Tahukah kamu?
Pasti tahu kan ya. Seorang Suami punya banyak kewajiban yang harus ia
sampaikan kepada anak dan istrinya. Di antara kewajiban itu ialah menuntun
mereka dan memberi nafkah mereka.
1.Menuntun Mereka
Tahukah Kamu? Seorang istri tidak harus memiliki seorang suami yang soleh.
Tapi seorang suami, bisa terhalang untuk masuk surga karena istrinya tidak
solehah. Kenapa? Karena kita para (calon) suami akan dimintai pertanggung
jawaban pada setiap akhlak dan tingkah laku mereka. Itulah mengapa, salah
satu syarat dari calon seorang suami adalah wajib alias kudu lebih paham
masalah agama, tinimbang istrinya. Kenapa kok gitu bro? karena Allah udah
bilang di Al-Quran.
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita..."(QS. An Nisaa : 34)
Yang kodratnya menjadi pemimpin itu laki-laki. Suami. Bukan istri. Jadi, kebalik
adanya kalo misal sang isteri yang menuntun suami.
2. Memberi nafkah
"Mah, ini ada duit 2 juta buat Mamah. Buat uang masak harian, uang jajan
sama biaya sekolah anak-anak ya. Sekalian Mah, uang listrik sama uang ledeng".
Gila. Yang bener aja bos. Itu si bukan nafkah buat istri. Itu mah emang
pengeluaran wajib yang emang seharusnya kita yang tanggung. Nafkah itu
semisal uang yang kamu kasih buat sang istri dan penggunaannya terserah
sama mereka. "Mah, ini ada duit 50 ribu buat sebulan. Silakan dipake buat apa
aja terserah Mama." Nah. Itu baru wakaf. "Kok dikit banget bro. 50 ribu buat
sebulan". "Biar ngirit.wkwkwk". Engga, itu maksudnya cuma contoh aja.
Maksudnya kita para lelaki jangan sampe ketuker mana yang emang
pengeluaran wajib kita tanggung, mana yang nafkah buat istri.
Pak Ustadz kemarin cerita. Ada seorang penanya di sebuah acara radionya
"Ustadz, gimana ya. Penghasilan suami saya cuma 3 juta. Sedangkan kami
punya cicilan per bulan 7 juta. Gaji saya pun pas-pasan banget nih, Tadz. 4 juta.
Kalo saya ngga kerja, cicilan gimana Tadz?".
Pak Ustadz menjawab kurang lebih begini, "Bu, Allah itu kalo nurunin
kodrat sama hambanya, itu udah sepaket. Ketika Allah tetapkan suami sebagai
pemberi nafkah, maka Dia juga pasti siapkan berbagai macam "fasilitas" dan
jalanNya". Lagian kalo kita pikir-pikir, masa iya sih Allah punya sifat lemah.
Lemah banget gitu kalo harus menjadikan si istri kerja dulu biar keperluan
keluarga mereka. Padahal nih, kalo Allah berkehendak,cukup. Cukup dah tuh
keperluan-keperluan keluarga macam itu. Tidak ada alasan untuk meragukan itu.
Maha Suci Allah dari segal sifat yang melemahkannya.
Dan iya. Bukan berati istri tidak boleh kerja. Boleh. Boleh banget malahan.
Asal, sang suami mengizinkan, pekerjaanya tidak menimbulkan fitnah, dan tidak
menurunkan martabat ia dan suami. Maka, boleh-boleh saja si istri kerja. Asal,
syarat-syarat itu terpenuhi.
Jadi intinya gini. Dibalik kekuasaan dan segala kemampuan yang suami
miliki, terdapat tanggung jawab yang begitu besar yang ada dipundaknya.
Pertanggung jawaban seorang suami berat sekali nanti di hadapan Allah. Dia
harus bertanggung jawab akan dirinya sendiri, istrinya, dan anak-anaknya.
Namun, di samping itu semua, ada kewajiban seorang laki-laki yang harus
kita penuhi. Mau istri kita 1,2,3 atau bahkan 4 sekalipun. Kewajiban itu adalah
berbakti kepada seorang ibu. Kok ibu doang bro, bapak enggak?. Bapak juga.
Tapi di sini saya ingin menekankan tentang kewajiban berbaktinya seorang anak
laki-laki kepada ibu.
Saya hanya ingin mengingatkan pada diri saya sendiri dan semoga
bermanfaat juga untuk teman-teman semua. Kita sudah disediakan oleh Allah,
dua pintu surga yang begitu dekat dengan kita. Ya. Pintu itu adalah orang tua.
Sayang sekali kalau kita jauh-jauh mencari jalan surga yang lain, sedangkan kita
lupa dengan pintu surga yang jelas-jelas ada di depan mata kita.
Celaka, sekali lagi celaka, dan sekali lagi celaka orang yang mendapatkan kedua
orang tuanya berusia lanjut, salah satunya atau keduanya, tetapi (dengan itu)
dia tidak masuk syurga [Hadits Riwayat Muslim 2551, Ahmad 2:254, 346]
Di zaman Rasulullah, hiduplah seorang suami yang ahli ibadah. Hari harinya diisi
dengan dzikir, shalat tahajud, dan ia begitu pandai dalam memuliakan istri.
Orang-orang zaman itu biasa memanggilnya dengan sebutan Alqomah.
Singkatnya, suatu ketika ia jatuh sakit yang mengantarkannya pada sakaratul
maut. Rasulullah menyuruh tiga sahabatnya untuk menuntun Alqomah dalam
melafalkan Laa ilaaha illallah. Namun tanpa diduga ia tak mampu mengucap
apa-apa. Mulutnya sperti terkunci. Padahal ia seorang yang ahli ibadah dan
begitu adil menjadi suami.
Lalu Rasulullah mengetahui ternyata ia memiliki seorang ibu yang telah tua yang
tinggal sendiri di sebuah desa. Ibunya berkata bahwa semenjak Alqomah
menikah, Alqomah lupa pada dirinya. Alqomah lebih mementingkan istrinya dari
pada ibunya. Lalu ibunya sakit hati dan belum ridho hingga sakaratul maut
datang padanya.
Mendengar hal tersebut, sang ibu pun ridho dan memaafkan Alqomah. Dan
subhanallah. Akhirnya, Alqomah mampu melafalkan Laa ilaaha illallah dengan
lancar.
Nah. Dari kisah itu, dapat kita ketahui betapa kewajiban berbaktinya kita laki-laki
kepada ibunya adalah dari lahir hingga ajal kita.
Memantaskan diri untuk menjadi suami yang baik memanglah penting. Sangat
penting malahan. Bahkan harus dari sekarang kita siapkan agar lulus kuliah bisa
langsung meluncur. wkkk. Duh becanda aja nih. Tapi ya memang begitu
keadaannya teman-teman. Keduanya adalah sama-sama hal penting yang harus
kita usahakan. Jangan hanya pilih salah satu. Tapi keduanya harus seimbang.
Wallahu a'lam.
Yang benar tentu dari Allah, dan yang salah tentu dari diri saya sendiri. Semoga
bermanfaat.
Sumber :
1. Ust. Toni Raharjo
2. http://mujangkurnia.blogspot.co.id/2013/03/kisah-kisah-teladan-tentang-
birrul.html
3. https://almanhaj.or.id/417-wasiat-berbuat-baik-kepada-orang-tua-tatkala-
keduanya-berusia-lanjut.html
4. https://rumaysho.com/947-pemimpin-wanita-menurut-kaca-mata-islam.html
#SinergiFoundation
#Beasiswapemimpinbangsa
#Kajianpekanan
#TuntutanTugas
#TugasBerfaedah