Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan gizi pada masa kehamilan akan meningkat sebesar 15-
30% dibandingkan dengan kebutuhan wanita normal. Asupan gizi sangat
menentukan kesehatan ibu hamil dan janin yang dikandungnya. Oleh
karena itu, Ibu hamil memerlukan tambahan semua zat gizi demi
memenuhi kebutuhan tubuhnya dan janin yang dikandungnya. Apabila
asupan zat gizi tidak dapat cukup, maka akan banyak terjadi komplikasi
bahaya kehamilan. Demikian juga sebaliknya, apabila pemberian asupan
zat gizi berlebihan dapat memberikan dampak buruk bagi ibu hamil
maupun janin.
Status gizi merupakan ukuran keberhasilan dalam pemenuhan
nutrisi untuk ibu hamil. Status gizi juga dapat diartikan sebagai status
kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan
masukan nutrient. Penilaian status gizi merupakan proses pemeriksaan
keadaan gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik
yang bersifat subjektif maupun yang bersifat objektif. Status gizi janin
ditentukan antara status gizi ibu sebelum dan selama kehamilan. Status
gizi ibu sewaktu konsepsi dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi,
keadaan kesehatan dan gizi ibu, paritas dan jarak kehamilan jika yang
dikandung bukan anak yang pertama secara langsung dipengaruhi oleh
asupan makanan dan penyakit.
Selain untuk memenuhi kegutuhan kalori, makanan bagi ibu hamil
juga diperlukan dalam rangka menyempurnakan proses metabolism
tubuh. Kesalahan pola makan dapat berakibat buruk bagi kesehatan ibu
hamil dan janin. Misalnya pada ibu yang mengalami obesitas akibat pola
makan yang tidak seimbang. Ketidakseimbangan ini kan mengganggu
proses metabolism normal tubuh sehingga menyebabkan terbentuknya
inflamasi. Inflamasi yng berlebihan dapat mengganggu kerja hormone-
khususnya hormone insulin. Keadaan resistensi insulin djugaapat

1
menyebabkan berkembanganya diabetes gestasional. Inflamasi yang
dicetuskan akibat pola makan yang tidak seimbang juga dapat
mengganggu pembuluh darah sehingga dapat menyebabkan preeklamsia.
Program-program pemerintah memberikan sumbangan atas naik-
turunnya AKI di Indonesia ini. Program yang dilakukan pemerintah untuk
mempercepat penurunan AKI, di antaranya: Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K); Pelayanan Penanganan
Komplikasi Obstetri dan Neonatal Dasar (PONED); Program kemitraan
bidan-dukun; Pelayanan KIA dan KB di semua fasilitas kesehatan;
Pelayanan Penanganan Komplikasi Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) di 402 RS yang mampu menangani rujukan
PONEK (Kementerian Kesehatan RI, 2012).
Upaya perbaikan gizi pun dilakukan oleh pemerintah untuk menekan
AKI, yaitu meliputi surveilans gizi, penanggulangan masalah gizi darurat,
pengawasan mutu makanan dan keamanan pangan, perbaikan gizi
makro, perbaikan gizi mikro, perbaikan gizi klinik, perbaikan gizi institusi
dan revitalisasi posyandu. Perbaikan gizi secara makro dan mikro
merupakan program yang secara langsung diberikan kepada masyarakat
melalui penyuluhan ataupun bantuan. Perbaikan gizi makro meliputi
peningkatan ketahanan pangan, peningkatan pemberian ASI, peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan pola pengasuhan anak, serta pemberian
PMT bagi balita gizi buruk dan ibu hamil yang kurang energi kronis
(Nugraha, 2013).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah, referat ini mengangkat beberapa
rumusan masalah yaitu:
Bagaimana profil angka kematian ibu di Indonesia?
Apakah faktor yang mempengaruhi pola makan ibu hamil?
Bagaimana pola makan ibu hamil?
Bagaimana proses metabolisme pada ibu hamil?
Apakah kebutuhan nutrisi ibu hamil?
Apakah dampak nutrisi terhadap luaran bayi baru lahir?

1.3 Tujuan

2
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pola makan ibu hamil di Indonesia
terhadap outcome bayi
1.3.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui profil angka kematian ibu di Indonesia
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pola makan
ibu hamil
Untuk mengetahui pola makan ibu hamil
Untuk mengetahui proses metabolisme pada ibu hamil
Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi pada ibu hamil
Untuk mengetahui dampak nutrisi terhadap luaran bayi

BAB II
PEMBAHASAN

3
2.1 Pola Makan Ibu Hamil
Terdapat pantangan ataupun mitos-mitos pada masyarakat selama
masa kehamilan pada pola makan yang dapat merugikan ibu hamil.
Pantangan terhadap makanan tentu akan merugikan apabila berbeda
dengan tinjauan medis. Dalam pantangan agama, tahayul, dan
kepercayaan tentang kesehatan, terdapat bahan makanan bergizi yang
tidak boleh dimakan (Foster & Anderson, 2006). Makanan merupakan
konstruksi sosial yang dibangun oleh masyarakat melalui budaya
setempat. Bukan hanya masalah gizi yang terdapat dalam makanan,
namun juga persoalan tentang budaya yang meliputi ketersediaan makan,
kebiasaan makan, pantangan makan dan pengambilan keputusan.

Sebagai contoh dalam hal pantangan makan yaitu terdapat mitos


bahwa ibu hamil tidak boleh makan telur. Di Jawa Tengah, ada
kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan
mempersulit persalinan (Wibowo, 1993). Padahal dalam tinjauan medis
ibu hamil dianjurkan lebih banyak mengonsumsi makanan yang
mengandung banyak protein, karena dapat menjadi cadangan energi yang
akan digunakan untuk mengejan saat melahirkan. Makanan yang
dikonsumsi oleh ibu hamil sekaligus juga akan dikonsumsi oleh janin
sehingga perlu menjaga pola makan agar bayi yang dilahirkan tidak lahir
berat bayi lahir rendah (BBLR). Pada wanita hamil, terdapat pertumbuhan
janin dan jaringan pada wanita terhubung dengan keperluan pertumbuhan
janin tersebut. Sehingga wanita hamil memerlukan tambahan kalori di atas
keadaan normal biasanya. Menurut penyelidikan dan berbagai
pertimbangan, dianjurkan suatu penambahan sekitar 300 kalori untuk
wanita hamil, terutama pada triwulan terakhir (Soedarmo & Sediaoetama,
1977).

Serta Kebutuhan gizi pada masa kehamilan akan meningkat


sebesar 15-30% dibandingkan dengan kebutuhan wanita normal. Asupan
gizi sangat menentukan kesehatan ibu hamil dan janin yang
dikandungnya. Oleh karena itu, Ibu hamil memerlukan tambahan semua
zat gizi demi memenuhi kebutuhan tubuhnya dan janin yang

4
dikandungnya. Apabila asupan zat gizi tidak dapat cukup, maka akan
banyak terjadi komplikasi bahaya kehamilan. Demikian juga sebaliknya,
apabila pemberian asupan zat gizi berlebihan dapat memberikan dampak
buruk bagi ibu hamil maupun janin (Chavatte et al., 2008).
Kebutuhan energi dan zat gizi pada tubuh akan meningkat karena
kondisi kehamilan mengakibatkan terjadinya peningkatan metabolisme
energi pada ibu hamil. Pada dasarnya semua zat gizi memerlukan
tambahan ketika seseorang mengalami kondisi hamil. Namun kekurangan
energi dari protein dan beberapa mineral seperti zat besi dan kalsium
seringkali terjadi pada ibu hamil. Kekurangan energi kronik yang diderita
oleh ibu hamil mempunyai resiko yang tinggi dan komplikasi pada
kehamilan. Resiko dan komplikasi meliputi anemia, pendarahan, berat
badan ibu tidak bertambah secara normal dan mudah terkena penyakit
infeksi (Lubis, 2003).
Gizi yang kurang berpengaruh terhadap proses persalinan yang
mengakibatkan persalinan sulit dan lama, premature, pendarahan setelah
persalinan, serta persalinan operasi yang semakin meningkat. Proses
pertumbuhan janin pun akan terhambat ketika seorang ibu hamil
mengalami kekurangan gizi. Keguguran, bayi lahir mati, kematian
neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, mati dalam kandungan serta
lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) akan terjadi apabila gizi
tidak terpenuhi dengan baik (Lubis, 2003).

Kekurangan gizi yang disebabkan oleh kurangnya asupan makanan


bergizi tidak terlepas dari kebiasaan makan yang membentuk pola makan
yang ada di masyarakat. Pola makan didasari pula oleh kepercayaan yang
ada di masyarakat. Dalam hal ini pantangan makan biasanya masih
dilakukan oleh sebagian ibu hamil. Ada yang mempercayai dan tidak
mempercayai pantangan makanan berdasarkan latar belakang yang
berbeda-beda. Faktor pengambilan keputusan dalam perawatan
kehamilan juga perlu dikaji lebih lanjut dalam penemuan selanjutnya.
Tentunya juga tidak lepas dari pengaruh orang-orang disekitar ibu hamil,
misalnya ibu kandung, ibu mertua, nenek, serta kerabat ataupun tetangga.

5
Pantangan makanan dapat saja memberikan pengaruh secara tidak
langsung pada kematian ibu (Praditama, 2013).

Upaya perbaikan gizi pun dilakukan oleh pemerintah juga untuk


menekan AKI, yaitu meliputi surveilans gizi, penanggulangan masalah gizi
darurat, pengawasan mutu makanan dan keamanan pangan, perbaikan
gizi makro, perbaikan gizi mikro, perbaikan gizi klinik, perbaikan gizi
institusi dan revitalisasi posyandu. Perbaikan gizi secara makro dan mikro
merupakan program yang secara langsung diberikan kepada masyarakat
melalui penyuluhan ataupun bantuan. Perbaikan gizi makro meliputi
peningkatan ketahanan pangan, peningkatan pemberian ASI, peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan pola pengasuhan anak, serta pemberian
PMT bagi balita gizi buruk dan ibu hamil yang kurang energi kronis
(Nugraha, 2013).

Dari beberapa ulasan tersebut, referat ini disajikan untuk memaparkan


bagaimana pola makan pada ibu hamil terkait dengan kebiasaan dan
kepercayaan masyarakat serta perbandingannya dengan gizi yang harus
terpenuhi dari sisi kesehatan. Makanan menjadi penting untuk diteliti
karena asupan gizi yang pertama diperoleh adalah dari makanan yang
dikonsumsi setiap hari. Pemenuhan gizi tidak dapat dilihat dari sisi medis
saja, melainkan dari sisi budaya pula. Kedua sisi tersebut saling berkaitan
satu sama lain dalam pemenuhan gizi. Sisi medis menganjurkan makanan
apa saja yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi pada ibu hamil. Namun
di sisi lain, makanan dapat dipengaruhi oleh kepercayaan masyarakat
serta ketersediaan makan yang ada di lingkungan. Apabila makanan yang
dipercaya pada masyarakat dalam kondisi kehamilan tidak sesuai dengan
anjuran medis maka dapat menimbulkan kekurangan gizi.

2.2 Ketersediaan Pangan dan Pola Makan

Agar populasi dapat terpenuhi nutrisi dengan baik, sebaiknya terdapat


pemenuhan berbagai jenis makan yang melimpah, sehat, dan dalam

6
kondisi yang baik. Dalam sebagian negara negara yang mempunyai
pendapatan rendah dan kekurangan makanan dalam suatu negara, tujuan
utama dari politik penyediaan makanan harus menyempurnakan dan
meningkatan produksi pertanian. Penentu kebijakan harus secara nyata
mengetahui kebutuhan nutritif dari suatu populasi dan mengerti benar
benar konsekuensi nutritif dari suatu makanan (Lupien, 1996).

Berdasarkan pengamatan, masyarakat pada umumnya belum


menyatakan dirinya kenyang sebelum makan nasi. Lauk-pauk apapun
dikonsumsi sebagai pelengkap konsumsi nasi tanpa memperhitungkan
kandungan gizi yang ada. Bagi sebagian masyarakat Indonesia, ketika
informan ditanya tentang makanan apa yang sudah dikonsumsi, jawaban
pertamanya adalah nasi. Anggapan tentang apa yang namanya makanan
dan bukan makanan merupakan suatu kontruksi sosial. Masyarakat
menilai seseorang sudah makan ketika sudah mengonsumsi nasi. Foster
& Anderson (2006) pun menyatakan bahwa masyarakat umumnya
percaya bahwa kuantitas makanan adalah penting sementara kualitas
terbatas untuk memperkuat tubuh dan sering diabaikan. Kebiasaan makan
adalah kebiasaan yang tidak akan cepat berubah dan akan sulit berubah
apabila pada makanan tersebut memiliki makna mendalam (Lowenberg,
et al., 1986).

