Anda di halaman 1dari 12

Aliran Darah Otak

1. Struktur pembuluh darah otak


Pembuluh darah yang menyuplai darah ke otak mempunyai struktur
yang sama seperti pembuluh darah lainnya yang terdapat pada beberapa
lokasi di tubuh. Lapisan terluar dari arteri adalah tubica eksterna
(adventitia), yang tersusun atas jaringan ikat. Tunica media atau lapisan
tengah, tersusun atas beberapa lapisan sel otot polos dan serat elastis. Sel-
sel otot polos dari arteri merespon vasomotor untuk kontriksi dan
relaksasi, mengubah ukuran dari lumen internal dan mengatur pengiriman
darah ke jaringan. Bagian arteri paling dalam, berhubungan langsung
dengan darah dan membentuk lumen internal, yang tersusun atas satu
lapisan sel epitel. Sel epitel memonitor lingkungan lokal dan melepaskan
nitrit oksida serta vasomotor lainnya yang memodulasi konstriksi dan
relaksasi pembuluh darah mengakibatkan terkirimnya aliran darah.

2. Sawar (barier) darah otak


Pelindung darah otak berfungsi untuk membatasi bagian zat dari
darah ke otak. Pelindung ini merupakan bagian yang vital untuk
melindungi CNS dari agen infeksi dan racun. Otak sangat rentan terhadap
racun karena neuron tidak bisa melakukan proses mitosis, sehingga
mengakibatkan kematian sel yang permanen. Otak juga rentan terhadap
agen infeksi, karena sel imun menyediakan entri yang terbatas.

3. Sirkulasi anterior
a. Arteri karotis internal
Cabang arteri karotis bagian kanan berhenti pada arteri
brakiosefalika, sementara canag arteri carotis bagian kiri berhenti pada
percabangan aorta. Arteri carotis melewati leher sebelum bercabang ke
arteri karotis bagian eksternal dan internal pada bagian leher lainnya.
Bagian kanan dan kiri arteri karotis internal berjalan masuk ke
sirkulasi willis di rongga tengkorak. Arteri ini bercabang menjadi dua,
yaitu arteri middle serebral dan arteri anterior serebral, sehingga akan
mengalirkan darah ke bagian anterior dan superior otak.

b. Arteri middle serebral


Bagian kanan dan kiri arteri middle serebral berasal dari arteri
karotis internal. Arteri ini kemudian berlanjut ke pusat otak sepanjang
sulcus lateralis yang bercabang dan meluas ke bagian yang lebih luas
dari korteks serebral. Arteri middle serebral menyuplai darah ke
seluruh tubuh tetapi lebih banyak pada bagian superior dari lobus
frontal dan parietal, bagian inferior dari temporal, capsul internal, dan
basal ganglia. Area ini meliputi area broca, area wericke, korteks
motorik, korteks sensori, sistem motorik dan struktur lainnya pada
otak.

c. Arteri anterior serebral


Bagian kanan dan kiri arteri anterior serebral merupakan
percabangan dari arteri karotis internal. Arteri tersebut meluas di
dalam otak dan menyediakan darah ke bagian medial dari lobus
frontal, bagian medial atau superior dari lobus parietal, bagian anterior
dari korpus kalosum, bagian anterior dari basal gangglia dan kapsul
internal, bulbus olfaktorius dan sistemnya.

d. Anterior communicating artery


Arteri ini menghubungkan bagian kanan dan kiri arteri serebral
anterior. Arteri ini tidak menyuplai darah secara langsung ke beberapa
area dari otak, tetapi lebih berfungsi untuk memastikan keadekuatan
aliran darah pada kedua hemisphere juga keberadaan lesi di dalam
silkulasi willis.

