mereka memilih hidup sendiri. Di Indonesia yang ikatan
sosialnya masih kuat, definisi dewasa tidak bersifat langsung seperti di
negara barat.

MasaLajang
Pada masa ini individu telah selesai sekolah dan mulai bekerja. Tujuan
keuangan biasanya jangka pendek seperti membeli kendaraan, tempat
tinggal dan persiapan menikah. Pendapatan dari bekerja relatif kecil
sehingga untuk mewujudkan tujuan keuangan mereka meminjam dari bank
atau leasing. Mereka juga mulai membantu orang tua dan adik-adiknya
sehingga mulai terbentuk ketergantungan terhadap pendapatan mereka.

Masa Menikah
Pasangan suami istri bekerja untuk mencapai tujuan keuangannya.
Ketergantungan istri terhadap pendapatan suami dan sebaliknya cukup
tinggi sehingga mereka perlu memikirkan program antisipasi risiko bagi
pasangannya. Jika mereka dikaruniai anak, keluarga muda itu harus
memilih apakah istri berhenti bekerja, konsekuensinya istri makin
tergantung pada pendapatan suami. Tujuan keuangan mereka biasanya
mempunyai kendaraan, tempat tinggal yang layak, biaya pendidikan anak
serta menabung untuk masa tua.

7
MasaTua
Pada masa ini, sebagian atau seluruh anak-anak telah selesai sekolah. Ada
yang sudah mendapat pekerjaan atau menikah dan mempunyai kehidupan
sendiri. Pada masa tua ini, individu sedang mencapai puncak kemakmuran.
Tujuan keuangan pada masa ini membeli rumah lebih besar, kendaraan
lebih mahal, melakukan perjalanan liburan ke luar negeri atau menunaikan
ibadah haji bagi umat Islam. Mereka juga berusaha memperbesar dana hari
tua, serta memerlukan program kesehatan bagi dirinya

MasaPensiun
Di negara maju dimana ikatan sosialnya sudah kendur, masa tua
memerlukan persiapan yang hati-hati. Disana merupakan hal yang lazim
bagi anak untuk mengirimkan orang tuanya kerumah jompo. Bagi individu
yang menjalani masa pensiun, hidup terlalu panjang dan tidak produktif
akan menakutkan apabila tidak mempunyai cukup dana hari tua.

11. 3 Peran Perawat Dalam Menghadapi Aneka Budaya

Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh


orang lain terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu sistem.
Peran perawat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari
luar profesi keperawatan dan bersifat konstan. Doheny (1982)
mengudentifikasi beberapa elemen peran perawat professional meliputi:

8
1. Care giver sebagai pemberi asuhan keperawatan.

Sebagai pelaku atau pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat


memberikan pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung
kepada klien, menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi :
melakukan pengkajian dalam upaya mengumpulkan data dan evaluasi yang
benar,menegakkan diagnosis keperawatan berdasarkan hasil analisis
data,merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah
yang muncul dan membuat langkah atau cara pemecahan masalah,
melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ada, dan
melakukan evaluasi berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan
yang telah dilakukannya.

Dalam memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan, perawat


memperhatikan individu sebagai makhluk yang holistic dan unik.Peran
utamanya adalah memberikan asuhan keperawatan kepada klien yang
meliputi intervensi atau tindakan keperawatan, observasi, pendidikan
kesehatan, dan menjalankan tindakan medis sesuai dengan pendelegasian
yang diberikan.

2. Client advocate sebagai pembela untuk melindungi klien.

Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antar


klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien,
membela kepentingan klien dan membantu klien memahami semua informasi
dan upeya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan
tradisional maupun professional. Peran advokasi sekaligus mengharuskan
perawat bertindak sebagai narasumber dan fasilitator dalam tahap
pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh
klien. Dalam menjalankan peran sebagai advokat, perawat harus dapat
melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan
keperawatan.

