Proposal
Proposal
PROPOSAL
OLEH
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
1. Latar belakang
Anak muda sebagai generasi penerus bangsa dan negara diharapkan untuk menjadi
generasi yang berpendidikan, bermoral dan berbudaya untuk menciptakan bangsa yang
bersatu dan damai melalui kerja sama dalam perbedaan. Anak muda di kota Medan tidak
hanya berasal dari Kota Medan saja, melainkan banyak pendatang dari luar kota hingga luar
pulau di Indonesia. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa anak muda di Medan dapat
mewakili anak muda di Indonesia. Maka kesatuan sangat dibutuhkan untuk menjadikan
generasi yang berkualitas.
Menurut UU Nomor 40 tahun 2009 adalah warga negara Indonesia yang memasuki
periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30
(tiga puluh) tahun. Mengingat batasan pemuda pada usia produktifitas sangat menggelora dan
tidak terkendali dengan baik, sehingga apabila tidak hati-hati maka bukan tidak mungkin usia
seperti ini mudah sekali terpengaruh pada pemilihan aktifitas yang keliru dan terjerumus pada
hal-hal yang yang dilarang oleh negara, hal ini dapat merusak masa depan generasi pemuda
di Indonesia khususnya pemuda di kota Medan.
Kota Medan tergolong struktur muda. Hal ini memberikan implikasi bahwa potensi
kelompok umur muda perlu mendapatkan perhatian dan pengembangan sehingga mampu
menghasilkan tenaga-tenaga terampil dan mandiri (Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2013).
Tabel 1. Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan
Golongan Umur Jumlah Total
Jiwa Jiwa
(1) (2) (3) (4)
0-4 102.196 98.201 200.397
5-9 96.337 91.372 187.709
10-14 91.390 87.510 178.900
15-19 103.859 108.422 212.281
20-24 118.924 126.359 245.283
25-29 97.223 99.374 196.597
30-34 85.323 89.072 174.395
35-39 78.318 81.867 160.185
40-44 70.658 73.439 144.097
45-49 60.138 62.736 122.874
50-54 50.235 52.945 103.180
55-59 39.767 40.554 80.321
60-64 26.374 27.329 53.703
65-69 15.567 18.226 33.793
70-74 10.149 13.089 23.238
75 + 6.935 11.628 18.563
Jumlah/Total 1.053.393 1.082.123 2.135.516
Sumber : BPS Kota Medan, Data Penduduk Desember 2015
Jumlah penduduk di Kota Medan mencapai 2.210.743 jiwa. Sekitar 37,68 % atau
833.061 jiwa diantaranya merupakan pemuda yang berusia diantara 10-29 tahun (Badan
Pusat Statistik Kota Medan, 2015). Data ini diproyeksikan akan meningkat sebanyak 4%
pertahunnya.
Berdasarkan data yang di peroleh dari BPS tersebut, kota Medan memiliki jumlah
remaja yang banyak, dan minat pemuda dan pemudi yang ada di kota Medan dalam bidang
seni dan olah raga masih sangat kuat dan sangat dominan. Namun kurangnya sarana dan
prasara mengakibatkan kemampuan mereka tidak terealisasikan dengan baik, sehingga
memuliakan kehidupan remaja menjadi salah satu tujuan perancang. Pemerintah, pemerintah
daerah, atau masyarakat harus saling bekerja sama untuk memfasilitasinya agar minat dan
bakat anak bangsa dapat terealisasi dengan baik.
Untuk itu diperlukan sarana (wadah) yang bersifat preventif dan persuasif bagi
pemuda yang tinggal di kota Medan untuk mengeksplor dan mengekspresikan dirinya.
Berdasarkan kebutuhannya pemerintah mengeluarkan peraturan tentang pengembangan
kewirausahaan dan kepeloporan pemuda serta penyediaan prasarana dan sarana kepemudaan.
Dan dengan melihat Undang undang No. 40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan Pasal 35
ayat 1 :
1. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menyediakan prasarana dan sarana kepemudaan
untuk melaksanakan pelayanan kepemudaan.