4. Sirkulasi posterior
a. Arteri vertebralis
Terdiri atas arteri vertebralis kanan dan kiri. Arteri vertebralis
bercabang dari arteri subklavia di dada. Arteri vertebralis berjalan
melewati leher dan masuk ke dalam kubah kranial. Pada bagian dari
otak tengah, dua arteri vertebralisis bergabung untuk membentuk arteri
basilaris.

b. Arteri basilaris
Arteri basilaris memanjang bersamaan dengan struktur batang
otak dari titik dimana arteri vertebralis bergabung untuk membentuk
dua arteri serebral posterior. Arteri serebral posterior inferior (kiri dan
kanan, arteri serebral anterior inferior, dan arteri serebra superior
merupakan percabangan dari arteri basilaris dan menyuplai darah ke
serebelum. Arteri-arteri tersebut memiliki ukuran yang lebih kecil yang
bercabang dari arteri basilaris, disebut juga dengan arteri pontine.
Arteri pontine ini meyuplai darah ke dalam pons dan beberapa struktur
yang berdekatan dengan batang otak.
c. Arteri posterior serebral
Arteri posterior serebral (kiri dan kanan) merupakan bagian atas
dari arteri basilaris. Arteri ini mempunyai beberapa cabang arteri kecil
yang menyediakan darah untuk lobus oksipital, bagian posterior dari
lobus temporal, bagian dari tala mus, dinding dari ventrikel ke tiga,
nukleus caudate dan batang serebral.

d. Posterior communicating artery


Arteri ini berfungsi untuk menghubungkan arteri posterior
serebral dan trifurcation (arteri yang bercabang tiga) dari arteri karotis
internal, arteri middle serebral, dan arteri serebral anterior. Posterior
communicating artery menghubungkan bagian anterior dan posterior
dari sirkulasi willis, menyediakan mekanisme untuk pengiriman darah
yang adekuat bila terdapat lesi atau semua pembuluh darah dari
sirkulasi willis tidak sepenuhnya terbentuk.

5. Sirkulasi Willis
Sirkulasi wiliis tersusun atas arterior communicating artery, arteri
serebral anterior, arteri karotis internal, posterior communicating artery,
dan arteri serebral posterior. Sementara itu, bagian penting lainnya pada
aliran darah otak, sepertiarteri middle serebral, arteri basilaris dan arteri
vertebralis, tidak termasuk dalam sirkulasi willis.
Pembuluh darah mayor dari sirkulasi willis bercabang menjadi
pembuluh darah yang lebih kecil dan menyebar pada seluruh wilayah otak,
arteri ini memberikan aliran darah yang adekuat ke seluruh area otak.
Ketika salah satu pembuluh darah tidak dapat menjalankan fungsinya
akibat injury atau penyakit tertentu, aliran kolateral akan menyediakan
beberapa darah ke jaringan yang beresiko. Hal ini terjadi karena beberapa
cabang tumpang tidih di wilayah otak yang mereka berikan darah. Jika
pada bagian distal dari arteri middle serebral mengalami kerusakan, maka
dalam keadaan normal jaringan akan mendapatkan perfusi dari beberapa
pembuluh darah terdekat dari cabang yang berbeda. Jika pada area pusat
dari arteri middle serebral mengalami kerusakan, maka jaringan terluas
pada area tersebut akan kehilangan aliran darah dan beresiko untuk
mengalami kerusakan.

