PASURUAN]
BAB II
METODOLOGI
Pada saat memasuki kancah penelitian, penentuan komponen metode
research seperti apa dan bagaimana jenis dan sumber data, instrumen
penelitian, populasi dan sampling, teknis pengumpulan dan pengolahan data
pengembangannya dikembangkan oleh peneliti yang memiliki dasar ilmiah yang
argumentatif. Dari sini, peneliti harus mampu menentukan metode yang tepat
agar data yang diambil benar-benar memlilki tingkat validitas dan reliabilitas
yang tinggi sesuai dengan apa yang dibutuhkan dan yang lebih penting adalah
dengan metode penelitian yang ditetapkan tersebut, penelitian ini mampu
menjawab tujuan.
3 PENDEKATAN PERENCANAAN
Pendekatan perencanaan yang digunakan dalam koordinasi Penyusunan
Study Kelayakan Pembangunan Embung adalah: (1) Keterpaduan perencanaan
dari bawah dan dari atas (top down and botton up planning), (2) Intersektoral
Holistik (Comprehensive), (3) Perencanaan Berkelanjutan (Sustainable), dan (4)
Pendekatan masyarakat (Community approach).
LAPORAN AKHIR
III-1
[STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN EMBUNG DI KOTA
PASURUAN]
LAPORAN AKHIR
III-2
[STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN EMBUNG DI KOTA
PASURUAN]
LAPORAN AKHIR
III-3
[STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN EMBUNG DI KOTA
PASURUAN]
2. Survey instansi
Survey instansi bertujuan mencari data-data pendukung melalui instansi
atau lembaga tertentu yang berhubungan langsung dengan tema
penelitian atau pernah melakukan penelitian dengan tema tersebut.
Instansi yang dituju antara lain Badan Perencanaan, Pembangunan Daerah
Kota Pasuruan, Dinas Pekerjaan Umum, dan dinas lainnya yang terkait.
LAPORAN AKHIR
III-4
[STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN EMBUNG DI KOTA
PASURUAN]
5 KERANGKA PERENCANAAN
Pengumpulan Data
Primer dan Sekunder
Kepustakaan
GAMBAR
GAMBAR RANCANGAN
RANCANGAN EMBUNG
EMBUNG
INDIKASI
INDIKASI PROGRAM
PROGRAM
KESIMPULAN
KESIMPULAN
LAPORAN AKHIR
III-5
[STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN EMBUNG DI KOTA
PASURUAN]
6 METODE ANALISA
Dalam proses analisa data guna menghasilkan validasi analisa yang optimal
dalam proses penyusunan pekerjaan maka digunakan beberapa metode analisa.
Berikut merupakan metode analisa yang digunakan.
LAPORAN AKHIR
III-6
[STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN EMBUNG DI KOTA
PASURUAN]
bentangalam kubah (domes) dan laccolith. Pada bentang alam ini pola aliran
sungainya kemungkinan akan merupakan kombinasi dari pola radial dan
annular.
C. Pola Aliran Rectangular
Pola rectangular umumnya berkembang pada batuan yang resistensi
terhadap erosinya mendekati seragam, namun dikontrol oleh kekar yang
mempunyai dua arah dengan sudut saling tegak lurus. Kekar pada umumnya
kurang resisten terhadap erosi sehingga memungkinkan air mengalir dan
berkembang melalui kekar-kekar membentuk suatu pola pengaliran dengan
saluran salurannya lurus-lurus mengikuti sistem kekar. Pola aliran
rectangular dijumpai di daerah yang wilayahnya terpatahkan. Sungai-
sungainya mengikuti jalur yang kurang resisten dan terkonsentrasi di tempat
tempat dimana singkapan batuannya lunak. Cabang-cabang sungainya
membentuk sudut tumpul dengan sungai utamanya. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pola aliran rectangular adalah pola aliran sungai yang
dikendalikan oleh struktur geologi, seperti struktur kekar (rekahan) dan
sesar (patahan). Sungai rectangular dicirikan oleh saluran-saluran air yang
mengikuti pola dari struktur kekar dan patahan.