9
Selain itu, perawat juga harus dapat mempertahankan dan melindungi
hak-hak klien, antara lain :

1. Hak atas informasi ; pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata


tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit/ sarana pelayanan
kesehatan tempat klien menjalani perawatan
2. Hak mendapat informasi yang meliputi antara lain; penyakit yang
dideritanya, tindakan medic apa yang hendak dilakukan, alternative lain
beserta resikonya, dll
3. Counsellor sebagai pemberi bimbingan/konseling klien.

Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi


klien terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya pula interaksi ini merupakan dasar
dalam merencanakan metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya.
Memberikan konseling/ bimbingan kepada klien, keluarga dan masyarakat tentang
masalah kesehatan sesuai prioritas. Konseling diberikan kepada individu/keluarga
dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan penglaman yang lalu,
pemecahan masalah difokuskan pada masalah keperawatan, mengubah perilaku
hidup kearah perilaku hidup sehat.

4. Educator sebgai pendidik klien

Sebagai pendidik klien perawat membantu klien meningkatkan


kesehatannya malalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan
keperawatan dan tindakan medis yang diterima sehingga klien/keluarga dapat
menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahuinya. Sebagai
pendidik, perawat juga dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada
kelompok keluarga yang beresiko tinggi, kadar kesehatan, dan lain
sebagainya.

10
5. Collaborator sebagai anggota tim kesehatan yang dituntut untuk dapat
bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain.

Perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan keluarga dalam
menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawtan guna
memenuhi kebutuhan kesehatan klien.

6. Coordinator sebagai koordinato agar dapat memanfaatkan sumber-sumber


dan potensi klien.

Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan potensi yang ada, baik


materi maupun kemampuan klien secara terkoordinasi sehingga tidak ada
intervensi yang terlewatkan maupun tumpang tindih. Dalam menjalankan
peran sebagai coordinator perawat dapat melakukan hal-hal berikut:

1. Mengoordinasi seluruh pelayanan keperawatan.

2. Mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas.

3. Mengembangkan system pelayanan keperawatan.

4. Memberikan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan pelayanan


keperawatan pada sarana kesehatan.

7. Change agent sebgai pembaru yang selalu dituntut untuk mengadakan


perubahan-perubahan

Sebagai pembaru, perawat mengadakan inovasi dalam cara berpikir,


bersikap, bertingkah laku, dan meningkatkan keterampilan klien/keluarga
agar menjadi sehat. Elemen ini mencakup perencanaan, kerjasama,
perubahan yang sistematis dalam berhubungan dengan klien dan cara
memberikan keperawatan kepada klien

11
8. Consultan sebgai sumber informasi yang dapat membantu memecahkan
masalah klien.

Elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan klien


terhadap informasi tentang tujuan keperawatan yang diberikan. Dengan
peran ini dapat dikatakan perawat adalah sumber informasi yang berkaitan
dengan kondisi spesifik lain.

Untuk menghadapi berbagai fenomena kebudayaan yang ada di


masyarakat, maka perawat dalam menjalankan perannya harus dapat
memahami tahapan pengembangan kompetensi budaya, yaitu:

Pertama:

1. Pahami bahwa budaya bersifat dinamis.

2. Hal ini merupakan proses kumulatif dan berkelanjutan

3. Hal ini dipelajari dan dibagi dengan orang lain.

4. Perilaku dan nilai budaya di tunjukkan oleh masyarakat

5. Budaya bersifat kreatif dan sangat bermakana dalam hidup.

6. Secara simbolis terlihat dari bahasa dan interaksi

7. Budaya menjadi acuan dalam berpikir dan bertindak

Kedua:

1. Menjadi peduli dengan budaya sendiri.

2. Proses pemikiran yang terjadi pada perawat juga terjadi pada yang lain,
tetapi dalam bentuk atau arti berbeda.

12
3. Bias dan nilai budaya ditafsirkan secara internal

4. Nilai budaya tidak selalu tampak kecuali jika mereka berbagi secara sosial
dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari.

