Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum wr.wb

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
keridhoan-Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
meskipun jika pada akhir nya masih terdapat banyak kesalahan.

Kami ucapkan banyak terima kasih kepada dr. Ahmad Kustijadi, M.Kes
yang telah memberikan kami bimbingan dalam pengajaran Epidemiologi
Pelayanan Kesehatan.

Dalam Makalah ini berisi tentang pengertian Epidemiologi Bencana banjir


dan SOP Penanggulangan bencana banjir yang dimulai dari manajemen bencana
sampai pada rehabilitasi akibat banjir itu sendiri.

Akhirnya kami harap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua yang membacanya. Amin.

Bandung, November 2016

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 2
C. Tujuan............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 3
A. Epidemiologi Banjir............................................................................3
1. Pengertian Banjir............................................................................ 3
2. Jenis-jenis banjir............................................................................. 3
3. Penyebab umum banjir.....................................................................3
4. Dampak terjadinya banjir..................................................................4
5. Prevalensi Banjir Di Indonesia............................................................5
B. Penanggulanan Banjir.........................................................................7
1. Pengertian..................................................................................... 7
2. Prinsip Penanggulangan Bencana........................................................8
3. Langkah-Langkah Penanggulangan Bencana Banjir...............................10
BAB III PENUTUP................................................................................... 21
A. Kesimpulan................................................................................. 21
B. Saran......................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 22

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, bencana adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Salah satu jenis bencana
alam yang sering terjadi di Indonesia adalah banjir.
Berdasarkan perkembangan dinamika cuaca dan iklim, maka di
wilayah Indonesia dipredikasi BMG terjadi curah hujan yang tinggi
dimulai pada bulan November dan berakhir pada bulan Maret. Sifat hujan
yang demikian akan berpotensi menimbulkan bencana banjir dan tanah
longsor di Indonesia.
Pada umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di
atas normal, sehingga sistim pengaliran air yang terdiri dari sungai dan
anak sungai alamiah serta sistem saluran drainase dankanal penampung
banjir yang ada tidak mampu menampung akumulasi air hujan tersebut
sehingga meluap. Kemampuan/daya tampung sistem pengaliran air
dimaksud tidak selamanya sama, tetapi berubah akibat adanya
sedimentasi, penyempitan sungai akibat phenomena alam dan ulah
manusia, tersumbat sampah serta hambatan lainnya.
Penggundulan hutan di daerah tangkapan air hujan (catchment
area) juga menyebabkan peningkatan debit banjir karena debit/pasokan air
yang masuk ke dalam sistem aliran menjadi tinggi sehingga melampaui
kapasitas pengaliran dan menjadi pemicu terjadinya erosi pada lahan
curam yang menyebabkan terjadinya sedimentasi di sistem pengaliran air
dan wadah air lainnya.

1
Disamping itu berkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi
atas meningkatnya debit banjir. Pada daerah permukiman dimana telah
padat dengan bangunan sehingga tingkat resapan air kedalam tanah
berkurang, jika terjadi hujan dengan curah hujan yang tinggi sebagian
besar air akan menjadi aliran air permukaan yang langsung masuk ke
dalam sistem pengaliran air sehingga kapasitasnya terlampaui dan
mengakibatkan banjir.
Indonesia menempati ranking ke enam dari total 162 negara paling
beresiko untuk bencana banjir. Presentase orang-orang yang terkena
dampak bencana banjir ialah 38% oleh banjir, Selanjutnya, presentase tipe
bencana banjir memakan korban 3% (EM-DAT, 2008).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dirumuskan masalah yaitu
1. Bagaimana epidemiologi bencana banjir di Indonesia ?
2. Bagaimana SOP Penanggulangan banjir yang dapat dilakukan ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Epidemiologi Pelayanan Kesehatan
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui epidemiologi bencana banjir
2. Mengetahui SOP penanggulangan banjir yang dapat dilakukan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Epidemiologi Banjir
1. Pengertian Banjir
Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya
kering) karena volume air yang meningkat. Banjir dapat terjadi karena
peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan besar,

3
peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan sungai. Di banyak
daerah yang gersang di dunia, tanahnya mempunyai daya serapan air
yang buruk, atau jumlah curah hujan melebihi kemampuan tanah untuk
menyerap air. Ketika hujan turun, yang kadang terjadi adalah banjir
secara tiba-tiba yang diakibatkan terisinya saluran air kering dengan
air. Banjir semacam ini disebut banjir bandang.
2. Jenis-jenis banjir
a. Banjir sungai yaitu banjir yang terjadi karena air sungai meluap.
b. Banjir danau yaitu banjir yang terjadi karena meluapnya air danau
karna hujan deras dan jebolnya bendungan.
c. Banjir laut pasang yaitu terjadi akibat biasanya badai ataupun
gempa bumi.
3. Penyebab umum banjir
a. Hujan deras, terus menerus dalam beberapa hari
b. Permukaan tanah tidak dapat menyerap air, karena jenuh atau
karena diplester.
c. Debit air sungai yang tinggi karena hujan terus menerus
d. permukaan tanah yang lebih rendah dari daerah sekitarnya, di mana
tidak terdapat saluran-saluran pembuangan air yang berfungsi
untuk memindahkan air ke lokasi lain menyeberangi daerah
sekitarnya yang lebih tinggi
e. Permukaan tanah yang lebih rendah dari permukaan laut yang
sedang pasang.
4. Dampak terjadinya banjir
Bencana banjir yang terjadi di Indonesia menimbulkan dampak yang
sangat merugika, baik kerugian yang bersifat materi maupun kerugian
yang bersifat psikologis. Adapun efek atau akibat dari banjir yang
terjadi di Indonesia adalah :
a. Merusak struktur bangunan beserta isinya
b. Menyebabkan tanah longsor.
c. Air bersih sulit dicari,
d. Berkurangnya pasokan makanan bagi tumbuhan, hewan dan
manusia karena terisolasi oleh banjir dan Tanaman hancur akibat
terendam banjir.
e. Hilangnya nyawa,
f. Kerusakan bangunan termasuk jembatan, sistem pembuangan
limbah, jalan raya, dan kanal.