Sebagai contoh pada penelitian yang dilakukan oleh Praditama (2013)


di Desa Tripan, Kabupaten Nganjuk. Konsumsi lauk-pauk yang
mengandung protein hewani dapat dikatakan sangat rendah. Masyarakat
lebih memilih bahan makanan yang lebih murah dan mudah didapat, yaitu
tahu dan tempe. Terlebih lagi untuk mengonsumsi ikan laut sangat kurang.
Ketersediaan ikan laut yang terbatas di wilayah Nganjuk membuat harga
dipasaran menjadi mahal. Masyarakat cenderung lebih memilih untuk
membeli lauk pauk yang lebih murah harganya dan terjangkau.
Ketersediaan makanan tergantung pada kondisi geografi, iklim, siklus
musiman dan kondisi tanah (Schutkowski, 2006). Desa Tiripan terletak
pada lereng pegunungan. Dengan demikian, ikan laut jarang ditemui

7
sebagai lauk-pauk sehari-hari sementara sayuran dan tahu tempe selelu
dikonsumsi sehari-hari (Praditama, 2013).

Pada Kabupaten Nganjuk menurut Praditama juga (2013) mengatakan


bahwa ketersediaan makanan dari lingkungan dan makanan yang dibawa
oleh bakul butuh ataupun yang tersedia di toko-toko terdekat
menggambarkan pola makan masyarakat. Ibu hamil membeli bahan
makanan apapun yang dijajakan oleh bakul butuh ataupun yang tersedia
di toko dekat rumah dengan harga yang terjangkau. Makanan yang
diperoleh dari bakul butuh, toko terdekat atau lingkungan setempat kurang
bervariasi. Pilihan makanan yang tersedia hanya terbatas dari apa yang
ada di lingkungan dan apa yang dijual oleh penjual. Masyarakat
cenderung memilih makanan seadanya yang tersedia pada lingkungan
atau penjual. Pola makan berdasarkan ketersediaan makanan dianalisis
menggunakan metode segitiga kuliner dengan konsep strukturalisme yang
dikemukakan oleh Levi-Strauss dalam Koentjaraningrat (1987).

Bagan 1.1 Segitiga Kuliner (Praditama, 2013)

Berdasarkan bagan 1.1 dalam penelitian di Kabupaten Nganjuk Desa


Tripan menurut Praditama (2013) dapat diketahui bahwa pola makan lauk-
pauk pada masyarakat dibagi menjadi tiga tingkatan. Pertama, jenis lauk-
pauk yang setiap hari dikonsumsi adalah tahu dan tempe karena mudah
didapat dan terjangkau. Kedua, telur, ikan dan ayam sering dikonsumsi.
Ketiga, daging dan ikan laut sangat jarang dikonsumsi karena harganya
yang mahal dan tidak terjangkau. Dalam satu porsi makan, nasi dan sayur
selalu dikonsumsi ditambah dengan salah satu jenis lauk-pauk saja.

8
Misalnya dalam satu porsi terdiri dari nasi, sayur bening, tempe ditambah
sambel dan krupuk. Pola makan masyarakat yang tidak beragam juga
menggambarkan pola makan ibu hamil.
Apabila ditinjau dari sisi medis, pola makan yang tidak beragam dan
tidak seimbang adalah kurang baik. Seharusnya dalam satu porsi makan
terdiri dari berbagai macam kebutuhan gizi. Seperti yang telah ditetapkan
oleh pemerintah tentang pedoman gizi seimbang (PGS) sebagai salah
satu program perbaikan gizi. Gizi seimbang merupakan susunan makanan
sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang seduai
dengan kebutuhan tubuh dengan memperhatikan 4 prinsip, yaitu variasi
makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan ideal (Danone
Institute, 2013).
Keadaan lainnya berdasarkan ketahanan pangan juga dikaitkan dengan
adanya kemiskinan dari suatu keluarga akibat dari rendahnya pendidikan,
sehingga tingkat konsumsi pangan dan gizi menjadi rendah, buruknya
sanitasi dan hygiene (Ari Istiany dan Rusilanti: 2013: 59). Pengaruh
keadaan sosial dan ekonomi terhadap status gizi ibu hamil adalah, apabila
seseorang dengan keadaan ekonomi yang berkecukupan maka
kemungkinan besar akan mengonsumsi makanan yang bergizi tinggi,
apalagi dengan adanya pemeriksaan secara rutin, maka kecukupan
makanan yang dikonsumsi akan jelas terpantau (Atikah Proverawati dan
Siti Asfuah, 2009: 51).

2.3 Pantangan Makan


Pantangan makanan merupakan suatu perilaku individu dalam
masyarakat untuk tidak mengonsumsi atau menghindari bahan makanan
tertentu karena terdapat larangan yang bersifat budaya dan diperoleh
secara turun-temurun pada kondisi tertentu (Foster & Anderson, 2006).
Dalam istilah lokal di daerah penelitian, pantangan makanan dikenal
dengan sebutan tarak atau sirik. Seiring perkembangan zaman, adat
memantang makanan kian lama semakin memudar. Hal ini terjadi karena
pengetahuan masyarakat akan kesehatan yang semakin luas. Sehingga

9
mereka bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk untuk
dikonsumsi dari segi medis. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa
masih ada beberapa yang masih mempercayai dan mempraktekkan
pantangan makan ketika masa kehamilan (Lupien, 1996).
Orang yang melakukan pantang makanan sudah tidak seketat dahulu.
Upaya-upaya untuk memperbaiki gizi telah dilakukan oleh tenaga medis
dalam bentuk pengarahan kepada masyarakat, khususnya ibu hamil.
Masyarakat pun banyak yang menerima pengetahuan baru tentang
makanan untuk ibu hamil dari segi medis. Sebenarnya dari sisi medis,
pantang makanan sangat tidak dianjurkan karena semua makanan itu
pada dasarnya baik semua untuk tubuh asalkan tidak berlebihan dalam
mengonsumsinya (Praditama, 2013).

2.4 Faktor Pengambilan Keputusan


Pengambilan keputusan untuk memilih suatu makanan terkadang
didasari atas pertimbangan yang tidak rasional. Hal ini sulit diubah karena
dalam budaya sudah mengakar kepercayaan yang ada pada suatu
makanan tertentu yang dipantang (Swasono, 1998). Perspektif Levi-
Strauss dalam Ahimsa (2001) menyatakan bahwa mitos bukan hanya
dianggap sebagai dongeng, melainkan juga sebagai kisah yang memuat
sejumlah pesan. Pengirim pesan dalam mitos diasumsikan adalah
generasi sebelumnya sedangkan penerima pesan adalah generasi
sekarang. Pewarisan mitos sangat kental antara hubungan seorang
wanita hamil dengan ibu kandung mertua, atau bahkan orang terdekat
yang lebih tua dari wanita tersebut.
Pada penelitian antropologis di Negara Pantai Gading oleh Marcel, dkk.
(2015) terdapat beberapa pengambilan keputusan yang didasarkan oleh
para leluhurnya. Penelitian menjelaskan beberapa makanan dilarang
berdasarkan mitos tertentu. Mitos yang dimaksud adalah membantu
proses melahirkan, untuk mencegah penyakit, dan ataupun untuk
menjaga kecantikan pada bayi baru lahir.

10
Perilaku memantang makanan diakui oleh ibu hamil di Desa Tiripan
oleh Praditama (2013) juga diperoleh dari orang tua, mertua, atau
tetangga. Mereka mengakui bahwa apabila tidak dilakukan pantangan
pada makanan tertentu sebenarnya tidak memberikan pengaruh apa-apa.
Dipercaya bahwa dilakukan pantangan agar mendapatkan keselamatan
bagi ibu maupun bayi dalam kandungan.
Keluarga memang memiliki banyak peran dalam mengarahkan perilaku
seorang wanita hamil. Oleh karena itu terjadi pewarisan pengetahuan
budaya tentang cara menjaga kehamilan, melakukan pantangan karena
dianggap baik bagi ibu dan calon bayi, serta upaya-upaya lainnya agar
persalinan lancar dan bayi lahir dengan fisik yang sehat. Ibu dan nenek
merupakan orang yang selalu tepat dalam pengambilan keputusan
mengenai kehamilan. Keluarga maupun bukan keluarga biasanya juga
memberikan pendapat dan saran-saran untuk wanita hamil (Sukandi,
1998).
Pengetahuan yang dimiliki oleh sorang ibu akan memengaruhi dalam
pengambilan keputusan dan juga akan berpengaruh pada perilakunya. Ibu
dengan pegetahuan gizi yang baik kemungkinan akan memberikan gizi
yang cukup pada bayinya hal ini lebih penting lagi apabila ibu memasuki
masa ngidam, yang biasanya perut enggan dimasuki makanan apapun
yang bergizi, Karena rasa mual yang dirasakan, justru akan memilih
makanan dengan rasa segar dan asam. Walaupun dalam kondisi yang
demikian apabila seorang ibu memiliki pengetahuan yang baik maka ibu
tersebut akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan gizinya dan juga
bayinya (Atikah Proverawati dan Siti Asfuah, 2009:51).
Pada penelitian yang dikemukakan oleh Praditama (2013) bahwa
beberapa makanan telah dikelompokkan menurut masyarakat yang
dijadikan sebagai sampel dalam memandang makanan sebagai
pantangan. Hal ini tertera bahwa beberapa makanan yang dikategorikan
oleh masyarakat berdasarkan beberapa asosiasi serta sifat makanan.
Beberapa makanan tidak diketahui alasan pasti mengapa dilakukan
pantangan, karena pengetahuan yang didapat secara turun-temurun tidak

11
disertai dengan penjelasan yang pasti. Dilakukannya pantangan terhadap
mitos pada makanan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya
tingkat pendidikan. Pengambilan keputusan untuk melakukan pantangan
atau tidak dipengaruhi pula oleh orang-orang disekitar ibu hamil atau ibu
bersalin, yaitu ibu kandung, ibu mertua, nenek, kerabat serta tetangga
yang lebih berpengalaman. Ibu hamil dan ibu bersalin cenderung
mengikuti pengalaman orang-orang terdahulu untuk memperoleh
keselamatan. Serta penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat daftar
makanan pada ibu hamil dan ibu pada masa nifas yang dibandingkan
antara pandangan budaya dan kesehatan. Budaya mengasosiasikan
masing-masing makanan dengan alasan yang berbeda-beda. Kesehatan
menilai bahwa semua makanan baik untuk dikonsumsi karena memiliki
kandungan gizi yang berbeda-beda. Konsumsi gizi seimbang sangat
penting untuk kesehatan manusia dalam kondisi apapun. Namun ternyata
hasil menunjukkan bahwa pola makan pada ibu hamil dan ibu pasca
melahirkan yang terbentuk oleh budaya tidak sejalan dengan pola makan
yang dianjurkan oleh tim kesehatan berdasarkan pedoman gizi seimbang
(Karima dan Achadi, 2012).

12
2.5 Tingkat Pekerjaan Fisik dalam Pola Makan Ibu Hamil
Tindakan
Waktu Mengonsumsi Makanan Asosiasi
Dipantang Dikonsumsi
Nanas Landep, korengen V -
Tape Landep V -
Durian Landep V -
Kubis Landep V V
Soda Landep V -
Udang Mletik mletik - V
1 9 Bulan Telur Memeti - V
Lele Kepala bayi besar seperti lele - V
Daun Ubi Jalar Vagina licin V V
Kangkung Vagina licin V V
Jantung Pisang Bayi lahir seperti bentuk jantung pisang - -
Terong Terongen - V
Es Bayi besar dan darah kental V V
Daun ubi jalar Melancarkan proses persalinan - V
9 bulan
Kangkung Melancarkan proses persalinan - V
Tempe Bloboken V V
Kluwih Landep V V
Daun Lembayung Landep V V
Buncis Landep V V
Daun ubi jalar Rahim masih basah V V
Kangkung Rahim masih basah V V
Masa Nifas Semangka Landep - -
Bawang merah - - V
Bawang putih - - V
Ayam Jahitan lama kering V V
Ikan Jahitan lama kering V V
Asin, pedas Air susu menjadi amis V V
Air - V V

Aktifitas dan kegiatan fisik seseorang berbeda- beda. Seorang dengan


gerak yang aktif otomatis memerlukan energi yang lebih besar daripada
mereka yang tidak melakukan kegiatan fizik yang banyak, seperti halnya
hanya duduk. Setiap aktifitas memerlukan energi, semakin banyak
aktifitas yang dilakukan maka akan semakin banyak pula energi yang
akan dibutuhkan (Atikah Proverawati dan Siti Asfuah: 2009: 52).
Tabel 1. Pengeluaran Energi Per menit
Tabel 2. Pemetaan Makanan Menurut Masyarakat Desa Tripan, Kabupaten Nganjuk (Praditama, 2013)

13
Tabel 3. Perbandingan
Pandangan Budaya
dan Kesehatan
terhadap Makanan
pada Ibu Hamil dan Ibu
Masa Nifas (Praditama,
2013)

Jenis makanan Pandangan budaya Pandangan gizi (kandungan gizi)


Nanas Landep, korengen Vitamin C, Kandungan serat tinggi
Tape Landep Karbohidrat
Durian Landep Vitamin B, vitamin C, Zat besi, seng
Kubis Landep Vitamin C
Soda Landep Karbohidrat
Udang Mletik - mletik Protein hewani, zinc
Telur Memeti Protein hewani, zat besi, zinc
Lele Kepala bayi besar Protein hewani, zat besi
Daun ubi jalar Vagina licin Zat besi, asam folat, vitamin A
Kangkung Vagina licin Zat besi, asam folat, vitamin C, vitamin A
Jantung pisang Bayi seperti jantung pisang Vitamin A, vitamin B1, fosfor, kalsium, zat besi
Terong Terongen Vitamin C
Es Bayi besar, darah kental -
Daun ubi jalar Melancarkan proses persalinan Zat besi, asam folat, vitamin A
Kangkung Melancarkan proses persalinan Zat besi, asam folat, vitamin A
Tempe Bloboken Protein nabati
Kluwih Landep Fosfor, kalsium, karbohidrat
Daun lembayung Landep Mineral
Buncis Landep Vitamin C
Semangka Landep Mineral
Bawang merah - Vitamin C
Bawang putih - Vitamin B6, fosfor
Ayam Jahitan lama kering Protein hewani
Ikan Jahitan lama kering Protein, zat besi
Asin Air susu menjadi amis Iodin
Mengurangi air - mineral

Tabel 4. Daftar Angka Kecukupan Gizi Ibu Hamil

14
2.6 Status Gizi
Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang
yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat
gizi di dalam tubuh. Status gizi juga didefinisikan sebagai status
kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan
masukan nutrien. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi
kurang, gizi normal, dan gizi lebih. Penelitian status gizi merupakan
pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan
riwayat diet.

