3. Sirkulasi anterior
a. Arteri karotis internal
Cabang arteri karotis bagian kanan berhenti pada arteri
brakiosefalika, sementara canag arteri carotis bagian kiri berhenti pada
percabangan aorta. Arteri carotis melewati leher sebelum bercabang ke
arteri karotis bagian eksternal dan internal pada bagian leher lainnya.
Bagian kanan dan kiri arteri karotis internal berjalan masuk ke
sirkulasi willis di rongga tengkorak. Arteri ini bercabang menjadi dua,
yaitu arteri middle serebral dan arteri anterior serebral, sehingga akan
mengalirkan darah ke bagian anterior dan superior otak.
4. Sirkulasi posterior
a. Arteri vertebralis
Terdiri atas arteri vertebralis kanan dan kiri. Arteri vertebralis
bercabang dari arteri subklavia di dada. Arteri vertebralis berjalan
melewati leher dan masuk ke dalam kubah kranial. Pada bagian dari
otak tengah, dua arteri vertebralisis bergabung untuk membentuk arteri
basilaris.
b. Arteri basilaris
Arteri basilaris memanjang bersamaan dengan struktur batang
otak dari titik dimana arteri vertebralis bergabung untuk membentuk
dua arteri serebral posterior. Arteri serebral posterior inferior (kiri dan
kanan, arteri serebral anterior inferior, dan arteri serebra superior
merupakan percabangan dari arteri basilaris dan menyuplai darah ke
serebelum. Arteri-arteri tersebut memiliki ukuran yang lebih kecil yang
bercabang dari arteri basilaris, disebut juga dengan arteri pontine.
Arteri pontine ini meyuplai darah ke dalam pons dan beberapa struktur
yang berdekatan dengan batang otak.
c. Arteri posterior serebral
Arteri posterior serebral (kiri dan kanan) merupakan bagian atas
dari arteri basilaris. Arteri ini mempunyai beberapa cabang arteri kecil
yang menyediakan darah untuk lobus oksipital, bagian posterior dari
lobus temporal, bagian dari tala mus, dinding dari ventrikel ke tiga,
nukleus caudate dan batang serebral.
5. Sirkulasi Willis
Sirkulasi wiliis tersusun atas arterior communicating artery, arteri
serebral anterior, arteri karotis internal, posterior communicating artery,
dan arteri serebral posterior. Sementara itu, bagian penting lainnya pada
aliran darah otak, sepertiarteri middle serebral, arteri basilaris dan arteri
vertebralis, tidak termasuk dalam sirkulasi willis.
Pembuluh darah mayor dari sirkulasi willis bercabang menjadi
pembuluh darah yang lebih kecil dan menyebar pada seluruh wilayah otak,
arteri ini memberikan aliran darah yang adekuat ke seluruh area otak.
Ketika salah satu pembuluh darah tidak dapat menjalankan fungsinya
akibat injury atau penyakit tertentu, aliran kolateral akan menyediakan
beberapa darah ke jaringan yang beresiko. Hal ini terjadi karena beberapa
cabang tumpang tidih di wilayah otak yang mereka berikan darah. Jika
pada bagian distal dari arteri middle serebral mengalami kerusakan, maka
dalam keadaan normal jaringan akan mendapatkan perfusi dari beberapa
pembuluh darah terdekat dari cabang yang berbeda. Jika pada area pusat
dari arteri middle serebral mengalami kerusakan, maka jaringan terluas
pada area tersebut akan kehilangan aliran darah dan beresiko untuk
mengalami kerusakan.
a. Faktor metabolisme
Otak membutuhkan pasokan oksigen dan glukosa yang konstan
untuk mempertahankan keadekuatan energi untuk menjalankan fungsi
normalnya. Sel-sel dalam sistem saraf pusat memiliki kapasitas yang
sangat terbatas untuk menyimpan oksigen atau glukosa dan memiliki
tuntutan yang tinggi.
1) Glukosa
Proses pertama dalam produksienergi melalui metabolisme
aorob dan anaerob disebut glikolisis, atau pemecagan glukosa.
Glukosa diangkut melewati barries otak oleh GLUT-1, sebuah
molekul transporter. Kemudian diambil oleh astrosit melalui
GLUT-1 dan neuron, melalui glucose trasporter GLUT-3. Glukosa
intraselular dipecah di dalam sitoplasma menjadi 2 molekul
piruvat, 2 molekul nicotanamide adenine dinucleotide (NADH),
dan 4 molekul ATP. Reaksi ini memerlukan 2 molekul ATP untuk
dapat menghasilkan 2 mol ATP. Ketiadaan oksigen dalam proses
ini menyebabkan piruvat dibecah menjadi laktat. Sementara itu,
dengan bantuan oksigen, piruvat akan diubah menjadi asetil co-
enzim A atau asam oksalat, yang masuk ke dalam mitokondria dan
digunakan dalam siklus kreb dan rantai transpor elektron sebagai
bagian dari metabolisme oksidatif. Tanpa glukosa yang adekuat,
glikolisis tidak dapat terjadi, NADH tidak diproduksi, sehingga
mengakibatkan kagagalan pembentukkan energi di sel.