6. Faktor yang mempengaruhi aliran darah otak


Aliran darah normal di otak adalah 45-60 ml/100g/min. Otak
memiliki kapasitas yang cukup untuk mempertahankan fungsi yang
memadai dengan penurunan aliran darah ke otak sekitar 20 ml/100 g/min,
meskipun terjadi perlambatan electroensephalography dan penurunan
tingkat kesadaran yang umum pada level ini. Ketika aliran darah otak
menurun hingga lebih dari 18 ml/100 g/min, akan terjadi metabolisme
anaorob dan ion/hemeostatis membran terganggu. Pada aliran darah otak
yang nialnya kurang dari 10 ml/100 g/min, kerusakan irreversibel terjadi
ketika integritas membran sel hilang, kalsium mengalir bebas ke dalam sel,
dan neuron (dan bagian lainnya) akan mengalami kematian sel. Aliran
darah otak yang nilainya kurang dari 5 ml/100 g/min selama lebih dari 30
menit, dapat dilihat dari skenario cardiac arrest, yang mengarah pada
infark jaringan. Infark otak mungkin juga dapat terjadi pada aliran darah
otak yang lebih tinggi jika dipertahankan untuk waktu yang cukup lama.
Aliran darah otak 10 ml/100 g/min dapat ditoleransi selama 3 jam dan
aliran darah otak yang nilainya 18 ml/100 g/min, mungkin dapat
ditoleransi selama 4 jam. Pada otak akan mengalami proses metabolisme,
dimana proses ini memerlukan oksigen sekitar 1,3 1,8 mol/g/min.
Autoregulasi otak merupakan konsep penyesuaian keadekuatan
aliran darah ke otak dan pengiriman nutrisi di berbagai macam tekanan
darah. Dalam MAP sekitar antara 50 dan 150 mmHg, pembuluh darah otak
dapat melebar atau mengalami konstriksi untuk mengatur pengiriman
darah ke jaringan. Jika MAP di luar kisaran ini, akan menyebabkan
gangguan aliran darah. MAP di bawah 50 mmHg tidak dapat menyediakan
kekuatan yang optimal untuk perfusi jaringan. MAP lebih dari 150 mmHg
dapat menyebabkan kerusakan pada sirkulasi serebral. Khususnya pada
tekanan darah tinggi, dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan
memisahkan endotel juntion dari pelindung darah otak, dan mengurangi
efektivitasnya.
Kontrol aliran darah di otak disebabkan karena beberapa faktor,
meliputi kebutuhan metabolisme otak, tekanan di dalam tengkorak,
oksigen/ karbondioksida/hidrogen/kalium/adenosisn/prostaglandin tidak
meningkat pada otak, dan input saraf.

a. Faktor metabolisme
Otak membutuhkan pasokan oksigen dan glukosa yang konstan
untuk mempertahankan keadekuatan energi untuk menjalankan fungsi
normalnya. Sel-sel dalam sistem saraf pusat memiliki kapasitas yang
sangat terbatas untuk menyimpan oksigen atau glukosa dan memiliki
tuntutan yang tinggi.
1) Glukosa
Proses pertama dalam produksienergi melalui metabolisme
aorob dan anaerob disebut glikolisis, atau pemecagan glukosa.
Glukosa diangkut melewati barries otak oleh GLUT-1, sebuah
molekul transporter. Kemudian diambil oleh astrosit melalui
GLUT-1 dan neuron, melalui glucose trasporter GLUT-3. Glukosa
intraselular dipecah di dalam sitoplasma menjadi 2 molekul
piruvat, 2 molekul nicotanamide adenine dinucleotide (NADH),
dan 4 molekul ATP. Reaksi ini memerlukan 2 molekul ATP untuk
dapat menghasilkan 2 mol ATP. Ketiadaan oksigen dalam proses
ini menyebabkan piruvat dibecah menjadi laktat. Sementara itu,
dengan bantuan oksigen, piruvat akan diubah menjadi asetil co-
enzim A atau asam oksalat, yang masuk ke dalam mitokondria dan
digunakan dalam siklus kreb dan rantai transpor elektron sebagai
bagian dari metabolisme oksidatif. Tanpa glukosa yang adekuat,
glikolisis tidak dapat terjadi, NADH tidak diproduksi, sehingga
mengakibatkan kagagalan pembentukkan energi di sel.