2.6.1 Cara Pengukuran Status Gizi


Kenaikan berat badan ibu hamil secara tepat tidak diketahui. Hal ini
diketahui bahwa kenaikan berat badan ibu selama kehamilan memberikan
kontribusi yang sangat penting bagi proses dan output persalinan.
Peningkatan berat badan yang adekuat akan memperkecil terjadinya
resiko terjadinya persalinan small gestational age (SGA) atau preterm.
Kebutuhan peningkatan berat badan untuk setiap wanita berbeda-beda.
Faktor yang mempengaruhi besarnya kebutuhan berat badan ditentukan
oleh tinggi badan dan berat badan, apakah wanita tersebut memiliki berat
badan normal, kurang atau lebih sebelum kehamilan. Metode yang biasa
digunakan dalam menentukan kondisi berat badan dan tinggi badan
adalah body mass index (BMI). Formula ini digunakan untuk menghitung
BMI adalah
BMI = Berat/Tinggi2
BMI dapat diintepretasikan dalam kategori sebagai berikut:
a. Kurang dari 19,8 adalah berat kurang atau rendah
b. 19,8 sampai dengan 26,0 normal
c. 26,0 sampai dengan 29 adalah berat lebih atau tinggi
d. Lebih dari 29 obesitas.

Wanita dengan kategori rendah, peningkatan berat badan idealnya saat


hamil adalah 12,5 sampai dengan 18 kg. Sedangkan untuk wanita dengan

15
BMI normal, peningkatan berat badan idealnya pada saat hamil adalah
11,5 sampai dengan 16 kg dan untuk wanita dengan BMI yang lain,
peningkatan berat badannya antara 7 sampai dengan 11,5. Remaja
disarankan untuk meningkatkan berat badannya lebih dari porsi yang
ditetapkan karena ditakutkan jika mengikuti porsi diatas maka janinnya
kecil. Remaja yang mengalami sakit selama 2 3 tahun setelah
memperoleh haid pertamanya diperkirakan memiliki resiko tinggi
disebabkan oleh permasalahan nutrisi karena telah ditetapkan bahwa ibu
dan janin memiliki ketergantungan pada nutrisi. Telah ditemukan bukti
bahwa wanita yang memiliki usia sampai dengan 19 tahun kebutuhan
nutrisinya pada saat kehamilan harus sangat diperhatikan terutama
melalui bimbingan. Wanita dengan tinggi badan kurang dari 157 cm
kenaikan berat badannya disarankan mendekati batas bawah kenaikan
berat badan yang direkomendasikan untuk mengurangi meningkatnya
resiko akibat timbulnya komplikasi yang sifatnya mekanis.
Untuk kehamilan kembar pada saat ini belum ditemukan rekomendasi
yang sesuai dengan menggunakan dasar BMI. Pada kehamilan kembar
untuk memperoleh hasil yang terbaik disarankan untuk menaikan berat
badan sebesar 20 kg.

2.6.2 Penilaian Status Gizi


Penilaian status gizi ibu hamil meliputi evaluasi terhadap faktor risiko,
diet, pengukuran antropometrik dan biokimiawi. Penilaian tentang asupan
pangan dapat diperoleh melalui ingatan 24 jam (24 hours recall) atau
metode lainnya. Faktor risiko diet dibagi dalam 2 kelompok, yaitu risiko
selama hamil dan risiko selama perawatan (antenatal). Risiko yang
pertama ialah (a) usia dibawah 18 tahun, (b) keluarga prasejahtera, (c)
food fadaism (kegilaan terhadap pola makan tertentu yang terkesan
aneh), (d) perokok berat, (e) pecandu obat dan alcohol, (f) terlalu sering
hamil: >8 kali dengan sela waktu <1 tahun, (g) riwayat obstetrik buruk:
pernah melahirkan anak mati, dan (h) tengah menjalani terapi gizi untuk
penyakit sistemik. Sementara itu, pertambahan berat badan tidak adekuat

16
(<1 kg/bulan), pertambahan berat berlebih (>1 kg/minggu) dan Hb <11 gr
(terendah 9,5 gr) dan Ht <33 (terendah 30) termasuk ke dalam risiko
kedua. Risiko lain yang tidak berkaitan langsung dengan gizi adalah (1)
tinggi badan <150cm, (2) tungkai terkena polio, (3) hemoglobin <8,5 mg%
(4) tekanan darah >140/90 mmHg, edema, albuminuria >2+, (5) presentasi
bokong, (6) janin kembar, (7) perdarahan vagina, dan (8) malaria endemik.

2.6.3 Pola Kenaikan Berat Badan


Kenaikan berat badan memegang peranan penting dalam kehamilan.
Kenaikan berat badan rendah pada awal kehamilan akan menyebabkan
terjadinya SGA pada janin. Kenaikan berat badan yang tidak adekuat
pada setengah akhir kehamilan berdasarkan hasil pengamatan
menunjukan terjadinya kelahiran preterm. Resiko ini ditemukan walaupun
pada akhir kehamilan dicapai sesuai dengan range yang
direkomendasikan.
Kenaikan berat badan optimal tergantung pada tahapan kehamilan.
Pada trimester pertama dan kedua kenaikan berat badan banyak
disebabkan oleh kenaikan organ pendukung kehamilan, sedangkan pada
trimester ketiga yang mempengaruhi kenaikan berat badan adalah
pertumbuhan janin. Pada trimester pertama kenaikan berat badan rata-
rata adalah antara 1 sampai dengan 2 kg pada wanita. Untuk trimester
kedua dan ketiga pada wanita dengan berat badan normal kenaikannya
diharapkan 0,4 kg per minggu. Untuk wanita dengan berat badan lebih,
kenaikan berat badannya adalah 0,3 kg dan untuk wanita dengan berat
badan kurang kenaikannya adalah 0,5. Untuk asupan kalori pada trimester
pertama diharapakan tidak ada perubahan dari kebiasaan, pada trimester
kedua dan ketiga asupan kalorinya harus dinaikan sebesar 300 kkal per
hari lebih dari biasanya. Kenaikan ini dapat dicapai dengan mudah melalui
asupan susu, yogurt, atau keju, buah-buahan, sayuran, sereal, nasi atau
roti.
Sebuah bagan disusun untuk memonitor perkembangan kenaikan berat
badan selama kehamilan untuk wanita dengan berat badan normal,

17
kurang atau lebih. Kenaikan berat badan dicatakan sesuai dengan hasil
pengukuran. Setiap ibu hamil diharapkan dapat mengerti pola peningkatan
berat badan dan kenaikan berat badan yang direkomendasikan. Untuk
meningkatkan pengendalian kenaikan berat badan sangath membutuhkan
peran ibu hamil sendiri dalam memantau kenaikan berat badannya dan
berusaha memenuhi kenaikan berat badan sesuai dengan yang
direkomendasikan oleh BMI.
Kenaikan berat badan yang tidak adekuat (kurang dari 1 kg perbulan
untuk wanita normal, 0,5 kg perhari untuk wanita dengan berat badan
kurang) atau kenaikan berat badan berlebih (3 kg / bulan) harus segera
memperoleh perhatian. Kemungkinan penyimpangan dari berat yang
direkomendasikan diantaranya adalah kesalahan pengukuran, kesalahan
pencatatan, pengaruh berat pakaian, dan terjadinya akumulasi cairan.
Kenaikan berat badan yang terlalu tinggi disebabkan oleh akumulasi
cairan, kenaikannya lebih dari 3 kg perbulan, terutama setelah 21 minggu
usia kehamilan, dan dapat menyebabkan terjadinya hipertensi. Penelitian
yang dilakukan oleh Yudomustopo (2007) menunjukkan adanya hubungan
antara hipertensi dengan terjadinya persalinan preterm, dimana pada 68%
ibu yang menderita hipertensi, mengalami persalinan preterm.
Pertambahan berat badan selama kehamilan menjadi suatu
pertimbangan yang sangat penting karena berat lahir janin dan status
kesehatannya cenderung meningkat seiring dengan peningkatan berat
badan. Sebagai contohnya, berat lahir janin yang lahir dari ibu yng
kenaikan berat badannya mencapai 7 kg, rata-rata 3100 gram. Berat lahir
ini 500 gram lebih kurang dari berat lahir janin 3600 gram yang lahir dari
ibu yang peningkatan berat badannya mencapai 13,6 kg. Angka kelahiran
janin dengan berat badan yang rendah lebih tinggi kejadiannya pada
wanita yang mengalami pertambahan berat badan yang sangat sedikit
selama kehamilannya. Pertambahan berat badan selama kehamilan
adalah indikator pertambahan volume plasma dan keseimbangan kalori
positif dan perkiraan terhadap index rata-rata dari kecukupan diet.

18
Pertambahan berat badan total pada hampir semua wanita seharusnya
berkisar antara 10-12 kg atau sekitar 0.4-0.5 kg/ minggu selama trimester
kedua dan ketiga kehamilan. Berat badan wanita yang dibawah normal
sebelum kehamilan, peningkatannya harus lebih tinggi dari batas ini pada
akhir kehamilannya dan mereka yang berat badan berlebih sebelum
kehamilan, peningkatannya harus lebih rendah dari batas ini pada akhir
kehamilannya.
Status gizi ibu, baik sebelum maupun ketika sedang hamil, merupakan
faktor yang sangat berpengaruh terhadap hasil konsepsi. Jika status gizi
ibu baik dan status kesehatannya selama hamil tidak buruk (tidak
menderita hipertensi, misalnya), serta tidak berkebiasaan buruk (perokok
atau pecandu alkohol), status gizi bayi yang kelak dilahirkannya juga baik;
begitu pula sebaliknya. Ibu penderita malnutrisi sepanjang minggu terakhir
kehamilan akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (<2500
gram) karena jaringan lemak banyak ditimbun selama trimester III.

Tabel 5. Rekomendasi Pertambahan Berat Badan pada Ibu Hamil


(Brown, JE, 2011)
Status Berat Badan Ibu Hamil Rekomendasi Pertambahan Berat Badan
(Index Masa Tubuh)
Rendah, >18.5 kg/m2 12.7-18.2 kg

Normal , 18.5-24.9 kg/m2 11.4-15.9 kg


Lebih, 25-29.9 kg/m2 6.8-11.4 kg
Obes, 30 kg/m2 atau lebih 5.0-9.1 kg
Hamil kembar 11.4-24.5 kg

2.6.3.1 Efek Pertambahan Berat Badan terhadap Ibu Hamil


Beberapa penelitian menunjukkan hubungan linier antara pertambahan
berat badan selama kehamilan dan berat badan lahir terhadap usia
kehamilan. Pertambahan berat badan yang rendah berhubungan dengan
pertumbuhan janin yang rendah, berat lahir janin rendah. kecil masa
kehamilan dan beresiko untuk lahir prematur. Carmichael dan Abrahams
menemukan adanya percepatan atau perlambatan dari pertambahan
berat badan pada akhir kehamilan berhubungan dengan masa kehamilan

19
yang rendah dan risiko lahir premature. Pertambahan berat badan yang
rendah juga berhubungan dengan kegagalan dalam menginisiasi
pemberian ASI.

Manfaat Nutrisi
a. Nutrisi untuk pertumbuhan.
Dengan makanan bergizi, tubuh manusia tumbuh dan
dipelihara. Semua organ tubuh dapat berfungsi dengan baik.
Bagian tubuh yang rusak diganti. Kulit dan rambut terus berganti,
sel sel tubuh terus bertumbuh. Sel-sel tubuh memasak dan
mengolah zat makanan yang masak agar zat makanan dapat
dipakai untuk pekerjaan tubuh
b. Makanan sebagai suku cadang.
Dengan makanan bergizi, tubuh manusia tumbuh dan dipelihara.
Semua organ tubuh dapat berfungsi dengan baik. Bagian tubuh
yang rusak diganti. Kulit dan rambut terus berganti, sel sel tubuh
terus bertumbuh. Sel-sel tubuh memasak dan mengolah zat
makanan yang masak agar zat makanan dapat dipakai untuk
pekerjaan tubuh. Untuk itu, setelah sakit kita perlu banyak makan
makanan bergizi. Begitu juga untuk yang menjalani operasi atau
yang baru melahirkan.
c. Makanan sebagai bensin tubuh.
Makanan juga dibutuhkan untuk melakukan kegiatan sehari-hari
seperti mandi, menyapu, juga berkebun. Dalam keadaan tidurpun
tubuh tetap membutuhkan tenaga untuk bernafas, degup jantung,
serta tenaga memasak zat makanan dan memakainya.
Namun, makanan perlu diatur agar sesuai dengan kebutuhan
tubuh. Jumlahnya harus memadai, dan mutunya sesuai dengan
kebutuhan sehari-hari.