Didalam Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 2011 pasal 37 ayat 1 bahwa prasarana
kepemudaan terdiri atas :
Menanggapi issue tersebut sebagai perencana telah memikirkan sebuah solusi, yaitu
dengan menciptakan magnet pada daerah pinggir kota untuk menarik minat masyarakat.
Agar berpindah ke wilayah yang baru.
Youth center berlokasi di kota Medan, sehingga dikhususkan untuk pemuda yang
berada di kota Medan, dan merupakan proyek pemerintah daerah kota Medan, sehingga judul
proyek ini adalah Medan Youth Community and Creative Expo Center. Esensi dari Medan
Youth Community and Creative Expo Center adalah menjadikan bangunan yang diminati
untuk dikunjungi oleh anak muda dengan fasilitas yang disukai dan bermanfaat bagi anak
muda khususnya.
Oleh karena itu Youth Community and Creative Expo Center dituntut untuk menjadi
bangunan yang dapat mewadahi anak muda baik berasal dari dalam maupun luar kota Medan
untuk mengekspresikan diri secara positif, dimana sarana ini bersifat rekreatif dan edukatif.
Dapat beraktivitas secara positif dalam bidang sosial, kreativitas, kebudayaan, dan
keolahragaan (Time Saver Standards for Building Type). Bentuk kegiatan anak muda yang
akan diwadahi antara lain adalah diskusi dalam mengerjakan proyek atau tugas, berkreasi
dalam bidang seni, tempat untuk menambah wawasan melalui membaca buku, tempat untuk
menjaga kesehatan jasmani dengan berolah raga, dan tempat untuk mendidik karakter melalui
seminar yang diadakan pada waktu tertentu.
2. Masalah Perancangan
Didalam perancangan Medan Youth Community and Creative Expo Center ini
terdapat beberapa masalah, yaitu:
1) Bagaimana bentuk penyediaan fasilias Medan Youth Community and Creative
Expo Center sehingga dapat menampung segala kegiatan yang rekreatif, edukatif,
dan sport yang akan digunakan pemuda di waktu senggang.
2) Menciptakan suatu sarana yang dapat mewadahi aktivitas di dalamnya seperti
menyalurkan kegiatan yang ada, memamerkan, dan menginformasikan.
3) Bagaimana mendesain bangunan multi masa yang saling terhubung antara satu
dengan lainnya dengan menciptakan harmonisasi fungsi antara ruang indoor
maupun outdoor seperti, fungsi olahraga, fungsi hiburan dan fungsi komersil.
4) Bagaimana mendesain bangunan yang sesuai dengan kondisi tapak dan lingkungan
yang ada di sekitarnya, serta memberi kontribusi pada ruang kota.
5) Bagaimana memahami dan menerapkan tema yang ada ke bangunan dalam bentuk
desain.
Garry Comer (1927-2006) adalah penemu dari katalog pakaian Lands End. Ia berasal
dari daerah Grend Crossing, Chicago, USA. Ketika ia kembali ke kampung halamannya, ia
sedih karena banyaknya kekerasan dan kejahatan vandalism yang dilakukan beberapa
kelompok yang terdiri dari remaja dan dewasa di daerah tersebut. Untuk itu dia membuat
Youth Center untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Secara garis besar Youth Center ini mempunyai beberapa ruangan yang difokuskan
untuk kegiatan yang spesifik. Ruangan-ruangan ini berisi program-program pendidikan dan
rekreasi pemuda, termasuk seni dan kerajinan kamar, laboratorium komputer, ruang tari,
studio rekaman, toko desain kostum, les dan studi ruang, ruang kelas, kantor dan ruang
pameran.
Selain itu terdapat bar yang terkoneksi antara setiap ruang dan bersifat fleksibel yang
dapat dimodifikasi dari waktu ke waktu sebagai keberlanjutan program di Youth Center. Bar
ini menjadi ruang penting pada eksterior bangunan ( kamar tari, i kamar sen ) untuk
mengiklankan kegiatan di dalam masyarakat.
Kaca di dalam gedung difungsikan sebagai akses visual antara ruang program yang
berbeda untuk menumbuhkan rasa kebersamaan antara pengguna bangunan yang berbeda,
serta menciptakan rasa aman bagi anak-anak yang menggunakan fasilitas di dalam Bangunan
tersebut.