2) Oksigen
Pengiriman oksigen ke otak sangat penting untuk
memaksimalkan fungsinya. Otak memiliki kapasitas yang sangat
terbatas untuk penyimpanan oksigen dan pemasokan yang konstan
sangat diperlukan. Oksigen diangkut ke dalam tubuh, darah, dan
jaringan secara difusi melewati gradient tekanan oksigen. Tekanan
parsial oksigen arteri sekitar 90 mmHg dan tekanan parsial dari
oksigen otak adalah 35 mmHg. Oksigen diambil dari udara oleh
alveoli dari paru-paru dan dialirkan langsung ke darah dimana
sebagian besar berikatan dengan hemoglobin. Oksigen tetap terikat
dengan hemoglobin dalam darah hingga mencapai kapiler dan
pembuluh darah kecil. Di pembuluh darah kecil dan kapiler,
tekanan partial oksigen lebih rendah di jaringan, sehingga oksigen
dilepaskan di jaringan.
Dalam jaringan, oksigen digunakan untuk menghasilkan
energi. Metabolisme aerob menghasilkan energi yang lebih
signifikan, atau adenosine triphosphate (ATP), daripada
metabolisme anaerob. Metabolisme aerobi menghasilkan 36 lebih
mol ATP, sedangkan metabolisme anaerob, bergantung pada
glikolisis dan menghasilkan 2 mol ATP. Keadekuatan energi yang
cukup bagi neuron merupakan sumber energi yang digunakan oleh
sel untuk mempertahankan homeostasis dari membran sel (melalui
poma). Sel neuron merupakan jenis sel CNS yang paling sensitif
terhadap kekurangan oksigen. Saat sel neuron kekurangan oksigen,
sel CNS lainnya juga akan terpengaruh, sehinga oligodendrocytes,
astrosit dan mikroglia juga akan mengalami hal yang sama.

3) Karbondioksida
Karbondioksida (dan air) merupakan produk sampingan hasil
metabolisme aerob. Karbondioksida memiliki efek lokal yang
mencakup vasodilatasi pembulih darah dalam upaya meningkatkan
pengiriman oksigen ke jaringan dan membersihkan
karbondioksida. Akhirnya karbondioksida memodifikasi aliran
darah otak dengan mengubah pH lokal. Di jaringan,
karbondioksida bereaksi dengan air untuk menghasilkan bikarbonat
dan hidrogen. Jumlah karbondioksida yang tinggi menyebabkan
terjadinya lingkungan asam pada aliran darah, yang melebarkan
aliran pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah otak ke
jaringan.

4) Nitrit oksida
Nitrit oksida merupakan vasodilator kuat yang dihasilkan
oleh sistem saraf pusat dan neurovaskular junction. Nitrit oksida
merupakan hasil pembelahan dari L-arginine oleh sintesa nitrit
oksida (NOS). Neuron dan glia menghasilkan nNOS, sel endotel
menghasilkan eNOS, dan beberapa sel menghasilkan inducible
NOS (iNOS). Sel endotel, neuron dan glia di pembuluh darah
menghasilkan NOS yang merespon penurunan aliran darah dan
meningkatkan kebutuhan metabolisme.

5) Adenosin
Adenosin dihasilkan selama pemecahan/penggunaan ATP.
Adenosin dibutuhkan untuk menghasilkan cyclic adenosine
monophosphate (cAMP), yang meingkatkan aliran darah otak.
Selama hipoksia, adenosin diproduksi oleh astrocytes lokal.
Adenosisn mengaktifkan pelepasan nitrit oksida, yang menyebakan
vasodilatasi.

6) Keseimbangan asam basa otak


Darah yang asam meningkatkan pengambilan oksigen dari
darah oleh jaringan, sedangkan darah yang basa menghambat
pengambilan oksigen dari darah. Pada kondisi anaerob, laktat
diakumulasi pada jaringan lokal, dan menghasilkan hidrogen yang
tinggi dan mengakibatkan lingkungan eksternal menjadi asam.
Selama fungsi sel normal, akumulasi laktat dan perubahan
lingkungan ekstraselular yang menjadi asam tidak tampak
merugikan. Namun, diperiode stress tingkat sel, seperti hipoksia
dan iskemik, akumulasi laktat dan lingkungan yang asam akan
menyebabkan sistem buffer menjadi lelah, yang pada akhirnya
akan mengakibatkan kerusakan tingkat sel, mulai dari protein yang
terdenaturasi ke saraf, kegagalan sistem transportasi membran
astrocytic, pembentukan radikal bebas dan menghambat proses
glikolisis. Pada keadaan hipoksia dan iskemik, akan terjadi retensi
karbondioksida dan terjadi pemecahan ATP, yang memberikan
kontribusi bagi kondisi asidosis. Transport natrium/pertukaran
oksigen akan diaktifkan pada keadaan asidosis intraselular, untuk
mengontrol beberapa kerusakan yang terjadi. Namun aktivitas ini
juga dapat mengakibatkan pembengkakan jaringan CNS dan
edema.