Ibu hamil seharusnya memiliki kadar hemoglobin (Hb) > 11 g/dl. Pada
saat post partum minimal harus 10 g/dl. Jika ibu mengalami anemia

20
terutama penyebab yang paling sering adalah karena kekurangan zat besi
(Fe) risiko persalinan yang abnormal akan meningkat, demikian pula
dengan risiko infeksi ibu dan kecenderungan perdarahan yang akan
berdampak pada morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi. Kondisi anemia
kekurangan zat besi puncaknya sering terjadi pada trimester II dan III.
Kondisi tersebut bisa saja disebabkan karena asupan Fe yang kurang,
adanya infeksi parasit dan interval kehamilan yang pendek. Keadaan
anemia seringkali menyebabkan ibu jatuh dalam kondisi mudah lelah,
kekuatan fisik menurun, timbulnya gejala kardiovaskuler, predisposisi
infeksi, risiko peripartum blood loss, dan risiko gangguan penyembuhan
luka. Sedangkan bagi janin kondisi kekurangan Fe hingga < 9 g/dl
meningkatkan risiko persalinan preterm, intrauterine growth retardation
(IUGR), dan intrauterine fetal death (IUFD). Plasenta pun terkena
imbasnya yaitu bisa mengalami hipoksia kronik dan angiogenesis.
Hipotesis Baker mengatakan bahwa terdapat hubungan antara gangguan
pada plasenta dan pertumbuhan janin yang mempengaruhi risiko
berkembangnya penyakit pada janin tersebut setelah dewasa seperti
timbulnya penyakit kardiovaskuler dan diabetes mellitus.

2.7 Metabolisme Normal Ibu Hamil


Selama kehamilan, metabolism ibu hamil berdapatapsi untuk

memastikan tercukupinya supalai nutrisi yang kontinu kepada fetus untuk

menyokong pertumbuhan yang eksponensial. Diantara semua nutrisi,

yang paling penting adalah glukosa dan asam amino. Selain itu lipid dan

vitamin juga penting bagi pertumbuhan janin dalam jumah kecil. (Herrera

and Ortega in Jovanovich et al., 2008)

a. Metabolisme karbohidrat

Glukosa merupakan sumber energi utama jaringan fetoplasenta.

Pada awal kehamilan, glukosa plasma basal dan kadar insulin

21
serta gluconeogenesis hepar masih belum berubah. Namun

pada masa akhir kehamilan, ibu hamil seringkali mengalami

hipoglikemia, walaupun telah terjadi peningkatan

gluconeogenesis, terutama konversi glisrol daripada alanin dan

atau piruvat. Hipoglikemi pada ibu hamil, walaupun telah terjadi

peningkatan gluconeogenesis dan penurunan konsumsi

glukosa jaringan ibu, terjadi karena tingginya arus transfer

glukosa ke janin melalui plasenta. Transfer glukosa melalui

plasenta, dari ibu ke janin, secara umum dilakukan dengan

difusi terfasilitasi yang bergantung pada concentration

dependent kinetics dan molekul transporter glukosa, terutama

GLUT 1. (Herrera and Ortega in Jovanovich et al., 2008)

Pada gambar dibawah dapat diketahui proporsi transfer

substrat transplasental pada tikus model hamil dan jumlah

masing-masing dalam nmol/menit/gram BB fetus. Bisa dilihat

bahwa glukosa merupakan yang paling banyak, hingga sekitar

75% dari keseluruhan substrat yang ditransfer transplasental.

(Herrera and Ortega in Jovanovich et al., 2008)

22
Gambar 1. Jumlah dan prosentase, transfer Substrat pada
model tikus hamil 20 hari. (Herrera and Ortega in Jovanovich et
al., 2008)

b. Metabolisme Asam Amino dan Protein

Protein merupakan substrat yang penting bagi pertumbuhan

fetus dan harus dipertahankan ketersediaannya dengan transfer

aktif asam amino dari sikulasi maternal. Tidak ada penelitian

yang menunjukkan adanya penyimpanan protein pada masa

awal kehamilan, karena tingginya kebutuhan fetus. Sehingga

peningkatan kebutuhan protein fetus pada masa akhir

kehamilan, dipenuhi dengan penyesuian metabolic yang

23
meningkatkan penggunaan asupan protein dan retensi nitrogen.

(Herrera and Ortega in Jovanovich et al., 2008)

Perubahan metabolism protein dimulai secara bertahap

sejak dimulainya kehamilan, sehingga konservasi nitrogen untuk

pertumbuhan fetus mencapai potensi maksimal pada perempat

akhir kehamilan. Studi mengenai keseimbangan nitrogen,

menunjukkan bahwa retensi nitrogen maternal pada usia

kehamilan 20-4- minggu telah jauh melebihi kebutuhan yang

diperkirakan, sehingga ibu juga mendapatkan tambahan protein.

Peningkatan retensi nitrogen pada akhir kehamilan, terjadi

karena adanya penurunan eksresi nitrogen pada urine, akibat

penurunan sintesis urea. (Herrera and Ortega in Jovanovich et

al., 2008)

Walaupun, telah terjadi berbagai proses peningkatan

metabolism protein, kehamilan seringkali berhubungan dengan

hipoaminocidemia, sejak awal kehamilan hingga persalinan.

Karena tingginya uptake asam asmino secara transplasental ke

fetus. Ditambah lagi, adanya penurunan oksidasi materbal

rantai cabang asam amino pada masa akhir kehamilan, yang

meningkatkan ketersediaannya untuk ditransfer ke fetus.

(Herrera and Ortega in Jovanovich et al., 2008)

Berkebalikan dengan glukosa, kadar asm amino pada

fetus lebih tinggi daripada ibunya, karena mekanisme transfer

asam amino adalah transfer aktif, dengan transporter selektif

24
dan energi metabolic. Sedangkan pada glukosa , mekanisme

transfer nya dengan memanfaatkan perbedaan gradasi

konsentrasi kadar glukosa. (Herrera and Ortega in Jovanovich

et al., 2008)

c. Metabolisme Lipid

Akumulasi lemak pada jaringan dan hyperlipidemia pada ibu

merupakan karakteristik khas kehamilan normal, karena

walaupun lipid dapat melewati plasenta, namun komponen

seperti asam lemak esensial (Essential Fatty Acids, EFA) dan

asam lemak polyunsaturated rantai panjang (Long Chain

Polyunstaurated Fatty Acids, LCPUFA) tetap ditransfer dari

sirkulasi maternal, sehingga terjadi perubahan pada metabolism

lipid juga. (Herrera and Ortega in Jovanovich et al., 2008)

Akumulasi lemak terjadi pada trimester pertama

kehamilan, karena terjadi hiperfagia dan peningkatan sintesis

lipid, ditambah dengan peningkatan respon jaringan terhadap

insulin pada masa awal kehamilan. Peningkatan akumulasi

lemak berhenti pada trimester ketiga kehamilan, akibat dari 2

perubahan yang simultan :

1. Penurunan aktivitas lipoprotein lipase (LPL),

Yang berhubungan dengan jaringan lemak dan

menyebabkan penurunan hidrolisis dan uptake TG

jaringan.

2. Peningkatan aktivitas lipolysis jaringan lemak.

25
Transfer substrat hasil lipolysis jaringan adipose ke

sirkulasi secara transplasental, Nonesterified Fatty Acids,

(NEFA) dan gliserol, masih sangat rendah. Sehingga, mayoritas

substrat tersebut dibebankan ke hepar ibu. Di hepar, NEFA

dikonversi ke acyl CoA dan gliserol dikonversi menjadi gliserol-3

fosfat, yang secara parsial dire esterifikasi sebagai bahan

sintesis TG. Hasil produk ini kemudian dilepas kembali ke

sirkulasi sebagai VLDL. Ditambah lagi gliserol digunakan

sebagai substrat gluconeogenesis, dan NEFA digunakan untuk

oksidasi-, yang memicu produksi energi dan sintesis badan

keton. Badan keton sangat bermanfaat bagi fetus sebagai

sumber energid an substrat lipid otak. (Herrera and Ortega in

Jovanovich et al., 2008)

Gambar 2. Skema respon Maternal pada saat lapar pada masa akhir

kehamilan. (Herrera and Ortega in Jovanovich et al., 2008)

Dari gambar diatas, dapat diketahui bahwa saat lapar, terjadi

rangsangan pada jaringan lemak/adipose, sehingga terjadi lipolysis

26
dan peningkatan pelepasan NEF dan gliserol dari TG. Di dalam

hepar, ketersediaan gliserol dan NEFA meningkat. Selanjutnya,

gliserol digunakan sebagai substrat gluconeogenesis dan

menghasilkan glukosa. Sedangkan NEFA digunakan sebagai

substrat untuk ketogenesis. Pada mekanisme ini, selain

memproduksi glukosa untuk fetus dan kebutuhannya sendiri, ibu

juga mendapatkan substrat produk glukoneogenik lainnya, seperti

asam amino (terutama alanin). (Herrera and Ortega in Jovanovich

et al., 2008)

d. Metabolisme Vitamin
1. Vitamin Hidrofilik
- Asam Folat

Kehamilan telah lama diketahui berhubungan dengan

peningkatan kebutuhan asam folat. Peningkatan

kebutuhan asam folat, karena pertumbuhan fetus dan

organ uteroplasenta. Beberapa penelitian menunjukkan

bahwa pada ibu hamil yang tidak mendapatkan suplemen

asam folat, akan mengalami penurunan kadar asam folat

dalam darah. Beberapa penyebab yang telah

diidentifikasi adalah peningkatan kebutuhan folat pada

fetus, peningkatan katabolisme folat, peningkatan klirens

dan ekskresi folat, penurunan absorpsi folat, pengaruh

hormone pada metabolisme folat sebagai respon

fisiologis kehamilan dan kurangnya asupan folat.

(Herrera and Ortega in Jovanovich et al., 2008)

27
- Vitamin C

Vitamin C memainkan peran yang penting sebagai

antioksidan. Pada ibu hamil, kebutuhan vitamin C juga

meningkat. Dari beberapa studi sebelumnya, asam

askorbat yang telah dikonversi menjadi asam

dehidroaskorbat dapat melewati plasenta dan dikonversi

kembali menjadi asam arkorbat oleh fetus. Kadar vitamin

C pada serum ibu selama trimester kedua kehamilan,

berhubungan dengan Berat Badan dan Panjang Badan

Lahir Bayi yang cukup bulan. (Herrera and Ortega in

Jovanovich et al., 2008)

2. Vitamin Lipofilik
- Vitamin D

Perubahan yang signifikan pada metabolism vitamin D

pada kehamilan adalah untuk menyediakan kalsium yang

dibutuhkan untuk pembentukan tulang fetus. Kadar

1,25(OH)2D3, (metabolit aktif vitamin D yang

meningkatkan efisiensi absropsi kalsium intestinal,

menurunkan eksresi kalsium renal, berhubungan dengan

Parathyroid Hormone, PTH) pada fetus, rendah,

sebaliknya pada ibu kadarnya sangat tinggi. Peningkatan

ini diyakini akibat peningkatan produksi alih-alih akibat

penurunan ekskresi. Hingga saat ini, belum ada

penelitian yang membuktikan perlunya atau adanya

pengaruh yang positif pemberian tambahan asupan

28
vitamin D selama kehamilan. (Herrera and Ortega in

Jovanovich et al., 2008)

- Vitamin A

Selama kehamilan, konsentrasi retinol dalam plasma,

semakin lama akan semakin menurun, karena terjadi

peningkatan kebutuhan dari pertumbuhan jaringan ibu

dan fetus yang cepat. Vitamin A berperan penting pada

perkembangan organ seperti jantung, paru-paru dan

tulang, asam retinoate juga berperan dalam

perkembangan sistem saraf dan pembuluh darah.

Walaupun demikian, belum ada studi yang

merekomendasikan perlunya suplemen retinol selama

kehamilan. Pemberian suplemen pada ibu hamil yang

memiliki status nutrisi yang baik, tidak berpengaruh pada

fetus. Retinol doiss tinggi justru teratogenic. Perlu

pengkajian yang unik pada tiap pasien untuk menentukan

kebutuhan suplemen vitamin A. (Herrera and Ortega in

Jovanovich et al., 2008)

- Vitamin E

Kadar vitamin E dalam plasma meningkat sejak trimester

pertama kehamilan dan mencapai maksimal pada

trimester ketiga. Perubahan kadar -tokoferol ini

berhubungan dengan hyperlipidemia maternal dan juga

29
diiringi dengan peningkatan peroksidase lipid. (Herrera

and Ortega in Jovanovich et al., 2008).