Selain itu di lantai 2 bangunan terdapat taman yang berada di atas area gymnasium.
Taman tersebut merupakan struktur atap hijau dengan luas 8.160 sf dengan kedalaman
tanaman 18-24 inci. Taman ini memungkinkan untuk memproduksi pangan seperti kubis,
bunga matahari, wortel, selada dan stroberi.
Desain atap hijau ini menampung enam sumur cahaya logam besar, yang berfungsi
sebagai unsur ekspresi artistik dan juga memberikan pencahayaan matahari pasif ke
gymnasium dan cafe yang berada di bawah taman tersebut. Selain itu terdapat jendela di
sepanjang koridor sirkulasi lantai tiga, hal ini agar siswa dapat melihat kebun ketika mereka
bergerak dari satu kelas ke kelas yang lain. Taman ini juga merupakan sebuah ruang kelas
yang menawarkan remaja untuk belajar hal-hal yang dapat diterapkan di taman seperti
geometri, teknologi atap hijau, manajemen usaha kecil, seni kuliner dan ilmu lingkungan.
Gambar. Green Roof yang terletak di lantai 1 Garry Comer YC
Sumber: http://www.archdaily.com
1. First Impressions
a. Lokasi
1. Site dan Fasilitas Youth Center harus dekat dengan area perumahan, sekolah
dan dekat dengan area kegiatan remaja lainnya.
2. Jauhkan lokasi Youth Center dengan area yang ribut atau ramai seperti area
kemacetan, jalur pesawat dan area Industri.
3. Usahakan merenovasi fasilitas untuk Youth Center yang luas dan fleksibel
untuk mengakomodasi seluruh kegiatan remaja.
b. Parkir
1. Sediakan lahan parkir yang memadai untuk kapasitas tertinggi pengunjung
masuk ke youth center.
2. Gunakan tanaman sebagai pelindung antar jalan dan parkir
3. Sediakan area motor dan mobil di area yang berbeda
4. Jaga area parkir agar tetap bersih dan tertata
5. Identifikasi area parkir dan droping area
6. Lokasikan parkir jauh dari depan bangunan dan jalan utama.
c. Area Masuk Bangunan
1. Jagalah jendela dan pintu selalu bersih.
2. Lokasikan tempat sampah dekat dengan area masuk dan jaga area masuk
tetap bersih.
3. Tempatkan tanda dan arah jalan dengan arahan yang sesuai.
4. Tempatkan keterangan jam buka dan operasi di area enterance dengan jelas.
5. Lokasikan area parkir sepeda dekat dengan area masuk bangunan.
d. Lansekap
1. Identifikasi semua bagian taman aman untuk digunakan remaja dan anak-anak.
2. Gunakan pohon, bebatuan dan tanaman hijau untuk melindung bangunan
3. Gunakan tanaman yang menarik dan tidak mengandung racun
a. Diagram Bangunan
1. Lokasikan area kantor untuk berhubungan dengan seluruh area publik di
seluruh Site.
2. Tempatkan area adiministrasi berdekatan dengan area kantor.
3. Tempatkan area lavatory staff diantara area kantor dan administrasi.
4. Tempatkan ruang Before dan After School (BASP) dekat dengan kantor dan
area masuk bangunan untuk kenyamanan dalam check-in dan drop-off.
5. Lokasikan sebuah dapur kecil dengan kulkas, wastafel, microwave, oven dan
gudang dekat dengan ara BASP.
6. Posisikan area gymnasium dengan akses ke ruang ganti dan area keluar
bangunan.
7. Tempatkan kantor rekreasi dekat dengan gym untuk memberikan hubungan
visual.
8. Lokasikan kantin/ bar berdekatan dengan ruang permainan, gymnasium, dan
admin/ ruang kantor.
9. Lokasikan ruang musik, ruang computer, dan sosiual reksreasi dekat dengan
satu sama lain dan dekat dengan enterance bangunan.
10. Tempatkan ruang serbaguna untuk dibagi menjadi beberapa area untuk
beberapa aktifitas yang berbeda seperti area belajar, seni dan menari.