2) Oksigen
Pengiriman oksigen ke otak sangat penting untuk
memaksimalkan fungsinya. Otak memiliki kapasitas yang sangat
terbatas untuk penyimpanan oksigen dan pemasokan yang konstan
sangat diperlukan. Oksigen diangkut ke dalam tubuh, darah, dan
jaringan secara difusi melewati gradient tekanan oksigen. Tekanan
parsial oksigen arteri sekitar 90 mmHg dan tekanan parsial dari
oksigen otak adalah 35 mmHg. Oksigen diambil dari udara oleh
alveoli dari paru-paru dan dialirkan langsung ke darah dimana
sebagian besar berikatan dengan hemoglobin. Oksigen tetap terikat
dengan hemoglobin dalam darah hingga mencapai kapiler dan
pembuluh darah kecil. Di pembuluh darah kecil dan kapiler,
tekanan partial oksigen lebih rendah di jaringan, sehingga oksigen
dilepaskan di jaringan.
Dalam jaringan, oksigen digunakan untuk menghasilkan
energi. Metabolisme aerob menghasilkan energi yang lebih
signifikan, atau adenosine triphosphate (ATP), daripada
metabolisme anaerob. Metabolisme aerobi menghasilkan 36 lebih
mol ATP, sedangkan metabolisme anaerob, bergantung pada
glikolisis dan menghasilkan 2 mol ATP. Keadekuatan energi yang
cukup bagi neuron merupakan sumber energi yang digunakan oleh
sel untuk mempertahankan homeostasis dari membran sel (melalui
poma). Sel neuron merupakan jenis sel CNS yang paling sensitif
terhadap kekurangan oksigen. Saat sel neuron kekurangan oksigen,
sel CNS lainnya juga akan terpengaruh, sehinga oligodendrocytes,
astrosit dan mikroglia juga akan mengalami hal yang sama.
3) Karbondioksida
Karbondioksida (dan air) merupakan produk sampingan hasil
metabolisme aerob. Karbondioksida memiliki efek lokal yang
mencakup vasodilatasi pembulih darah dalam upaya meningkatkan
pengiriman oksigen ke jaringan dan membersihkan
karbondioksida. Akhirnya karbondioksida memodifikasi aliran
darah otak dengan mengubah pH lokal. Di jaringan,
karbondioksida bereaksi dengan air untuk menghasilkan bikarbonat
dan hidrogen. Jumlah karbondioksida yang tinggi menyebabkan
terjadinya lingkungan asam pada aliran darah, yang melebarkan
aliran pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah otak ke
jaringan.
4) Nitrit oksida
Nitrit oksida merupakan vasodilator kuat yang dihasilkan
oleh sistem saraf pusat dan neurovaskular junction. Nitrit oksida
merupakan hasil pembelahan dari L-arginine oleh sintesa nitrit
oksida (NOS). Neuron dan glia menghasilkan nNOS, sel endotel
menghasilkan eNOS, dan beberapa sel menghasilkan inducible
NOS (iNOS). Sel endotel, neuron dan glia di pembuluh darah
menghasilkan NOS yang merespon penurunan aliran darah dan
meningkatkan kebutuhan metabolisme.
5) Adenosin
Adenosin dihasilkan selama pemecahan/penggunaan ATP.
Adenosin dibutuhkan untuk menghasilkan cyclic adenosine
monophosphate (cAMP), yang meingkatkan aliran darah otak.
Selama hipoksia, adenosin diproduksi oleh astrocytes lokal.
Adenosisn mengaktifkan pelepasan nitrit oksida, yang menyebakan
vasodilatasi.
7) Suhu
Suhu otak lokal memiliki pengaruh langsung pada kebutuhan
metabolisme otak. Pada kondisi hipertermi, kebutuhan
metabolisme sel setiap individu meningkat untuk menjaga
keseimbangan ion. Sementara itu, pada kondisi hipertermi
kebutuhan metabolik menurun dan oksigen dilepaskan dari darah
ke jaringan.
b. Tekanan
Pada tingkat yang paling dasar, aliran darah dipengaruhi oleh
tekanan dalam sistem arterial dan ruang intrakranial.
Mempertahanakan aliran darah otak yang adekuat dan perfusi dari
jaringan otak sangat penting bagi otak untuk menjalankan fungsinya.
