Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Masa kehamilan, suatu janin bergantung sepenuhnya kepada ibunya untuk

memperoleh zat gizi dan suatu lingkungan yang melindungi. Beberapa faktor yang

menciptakan lingkungan ini dikendalikan oleh genetika , tetapi lainnya tergantung

pada perilaku dan makanan si ibu (Walker, 2012).

Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu

kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan

energi dan zat gizi tersebut diperlukana untuk pertumbuhan dan perkembangan janin,

pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolism tubuh

ibu. Sehingga kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat

menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna (Sukarni, 2013).

Ibu hamil memiliki kebutuhan makanan yang berbeda dengan ibu yang tidak

hamil, karena ada janin yang tumbuh dirahimnya. Kebutuhan makanan dilihat bukan

hanya dalam porsi tetapi harus ditentukan pada mutu zat-zat gizi yang terkandung

dalam makanan yang disalurkan melalui plasenta. Untuk itu ibu hamil harus

mendapatkan gizi yang cukup untuk dirinya sendiri maupun bagi janinnya. Maka bagi

ibu hamil, kualitas maupun jumlah makanan yang biasanya cukup untuk

kesehatannya harus ditambah dengan zat-zat gizi dan energi agar pertumbuhan janin

berjalan dengan baik. Selama hamil, ibu akan mengalami banyak perubahan dalam

tubuhnya agar siap membesarkan janin yang dikandungnya, memudahkan kelahiran,

dan untuk memproduksi ASI bagi bayi yang akan dilahirkan ( Francin, 2005)

1
2

Pertumbuhan janin sangat dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil sebelum

kehamilan. Jika calon ibu memiliki asupan gizi yang cukup dan seimbang, maka akan

melahirkan anak dengan yang sehat. Sampai saat ini masih banyak ibu hamil yang

mengalami masalah gizi, khususnya gizi kurang seperti kurang energi kronis (KEK)

dan anemia gizi sehingga mempunyai kecenderungan melahirkan bayi dengan berat

badan lahir kurang (BBLR). Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko

dan komplikasi pada ibu, antara lain anemia, pendarahan berat badan ibu tidak

terhadap proses persalinan adalah tidak secara langsung dapat mempersulit persalinan

sehingga terjadi persalinan lama, prematuris, pendarahan setelah persalinan,

persalinan dengan tindakan sampai dapat menyebabkan kematian ibu meningkat

(Muliarini, 2010).

Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas SDM. Pemenuhan

asupan gizi bagi ibu hamil dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang

mempengaruhi asupan gizi ibu hamil antara lain Pengetahuan dan Pola makan. Masih

banyak ibu hamil dengan tingkat pengetahuan rendah dan pola makan tentang gizi

seimbang selama masa kehamilan, bahkan masih banyak ibu hamil yang mempunyai

pendapat yang salah tentang jumlah asupan gizi yang diperoleh (Walker, 2012).

Kebutuhan zat gizi selama hamil lebih besar dibandingkan dengan pada

sebelum hamil, terutama untuk zat gizi tertentu. Pada setiap tahap kehamilan, seorang

ibu hamil membutuhkan gizi yang seimbang, yaitu makanan dengan kandungan zat-

zat gizi yang berbeda dan disesuaikan dengan kondisi tubuh dan perkembangan janin

(Karyadi, 2001).
3

Faktor yang mempengaruhi asupan gizi ibu hamil adalah pengetahuan tentang

zat gizi dan kemampuan keluarga untuk membeli makanan. Oleh karena itu perhatian

terhadap gizi dan pengawasan berat badan (BB) selama hamil merupakan salah satu

hal penting dalam pengawasan kesehatan pada masa hamil (Melvitha, 2012).

Menurut penelitian Martina (2012) dijelaskan bahwa pola makan ibu hamil

dipengaruhi oleh pengetahuan ibu hamil, ketersediaan pangan, kemampuan membeli

pangan dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat setempat dalam memenuhi gizi saat

hamil.

Pola makan ibu hamil yang baik selalu mengacu kepada gizi seimbang yaitu

terpenuhinya semua zat gizi sesuai dengan kebutuhan dan seimbang. Pola makan ibu

hamil sangat erat kaitannya dengan kebiasaan makanan yang dikonsumsinya. Secara

umum faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola makan ibu hamil adalah faktor

ekonomi, faktor sosial budaya, pendidikan, dan lingkungan (Muliarini, 2010).

Status gizi ibu hamil bisa diketahui dengan mengukur ukuran lingkar lengan

atas, bila kurang dari 23,5 cm maka ibu hamil tersebut Kekurangan Energi Kronis

(KEK). Ini berarti ibu sudah mengalami keadaan kurang gizi dalam jangka waktu

yang telah lama, bila ini terjadi maka kebutuhan nutrisi untuk proses tumbuh

kembang janin menjadi terlambat, akibatnya melahirkan bayi BBLR (Depkes RI

2008).