11. Tempatkan area lavatori dekat dengan gymnasium dan ruang kelas.
12. Tempatkan area keluar kebakaran dan alarm kebakaran di setiap divisi tempat.
13. Tempatkan kamera pengawas di administrasi area dan area yang digunakan
untuk remaja.
b. Ruang Komputer
1. Buatlah ruang computer dapat diakses oleh kegiatan BASP dan kegiatan
remaja lainnya.
2. Berikan remaja kesempatan untuk menyelesaikan Pekerjaan Rumahnya (PR)
dan untuk mengembangkan pelajaran computer.
3. Organisasikan ruang untuk kegiatan remaja untuk bermain komputer dengan
kegiatan berkumpul untuk mengerjakan tugas.
4. Gunakan material karpet dan pelindung tembok yang tahan lama.
5. Sediakan papan tulis.
c. Ruang Musik
1. Sediakan kelas untuk kegiatan musical seperti pelajaran privat dan kegiatan
berkelompok.
2. Atur akustika dalam ruangan yang tidak mengganggu ruangan lain.
3. Gunakan instrumen musik seperti piano, gitar, dan keyboard.
d. Ruang Serbaguna
1. Menyediakan ruangan yang dapat menampung berbagai macam kegiatan
seperti kesenian, kerajinan tangan dan permainan.
2. Tempatkan lemari dan papantulis.
3. Gunakan telepon, tanaman, papan dan karpet untuk membuat lingkungan yang
hangat, informative, menarik dan menyenangkan.
e. Ruang Permainan
1. Lokasikan dekat dengan ruang kontrol permainan dan video game.
2. Lokasikan jauh dari ruang komputer dan ruang musik untuk memisahkan
kebisingan yang akan mengganggu pelajaran.
3. Gunakan lantai dan tembok yang tahan lama.
4. Sediakan space yang memadai antara meja permainan dengan ruang gerak
remaja.
4. Support Areas
a. Toilet
1. Sediakan dispenser untuk wastavel, pengering tangan, tisu toilet dan tempat
sabun.
2. Sediakan tempat sampah.
3. Sediakan fasilitas toilet yang berbeda untuk staf dan remaja.
4. Ventilasi, tembok yang kedap, dan langit-langit yang sesuai.
5. Sediakan kloset janitor.
6. Lokasikan area minumdengan akses yang mudah tanpa mempengaruhi
sirkulasi dan menimbulkan masalah kemanan.
b. Loker
1. Gunakan loker yang dapat digunakan remaja dari semua umur.
2. Guanakan loker buka depan.
3. Gunakan lantai yang tahan lama untuk kegiatan sirkulasi yang tinggi.
c. Ruang Simpan
1. Lokasikan ruang simpan dekat dengan kegiatan kelas.
2. Sediakan pengering dan pembasah.
3. Pastikan adanya akses ke ruang simpan hanya untuk admin atau staff.
d. Ruang Mekanikal
1. Jaga temperature antara 70-78 Fahrenheit. Sediakan ventilasi untuk AC,
jendela terbuka atau system ventilasi.
2. Jaga level pencahayaan antara 30-50 ft-candles untuk kegiatan normal dan 70
ft-candles untuk kegiatan kerja.
3. Sediakan pelindung radiator, fireplace, registers, electrical fan, unit electrical
heating , dan pipa air panas.
4. Jaga temperature air panas 110 fahrenheit atau lebih rendah.
5. Lokasikan ruang mekanikal tertutup dari akses remaja.
4. Pendekatan Tema
Pada sub bab ini menjelaskan mengenai uraian secara jelas mengenai tema/konsep
yang dipilih dalam proyek perancangan, apa definisi atas pemilihan tema, interpretasi tema,
keterkaitan tema dengan judul, serta studi banding proyek yang telah terbangun sebagai
acuan dalam proses perancangan.