7) Suhu
Suhu otak lokal memiliki pengaruh langsung pada kebutuhan
metabolisme otak. Pada kondisi hipertermi, kebutuhan
metabolisme sel setiap individu meningkat untuk menjaga
keseimbangan ion. Sementara itu, pada kondisi hipertermi
kebutuhan metabolik menurun dan oksigen dilepaskan dari darah
ke jaringan.

b. Tekanan
Pada tingkat yang paling dasar, aliran darah dipengaruhi oleh
tekanan dalam sistem arterial dan ruang intrakranial.
Mempertahanakan aliran darah otak yang adekuat dan perfusi dari
jaringan otak sangat penting bagi otak untuk menjalankan fungsinya.
MAP harus cukup kuat, untuk mengalirkan darah ke ruang kranial dan
ke dalam jaringan. Nilai normal MAP berkisar antara 70 100 mmHg.
Tekanan intrakranial atau tekanan di antara ruang kranial memberikan
resistensi (tahanan) terhadap tekanan darah. Nilai normal tekanan
intrakranial adalah 10 15 mmHg. Tekanan perfusi serebral adalah
tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah ke jaringan. Nilai
normal tekanan perfusi serebral adalah 70 100 mmHg.
Saat volume intrakranial meningkat, baik yang disebabkan oleh
massa (tumor, edema) atau cairan (ekstraserebral hemoragik atau
cairan cerebrospinal), akan mengakibatkan peningkatan tekanan
intrakranial. Dengan adanya peningkatan tekanan intrakranial, tekanan
darah juga akan meningkat untuk mempertahankan keadekutan
tekanan perfusi. Pada kondisi dimana MAP sanagt rendah, seperti
dalam serangan jantung, tekanan perfusi serebral menjadi rendah dan
jaringan mungkin akan mendapatkan efek dari ketidakadekuatan aliran
darah ini, seperti terjadinya hipoksia dan iskemik pada jaringan.

c. Input saraf
Pembuluh darah serebral dipersarafi oleh serabut saraf simpatik
dan serabut saraf trigeminal. Masukan dari saraf ini minimal dalam
kondisi normal, namun mungkin memiliki pengaruh yang lebih
signifikan dalam kondisi tekanan darah yang tidak normal.

Fisiologi aliran darah otak


1. Aliran darah otak
Aliran darah otak disuplai oleh empat arteri besar dua arteri karotis
dan dua arteri vertebralis yang bergabung membentuk sirkulus willis di
dasar otak. Arteri-arteri yang dipercabangkan ke sirkulus willis berjalan
sepanjang permukaan otak dan membentuk arteri-arteri pial yang
bercabang-cabang menjadi pembuluh-pembuluh yang lebih kecil yang
dinamakan arteri-arteri atau arteriola-arteriola penembus. Pembuluh-
pembuluh penembus sedikit terpisah dari jaringan otak perpanjangan
rongga subaracnoid yang dinamakan rongga William Robin . pembuluh-
pembuluh penembus masuk ke dalam jaringan otak, mempercabangkan
arteriola-arteriola vertebralis yang akhirnya bercabang menjadi kapiler-
kapiler tempat terjadinya pertukaran oksigen, nutrien, karbondioksida, dan
metabolisme antara darah dan jaringan