2.8 Rekomendasi dan Pola Makan Ibu Hamil


Pola makan adalah suatu informasi mengenai jenis dan jumlah pangan
yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu,
sehingga penilaian konsumsi pangan dapat berdasarkan pada jumlah
maupun jenis makanan yang dikonsumsi (Ari Istiany dan Rusilanti, 2013:
214). Pola makan yang disesuaikan berkaitan lebih utama dengan waktu
dan cara makan. Masalah jenis makanan dan zat nutrisi yang terkandung
didalamnya adalah sebuah ketetapan yang harus dipenuhi. Tinjauan
medis mengatakan bahwa sebaiknya dalam memenuhi peningkatan
kebutuhan asupan gizi yang ada ibu hamil melakukannya secara
bertahap. Prinsipnya makan sedikit-sedikit tetapi sering lebih diutamakan
dibandingkan makan besar sekaligus. Selain itu perlu diperhatikan
perubahan umum yang terjadi dalam kehamilan seperti bertambahnya
berat badan yang sebagian besarnya terdiri dari cairan.
Tujuan penataan gizi pada ibu hamil adalah menyiapkan (Arisman,
2002:13):
Cukup kalori, protein yang bernilai biologis tinggi, vitamin, mineral,
dan cairan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi ibu, janin, dan
plasenta.
Makanan padat kalori dapat membentuk lebih banyak jaringan
tubuh bukan lemak
Cukup kalori dan zat gizi untuk memenuhi pertambahan berat
badan yang dianjurkan selama kehamilan
Perencanaan dan perawatan gizi yang diatur sedemikian rupa yang
memungkinkan ibu hamil untuk memperoleh dan mencukupi
kebutuhan gizinya sehingga dapat menjalani kehamilan yang
seharusnya

30
Perawatan gizi yang dapat mengurangi atau menghilangkan reaksi
mual dan muntah secara berlebihan
Perawatan gizi yang dapat membantu pengobatan yang dapat
menyulitkan selama proses kehamilan berlangsung
Mendorong ibu hamil sepanjang waktu untuk menerapkan
kebiasaan makan yang baik yang dapat diturunkan untuk
kebiasaan anaknya kelak.
Hal yang mendasari harusnya mengonsumsi makanan seimbang pada
ibu hamil adalah masa kehamilan merupakan masa terjadinya wanita
dalam keadaan hamil mengalami stress fisiologis karena terdapat
penyesuaian tubuh ibu terhadap perubahan fisik tubuh. Penataan makan
pada ibu hamil sebenarnya sama dengan ibu yang tidak hamil, namun
baik kualitas maupun kuantitasnya harus mengalami peningkatan melalui
pola makan dan kebiasaan makan yang baik. Pola makan dan kebiasaan
makan yang baik adalah menu makanan yang seimbang dengan jenis
makanan yang bervariasi (Desi Purwitasari dan Dwi Maryanti, 2009: 31).
Untuk menyediakan para profesional kesehatan dengan pengetahuan
dasar dan alat untuk memberikan bimbingan gizi untuk wanita melalui
daur hidupnya. asupan gizi yang optimal melalui siklus hidup perempuan
dievaluasi melalui berbagai penelitian. Pada pemaparan berikut,
Konsensus Kanada (2016) telah mengeluarkan kebijakan bagi wanita
dalam melalui daur kehidupan.

2.8.1 Rekomendasi gizi pada wanita secara umum


Diet seimbang dan bervariasi tinggi dalam sayuran, buah-
buahan, biji-bijian,rendah atau bebas-lemak susu, makanan laut,
kacang-kacangan, dan kacang-kacangan; moderat pada
konsumsi alkohol (untuk bukan-hamil dan wanita bukan-
menyusui); membatasi konsumsi daging merah dan diproses;
dan rendah minuman manis dan biji-bijian olahan mengurangi
risiko penyakit kronis termasuk diabetes tipe 2, penyakit jantung,
dan kanker.

31
Kesehatan perempuan, termasuk status gizi mereka, dapat
dipengaruhi secara negatif oleh keadaan psiko-sosial, ekonomi,
atau geografis yang terdiri dari "lingkungan makanan."
Hambatan makan sehat mungkin termasuk faktor individu
(misalnya, kemampuan fisik, pendapatan), faktor sosial
(misalnya, situasi keluarga, dukungan sosial), faktor masyarakat
(misalnya, dekat dengan suatu toko), dan kebijakan yang relevan
(misalnya, kelayakan untuk dukungan program sosial). Wanita
yang berisiko tinggi untuk status gizi buruk mungkin dapat
mendapatkan dari konseling diet tambahan atau intervensi yang
ditargetkan.
Diet vegetarian yang direncanakan dengan hati-hati adalah
sehat sepanjang siklus hidup; kita perlu memperhatikan terhadap
protein diperlukan. nutrisi lain perhatian untuk vegetarian ketat
(misalnya, vegan) termasuk seng, besi,vitamin B12, dan asam
lemak omega-3.
Menekankan pada pentingnya gizi pada siklus hidup wanita,
dengan fokus keseluruhan terhadap asupan perempuan yang
bergizi pada makanan dalam jumlah yang tepat untuk menjaga
berat badan yang sehat.
Menekankan pentingnya menjaga berat badan yang sehat di
seluruhsiklus hidup. Indeks massa tubuh (berat dalam kg / tinggi
dalam meter kubik) danlingkar pinggang (cm) memberikan
gambaran umum tentang risiko kesehatan dan harus diukur
sebagai bagian rutin dari penilaian fisik.
Perempuan yang berisiko tinggi untuk kekurangan zat besi
(misalnya, asupan yang rendah atau tidak mengonsumsi daging;
status sosial ekonomi rendah; imigran dari negara berkembang
(sebagai contoh, wanita eskimo), darah yang keluar signifikan
akibat menstruasi, kelahiran anak) harus dikaji dengan
mengukur hemoglobin dan feritin serum. Jika kekurangan zat
besi diidentifikasi, terapi besi elemental oral harus dimulai dan
terus selama minimal 6 bulan; dosis yang lebih tinggi diperlukan

32
untuk wanita dengan anemia berat. Besi harus diambil dengan
sumber vitamin C. Pasien dengan kondisi yang mendasarinya
yang menyebabkan kekurangan zat besi atau yang tidak
menanggapi pengobatan harus dirujuk untuk penyelidikan lebih
lanjut dan manajemen.
Pengujian rutin wanita sehat tanpa gejala atau faktor risiko untuk
kekurangan vitamin B12 tidak direkomendasikan. Pikirkan
suplementasi vitamin B12 untuk wanita dengan faktor risiko
defisiensi (misalnya, vegetarian /diet vegan, di atas usia 50,
gangguan lambung seperti maag atrofi ataubypass lambung,
penyakit usus kecil, dan biasa menggunakan metformin, H2-
blocker kronis, atau inhibitor pompa proton).
Wanita yang tidak dapat mengkonsumsi makanan yang
direkomendasikan mendapatkan tunjangan kalsium dalam diet
mereka dapat mengambil manfaat dari suplemen kalsium. Ketika
memberikan konseling seorang wanita dalam pemilihan
suplemen kalsium, memastikan bahwa suplemen memberikan
dosis yang memadai "kalsium elemental" dan bahwa wanita
mengerti, dia perlu melihat secara khusus untuk ini pada label.
Hal ini terbaik untuk mengambil beberapa dosis kecil dari
penyerapan kalsium yang berbanding terbalik dengan asupan;
tidak lebih dari 500 sampai 600 mg kalsium elemental pada satu
waktu. Perhatian harus digunakan untuk menghindari melebihi
batas atas untuk kalsium dari diet dan suplemen dikombinasikan
(2500 mg untuk wanita dewasa).
Merekomendasikan suplemen vitamin D untuk semua wanita
Kanada yangmengkonsumsi cukup makanan vitamin D,
terutama mereka yang mengalami penurunan sintesis kulit
karena menjadi tinggal di rumah, memiliki pigmentasi kulit yang
lebih gelap, atau yang menutupi kulit mereka.
Skrining defisiensi vitamin D dengan mengukur serum 25 (OH) D
adalah tidak perlu untuk masyarakat umum tetapi harus
dilakukan pada wanita berisiko tinggi seperti mereka yang

33
memiliki riwayat patah tulang, malabsorpsi, penyakit ginjal, atau
menggunakan obat-obatan yang berdampak vitamin D atau
metabolisme tulang (misalnya, penggunaan steroid kronis, terapi
antikonvulsan).
Selama kunjungan rutin, menyarankan semua wanita usia
reproduksi mengenai manfaat asupan folat dari makanan
(misalnya, sayuran hijau gelap, sayuran yang berdaun dan
kacang-kacangan) dan asam folat dalam suplemen multivitamin.

2.8.2 Rekomendasi nutrisi wanita prekonsepsi


Ikuti Pedoman Perhimpunan Dokter Obstetrik dan Ginekologi
Kanada tahun 2015 untuk penggunaan tambahan asam folat
oleh perempuan usia reproduksi. Wanita usia subur harus
mengkonsumsi Asam folat 0,4 mg dalam multivitamin setiap
hari selama minimal 2 sampai 3 bulan sebelum kehamilan.
Wanita usia subur yang berisiko sedang atau tinggi untuk
bantalan keturunan dengan cacat tabung saraf harus
mengkonsumsi 1 dan 4,0 mg suplemen asam folat, masing-
masing, minimal 3 bulan sebelum hamil dan sampai 12 minggu
usia kehamilan. Kemudian,suplemen harian harus terdiri dari
multivitamin dengan 0,4-1,0 mg asam folat selama kehamilan
dan setelah melahirkan selama ASI terus.
Mempromosikan peningkatan asupan makanan bagi wanita
yang sedang berovulasi abnormal karena berat badan kurang
dengan mendorong peningkatan frekuensi makan dan ukuran,
dan menghindari puasa, melewatkan makanan, dan olahraga
berlebihan.
Memberikan strategi manajemen berat badan bagi wanita yang
sedang berovulasi abnormal karena kelebihan berat badan
dengan merekomendasikan strategi tersebut sebagai
pengaturan pola makan yang tepat, meningkatkan aktivitas
fisik, dan mengurangi perilaku menetap.

34
Merekomendasikan rendah indeks glikemik diet untuk wanita
gemuk dengan sindrom ovarium polikistik untuk meningkatkan
sensitivitas insulin dan kesuburan.

2.8.3 Rekomendasi gizi pada Ibu Hamil


Asupan gizi dengan kualitas tinggi dan makanan yang sesuai
pilihan yang penting bagi semua wanita hamil, dan dapat dicapai
dengan mengikuti Kanada Food Guide yang diterapkan pada
kehamilan. Pilihan makanan harus menekankan memilih
berbagai makanan padat nutrisi dari semua 4 kelompok
makanan, berlawanan dengan, makanan miskin gizi padat
energi.A, diet yang tepat energi yang kaya nutrisi akan
membantu untuk memastikan wanita kebutuhan gizi sendiri
terpenuhi dan memfasilitasi perkembangan sehat janinnya
selama kehamilan.
Jumlah energi yang dibutuhkan untuk mendukung kehamilan
(untuk wanita dengan indeks massa tubuh sebelum hamil dari
18,5-25) adalah sederhana, dengan kenaikan tidak dianjurkan
dalam asupan kalori pada trimester pertamadan peningkatan
hanya 340 dan 450 kkal / hari di kedua dan trimester ketiga,
masing-masing. Ini umumnya setara dengan hanya 2 sampai 3
tambahan Kanada Food Guide porsi per hari dari salah satu 4
kelompok makanan pada trimester kedua dan ketiga.
Kebutuhan Energi untuk wanita dengan indeks massa tubuh
hamil di atas25 kg / m2 tidak dilakukan.
Jumlah energi yang dibutuhkan untuk mendukung kehamilan
(untuk wanita dengan indeks massa tubuh sebelum hamil dari
18,5-25) adalah sederhana, dengan kenaikan tidak dianjurkan
dalam asupan kalori pada trimester pertama dan peningkatan
hanya 340 dan 450 kkal / hari di kedua dan trimester ketiga,
masing-masing. Ini umumnya setara dengan hanya 2 sampai 3
tambahan porsi per hari dari pedoman Kanada Food dari salah
satu 4 kelompok makanan pada trimester kedua dan ketiga.