D. Pola Aliran Trellis
Geometri dari pola aliran trellis adalah pola aliran yang menyerupai bentuk
pagar yang umum dijumpai di perkebunan anggur. Pola aliran trellis dicirikan
oleh sungai yang mengalir lurus di sepanjang lembah dengan cabang-
cabangnya berasal dari lereng yang curam dari kedua sisinya. Sungai utama
dengan cabang-cabangnya membentuk sudut tegak lurus sehingga
menyerupai bentuk pagar. Pola aliran trellis adalah pola aliran sungai yang
berbentuk pagar (trellis) dan dikontrol oleh struktur geologi berupa
perlipatan sinklin dan antilin. Sungai trellis dicirikan oleh saluran-saluran air
yang berpola sejajar, mengalir searah kemiringan lereng dan tegak lurus
dengan saluran utamanya. Saluran utama berarah searah dengan sumbu
lipatan.
E. Pola Aliran Sentripetal
Pola aliran sentripetal merupakan ola aliran yang berlawanan dengan pola
radial, di mana aliran sungainya mengalir ke satu tempat yang berupa
cekungan (depresi). Pola aliran sentripetal merupakan pola aliran yang
umum dijumpai di bagian barat dan barat laut Amerika, mengingat sungai-
LAPORAN AKHIR
III-7
[STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN EMBUNG DI KOTA
PASURUAN]
sungai yang ada mengalir ke suatu cekungan, di mana pada musim basah
cekungan menjadi danau dan mengering ketika musin kering. Dataran garam
terbentuk ketika air danau mengering.
F. Pola Aliran Annular
Pola aliran annular adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar
secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu dan ke arah hilir aliran
kembali bersatu. Pola aliran annular biasanya dijumpai pada morfologi
kubah atau intrusi loccolith.
G. Pola Aliran Paralel (Pola Aliran Sejajar)
Sistem pengaliran paralel adalah suatu sistem aliran yang terbentuk oleh
lereng yang curam/terjal. Dikarenakan morfologi lereng yang terjal maka
bentuk aliran-aliran sungainya akan berbentuk lurus-lurus mengikuti arah
lereng dengan cabang-cabang sungainya yang sangat sedikit. Pola aliran
paralel terbentuk pada morfologi lereng dengan kemiringan lereng yang
seragam. Pola aliran paralel kadangkala mengindikasikan adanya suatu
patahan besar yang memotong daerah yang batuan dasarnya terlipat dan
kemiringan yang curam. Semua bentuk dari transisi dapat terjadi antara
pola aliran trellis, dendritik, dan paralel.
LAPORAN AKHIR
III-8
[STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN EMBUNG DI KOTA
PASURUAN]
LAPORAN AKHIR
III-9
[STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN EMBUNG DI KOTA
PASURUAN]
d 1 d 2 d 3 ....... d n
d rata rata
n
Dimana:
d rata rata = tinggi hujan rata rata daerah aliran
d 1 , d 2 , d 3d n = tinggi hujan pada pos penakar 1,2,3...n
n = banyaknya pos penakar
LAPORAN AKHIR
III-10
[STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN EMBUNG DI KOTA
PASURUAN]
A 1 .d 1 A 2.d 2 A 3 .d 3 ....... A n d n
d rata rata
A 1 A 2 A 3 ........ A n
__
x
XT X (Yt Yn )
n
Dimana :
XT = Besarnya curah hujan untuk periode ulang T tahun
(mm/24jam)
__
X = nilai rata rata aritmatik hujan komulatif
x = standar deviasi
Yt = variasi yang merupakan fungsi periode ulang
(lihat tabel 3.1)
Yn = nilai yang tergantung pada n (lihat tabel 3.2)
LAPORAN AKHIR
III-11
[STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN EMBUNG DI KOTA
PASURUAN]
T (Y) Yt Keterangan
2 0.3665
5 1.4999
10 2.2502
20 2.9702
30 3.9029
Sumber: CD.Soemarto Ir.B.I.E. Dipl.H, Hidrologi Teknik
m Yn
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0.4952 0.4996 0.5035 0.5070 0.5100 0.5128 0.5157 0.5181 0.5202 0.5220
20 0.5236 0.5252 0.5283 0.5268 0.5296 0.5309 0.5320 0.5332 0.5343 0.5353
30 0.5362 0.5371 0.5380 0.5388 0.5402 0.5402 0.5410 0.5418 0.5424 0.5430
40 0.5436 0.5442 0.5448 0.5453 0.5463 0.5463 0.5468 0.5473 0.5477 0.5481
50 0.5485 0.5489 0.5493 0.5493 0.5504 0.5504 0.5505 0.5511 0.5515 0.5518
Sumber: CD.Soemarto Ir.B.I.E. Dipl.H, Hidrologi Teknik
m Yn
(Y) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0.9496 0.9676 0.9833 0.9971 1.0095 1.0206 1.0315 1.0411 1.0493 1.0565
20 1.0628 1.0696 1.0696 1.0811 1.0864 1.0915 1.0961 1.004 1.1047 1.1086
30 0.1124 1.1159 1.1159 1.1266 1.1255 1.1285 1.1313 1.1339 1.1363 1.1388
40 0.1413 1.1436 1.1480 1.1499 1.1519 1.1519 1.1538 1.1557 1.1574 1.1590
50 0.1607 1.1623 1.1623 1.1658 1.1667 1.1681 1.1696 1.1708 1.1721 1.1734
LAPORAN AKHIR
III-12
[STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN EMBUNG DI KOTA
PASURUAN]
Log XT=logX.+G.Sx
Dimana :
Log XT: antilog dari log XT adalah besarnya curah hujan untuk
periode ulang T tahun (mm/jam)
Log X : nilai log dari nilai rata rata hujan komulatif
G : harga yang didapat dari nilai penyimpangan (Cs)
n ________
(LogX i LogX ) 3
Cs i 1
(n 1)(n 2)Sx 3
T-1
Yt= - ln - ln ( )
Dimana :
Yt = reduce variete
T = waktu ulang
I/a = X/Sn
b = Xr-1/a.Yn
dimana ;
XT = Kemungkinan hujan harian max. dalam frekwensi T tahun
(mm)
Xr = Curah hujan rata - rata (mm)
X = Standart deviasi (mm)
YT = Reduced Variate dari distribusi Gumbel, sebagai fungsi dari
waktu ulang T tahun
Yn = Reduced Mean, tergantung banyaknya data (n)
Sn = Reduced standart deviation, sebagai fungsi banyaknya data
(n)
LAPORAN AKHIR
III-13
[STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN EMBUNG DI KOTA
PASURUAN]
tc = 0,0195 (------)0,77
Dimana;
tc = waktu konsentrasi (menit)
L = jarak titik terjauh ke titik analisa (m)
I = kemiringan permukaan tanah
d. Intensitas Hujan
I = (R24/8)*(8/t)^(2/3)
Dimana;
I = Intensitas hujan (mm/jam)
R24 = Curah hujan harian (mm)
t = waktu konsentrasi (jam)
C1 . A1 C 2 . A2 C 3 . A3 ......
C
A1 A2 A3 .....
Dimana :
C1,C2,C3,Cn,.. = koefisien pengaliran yang sesuai dengan tipe
kondisi permukaan
A1, A2,A3,An,.. = luas daerah pengaliran yang diperhitungkan
sesuai dengan kondisi permukaan
Q = 0,278 C I A
Dimana;
Q = Debit banjir rencana dengan perioda ulang T tahun,
(m3/detik)
LAPORAN AKHIR
III-14
[STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN EMBUNG DI KOTA
PASURUAN]
C = Koefisien limpasan
I= Intensitas curah hujan rencana sesuai dengan waktu konsentrasi
(mm/jam)
A = Luas daerah tangkapan air / Catchment Area (Km2)
Untuk daerah dengan luas pematusan yang lebih besar dari 80 Ha,
menggunakan metode Rasional sebagai berikut :
Q = 0,278 Cs C I A
Dimana;
Q = Debit banjir rencana dengan perioda ulang T tahun,
(m3/detik)
Cs = Koefisien tampungan
C = Koefisien limpasan
I = Intensitas curah hujan rencana sesuai dengan waktu
konsentrasi (mm/jam)
A = Luas daerah tangkapan air/Catchment Area (Km2)
T 0,3 = waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit puncak
sampai menjadi 30% dari debit puncak (jam).
Dimana :
LAPORAN AKHIR
III-15
[STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN EMBUNG DI KOTA
PASURUAN]
Dimana :
L = Panjang alur sungai (km)
tg = waktu konsentrasi (jam)
tr = 0,5. tg sampai tg (jam)
T 0,3 = . tg (jam)
Sumber : (CD. Soemarto, 1999)
LAPORAN AKHIR
III-16
[STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN EMBUNG DI KOTA
PASURUAN]
LAPORAN AKHIR
III-17