2. Suplai darah serebrum


Sistem serebrovaskular memberi otak aliran darah yang banyak
mengandung zat makanan yang penting bagi fungsi normal otak.
Terhentinya aliran darah serebrum (CBF) selama beberapa detik saja akan
menimbulkan gejala disfungsi serebrum. Apabila berlanjut selama
beberapa detik, defisiensi CBF menyebabkan kehilangan kesadaran dan
akhirnya terjadi iskemik serebrum. Kerusakan otak irreversibel akan mulai
timbul setelah 4 sampai 6 menit penghentian total pasokan oksigen
(biasanya akibat henti kardio pulmonal). CBF normal adalah sekitar 50
ml/100 gram jaringan otak permenit. Pada keadaan istirahat, otak
menerima 1/6 dari curah jantung, dari aspek ekstraksi oksigen, otak
menggunakan 20 % oksigen tubuh. Apabila sebuah pembuluh darah
serebrum tersumbat, sirkulasi kolateral membantu mempertahankan CBF
ke daerah iskemik. Bagian-bagian otak yang berdekatan dan mendapat
CBF terbatas melalui aliran kolateral disebut penumbra iskemik.
Empat arteri besar menyalurkan darah ke otak (dua arteri karotis
internal, dua arteri verterbralis (yang menyatu dengan arteri basilaris untuk
membentuk sistem vertobrabasilaris)). Darah arteri yang ke otak berasal
dari arkus aorta. Di sisi kiri, arteri karotis komunis dann arteri subklavia
berasal langsung dari arkus aorta. Di kanan, arteri trunkus brakiosefalikus
(inominata) berasal dari arkus dan kemudian bercabang menjadi arteri
karotis komunis dekstra dan arteri subklavia dekstra. Terjadi percabangan
lebih lanjut, dengan arteri karotis internus berasal dari arteri subklavia. Di
kedua sisi, sirkulasi darah ke otak di sebelah anterior dipasok oleh dua
arteri karotis internus dan di posterior oleh dua arteri vertebralis.
Arteri karotis internus bercabang menjadi arteri serebri anterior dan
media setelah masuk ke kranium melalui dasar tengkorak. Arteri-arteri
vertebralis berukuran lebih kecil dan berjalan melalui foramina transversus
vertebra servikalis, masuk ke tengkorak melalui foramina magnum, arteri-
arteri ini menyatu untuk membentuk arteri basilaris (sistem
vertebrobasilaris) di taut pons dan medula di batang otak. Arteri basilaris
kemudian berjalan ke otak tengah tempat arteri ini bercabang menjadi
sepasang arteri serebri posterior . sirkulasi anterior bertemu dengan
sirkulasi posterior untuk membentuk suatu halo arteri yang disebut
sirkulus willis. Sirkulus ini dibentuk oleh arteri serebri anterior, anterior
communicating artery, arteri karotis internus, posterior communacating
artery, dan arteri serebri posterior.
Secara umum, arteri-arteri serebrum bersifat penetrans atau
konduktans. Arteri-arteri konduktans (karotis, serebri media dan anterior,
vertebralis, basilaris dan serebri posterior), serta cabang-cabangnya
membentuk suau jaringan yang ekstensif di permukaan otak. Secara
umum, arteri karotis dan cabang-cabangnya memperdarahi bagian terbesar
dari hemisfer serebrum, dan arteri vertebralis memperdarahi dasar otak an
serebelum. arteri-arteri penetrans adalah pembuluh yang menyalurkan
makanan dan berasal dari arteri-arteri konduktans. Pembuluh-pembuluh ini
masuk ke otak dengan sudut tegak lurus serta menyalurkan darah ke
strukrtur struktur yang terletak di bawah korteks (talamus, hipotalamus,
kapsula internal dan ganglia basal). Sirkulasi ke kedua hemisfer umumnya
simetris, dengan masing-masing sisi mempertahankan aliran darahnya
secara terpisah. Namun sering terjadi anomali dari distribusi klasik yang
umumnya tidak signifikan. Apabila timbul masalah, anomali ini dapat