35
Kebutuhan Energy untuk wanita dengan indeks massa tubuh
hamil di atas 25 kg / m kubik tidak dilakukan.
Mengukur dan membahas kenaikan berat badan kehamilan
dengan semua perempuan sebagai awal kehamilan dan secara
teratur seperti sangat mungkin dilakukan. Rekomendasi untuk
kisaran berat badan yang berhubungan dengan kehamilan harus
berdasarkan indeks massa tubuh hamil wanita.
Wanita yang belum memenuhi minimum atau telah melampaui
jumlah maksimum berat badan dianjurkan untuk spesifik usia
kehamilan memerlukan tambahan tindak lanjut dan penilaian.
Mereka harus didorong untuk meningkatkan atau memperlambat
laju kenaikan berat badan untuk termasuk dalam rentang yang
direkomendasikan dari tingkat mingguan kenaikan sampai
persalinan.
Mendukung perempuan dalam memahami bagaimana
memenuhi rekomendasi untuk nutrisi tertentu yang menjadi
perhatian selama kehamilan, yang meliputi folat,besi, kolin, asam
lemak omega-3, dan yodium.
Ikuti Pedoman Perhimpunan Ahli Obstetrik dan Ginekologi
Kanda untuk penggunaan tambahan asam folat dengan hamil
wanita. Wanita hamil harus mengkonsumsi 0,4 sampai 1 mg
asam folat dalam multivitamin harian, atau jika mereka berada
pada risiko tinggi dengan mengandung bayi dengan cacat
tabung saraf, 4,0 mg suplemen asam folat 12 minggu sebelum
dan setelah pembuahan diikuti dengan 0,4-1 mg sampai masa
penyapihan. Perhatian perempuan untuk tidak mengambil lebih
dari 1 dosis harian multivitamin mereka.
Merekomendasikan suplemen yang mengandung 16 sampai 20
mg besi elemental untuk ibu hamil yang berada dalam kesehatan
yang baik. Dosis terapi besi mungkin diperlukan untuk
perempuan menunjukkan bukti biokimia kekurangan zat besi.
(Misalnya, hemoglobin rendah dan feritin serum <30 ug / L pada
setiap saat selama kehamilan).

36
Muncul bukti menunjukkan bahwa kolin, asam lemak omega 3,
dan yodium adalah nutrisi penting yang mungkin terbatas dalam
diet yang biasa wanita hamil mengkonsumsi. Diskusikan
makanan kaya nutrisi ini (misal, telur untuk kolin, lemak ikan dan
kacang-kacangan /benih untuk asam lemak omega-3; air asin
ikan dengan rendah kadar methylmercury;dan garam beryodium)
pada proses kehamilan yang berlanjut.
Menekankan pentingnya membatasi atau menghindari makanan
tertentu selama kehamilan (misalnya, menghindari makanan
yang berpotensi terkontaminasi bakteri dan ikan dengan tingkat
tinggi methylmercury). banyak herbal harus dibatasi atau
dihindari selama kehamilan.
Ikuti Pedoman Perhimpunan Ahli Obstetrik dan Ginekologi 2010
dari Kanada untuk penggunaan alkohol selama kehamilan. Ada
bukti bahwa konsumsi alkohol dalam kehamilan dapat
menyebabkan kerusakan janin. Ada cukup bukti mengenai
keselamatan janin atau bahaya yang sama rendahnya tingkat
konsumsi alkohol dalam kehamilan.

2.8.4 Rekomendasi Nutrisi Postpartum dan Ibu Menyusui


Nutrisi postpartum yang optimal dapat dicapai dengan
mengkonsumsi highquality sebuahdan beragam diet
berdasarkan Kanada Food Guide. Kebutuhan nutrisi tinggi dari
wanita menyusui dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi 2
sampai 3 porsi ekstra setiap hari dari salah satu 4 kelompok dari
Kanada Food Guide dan suplemen multivitamin, seperti selama
kehamilan. Ini porsi ekstra akan memasok peningkatan dalam
kebutuhan energi untuk mendukung laktasi (350-400 kkal lebih
Kebutuhan sebelum hamil).
Penurunan berat badan perlahan pasca melahirkan untuk
mencapai mencapai berat badan sebelum hamil dan berat badan
yang sehat adalah disarankan. Ada sedikit bukti baik Volume ASI

37
atau nutrisi mempengaruhi oleh penurunan berat badan pasca
melahirkan secara bertahap dan olahraga.
Menyusui adalah metode normal dan tiada bandingnya sebagai
makan bayi. ASI eksklusif harus didorong untuk pertama 6 bulan,
dan berkelanjutan sampai 2 tahun atau lebih, dengan tepat
makanan pendamping ASI bayi.
Tekankan kebutuhan nutrisi yang tepat untuk mencapai berat
badan sehat postpartum dan mempromosikan menyusui.
Diskusikan manfaat ASI eksklusif untuk meningkatkan hasil
kesehatan jangka pendek dan panjang bagi ibu dan bayi.
Penurunan asupan kalori dari 500 kkal / hari dan partisipasi
dalam latihan aerobik moderat (berjalan, jogging, menari; 65%
sampai 80% detak jantung maksimum) 4 hari per minggu harus
melakukan penurunan berat badan bertahap diukur dari 0,5 kg /
minggu postpartum.
Anjurkan ibu menyusui untuk memberikan bayi mereka dengan
400 IU vitamin D per hari.
Wanita harus mengkonsumsi setidaknya 150 g ikan setiap
minggu, seperti lemak ikan merupakan sumber penting asam
docosahexaenoic. Namun, wanita menyusui harus membatasi
konsumsi tuna, hiu, ikan todak, marlin, oranye roughy, dan
escolar untuk <150 g per bulan. Ibu menyusui harus menghindari
albacore kaleng (putih) tuna, tapi mungkin mengkonsumsi
sampai 300 g / minggu tuna kalengan cahaya.
Asupan Ibu hamil terhadap makanan yang terkait alergi dan nyeri
kolik pada anak (susu, telur, kacang tanah, kacang pohon,
gandum, kedelai, dan ikan) dan silangan sayuran, susu sapi,
bawang, dan cokelat telah dikaitkan dengan gejala kolik pada
bayi muda ASI eksklusif, tapi tidak membentuk alergi pada anak.
Menghilangkan makanan satu per satu untuk menentukan
hubungan dengan gejala bayi.
Obat pencahar (psyllium atau metilselulosa) tidak diserap oleh
usus dan tidak harus memiliki konsekuensi negatif untuk bayi
ASI. Obat pencahar stimulan harus dihindari.

38
Wanita dengan wasir atau cedera perineum disarankan untuk
makan. Tinggi serat diet bersama dengan asupan air yang
cukup.

2.9 Optimalisasi Diet Maternal dan Adaptasi Fetus terhadap Status


Nutrisi Terganggu
Gizi ibu selama kehamilan, dan bagaimana ini dampak plasenta dan
pertumbuhan janin dan metabolisme, adalah cukup menarik untuk wanita,
pasangannya dan profesional perawatan kesehatan mereka. Di negara
berkembang, gizi ibu merupakan faktor utama yang berkontribusi terhadap
hasil kehamilan yang merugikan. Sebaliknya, dengan peningkatan
prevalensi diet kalori tinggi dan mengakibatkan masalah kelebihan berat
badan dan obesitas di negara-negara maju, dampak dari situasi kelebihan
gizi ini pada kehamilan. Hasil disorot sebagai faktor yang berkontribusi
untuk hasil metabolisme yang merugikan pada keturunannya di kemudian
hari. Selanjutnya, sementara asupan makanan rendah atau berlebihan
merupakan aspek penting dari pengembangan kehamilan, peran tertentu
yang plasenta memainkan dalam metabolisme nutrisi dan pasokan gizi
secara keseluruhan untuk janin dalam situasi malnutrisi, kelebihan gizi
atau komposisi diet yang buruk masih buruk didefinisikan. Kedua
epidemiologi dan hewan penelitian sekarang menyoroti bahwa gizi,
kelebihan gizi, dan komposisi diet berdampak negatif terhadap
pertumbuhan fetoplasenta dan pola metabolisme, memiliki efek metabolik
kemudian hari merugikan bagi keturunannya. Masalah ini bertujuan untuk
menyoroti penelitian baru di sejumlah daerah-daerah yang disebutkan di
atas seluruh awal kehidupan (Morrison dan Regnault, 2016).
Banyak data sekarang menyoroti periode perikonsepsional sebagai
masa kritis di mana perusak dapat menghasilkan gangguan fisiologis
hidup dan perubahan metabolik pada keturunan yang dihasilkan. Dalam
review yang diajukan oleh Padhee dan rekan (2015), prosedur ART
diperiksa, khususnya dalam hal bagaimana prosedur umum yang terkait
dengan penanganan dan persiapan gamet dan embrio dapat berdampak
metabolisme kemudian hari, terutama berdampak keturunan kesehatan

39
kardiometabolik. Efek metabolik yang rusak kemudian hari ini juga
dipahami akan didirikan selama kehamilan. Dalam survei wanita
prakonsepsi, wanita hamil dan menyusui dan wanita usia reproduksi,
Cuervo et al. melaporkan bahwa kelompok-kelompok ini tidak tepat
mengkonsumsi makanan status fisiologis mereka, berdasarkan pedoman
diet Spanyol dan menyoroti kebutuhan nyata untuk meningkatkan
pendidikan dan program penjangkauan masyarakat untuk kelompok-
kelompok perempuan untuk memastikan ibu yang memadai dan dengan
demikian gizi janin (2014).
Asupan gizi ibu yang buruk setelah masa perikonsepsional selama
kehamilan juga dapat berdampak negatif janin pada lintasan pertumbuhan
genetik dan dapat mengakibatkan hambatan pertumbuhan janin.
Vonnahme et al. (2015), menggambarkan efek dari gizi ibu pada
vaskularisasi jaringan yang mentransfer nutrisi selama tahap-tahap yang
berbeda dari kehamilan. Selain pasokan nutrisi ibu, efektivitas plasenta
dalam mengangkut nutrisi dan oksigen ke janin adalah penting dalam
menentukan pertumbuhan janin. Berbagai adaptasi terhadap
perkembangan plasenta terjadi ketika janin pertumbuhan dibatasi dan ini
dijelaskan oleh Zhang et al. (2015). Terlepas dari penyebab berat badan
lahir rendah, Zheng et al. (2015) menunjukkan hubungan antara
microbiome plasenta dan pertumbuhan janin. Zohdi et al. (2015)
menggambarkan efek dari pembatasan protein ibu selama kehamilan
pada perkembangan janin yang meningkatkan risiko penyakit
kardiovaskular di kemudian hari. Davis et al. (2015) menggambarkan
pentingnya kelenjar adrenal dalam adaptasi janin untuk insufisiensi
plasenta, menyoroti peran penting dari norepinephrine dalam mengatur
pertumbuhan janin tetapi bukan massa pankreas dalam pertumbuhan
janin yang terbatas. Wood-Bradley dan tim (2015) memberikan tinjauan
literatur seputar mekanisme potensial dimana gizi ibu (berfokus pada
kekurangan gizi karena pembatasan protein, pembatasan mikronutrien
dan asupan lemak berlebihan) memberikan pengaruh terhadap
perkembangan ginjal keturunan dan dengan demikian berfungsi di

40
kemudian hari. Dalam cahaya yang sama, Blumfield et al. (2015) bukti
rinci bahwa diet ibu selama kehamilan yang rendah protein terkait dengan
tekanan darah sistolik yang lebih tinggi di masa kecil. Selanjutnya, Colon-
Ramos dan rekan-rekannya (2015) menyelidiki potensi hubungan antara
pola diet ibu selama hasil kehamilan dan kelahiran dalam populasi yang
beragam dengan beban dari bayi dengan berat badan lahir rendah dan
kelahiran yang merugikan lainnya.
Peristiwa di masa perinatal juga memainkan peran kunci dalam
menentukan bagaimana anak menanggapi jejas dalam hidup postnatal.
Untuk saat ini, Tsuduki dan rekan (2015) melaporkan pada dampak diet
tinggi lemak pada tikus menyusui, di mana tampaknya meningkatkan
kerentanan terhadap obesitas di kemudian hari yang memicu stres
posnatal. Makalah ini menyoroti pentingnya memahami bagaimana
lingkungan kehidupan awal menjadikan predisposisi keturunan yang
potensial merugikan potensi pada situasi posnatal. Dalam review oleh
Dunlop et al. (2015), Dampak pembatasan pertumbuhan janin pada
metabolisme postnatal di otot rangka, tetapi juga efek dari "hit kedua",
seperti diet Barat dalam kehidupan postnatal, yang disajikan.
Sementara memenuhi pedoman diet penting, status kesehatan ibu
secara keseluruhan juga memainkan peran penting dalam menentukan
pasokan nutrisi janin. Dalam situasi penyakit ibu, seperti infeksi dengan
human immunodeficiency virus (HIV), kemampuan ibu untuk
mengkonsumsi substrat yang cukup untuk mempertahankan dirinya
sendiri dan memenuhi kebutuhan janin sering terganggu. Dalam situasi
HIV, pengeluaran energi istirahat meningkat dan penyakit dapat
membatasi asupan makanan dan mengurangi penyerapan nutrisi, selain
mempengaruhi perkembangan penyakit HIV seperti dilansir Ramlal dan
rekan (2015). Studi mereka dijelaskan diet khas yang terinfeksi HIV,
perempuan Malawi hamil dan menyoroti bahwa diet ibu miskin kualitas
harus ditingkatkan untuk memenuhi tuntutan kelompok tertentu dari wanita
hamil, rentan terhadap HIV dan kekurangan gizi.

41
Sementara kekurangan gizi selama kehamilan dapat mengakibatkan
hasil keturunan yang merugikan, setelah hamil, berat badan ibu selama
dan setelah kehamilan merupakan isu penting bagi kesehatan ibu dan
janin juga. Dalam uji coba RCT laporan dipimpin oleh Martin et al. (2015),
Kelompok wanita direkrut dengan tujuan mengurangi retensi berat badan
setelah melahirkan dan meningkatkan hasil menyusui. Temuan
menunjukkan bahwa pendekatan dilaporkan layak dan dapat diterima
untuk wanita hamil dan metodologi, termasuk pengumpulan darah untuk
penilaian biomarker, bisa diadaptasi berdasarkan masukan kualitatif untuk
lebih besar, RCT memadai bertenaga. Menilai komposisi tubuh ibu,
sebagai bagian dari pemantauan kesejahteraan ibu, sebelum dan selama
kehamilan sangat penting untuk memperkirakan kebutuhan energi diet
selama kehamilan dan saat menyelidiki hubungan antara status gizi ibu
dan pengembangan anak. Forsum dan rekan kerja (2014) menyelidiki
kemungkinan memperkirakan kepadatan tubuh dan penggunaan model
dua-komponen untuk menghitung total lemak tubuh menyimpulkan
mungkin menyajikan baru metodologi klinis yang tepat.
Banyak penelitian gizi pada kehamilan telah difokuskan pada dampak
perubahan total atau asupan makronutrien. Masalah saat ini memiliki
beberapa studi yang memperluas pengetahuan kita mengenai serapan
nutrisi selama kehamilan, tetapi telah difokuskan pada perubahan
mikronutrien selama kehamilan. Grieger dan Clifton (2015), memberikan
bukti diperbarui dari epidemiologi dan RCT tentang dampak asupan
makanan dan suplemen omega-3 asam lemak rantai panjang tak jenuh
ganda, zinc, folat,besi, kalsium, dan vitamin D, serta pola diet, berat badan
lahir bayi. Selain itu, dalam mempelajari asupan ibu dari asam lemak tak
jenuh ganda (PUFA), Bascun et al. (2014) melaporkan sebuah studi
Chili yang menyoroti perlunya strategi baru untuk meningkatkan n-3
asupan PUFA selama kehamilan dan menyusui periode dan kebutuhan
untuk mengembangkan intervensi diet untuk meningkatkan kualitas
makanan yang dikonsumsi dengan penekanan khusus pada n-3 PUFA
untuk perkembangan janin yang memadai. Asupan ikan selama kehamilan

42
diakui sebagai sumber penting dari PUFA. Jalak dan rekan
kerjamenyajikan tinjauan sistematis asupan ikan selama kehamilan dan
perkembangan saraf janin (Starling, et al., 2015). Ulasan mencakup
sekitar periode 14 tahun dari publikasi antara Januari 2000 dan Maret
2014 yang melibatkan lebih dari 270 makalah, yang hanya delapan dipilih
untuk perbandingan kualitatif temuan studi.
Defisiensi dalam berbagai mikronutrien antar negara berpenghasilan
rendah dan menengah yang dapat bertindak melalui mekanisme
epigenetik untuk mempengaruhi perkembangan janin dan risiko penyakit
kronis dalam kehidupan dewasa diidentifikasi oleh Darnton-Hill et al.
(2015). Mereka juga mendiskusikan program suplementasi. Salah satu
mikronutrien tertentu yang penting bagi sulfonasi steroid dan hormon
adalah sulfat. Dawson et al. (2015) menjelaskan persyaratan untuk sulfat
selama kehamilan, konsekuensi dari berkurangnya sulfonasi kapasitas
dan penggunaan model hewan untuk cukup memahami peran sulfat pada
kehamilan manusia. asam folat dan vitamin B12, adalah faktor penting
untuk jalur metabolisme, dan telah dipelajari secara ekstensif dan terbukti
memainkan peran penting dalam mencegah perkembangan cacat tabung
saraf (NTDs). Wang et al. (2015) menyajikan data yang di konsumsi
penduduk Cina lokal makanan non-pokok seperti susu, buah-buahan
segar, dan kacang-kacangan dikaitkan dengan penurunan risiko
keturunan NTD. Selanjutnya peran independen untuk folat dan vitamin
B12 kekurangan antara wanita hamil disajikan dalam masalah ini.
Hubungan antara Vitamin ibu B12 HDL neonatal disajikan oleh
Adaikalakotwewari et al. (2015), dan defisiensi folat mengakibatkan cacat
lahir disorot oleh Li et al. (2015), Yang menyajikan model tikus untuk
memberikan bukti bahwa kekurangan folat dapat mengganggu
angiogenesis desidua.
Pentingnya pemenuhan Vitamin D pada wanita usia reproduksi dan
perannya dalam perkembangan janin sangat menarik dan penting.
Sebuah tinjauan dari biosintesis calcitrol selama kehamilan, terutama oleh
plasenta disajikan oleh Olmos-Ortiz et al. (2015). Selain itu, Choi et al.

43
(2015) menggambarkan tingginya prevalensi defisiensi vitamin D pada
wanita Korea selama kehamilan, terutama di musim dingin, sementara Yu
et al.(2014) melaporkan darah tali umbilikal (umbilical cord) Vitamin D
pada bayi yang lahir di Shanghai. Akhirnya mengenai vitamin D, dampak
dari paparan sinar matahari dan D suplementasi vitamin pada mencapai
status vitamin D yang sesuai pada wanita yang sedang menyusui
dieksplorasi oleh Dawodu dan rekan (2015). Dalam masalah ini, beberapa
penelitian baru menyoroti pentingnya asupan diet dan komposisi pada
parameter kesejahteran ibu dan janin dalam studi populasi dan hewan
manusia. Banyak dari studi ini menunjukkan bahwa kekurangan
konsumsi / pengiriman komponen (misalnya, protein, vitamin, PUFA) dari
diet dapat menyebabkan perkembangan janin yang merugikan / keturunan
dan rinci bagaimana konsumsi makanan tertentu dapat memiliki efek
menguntungkan pada pertumbuhan janin / anak dan perkembangan.

2.10 Nutrisi Maternal dan Efek Metabolik


Pertumbuhan dan perkembangan janin terutama tergantung pada
keadaan gizi, hormonal dan metabolisme yang disediakan oleh ibu.
Sebuah studi tentang kelaparan perang di Belanda pertama menunjukkan
bahwa asupan makanan rendah mengurangi glukosa diberikan kepada
janin dan dengan demikian menghasilkan bayi ukuran yang lebih kecil
saat lahir. Regulasi glukosa maternal namun dipengaruhi oleh berbagai
faktor termasuk perubahan fisiologis kehamilan (misalnya resistensi
insulin [IR]), kondisi patologis (misal: gestational diabetes mellitus) dan
gizi ibu. Glukosa ibu secara substansial dipengaruhi oleh jenis karbohidrat
dalam diet melalui efek langsung pada glikemia. Tingkat di mana masing-
masing karbohidrat meningkatkan kadar glukosa darah setelah konsumsi,
dapat diukur melalui indeks glikemik makanan (GI). Jenis karbohidrat dan
GI diet meningkatkan atau menghambat hiperglikemia abnormal selama
kehamilan disebabkan oleh salah satu kondisi patologis atau
ketidakmampuan ibu untuk mengatasi IR fisiologis kehamilan. Pada
gilirannya, hiperglikemia kehamilan ibu mungkin terlibat dalam

44
patogenesis IR, gangguan toleransi glukosa, diabetes mellitus tipe 2,
sindrom metabolik dan penyakit kardiovaskular berikutnya pada
keturunannya dewasa. Diet ibu GI rendah telah dikaitkan dengan manfaat
terukur kepada keturunannya. Ini termasuk efek positif pada mengubah
produksi ibu glukosa darah, insulinemia dan mengurangi adipositas serta
insulin janin dan plasenta dan regulasi glukosa, pertumbuhan janin, berat
lahir dan keturunan adipositas. Kami meninjau kaitan yang mungkin
antara karbohidrat makanan kesehatan selama kehamilan dan efek
karbohidrat menelan ibu pada pemrograman profil metabolik keturunan itu
(Tzanetakou, Mikhailidis, dan Perrea, 2011).

2.11 Nutrisi Maternal dan Kesehatan Keturunan


Ada berbagai cara untuk mencapai gizi janin. Yang paling baik adalah 2
model kekurangan gizi ibu (protein dan pembatasan kalori) dan 1 model
ibu lebih-gizi (lemak dan / atau sukrosa lebih-gizi). Model diet ini ibu, yang
khas dari diet Barat, menyebabkan lingkungan gizi janin terganggu
(Reusens dan Remarcle, 2001). Hal ini pada gilirannya telah dikaitkan
dengan profil metabolik yang terganggu, seperti IR dan intoleransi
glukosa, pada anak dewasa (Reusens, Ozanne, dan Remarcle, 2007).
Sebuah mekanisme yang mungkin predisposisi untuk IR, intoleransi
glukosa dan DM pada keturunannya dewasa terjadi berhadapan dengan
hipoglikemia maternal berulang. Hal ini menyebabkan penghambatan
berikutnya dari perkembangan normal pankreas endokrin dan massa-sel
B yang abnormal dan disfungsi sel B pada saat lahir (Reusens, Ozanne,
dan Remarcle, 2007). Ada bukti lebih lanjut menunjukkan bahwa fenotipe
tertentu IR dan intoleransi glukosa adalah "dominan" cukup untuk
ditularkan ke generasi kedua tanpa modifikasi lingkungan lebih lanjut
(Reusens dan Remarcle, 2001). Gizi periconceptional dan kehamilan
penting dalam keturunan perkembangan dan fungsional keturunan yang
merugikan hasil kesehatan. Ada bukti yang menunjukkan bahwa gizi ibu
selama periode perikonsepsional dan kehamilan hasil di diubah janin aksis
hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPAA) pengembangan dan fungsi melalui

45
peningkatan konsentrasi glukokortikoid aktif dalam rahim dan keturunan
diubah ekspresi reseptor glukokortikoid, kapasitas janin lebih rendah untuk
memodulasi transport glukosa ke dalam otot (peningkatan ekspresi
glukosa transporter tipe 4 [GLUT4]), peningkatan adipositas, disfungsi
regulasi kardiovaskular, peningkatan tingkat kelahiran prematur, fungsi
pankreas janin berubah dan sinyal insulin, meskipun (pengurangan
proliferasi sel B, ukuran pulau, dan pulau vaskularisasi) dan disfungsi
metabolisme asam amino (Oliver, et al, dan Husted et al., 2007).
Konsekuensi postnatal dari perubahan ini namun belum diselidiki secara
menyeluruh.
Selain gizi periconceptional, sebuah perkembangan modifikasi pada
tahap apapun dapat menyebabkan hasil yang merugikan. Sebuah
ketidakcocokan pre dan post natal lingkungan nutrisi menginduksi fungsi
kardiovaskular yang rusak pada keturunannya dewasa (Cleal et al., 2007
dan Bayol et al., 2008). Tahap perkembangan penting bagi nasib
keturunan. Nutrisi selama kehamilan dan menyusui adalah penting,
karena didukung oleh hewan percobaan. Dalam contoh yang mencolok,
diet rendah lemak selama kehamilan dan laktasi berhasil dalam
melindungi dari gangguan metabolik dalam keturunan tikus gemuk dengan
DM tipe 2 (Gallou et al., 2007). Manfaat keturunan dikurangi efek
hyperphagia, meningkat tingkat kekurusan, sensitivitas insulin normal dan
glikemia. Sejauh mana pra dan periconceptional ibu status diet
mempengaruhi kesehatan ibu dan sisa-sisa keturunan harus dijelaskan.
Indeks massa tubuh pra-kehamilan (BMI) telah berpendapat untuk
menjadi lebih penting daripada ibu gizi per se dalam mengembangkan
GDM (Radesky et al., 2008). Memang, ibu obesitas merupakan faktor
risiko untuk pengembangan ibu GDM dan sangat predisposisi keturunan
obesitas, glukosa intoleransi dan IR di generasi berturut-turut (de Campus
et al., 2007). Namun, GDM hanya 1 dari 3 model dijelaskan, bersama
dengan pembatasan protein dan pembatasan kalori, dari lingkungan janin
yang mengarah ke perkembangan janin terganggu dan keturunan profil
metabolik (Reusens dan Remarcle, 2001).

46
Seorang percobaan pada tikus membuat cukup upaya untuk
memperjelas efek isu seputar kehamilan dan menyusui nutrisi pada
perilaku makan keturunan itu, adipositas, sirkulasi glukosa dan insulin,
trigliserida dan konsentrasi kolesterol dari lahir hingga masa remaja (Bayol
et al., 2008). Sebuah ibu "junk-food diet" (yaitu kaya lemak, gula dan
garam) menghasilkan keturunan tikus dengan peningkatan adipositas,
mengangkat sirkulasi glukosa, insulin, trigliserida dan kolesterol oleh akhir
masa remaja dibandingkan dengan keturunan ibu menyusui diet yang
seimbang selama kehamilan dan menyusui. Efek yang intensif ketika kita
menganggap bahwa kedua kelompok keturunan diberi akses gratis ke
junk-food dari penyapihan seterusnya (Bayol et al., 2008). Diet junk-food
adalah ditandai dengan konten lemak tinggi dan GI tinggi dan menyerupai
khas diet Barat. Percobaan ini menjadikan kualitas karbohidrat konstituen
penting dari ibu yang diet.