1. Pengertian
Tema yang saya gunakan di dalam merancang bangunan ini adalah vernakular
kontemporer. Yaitu untuk menciptakan bangunan yang memiliki konsep budaya lokal tetapi
dengan konteks modern. Dengan memberikan sentuhan etnik melayu dan dipadukan dengan
gaya arsitektur kontemporer seperti pemanfaatan material bangunannya. Tema vernakular
arsitektur juga di harapkan mampu memberikan wawasan kepada pengguna bangunan akan
pentingnya pengenalan budaya khusunya budaya melayu di kota Medan. Hal ini akan di
terapkan pemahaman mengenai proses perancangan tradisional untuk kemudian diadaptasi
dalam wujud yang lebih modern yaitu Vernakular Kontemporer.
Vernakular
Berasal dari bahasa Latin yaitu vernacullus yang berarti lokal, pribumi. Bahasa
nasional yang non-standar dan muncul dari beragam budaya lokal yang membentuk dialek.
Berasal dari bidang linguistik berupa dialek-dialek regional dan sosial yang berkembang ke
bidang arsitektur yang menghasilkan bangunan-bangunan bergaya vernakular seperti
bangunan yang bentuknya dipengaruhi konteks lingkungan, sejarah, dan budaya yang ada
pada saat itu. Berawal dari era pascamodern yang merespon era modern yang berlangsung
lama dan dominan membuat desain vernakular muncul mulai dari arsitektur, sastra hingga ke
tipografi dan masih banyak lagi. Menurut kamus Oxford Advanced Learners, definisi
vernakular adalah bahasa yang digunakan di daerah atau kelompok tertentu dan bukanlah
bahasa resmi atau tertulis.
Vernakular Kontemporer
2. Interpretasi Tema
a. Melestarikan unsur-unsur lokal yang secara empiris dibentuk oleh tradisi turun
temurun. Sehingga bentuk dan sistem terutama yang berkaitan dengan iklim
seperti misalnya penghawaan dan penyinaran alami, penanggulangan terhadap
air hujan dan lain-lain.
b. Sesuai dengan kondisi alam setempat, seperti aspek kepercayaan, religi yang
diterapkan.
c. Orientasi lokal place, people, and period Konsep Perancangan
d. Kontemporer (Kamus Besar Bahasa Indonesia) : pada waktu atau masa yang
sama, atau pada masa kini
e. Arsitektur kontemporer menyajikan konsep dan gaya kekinian
f. Biasanya lebih menonjolkan keunikan dari segi bentuk atraktif, warna dan
cenderung kompleks
g. Untuk menciptakan gaya kontemporer tidak harus menggunakan material baru.
Bisa menggunakan material bangunan yang sama dengan yang ada dipasaran saat
ini, tetapi dengan desain yang baru.
Dalam proses eksplorasinya, ada empat model pendekatan yang harus diperhatikan
terkait dengan bentuk dan makna dalam merancang dan memodernisir bangunan tradisional
dalam konteks kekinian, yaitu kecenderungan terjadinya perubahan-perubahan dengan
paradigma, yaitu :
Prinsip hemat energi pada bangunan Youth Center dihasilkan oleh bentuk fisiknya
yang kompak dengan bukaan-bukaan yang mencukupi untuk terjadinya pergerakan udara
dalam ruang sehingga diperoleh kenyamanan termal yang memadai. Bangunan ini tidak
membutuhkan mesin pendingin ruangan untuk beroperasi secara baik menghadirkan
kenyamanan termal di siang dan malam hari.
c) Penggunan Bahan Lokal
Pada perancangan bahan-bahan bangunan digunakan bahan bangunan lokal. Hal ini
disebabkan karena biaya pembangunan menjadi murah dan tidak mengalami kesulitan dalam
transportasinya.
d) Selaras Alam
Pada perencanaannya bangunan ini memiliki bentuk yang sederhana namun memiliki
volume ruang yang maksimum. Prinsip ini menghasilkan penggunaan bahan yang minimum
sesuai ketersediaan bahan lokal serta luasan dinding yang efektif bagi pelubangan pintu, dan
jendela saja. Dengan demikian berbeda dengan bangunan moderen yang kebanyakan
memiliki bentuk yang tidak sederhana sehingga volume ruang tidak maksimal, membutuhkan
teknologi yang tinggi dan penggunaan bahan bangunan yang tidak efektif dan cenderung
boros.