menimbulkan kebingungan saat dilakukan usaha untuk mengaitkan
temuan klinis dengan fenomena patofisiologik.
3. Pengaturan darah otak
Autoregulasi otak adalah kemampuan otak normal mengendalikan
volume aliran darahnya sendiri di bawah kodisi tekanan darah arteri yang
selalu beruba-ubah. Fungsi ini dilakukan dengan mengubah ukuran
pembuluh-pembuluh resistensi untuk mempertahankan tekanan aliran
darah ke otak dalam rentang fisiologik 60-160 mmHg tekanan arteri rata-
rata (MAP). Pada pengidap hipertensi, rentang autoregulasi ini meningkat
sampai setinggi 180-200 mmHg. Apabila tekanan arteri sistemik rata-rata
turun mendadak ke tekanan yang lebih rendah di dalam rentang fisiologis,
arteriol-arteriol berdilatasi untuk menurunkan resistensi, sehingga aliran
darah ke jaringan otak dipertahankan konstan. Sebaliknya apabila tekanan
arteri sistemik meningkat mendadak di dalam rentang fisiologis , arteriol-
arteriol berkonstriksi untuk mempertahankan aliran darah ke kapiler otak
yang disertai dengan peningkatan tekanan dorongan darah arteri.
Autoregulasi adalah sifat sirkulasi otak sehat yang sangat penting
untuk melindungi otak dari peningkatan atau penurunan mendadak
tekanan darah arteri. Tanpa pengendalian tekanan ini, maka perubahan
tekanan mendadak dapat menimbulkan iskemik otak atau pada keadaan
yang lebih ekstrim lagi, akan terjadi kerusakan kapiler akibat tingginya
tekanan. Sayangnya pada tekanan-tekanan yang ekstrim yang melebihi
rentang fisiologis 60-160 mmHg, mekanisme autoregulasi protektif ini
dapat gagal sehingga aliran darah ke otak secara pasif mengikuti tingkat
tekanan di sirkulasi sistemik. Jelaslah hal ini akan menjadi malapetaka,
apabila terjadi MAP yang sangat tinggi atau sangat rendah. Dengan
demikian, melindungi mekanisme autoregulasi otak menjadi tujuan yang
sangat penting dalam mengobati pasien yang mengalami cidera pada
otaknya. Cara untuk mencapai tujuan ini antara lain adalah titrasi yang
ketat dari obat-obatan intravena untuk mengendalikan MAP, memastikan
oksigenisasi dan ventilasi yang adekuat sehingga pH darah dipertahankan
dalam rentang normal, dan menjaga elektrolit serumdalam kisaran normal.
Terdapat tiga faktor metabolik yang dikenal baik mempengaruhi
CBF. Pada situasi yang masalah klinisnyaadalah meningkatnya tekanan
intra kranium (TIK), faktor-faktor ini perlu dipertahankan dalam batas-
batas fisiologis agar CBF tetap memadai, sementara TIK tidak meningkat.
Faktor-faktor ini adalah konsentrasi karbondioksida (PaCO2), konsentrasi
ion hidrogen atau keasaman darah (pH) dan konsentrasi oksigen (PaO 2),
hiperkapnia (meningkatnya PaCO2), asidemia (menurunnya pH), dan
hipoksemia (menurunnya PaCO2), sendiri-sendiri atau berkombinasi
dengan satu atau lebih faktor metabolik lain akan menyebabkan
vasodilatasi otak, sehingga aliran darah melalui pembuluh-pembuluh otak
meningkat. Meningaktnya CBF, dapat menyebabkan meningkatnya
tekanan di dalam kranium saat terdapat cidera dan pembengkakan otak.
Sebalinya hipokapnia (menurunnya PaO2) dan alkalemia (meningkatnya
pH) menyebabkan vasokontriksi otak. Dengan demikian, tindakan
terapeutik mencakup pengendalian aliran darah dalam parameter-
parameter fisiologis dengan manipulasi kadar PaCO2 dan PaO2 serta
keseimbangan asam basa.
Beberapa faktor lain yang mempengaruhi CBF adalah volume dan
kekentalan darah, tekanan perfusi, dan TIK. Menurut doktrin Monro-
Kellie, semua faktor yang meningkatkan satu dari tiga komponen space-
occupying di dalam tengkorak (jaringan otak, CSS, dan darah) akhirnya
akan menyebabkan peningkatan TIK.