Ketiga:

1. Menjadi sadar dan peduli dengan budaya orang lain trerutama klien yang
diasuh oleh perawat sendiri
2. Budaya menggambarkan keyakinan bahwa banyak ragam budaya yang ada
sudah sesuai dengan budayanya masing-masing
3. Penting untuk membangun sikap saling menghargai perbedaan budaya dan
apresiasi keamanan budaya
4. Mengembangkan kemampuan untuk bekerja dengan yang lain dalam
konteks budaya, diluar penilaian etnosentris

11. 4. Aplikasi Konsep dan prinsip kultural sepanjang daur kehidupan


manusia

- Kehamilan

Kehamilan dan kelahiran bayi pun dipengaruhi oleh aspek sosial dan
budaya dalam suatu masyarakat. Dalam ukuran-ukuran tertentu, fisiologi
kelahiran secara universal sama. Namun proses kelahiran sering ditanggapi
dengan cara-cara yang berbeda oleh aneka kelompok masyarakat (Jordan,
1993 dalam jurnal). Semua budaya dapat bereproduksi karena hal itu
mendukung kontinuitas keluarga dan komunitas. Kehamilan secara umum
dihubungkan dengan praktik caring yang melambangkan arti dari transisi
kehidupan wanita. Infertilitas pada wanita merupakan dasar pertimbangan
untuk bercerai dan penolakan menurut orang arab. Kehamilan yang terjadi di
luar norma-norma sosial dianggap tabu. Menurut tradisi muslim, kehamilan di
luar ikatan pernikahan terkadang terjadi juga pada keluarga yang menganut
sanksi berat pada anggota keluarga wanita yang melarangnya (Kulwicki,
2003 dalam Potter and Perry, 2010).

13
Beberapa budaya menganut teori penyakit panas dan dingin, seperti
hindu, memandang kehamilan sebagai sesuatu kondisi panas sehingga mereka
memberikan makanan dingin seperti susu, yoghurt, makanan asam, dan
sayur-sayuran. Mereka percaya makanan panas seperti cabe, jahe dan hasil
dari hewan dapat menyebabkan keguguran dan kelainan pada janin.
Kesopanan merupakan nilai yanng dijunjung tinggi pada bangsa afganistan
(Omeri, et al.,2006 dalam Potter and Perry, 2010) dan wanita arab (Kulwicki,
et al., 2005 dalam Potter and Perry, 2010). Wanita-wanita ini terkadang
menghindari atau menolak untuk diperiksa oleh penyelenggara pelayanan
kesehatan laki-laki karena rasa malu. Kepercayaan agama terkadang ikut
campur dalam hal uji prenatal, seperti pada kasus pasangan filipina yang
menolak dilakukan amniocentesis karena mereka percaya bahwa kehamilan
merupakn kehendak tuhan.

- Melahirkan Anak

Cara individu mengungkapkan rasa sakit dan harapan bagiman


mengatasi penderitaannya berbeda-beda antar budaya. Tradisi wanita Puerto
Rica dan Meksiko sering meneriakkan rasa sakitnya pada waktu bersalin dan
menghindari menarik nafas melalui mulut karena akan menyebabkan uterus
naik (Zoucha dan Purnell, 2003 dalam Potter and Perry, 2010). Ketakutan
akan kevanduan obat dan kepercayaan bahwa rasa sakit merupakan akibat
perbuatan dosa masa lalunya membuat kebanyakan ibu-ibu filipina menahan
rasa sakit tanpa banyak mengeluh atau meminta obat penghilang rasa nyeri
(Pacquiao, 2003 dalam Potter and Perry, 2010). Kepercayaan agama sering
melarang kehadiran laki-laki, termasuk suami dalam ruang persalinan. Hal ini
juga berlaku pada kaum muslim yang taat, hindu dan yahudi ortodokx
(Kulwicki, 2003 ; Lewis, 2003 dalam Potter and Perry, 2010).

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan selain dokter juga merawat


kelahiran anak pada beberpa kelompok, seperti parteras pada budaya
Meksiko, dukun beranak dan ahli herbal pada budaya Appalachian, Amerika

14
Afrika, dan hilots pada budaya Filipina (Nelms dan Gorski, 2006; Pacquiao
2003b, Purnell, 2003 Shellman, 2004; Zoucher dan Purnell. 2003 dalam
Potter and Perry, 2010). Dalam komunitasnya, praktis ini mudah terjangkau
dan mudah didapatkan di daerah terpencil. Mereka menggunakan kombinasi
antara alam, agama dan perlengkapan supernatural dengan tumbuh-tumbuhan,
pijat, dan doa.

- Bayi Baru Lahir

Usia anak berbeda-beda pada beberapa budaya. Pada budaya Vietnam


dan Korea, neonatus adalah bayi baru lahir sampai berusia satu tahun. Segera
setelah menyesuaikan diri dengan budaya Amerika, mereka mempunyai
pandangan bikultural, mengurangi satu tahun dari usia anak saat berbicara
dengan orang luar. Pada rumpun Yoruba di Nigeria, bayi diberi saat upacara
pemberian nama yaitu 8 haru setelah dilahirkan dan sekaligus disunnat.
Banyak budaya di dunia merayakan secara meriah hari kelahiran putranya,
termasuk China, India Asia, negara-negara Islam, dan Igbos di Afrika Barat.

Nama anak menunjukkan nilai budaya kelompoknya. Ciri khas nama


pada bayi Hispanic adalah mempunyai beberapa nama diikuti dengan nama
keluarga ayah dan ibu (misalnya Maria Kristina Lourdes Lopez Vega).
Mengikuti nama dari dua garis keturunan yaitu dari sisi ayah dan ibu dalam
kelompok Hispanic berbeda dengan sistem patrilineal, di mana nama akhir
ayah mendahului nama pertama nak. Dalam budaya China, hanya mengikuti
nama keturunan dari pihak ayah sehinggan nama Chen Lu berarti Lu adalah
anak perempuan dari Tuan Chen.

Neonatus dan anak kecil bersifat sangat rentan. Banyak masyarakat


menggunakan berbagai cara untuk mencegah kerusakan pada anak. Pada
sebagian besar orang Filipina beragama Katolik, orangtua menjaga anaknya
dalam rumah sampai anaknya dibaptis agar bayi tetap sehat dan terlindungi.

15
Tradisi Arab dan Iran percaya bahwa bayi rentan terhadap cuaca dingin dan
angin sehingga mereka membungkus bayinya dengan selimut.

- Masa Postpartum

Pada sebagian besar budaya non-Barat masa postpartum dihubungkan


dengan kerentanan ibu terhadap kondisi dingin. Untuk menjaga kestabilan,ibu
menolak untuk mandi dan memilih menyeka diri. Beberapa kelompok
mempunyai diet khusus untuk menjaga kestabilan. Kelompok budaya
mempunyai pilihan jenis makanan yang sesuai untuk menjaga kestabilan pada
wanita sehabis melahirkan. Beberapa ibu China memilih sup, beras merah
dan telur, sedangkan keluarga di pedalamn irian menyediakan kacang kenari
hijau dan telur (Hafizi dan Lipson, 2003; Wang,2003 dalam Potter and Perry,
2010). Lama masa postpartum pada budaya non-Barat lebih panjang (30-40
hari) guna memberikan dukungan kepada ibu dan bayinya.

Filipina, Meksiko, dan pulau-pulau di Pasifik menggunakan ppengikat


perut untuk mencegah udara masuk ke dalam uterus dan untuk mempercepat
penyembuhan (Purnell, 2003 dalam Potter and Perry, 2010). Dalam budaya
Yahudi Ortodox, Islam dan Hindu, perdarahan dihubungkan dengan
ketidakbersihan. Wanita sebelum diperbolehkan melakukan hubungan intim
dengan suaminya (Hafizi dan Lipson, 2003; Lewis,2003 dalam Potter and
Perry, 2010). Dalam budaya Afrika, seperti Ghana dan Sierra Leone, beberapa
wanita tidak diperbolehkan melakukan hubungan intim dengan suaminya
sampai bayinya disapih.

- Dukacita dan Kehilangan

Sekarat dan kematian merupakan keadaan yang berarti bagi kelompok


individu dalam kehidupannya. Saat pengobatan tradisional gagal,
kepercayaan dan praktik budaya berupa agama dan spiritual menjadi
perhatian. Masyarakat mempercayai maksud yang berbeda-beda terhadap

16
kematian anak, orang muda, dan orang dewasa lanjut. Pada budaya Barat
yang berorientasi masa depan di mana anak diharapkan dapat menngurus
orang tuanya, kematian pada usia muda sangat menghancurkan. Namun pada
budaya lain, dengan angka mortalitas anak yang tinggi, kematian orang
dewasa lebih disesalkan. Ini dikarenakan kematian anak diringankan oleh
anggapan besarnya resiko yang akan dihadapi mereka saat tumbuh dewasa.

Masyarakat yang mempercayai konsep reinkarnasi, seperti penganut


agama Hindu dan Budha yang taat, memandang kematian sebagai langkah
untuk lahir kembali. Pelayanan pada orang yang sekarat berfokus pada
mendukung persiapan klien untuk kematian yang tenang. Keluarga akan
berdoa dan membaca kitab suci agamanya. Untuk memberikan kesempatan
kepada klien di kehidupan selanjutnya. Penganut agama Budha percaya
bahwa hidup adalah penderitaan, sedangkan akhir penderitaan adalah saat
individu memindahkan keinginan yang bersifat duniawi ke alam baka dan
bertobat dari kesalahan di masa lampau. Laki-laki Hindu yang sedang sekarat
akan mempersiapkan kematiannya dengan menolak makanan dan obat-
obatan, lalu mengonsentrasikan semua tenaga pada aspek spiritual untuk
kehidupan selanjutnya (Pacquiao, 2002 dalam Potter and Perry, 2010).

Arti dan ungkapan dukacita bervariasi dari budaya ke budaya. Warna


hitam tidak selalu melambangkan dukacita. Penganut Hindu yang sedang
berkabung memakai warna putih. Di Asia Timur, tingkat dukacita yang
ditampilkan mewakili status sosial dari mereka yang meninggal. Keluarga
Korea terkadang menyewa orang untuk memimpin dukacita. Sering ditemui
tangisan dan teriakan yang keras.

Kepercayaan agama juga memengaruhi sikap terhadap kremasi, donor organ,


dan pengobatan bagian-bagian tubuh. Kelompok Muslim yang taat menolak
untuk dilakukan otopsi atau donor organ karena takut merusak jenazah dan
karena kepercayaan mereka mengatakan bahwa anggota tubuh harus lengkap

17
saat enghadap Sang Pencipta. Banyak yang memilih cara pemakaman dengan
kremasi (Kulwicki, 2003 dalam Potter and Perry, 2010).

- Penerapan ritual kematian pada Praktik Keperawatan

Perhatikan pemilihan agama dan budaya saat membantu klien dan


keluarganya mempersiapkan kematian.
Tanyakan keluarga tentang ritual dan perayaan yang mereka gunakan
untuk membantu mereka menghadapi kematian orang yang mereka
sayangi.
Mengizinkan kemampuan klien dan keluarganya untuk ikut serta dalam
merencanakan ritual nama yang akan dilakukan di samping klien.
Sensitif terhadap persepsi budaya terhadap donor organ, memandikan
jenazah, dan persiapan pemakaman.

Sikap terhadap kelompok budaya yang beragam


Kisaran sikap terhadap kelompok budaya yang beragam dapat dilihat sepanjang
kontinum intensitas, seperti digambarkan pada Gambar 10-1 (lenbung et al, 1995)
Manifestasi negatif ekstrim prasangka adalah kebencian dalam berbagai bentuk
kekerasan dan tanpa kekerasan nya. Penghinaan agak kurang intens, tetapi
bermasalah karena begitu luas dan merusak banyak aspek masyarakat. Toleransi
mencerminkan sikap yang lebih netral yang menerima perbedaan tanpa mencoba
untuk mengubah mereka. Ini adalah minimal - sikap tingkat penting dalam
masyarakat demokratis. Menghormati keragaman banyak fested dalam perilaku yang
mengintegrasikan perbedaan dalam interaksi positif dan hubungan. Menghormatinya
demonstrasi nilai yang melekat pada individu, terlepas dari perbedaan. Sikap yang
paling positif digambarkan sebagai perayaan (atau penegasan) dari manfaat positif
dari perbedaan budaya (yaitu, dari nilai tambah untuk pengalaman hidup oleh
berbagai perspektif, tradisi, ritual, makanan, dan bentuk-bentuk seni). Kombinasi
ketidaktahuan budaya lain dan arogansi tentang budaya sendiri seseorang
menumbuhkan rasa tidak hormat dan benci. Upaya yang disengaja untuk
menemukan dan menerapkan manfaat positif dari variasi budaya mempromosikan
rasa hormat dan perayaan nilai keanekaragaman, sedangkan mengabadikan
prasangka menumbuhkan sempit - pikiran dan penghinaan. Dengan

18
mengintegrasikan perspektif ini sebagai bagian dari perilaku peran profesional,
pendidik dapat membantu siswa mempersiapkan diri untuk praktek yang kompeten
secara budaya di masyarakat keanekaragaman.

Keanekaragaman dalam angkatan kerja kesehatan butuhkan untuk keragaman


dalam tenaga kerja kesehatan
Anggota beberapa kelompok budaya demading kesehatan budaya yang berhubungan
yang menggabungkan keyakinan mereka dan praktek (nies dan McEwen, 2007).
Konsumen menjadi lebih sadar akan apa yang merupakan perawatan budaya sensitif dan
kompeten dan kurang bersedia menerima perawatan incompetend (meleis et al, 1995).
Ada kurangnya keragaman dan representasi etnis profesional perawatan kesehatan, dan
ada keterbatasan pengetahuan tentang nilai-nilai, keyakinan, pengalaman, dan kebutuhan
perawatan kesehatan populasi tertentu, seperti imigran, orang tua, dan kaum gay dan
lesbian. Masing-masing kelompok memiliki seperangkat unik tanggapan terhadap
kesehatan dan penyakit.

Tren Populasi

Komposisi demografis dan etnis dari penduduk kita telah mengalami


perubahan pasar dalam 100 tahun terakhir. Negara-negara bersatu selalu telah
menjadi masyarakat multicutural, perubahan walaupun dalam hukum imigrasi benci
meningkatkan jumlah kelompok budaya memasuki negara-negara bersatu (Stanhope
dan lancaster, 2008). Kelompok minoritas telah tumbuh lebih cepat daripada
populasi secara keseluruhan. Jika tren migrasi terus, pada pertengahan - dua puluh -
populasi minoritas abad pertama akan melebihi jumlah populasi putih. Sekitar satu
dari setiap tiga orang Amerika akan menjadi etnis minoritas. Di AS kota jumlah
orang dari kelompok budaya yang beragam dalam meningkatkan pada kecepatan
yang cepat yang minoritas constitude lebih dari setengah populasi. Bangsa akan
lebih ras dan etnis yang beragam, serta jauh lebih tua, dengan pertengahan abad,
menurut proyeksi 2008 yang dirilis oleh kita biro Sensus.

Kelompok minoritas didefinisikan Faderally


Faderally kelompok minoritas didefinisikan adalah Afrika - Amerika, Hispanik,
Amerika Indian, dan asians untuk pulau pasific. Walaupun langkah yang luar biasa

19
telah dibuat dalam meningkatkan kesehatan dan umur panjang di Amerika Serikat,
tren statistik menunjukkan perbedaan dalam indikator kesehatan utama di antara sub-
sub kelompok tertentu dari populasi. Walaupun dengan rangking masalah kesehatan
menurut kematian kelebihan berbeda untuk kelompok minoritas, enam penyebab
kematian yang prioritas adalah:

1. Kanker
2. Penyakit jantung dan stroke.
3. Ketergantungan kimia yang diukur dengan kematian yang disebabkan
oleh sirosis hati

4. Diabetes
5. Hornicides dan kecelakaan
6. Angka kematian bayi (nies dan McEwen, 2007).
Populasi marjinal.

Tidak hanya harus menjadi perhatian untuk perawatan fokus yang kompeten secara
budaya pada etnis minoritas dan populasi yang memiliki warisan yang berbeda dari euro -
orang Amerika, tetapi kebutuhan populasi terwujud marjinal (aula, stevens, dan meleis,
1994), yang adalah mereka populasi yang hidup di pinggiran atau di antara, harus
dipertimbangkan. Eamples dari populasi tersebut termasuk gay lesbian iklan, orang
dewasa yang lebih tua, imigran baru tiba (misalnya .. dari rusia, afghanistan, dan rwanda),
dan kelompok-kelompok yang telah di negara itu selama beberapa waktu (misalnya ,. dari
selatan, Amerika dan Timur Tengah). Yang kurang terlihat dari minoritas didefinisikan
federal (lenburg et al, 1995). Kehidupan mereka dan kebutuhan perawatan kesehatan
sering dirahasiakan dan hanya dimengerti oleh mereka. Populasi terpinggirkan biasanya
memiliki wawasan yang ekstrim tentang kebutuhan perawatan kesehatan mereka,
walaupun mereka sering tampak bersuara. Ini adalah sebagian hasil dari cara yang
berbeda di mana mereka berdua berkomunikasi dan dibungkam. Ini juga mungkin karena
mereka merasa lebih perifer atau dikucilkan dari masyarakat arus utama ketika mereka
sakit atau mengalami krisis.

nutrisiklienBudayaassesment.

Sebuahbudayanutrisiklienassesmentharus diperolehuntuk klienyangminoritas.


Hal ini diperlukanuntuk menilaidefenitionbudayaklienmakanan. Sebagai contoh,
kelompokAmerika latintertentutidak menganggaphijaumenjadi.Oleh karena

20
itumakanan, ketika diminta untukmenyimpan buku harian makanan, orang-orang ini
akan tidak daftarhijau, yang merupakansumber penting darivitamin danzat besi.
Perawatharus menghindaristereotipbudayayang berhubungan denganmakanankarena
semuaorang Italiatidakselalu sepertispaghetti, tidak semuaCinaseperti beras.

Keyakinan budayatentang penyakitdan obat.

Hal ini juga penting bagi perawat untuk mempertimbangkan keyakinan non
tradisional sakit dan penyembuhan berbagai budaya. Misalnya, ada penyakit yang tidak
diklasifikasikan sebagai penyakit budaya barat. Untuk kelompok budaya yang berbeda,
mereka adalah penyakit nyata yang kelompok memiliki obat-obatan dan perawatan.
Contoh penyakit tersebut termasuk malojo, susto, bilis, dan empacho

kompetensi Budaya dalam pendidikan keperawatan.