2.12 Kesimpulan
Pantangan makan masih terdapat mitos beberapa makanan yang tidak
baik untuk dikonsumsi oleh ibu hamil maupun ibu pada masa nifas karena
alasan dengan berbagai macam asosiasi. Perilaku untuk melakukan
pantangan makanan berkaitan erat dengan orang-orang di sekitar ibu
hamil, yaitu keluarga dekat maupun kerabat dan tetangga. Sebaliknya, ibu
hamil yang tidak tinggal bersama orang tua atau mertua tidak
menghiraukan mitos yang ada.
Pola makan selama hamil sama seperti kondisi orang normal. Ada yang
mengkhususkan untuk memilih makanan tertentu, namun ada pula yang
tidak memberikan perlakuan khusus pada ibu hamil karena kondisi hamil
dianggap suatu peristiwa yang wajar. Kebiasaan makan dipengaruhi oleh
ketersediaan makan di lingkungan. Konsumsi sayuran tidak pernah
terlepas dari menu sehari-hari karena ketersediaannya yang melimpah.
Namun untuk ketersediaan bahan makanan yang mengandung protein
hewani sangat kurang, terutama ikan laut. Akibatnya jenis ikan laut yang
terdapat di daerah penelitian menjadi tidak beragam. Padahal ikan laut

47
memiliki kandungan protein yang lebih banyak dibandingkan dengan
sumber protein lainnya, seperti ayam, daging, dan telur. Pola makan pun
menjadi tidak seimbang dengan menu-menu yang bergizi. Konsumsi
ayam dan daging pun dikatakan kurang karena harga yang mahal
mengakibatkan beberapa orang yang memiliki kekurangan dalam hal
ekonomi memilih untuk tidak mengonsumsinya. Tahu dan tempe
merupakan lauk-pauk dengan kandungan protein nabati yang paling
banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Selain harga yang murah, tahu dan
tempe mudah didapatkan di sekitar rumah (Paraditama, 2013).
Pada contoh nutrisi maternal dan efek didapatkan bahwa paparan janin
kepada diabetes maternal dan hiperglikemia dapat berkontribusi cukup
untuk epidemi diabetes di seluruh dunia. Pengetahuan tentang pengaruh
lingkungan yang tepat yang mempengaruhi penyakit penuaan
memungkinkan kita untuk menemukan cara-cara baru untuk
meningkatkan rentang hidup dan kualitas (Bunout dan Cambiazo, 1999).
Dari sudut pandang klinis, screening universal dan terapi untuk semua
jenis gangguan profil metabolik selama kehamilan dianjurkan. Langkah-
langkah ini bisa berfungsi pendekatan sebagai kausal untuk pencegahan
primer. Ini dimungkinkan oleh akuisisi pengetahuan tentang faktor
makanan yang tepat yang mempengaruhi glukosa ibu dan anak dan
metabolisme insulin, terutama pada populasi berisiko tinggi. Hal ini dapat
memberikan dasar untuk intervensi kesehatan yang menargetkan individu-
individu yang telah meningkatkan kerentanan terhadap metabolisme
terganggu sebelum kehamilan atau sudah terkena diabetes lingkungan di
dalam rahim (Fetita et al., 2006).
Studi terbaru telah menunjukkan bahwa peningkatan asupan gandum
dalam populasi dapat menghasilkan peningkatan metabolisme glukosa
dan keterlambatan atau mengurangi risiko pengembangan DM tipe 2. Biji-
bijian dapat memberikan kontribusi yang cukup besar bagi peningkatan
diet ibu, terutama yang ditandai dengan model gizi barat karbohidrat
dengan nilai GI tinggi dan jenuh kandungan asam lemak yang tinggi.
Sejumlah makanan gandum yang berbeda dan sumber serat gandum

48
yang bermanfaat dalam pengurangan IR dan perbaikan toleransi glukosa
semua ditandai dengan nilai GI rendah. Mengganti makanan gandum
rendah serat, seperti cornflake atau roti putih, dengan gandum serat tinggi
atau produk kandungan amilosa lebih tinggi akan mengurangi risiko
mengembangkan resitensi insulin dan obesitas dan meningkatkan
kesehatan penduduk AS pada khususnya. Bentuk, jumlah dan metode
memasak makanan ini, serta karakteristik kesehatan, usia dan jenis
kelamin dari kelompok mata pelajaran yang dipelajari merupakan faktor-
faktor penting dalam efektivitas makanan dalam mengubah tanggapan ini
(Wolever et al., 1991).
Lebih lanjut untuk efek insulinemik dan glikemik, GI tinggi secara
independen menyebabkan obesitas dan meningkatkan risiko diabetes dan
penyakit jantung pada hewan. Penggunaan diet rendah GI pada
pencegahan dan pengobatan penyakit manusia manfaat menyeluruh
pemeriksaan (Pawlak, Kushner, dan Ludwig, 2004).
Ketika mempertimbangkan diet GI rendah risiko pencegahan atau
terapi selama kehamilan merupakan faktor penting untuk tidak dibuang
adalah tingkat dan jumlah bahan makanan GI rendah. Misalnya, diet yang
sangat kaya serat dalam biaya makro lainnya dan mikronutrien mungkin
memiliki efek merugikan pada kesehatan ibu dan anak tersebut. Selain itu,
tidak semua makanan rendah GI adalah pilihan yang sehat (Du H, Van der
A, dan Feskens, 2006). Oleh karena itu, penggunaan GI yang akan terbaik
dipertimbangkan dalam konteks jenis karbohidrat diet serta komposisi gizi
secara keseluruhan.
Isu penting seperti tingkat kesulitan mengikuti diet terapi telah berada
diteliti lebih lanjut. Dalam salah satu dari beberapa contoh studi
menggabungkan masalah, wanita dengan GI rendah ditemukan diet lebih
mudah untuk mengikuti dan menunjukkan kepatuhan yang lebih tinggi dan
penerimaan dibandingkan dengan GI tinggi kelompok diet (Moses et al.,
2006). Bukti tersebut sangat penting ketika membahas implementasi
strategi kesehatan masyarakat dan harus diberikan pertimbangan yang
lebih besar dalam studi klinis masa depan.

49
Sebuah literatur asal muasal fetus dari penyakit memang menunjukkan
bahwa aspek hormonal dan nutrisi dari lingkungan intrauterin secara
permanen dapat mengubah program metabolisme individu. Pada sisi yang
banyak kurang perhatian, bagaimanapun, telah diberikan ke hubungan
genetik yang memungkinkan antara proses pertumbuhan awal dan
penyakit kemudian serta interaksi mereka dengan gizi (nutrigenomik).
Misalnya, telomere (yaitu non-coding urutan DNA berulang fungsional di
ujung kromosom) menunjukkan kekuasaan replikatif dan penuaan seluler;
telomere dipengaruhi oleh variasi pertumbuhan, baik sebelum lahir dan
postnatal dan bisa sasaran penelitian masa depan (Demerath et al., 2004
dan Gardner et al., 2005). Dalam individu, jalur panjang telomer dengan
kesehatan jantung, Mets (sindroma metabolik) dan penuaan. Oleh karena
itu, panjang telomer dapat menjadi penanda tentang sejarah pertumbuhan
(pembelahan sel) dan fungsi jaringan (penuaan), yang belum diteliti dalam
kaitannya dengan gizi dan mungkin menjadi parameter yang berguna
menggambarkan nasib keturunannya. Studi masa depan harus
mengevaluasi pentingnya parameter ini (Demerath et al., 2004).
Pentingnya diet ibu yang seimbang ditekankan, terutama dalam hal
kualitas karbohidrat dalam kehamilan dan menyusui, untuk pencegahan
adipositas yang diinduksi oleh diet dan gangguan metabolik yang
berhubungan pada keturunannya. Namun, penelitian lebih memanjang
diperlukan untuk memastikan aspek-aspek gizi karbohidrat terkait dengan
pengembangan Mets (sindroma metabolik). Selain itu, penelitian lebih
lanjut diperlukan untuk menentukan rentang optimal glukosa ibu, yang
menghasilkan hasil kehamilan yang baik (Tzanetakou, Mikhailidis, dan
Perrea, 2011).
Strategi skrining biaya-efektif untuk deteksi dini anak-anak beresiko,
serta pengamatan jangka panjang dan studi intervensi sekitar pembuahan
dan selama kehamilan diperlukan. Ini akan membantu memberikan
pengetahuan yang tepat untuk menargetkan ibu yang mudah terserang
dan anak untuk gangguan metabolik di kemudian hari (Tzanetakou,
Mikhailidis, dan Perrea, 2011).

50
Daftar Pustaka
Yuliyanti, L., Sulastri, S. K., Kes, M., & Faizah Betty, R. (2014). Gambaran
Perawatan Ibu Nifas Di Wilayah Kecamatan Miri Sragen (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Praditama, A. D. (2013). Pola Makan Pada Ibu Hamil Dan Pasca


Melahirkan Di Desa Tiripan Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk
(Doctoral dissertation, UNIVERSITAS AIRLANGGA).

Marcel, Y. B., Justine, E. P., & Florentine, A. A. (2015). LES LOGIQUES


SOCIOCULTURELLES DES INTERDITS ALIMENTAIRES ET

51
COMPORTEMENTAUX CHEZ LES FEMMES ENCEINTES AGNI
N'DENIAN (COTE D'IVOIRE). European Scientific Journal, 11(32).

OConnor, D. L., Blake, J., Bell, R., Bowen, A., Callum, J., Fenton, S., ... &
Khatri, N. (2016). Consensus canadien sur la nutrition fminine :
adolescence, reproduction, mnopause et au-del. Journal of Obstetrics
and Gynaecology Canada, 38(6), 555-610.

Karima, K., & Achadi, E. L. (2012). Status Gizi Ibu dan Berat Badan Lahir
Bayi. Kesmas: National Public Health Journal, 7(3), 111-119.

Harti, L. B., Kusumastuty, I., & Hariadi, I. (2016). Hubungan Status Gizi
dan Pola Makan terhadap Penambahan Berat Badan Ibu Hamil
(Correlation between Nutritional Status and Dietary Pattern on Pregnant
Mothers Weight Gain). Indonesian Journal of Human Nutrition, 3(1), 54-
62.

Morrison, J. L., & Regnault, T. R. (2016). Nutrition in Pregnancy:


Optimising Maternal Diet and Fetal Adaptations to Altered Nutrient Supply.

Tzanetakou, I. P., Mikhailidis, D. P., & Perrea, D. N. (2011). Nutrition during


pregnancy and the effect of carbohydrates on the offsprings metabolic
profile: in search of the Perfect Maternal Diet. Open Cardiovasc Med J,
5, 103-109.

Ahimsa-Putra, H. S. (2001). Strukturalisme Levi-Strauss Mitos dan Karya


Sastra. Yogyakarta: Galang Press.

BKKBN Jawa Timur. (2011). Profil Kependudukan. Retrieved Februari 11,


2017, from http://www.daldukbkkbnjatim.com/file_parameter/3.BAB
%201%20SD%20VII%20edited.pdf.

Danone Institute. (2013). Tentang Gizi Seimbang. Retrieved Februari 11,


2017, from http://www.danonenutrindo.org/gizi_seimbang.php

Abu-Saad, K. Fraser, D. 2010. Maternal Nutrition and Birth Outcomes.


http://epirev.oxfordjournals.org/content/32/1/5.full. Diakses tanggal 6 Sept
2014

Arisman. 2008. Buku Ajar Ilmu Gizi Klinik Gizi dalam Daur Kehidupan.
EGC. hal 18.

Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB. 2004. Nelson Textbook of


Pediatrics, 17th edition. Elsevier Science. p: 551

Brown, J E et al. 2011. Nutrition Through the Life Cycle 4 th edition.


Wadsworth Cengage Learning. p: 104-105

52
Cunningham, L et al. 2000. Obstetri Williams volume 2. Alih bahasa: dr.
Brahm U, dkk, penyunting: dr. Rudi Setia, dkk. ECG

Ehrenberg HM, Dierker L, Milluzzi C, Mercer BM. 2003. Low maternal


weight, failure to thrive in pregnancy, and adverse pregnancy outcomes.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/14710105. Diakses tanggal 8
September 2014

Goldenberg RL, Culhane JF, Iams JD, Romero R (2008). Epidemiology


and causes of preterm birth. The Lancet 371 (9606): 75
84. doi:10.1016/S0140-6736(08)60074-4. PMID 18177778.
Han Z, et al. 2011. Low gestational weight gain and the risk of preterm
birth and low birthweight: a systematic review and meta-analyses.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21623738. Diakses tanggal 6 Sept
2014.

Herrera, Emilio and Ortega, Henar. 2008. Metabolism in normal pregnancy

in Textbook of Diabetes and Pregnancy, 2 nd Edition., Jovanovich, M.Hod

L; Di Renzo, G.C; De Leiva, A; Langer, O. Informa Healthcare: London.

Kujak, A. Chervenak, F A. 2006. Textbook of Perinatal Medicine, 2 nd


edition. CRC Press. p: 1405.

Mahan L, Escott S. 2008. Krauses Food and Nutrition Therapy. Sounders


Elsevier. page 174

Wisborg K, Henriksen TB, Hedegaard M, Secher NJ. 2003. Maternal


characteristics and lifestyle factors and the risk of delivering high birth
weight infants. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12850616. Diakses
tanggal 8 September 2014.

Witter, F. R, Keith, L.G. 1993. Textbook of Prematurity. DNLM/DLC for


Library of Congress. p: 27-34

53

Anda mungkin juga menyukai