4
g. Kerusakan infrastruktur juga sering kerusakan transmisi listrik dan
kadang-kadang pembangkit listrik, yang dapat mematikan daya.
h. Kurangnya air bersih dikombinasikan dengan kotoran manusia di
perairan banjir meningkatkan risiko penyakit ditularkan melalui air,
yang dapat mencakup penyakit tifus, giardia, cryptosporidium,
kolera dan penyakit lainnya tergantung pada lokasi banjir.
i. Kerusakan jalan dan infrastruktur transportasi dapat membuat sulit
untuk memobilisasi bantuan kepada mereka yang terkena dampak
atau untuk memberikan pengobatan darurat kesehatan
j. Banjir biasanya menggenangi lahan pertanian, sehingga tanah tidak
bisa dijalankan dan mencegah tanaman dari yang ditanam atau
dipanen, yang dapat menyebabkan kekurangan makanan baik
untuk manusia dan hewan ternak.

5. Prevalensi Banjir Di Indonesia

a. Distribusi Data-data Banjir di Indonesia

Pada kuartal pertama tahun 2012 ini telah terjadi sekitar 91 kasus
Banjir di Indonesia, yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Sementara, jika dihitung dari pertengahan tahun 2011, telah terjadi
sekitar 129 kasus banjir di Indonesia. Sebagian kasus juga diikuti
oleh peristiwa longsor.

5
Dari grafik diatas juga bias dilihat, sejak tahun 1815-2012 sudah
terjadi lebih dari 4000 kasus banjir di Indonesia . Data diatas
merupakan data yang dicatat oleh Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB), belum termasuk kasus yang tidak tercatat oleh
BNPB di masa lalu disebabkan kurangnya jaringan informasi di
masa lalu. Kemudian, dari data lebih lanjut yang kami dapat
distribusi kasus Banjir dan Longsor di Indonesia dari tahun 1815-
2012 adalah sebagai berikut :

Dapat dilihat, kasus banjir paling banyak terjadi di pulau jawa.


Dengan Jawa Tengah sebagai daerah dengan jumlah kasus paling
banyak. Sementara jumlah kasus banjir dalam decade 2002-2012
adalah sebagai berikut

6
Data ini menunjukkan lebih dari 80% kasus banjir di Indonesia dari
tahun 1815-2012 terjadi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.

Berikut peta persebaran jumlah kasus dari tahun 2002-2012

Sementara data jumlah korban(tewas maupun luka-luka) dalam


satu decade terkahir adalah sebagai berikut

7
Dapat dilihat pada grafik diatas, jumlah terparah dialami oleh provinsi
Sulawesi Selatan.

B. Penanggulanan Banjir
1. Pengertian
Menurut Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan
(2006), upaya penanggulangan bencana merupakan kegiatan yang
mempunyai fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian dalam lingkup
Siklus Penanggulangan Bencana (Disaster Management Cycle).
Siklus dimulai pada waktu sebelum terjadinya bencana berupa
kegiatan pencegahan, mitigasi (pelunakan/penjinakan dampak) dan
kesiapsiagaan. Kemudian pada saat terjadinya bencana berupa kegiatan
tanggap darurat dan selanjutnya pada saat setelah terjadinya bencana
berupa kegiatan pemulihan dan rekonstruksi.

8
Siklus 1. Manajemen Bencana

Penanggulangan Masalah akibat Bencana/PMK-AB (sekarang


menjadi Penanggulangan Krisis Akibat Bencana/PK-AB adalah
serangkaian kegiatan bidang kesehatan untuk mencegah, menjinakan
(mitigasi) ancaman/bahaya yang berdampak pada aspek kesehatan
masyarakat, menyiapsiagakan sumber daya kesehatan dan memulihkan
(rehabilitasi) serta membangun kembali (rekonstruksi) kerusakan
infrastruktur kesehatan akibat bencana secara lintas program dan lintas
sektor serta bermitra dengan masyarakat internasional (Rekompak,
2010).
2. Prinsip Penanggulangan Bencana
1. Cepat dan tepat
Bahwa dalam penanggulangan bencana harus dilaksanakan secara
cepat dan tepat sesuai dengan tuntutan keadaan. Keterlambatan
dalam penaggulangan akan berdampak pada tingginya kerugian
material maupun korban jiwa.
2. Prioritas
Apabila terjadi bencana, kegiatan penanggulangan harus mendapat
prioritas dan diutamakan pada kegiatan penyelamatan jiwa
manusia.
3. Koordinasi dan keterpaduan
Bahwa penanggulangan bencana didasarkan pada koordinasi yang
baik dan saling mendukung. Yang dimaksud dengan prinsip
keterpaduan adalah penanggulangan bencana dilakukan oleh

9
berbagai sektor secara terpadu yang didasarkan pada kerja sama
yang baik dan saling mendukung.
4. Berdaya guna dan berhasil guna
Bahwa dalam mengatasi kesulitan masyarakat dilakukan dengan
tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan.yang
dimaksud dengan prinsip berhasil guna adalah bahwa kegiatan
penanggulangan bencana harus berhasil guna , khususnya dalam
mengatasi kesulitan masyarakat dengan tidak membuang waktu,
tenaga, dan biaya yang berlebihan.
5. Transparansi dan akuntabilitas
Penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat
dipertanggung jawabkan. