Anda di halaman 1dari 2

Hubungan tekanan darah pada senam lansia

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakangMasalah

Penyakit kardiovaskuler secara global sekitar 17 juta kematian per tahun. Hampir sepertiga dari
total tersebut adalah penyakit tekanan darah tinggi sebesar 9,4juta kematian diseluruh dunia per
tahunnya. Pada tahun 2008, diseluruh dunia, 1 miliar orang menderita tekanan darah tinggi
sebesar

40 % dariusia 25 tahun keatas (WHO, 2013). Tekanan darah tinggi di Indonesia, berdasarkan
hasil wawancara (apakah pernah di diagnose pelayanan kesehatan dan minum obat tekanan darah
tinggi) dari 7,6% pada tahun 2007 menjadi 9,5% pada tahun 2013 (Riskesdas, 2007 & 2013).
Prevalensi kota Semarang tahun 2010-2014 kematian tertinggi selama lima tahun tersebut
terdapat pada kasus tekanan darah tinggi. Presentase penyakit tekanan darah tinggi sebagai
berikut : tahun 2010 tekanan darah tinggi 46,8%; tahun 2011 tekanan darah tinggi 42,4%; tahun
2012 tekanan darah tinggi 49,1%; tahun 2013 tekanan darah tinggi 50,5%; tahun 2014 tekanan
darah tinggi 21,637%. Tekanan darah tinggi berdasarkan umur 45-65 tahun sebesar 19599 jiwa
(Dinkes, 2014).

Kelurahan Tanda ngter dapat lansia umur 60-64 tahun jenis kelamin laki-laki 187 jiwa dan
perempuan 182 jiwa dan umur 65-69 tahun jenis kelamin laki-laki 144 jiwa dan perempuan 187
jiwa, di dapatkan jumlah keseluruhan lansia semuanya 700 jiwa dari 18,345 jiwa (Bappeda,
2012). Penderita hipertensi di kelurahan Tandang pada bulan November-Januari yang tercatat
dipuskesmas Kedung mundu terdapat 141 jiwa (Puskesmas Kedung mundu semarang, 2016).

Tekanan darah meningkat dapat menyebabkan komplikasi seperti : stroke, gagal jantung, gagal
ginjal. (Ode, 2012).Pada usia 45-65 tahun orang yang mengalami stroke akibat tekanan darah
tinggi berjumlah 497 jiwa dan yang menderita serangan jantung 1028 jiwa (Dinkes, 2014).
Faktor stress 39,25%, dan kurang berolahraga 45,79% dapat mempengaruhi peningkatan tekanan
darah (Andria, 2013). Olahraga meningkatkan fungsi jantung, paru- paru, system
muskoloskeletal, pencernaan dan eliminasi serta memunculkan kepuasan diri sendiri, mencegah
stress. Olahraga membuat lansia menggerakkan semua anggota badanya sehingga membuat
lansia tetap aktif. Olahraga juga bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah (Dewi, 2014).
Olahraga yang cukup dapat menurunkan kecemasan, stress dan menurunkan tingkat depresi.
Penurunan tersebut akan menstimulasi kerja system saraf perifer terutama parasimpatis yang
menyebabkan vasodilatasi penampang pembuluh darah akan mengakibatkan terjadinya
penurunan tekanan darah baik sistolik maupun diastotik (Moniaga, 2013). Penelitian yang
dilakukan oleh Arif, Dkk (2013), Lansia berjumlah 54 orang yang kurang berolahraga menderita
tekanan darah tinggi (83,33%) dan yang olahraga baik (66,67%) tidak menderita tekanan darah
tinggi. Berdasarkan masalah yang muncul di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang
Pengaruh olahraga terhadap tekanan darah pada lansia di Kelurahan Tandang.

Anda mungkin juga menyukai