MAP harus cukup kuat, untuk mengalirkan darah ke ruang kranial dan
ke dalam jaringan. Nilai normal MAP berkisar antara 70 100 mmHg.
Tekanan intrakranial atau tekanan di antara ruang kranial memberikan
resistensi (tahanan) terhadap tekanan darah. Nilai normal tekanan
intrakranial adalah 10 15 mmHg. Tekanan perfusi serebral adalah
tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah ke jaringan. Nilai
normal tekanan perfusi serebral adalah 70 100 mmHg.
Saat volume intrakranial meningkat, baik yang disebabkan oleh
massa (tumor, edema) atau cairan (ekstraserebral hemoragik atau
cairan cerebrospinal), akan mengakibatkan peningkatan tekanan
intrakranial. Dengan adanya peningkatan tekanan intrakranial, tekanan
darah juga akan meningkat untuk mempertahankan keadekutan
tekanan perfusi. Pada kondisi dimana MAP sanagt rendah, seperti
dalam serangan jantung, tekanan perfusi serebral menjadi rendah dan
jaringan mungkin akan mendapatkan efek dari ketidakadekuatan aliran
darah ini, seperti terjadinya hipoksia dan iskemik pada jaringan.
c. Input saraf
Pembuluh darah serebral dipersarafi oleh serabut saraf simpatik
dan serabut saraf trigeminal. Masukan dari saraf ini minimal dalam
kondisi normal, namun mungkin memiliki pengaruh yang lebih
signifikan dalam kondisi tekanan darah yang tidak normal.
4. Sirkulasi kolateral
Sirkulasi kolateral dapat terbentuk secara perlahan-lahan saat aliran
normal ke suatu bagian berkurang. Sebagian besar sirkulasi kolateral
serebrum antara arteri-arteri besar adalah melalui sirkulus willis. Efek
sirkulasi kolateral ini adalah untuk menjamin terdistribusinya aliran darah
ke otak sehingga iskemia dapat ditekan minimal apabilaterjadi sumbatan
arteri. Otak juga memiliki tempat-tempat sirkulasi kolateral yang lain,
seperti antara arteri karotis eksterna dan interna melalui arteri oftalmika.
Kolateral-kolateral ini hanya berfungsi apabila rute lain terganggu. Secara
teoritis saluran-saluran komunikans ini mampu mengalirkan darah secara
adekuat ke semua bagian otak. Namun, secara praktis hal ini tidak selalu
terjadi. Diperkirakan bahwa anomali pada sirkulus willis terjadi pada
hampir separuh populasi dan temuan otopsi, memperlihatkan bahwa
prevalensi anomali semacam ini bahkan lebih tinggi pada pasien stroke.
Suatu sumbatan di sebuah pembuluh darah besar pada seseorang
tidak akan menimbulkan gejala atau defisit neurologik transient. Pada
orang lain sumbatan yang sama dapat menyebabkan gangguan fungsi yang
besar. Perbedaan ini tampaknya berkaitan dengan keadaan sirkulasi
kolateral masing-masing orang.
5. Mikrosirkulasi Serebrum
Laju metabolisme di substansia grisea otak lebih tinggi daripada di
substansia alba, sehingga mengakibatkan jumlah kapiler dan aliran
darahnya 4 kali lebih besar. Kapiler-kapiler otak jauh lebih kurang
permeabel dibandingkan dengan hampir semua kapiler tubuh lainnya.
Penyebab hal ini adalah bahwa ruang antara sel-sel endotel tersebut
ditandai oleh tight-juctions (taut erat) yang mencegah bocornya cairan
kapiler. Akibatnya adalah apa yang disebut sebagai sawar darah otak
taut-taut erat ini juga merupakan gambaran pada pertemuan antara darah
dan cairan serebrospinalis (CSS). Sifat protektif penting lainnya dari
kapiler otak adalah bahwa kapiler-kapiler tersebut ditunjang di semua
sisinya oleh kaki glia atau pseudopodia. Struktur-struktur ini adalah
proyeksi dari sel-sel glia yang pas dengan permukaan luar kapiler serta
memberikan dukungan untuk mencegah peregangan berlebihan dan ruptur
apabila terjadi peningkatan tekanan intralumen. Keruskan iskemik akibat
stroke dapat merusak sawar darah otak dan sawar darah CSS serta
meningkatkan permeabilitas vaskular dan edema serebrum.
Source :
Janigro, D., Wender, R., Ramson, G., Tinklepaugh, D., & Winn, H. (1996).
Adenosine-Induced Release of Nitric Oxide from Cortical Astrocytes.
Neuroreport, 1640-1644.
Zauner, A., Daugherty, W., Bullock, M., & Warner, D. (2002). Brain Oxygenation
and Energy Metabolism: Part 1-Biologocal Function and Pathophysiology.
Neurosurgery, 289-301.