Ibu hamil yang menderita KEK dan Anemia mempunyai resiko kesakitan

yang lebih besar terutama pada trimester III kehamilan dibandingkan dengan ibu

hamil yang normal. Akibatnya mereka mempunyai resiko yang lebih besar untuk

melahirkan bayi dengan BBLR, kematian saat persalinan, pendarahan, pasca


4

persalinan yang sulit karena lemah dan mudah mengalami gangguan kesehatan. Bayi

yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan

lingkungan yang baru, sehingga dapat berakibat pada terhambatnya pertumbuhan dan

perkembangan, bahkan dapat menganggu kelangsungan hidupnya (Maryunani, 2013).

Hasil Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan prevalensi resiko

KEK secara nasional mencapai 13,6 %. Tiga propinsi dengan resiko KEK yang

tertinggi adalah NTT sebesar 24,6 %, Papua 21,3 % dan DIY 20,2 %. Sedangkan tiga

propinsi dengan prevalensi resiko KEK terendah adalah Sulawesi Utara 5,8 %,

Sumatera Utara 7,9 % dan Bengkulu 8,2 %.

Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1992 dengan angka

anemia Ibu hamil sebesar 63,5% sedangkan data SKRT turun menjadi 50,9%. Pada

tahun 1999 didapatkan anemia gizi pada ibu hamil sebesar 39,5 %, pada tahun 2001

sebesar 40,1%. Banyak faktor yang terkait dengan status anemia ibu hamil yaitu

status ekonomi, serta perolehan tablet zat besi.

Menurut perkiraan WHO, pada tahun 1995 hampir semua (98 %) dari 5 juta

kematian neonatal dinegara berkembang atau berpenghasilan rendah. Lebih dari dua

pertiga kematian adalah BBLR yaitu berat badan lahir kurang dari 2500 gram. Secara

global diperkirakan terdapat 25 juta persalinan pertahun dimana 17 % diantaranya

adalah BBLR dan hampir terjadi dinegara berkembang.

Daerah pedesaan banyak dijumpai ibu hamil dengan malnutrisi atau

kekurangan gizi sekitar 33%. Secara umum penyebab kekurangan gizi pada ibu hamil

ini adalah konsumsi makanan yang tidak memenuhi syarat gizi yang dianjurkan.

Jarak kehamilan dan persalinan yang berdekatan dengan ibu hamil dengan tingkat
5

pendidikan dan pengetahuan yang rendah, sehingga menyebabkan ibu tidak mengerti

cara pemenuhan nutrisi yang dibutuhkan si ibu selama kehamilannya (Depkes RI,

2002).

Dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir tahun 2011 dari 223 ibu hamil

yang ada di wilayah kerja Puskesmas Buhit terdapat kasus ibu hamil Kekurangan

Energi Kronis (KEK) sebanyak 26 orang dan kasus BBLR 7 orang, sedangkan pada

tahun 2012 dari 217 ibu hamil yang ada di wilayah kerja Puskesmas Buhit terdapat

kasus ibu hamil Kekurangan Energi Kronis (KEK) sebanyak 29 orang dan kasus

BBLR 8 orang. Pada tahun 2013 jumlah ibu hamil 202 terdapat kasus ibu hamil KEK

25 orang dan kasus BBLR 5 orang.

Dari hasil survey awal yang dilakukan dengan wawancara langsung pada ibu

hamil yang hadir di posyandu terhadap 10 orang yang ada diwilayah kerja Puskesmas

Buhit menunjukkan sebanyak 7 ibu hamil tidak mengetahui bagaimana pola makan

yang baik dan kebutuhan gizi yang baik pada masa kehamilan.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk meneliti gambaran pola

makan dan status gizi ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Buhit Kabupaten

Samosir.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan dalam

penelitian ini adalah bagaimana gambaran pola makan dan status gizi ibu hamil di

wilayah kerja Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.


6

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Gambaran pola makan dan status gizi ibu hamil di

wilayah kerja Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui status gizi ibu hamil di Puskesmas Buhit

Kabupaten Samosir

2. Untuk mengetahui tingkat kecukupan energi dan protein ibu hamil di

Puskesmas Buhit Kabupaten Samosir.

3. Untuk mengetahui jenis, dan frekuensi makanan di Puskesmas Buhit

Kabupaten Samosir.

1.4 . Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan informasi untuk perencanaan kesehatan dan

meningkatkan pengawasan status gizi ibu hamil di Dinas Kesehatan

Kabupaten Samosir.

2. Memberikan informasi kepada ibu hamil untuk lebih meningkatkan asupan

gizi agar tidak mengalami KEK dan anemia pada saat kehamilan.

Anda mungkin juga menyukai