Sejak tahun 1960, telah ada upaya bersatu untuk memasukkan konsep peka
terhadap keragaman budaya dalam pendidikan keperawatan. Liga nasional untuk
keperawatan (NLN) dan asosiasi Amerika perguruan tinggi keperawatan (AACN)
telah membuat persyaratan ini wajib untuk baccalaureate.the penting pendidikan
sarjana muda untuk praktek keperawatan profesional (2008) mengamanatkan
dimasukkannya konsep asuhan keperawatan beragam budaya di kurikulum dengan
memperhatikan budaya, spiritual, etnis, gender dan orientasi seksual keragaman.
Lima kompetensi sebagai berikut berfungsi sebagai kerangka kerja untuk
mengintegrasikan konten budaya ke dalam kurikulum yang ada:

Terapkan faktor sosial dan budaya pengetahuan od yang mempengaruhi


keperawatan dan pelayanan kesehatan di beberapa konteks.
Gunakan sumber data yang relevan dan bukti terbaik di provinding perawatan
yang kompeten secara budaya.
Mempromosikan pencapaian hasil yang aman dan kualitas pelayanan untuk
populasi yang beragam.
Advokasi untuk keadilan sosial, termasuk komitmen untuk kesehatan masyarakat
yang rentan dan penghapusan kesenjangan kesehatan.
Berpartisipasi dalam pengembangan kompetensi budaya yang berkelanjutan.
Sistem kepercayaan Budaya

21
Nilai adalah standart yang digunakan orang untuk menilai diri mereka sendiri dan
orang lain. Ini adalah kepercayaan tentang apa yang berharga atau penting untuk
kesejahteraan. Ada kecenderungan bagi orang-orang untuk menjadi "budaya terikat"
(yaitu ,. menganggap bahwa nilai-nilai mereka lebih unggul, masuk akal atau kanan).
Setiap kebudayaan memiliki sistem nilai yang menentukan perilaku secara langsung atau
inderectly dengan menetapkan norma dan mengajarkan bahwa norma-norma yang benar.
Keyakinan kesehatan dan praktik cenderung sistem nilai budaya REFLECTA ini.
Perawat harus memahami sistem nilai pasien untuk mendorong promosi kesehatan.

Fenomena Budaya Giger dan davidhizar (2004) telah mengidentifikasi enam

fenomena budaya yang berbeda di antara kelompok-kelompok budaya dan


mempengaruhi kesehatan. Fenomena ini adalah pengendalian lingkungan, variasi
biologis, organisasi sosial, komunikasi, ruang, dan orientasi waktu. Control 11.
Lingkungan Kontrol Lingkungan adalah kemampuan anggota dari budaya tertentu untuk
mengontrol alam atau faktor enviromental. Beberapa kelompok menganggap manusia
sebagai memiliki penguasaan atas alam, orang lain memandang manusia didominasi oleh
alam, dan masih kelompok lain melihat manusia sebagai memiliki hubungan yang
harmonis dengan alam (Spector, 2008).

22
11.5. TABEL KONSEP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DAUR
HIDUP MANUSIA

23
24
25
26
27
28
DAFTAR PUSTAKA

Campinha, Josepha. 2010. Jurnal Of Transcultural Nursing: The Process of


Cultural Competence in the Delivery of Healthcare Services: A Model of
Care.

Chang, Esther dan John Daly. 2001. Transition in Nursing: Preparing for
Professional Practice. Sydney. Maclenannan + Petty.

Cherry, Barbara dan Susan R. Jacob. 2008. Contenporary Nursing Issues, Trends,
& Management Ed 5. Elsevier.

Kelly, Patricia. 2008. Nursing Leadership & Management, Second Edition.


Canada : Delmar.

Kozier, Barbara dkk. 2010. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, & Praktik
Edisi 7 Volume 1. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Potter &Perry.2005,fundamental keperawatan.Jakarta:penerbit buku kedokteran


EGC.

Potter & Perry. 2010. Fundamentalof Nursing.Singapore: Elsevier.

29

Anda mungkin juga menyukai