4. Sirkulasi kolateral
Sirkulasi kolateral dapat terbentuk secara perlahan-lahan saat aliran
normal ke suatu bagian berkurang. Sebagian besar sirkulasi kolateral
serebrum antara arteri-arteri besar adalah melalui sirkulus willis. Efek
sirkulasi kolateral ini adalah untuk menjamin terdistribusinya aliran darah
ke otak sehingga iskemia dapat ditekan minimal apabilaterjadi sumbatan
arteri. Otak juga memiliki tempat-tempat sirkulasi kolateral yang lain,
seperti antara arteri karotis eksterna dan interna melalui arteri oftalmika.
Kolateral-kolateral ini hanya berfungsi apabila rute lain terganggu. Secara
teoritis saluran-saluran komunikans ini mampu mengalirkan darah secara
adekuat ke semua bagian otak. Namun, secara praktis hal ini tidak selalu
terjadi. Diperkirakan bahwa anomali pada sirkulus willis terjadi pada
hampir separuh populasi dan temuan otopsi, memperlihatkan bahwa
prevalensi anomali semacam ini bahkan lebih tinggi pada pasien stroke.
Suatu sumbatan di sebuah pembuluh darah besar pada seseorang
tidak akan menimbulkan gejala atau defisit neurologik transient. Pada
orang lain sumbatan yang sama dapat menyebabkan gangguan fungsi yang
besar. Perbedaan ini tampaknya berkaitan dengan keadaan sirkulasi
kolateral masing-masing orang.

5. Mikrosirkulasi Serebrum
Laju metabolisme di substansia grisea otak lebih tinggi daripada di
substansia alba, sehingga mengakibatkan jumlah kapiler dan aliran
darahnya 4 kali lebih besar. Kapiler-kapiler otak jauh lebih kurang
permeabel dibandingkan dengan hampir semua kapiler tubuh lainnya.
Penyebab hal ini adalah bahwa ruang antara sel-sel endotel tersebut
ditandai oleh tight-juctions (taut erat) yang mencegah bocornya cairan
kapiler. Akibatnya adalah apa yang disebut sebagai sawar darah otak
taut-taut erat ini juga merupakan gambaran pada pertemuan antara darah
dan cairan serebrospinalis (CSS). Sifat protektif penting lainnya dari
kapiler otak adalah bahwa kapiler-kapiler tersebut ditunjang di semua
sisinya oleh kaki glia atau pseudopodia. Struktur-struktur ini adalah
proyeksi dari sel-sel glia yang pas dengan permukaan luar kapiler serta
memberikan dukungan untuk mencegah peregangan berlebihan dan ruptur
apabila terjadi peningkatan tekanan intralumen. Keruskan iskemik akibat
stroke dapat merusak sawar darah otak dan sawar darah CSS serta
meningkatkan permeabilitas vaskular dan edema serebrum.

Source :
Janigro, D., Wender, R., Ramson, G., Tinklepaugh, D., & Winn, H. (1996).
Adenosine-Induced Release of Nitric Oxide from Cortical Astrocytes.
Neuroreport, 1640-1644.

Price, S. A., & Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Jakarta: EGC.

Ritter, A., & Robertson, C. (1994). Cerebral Metabolism. Neurosurgery Clinics of


Nort America, 633-645.

Zauner, A., Daugherty, W., Bullock, M., & Warner, D. (2002). Brain Oxygenation
and Energy Metabolism: Part 1-Biologocal Function and Pathophysiology.
Neurosurgery, 289-301.

Anda mungkin juga menyukai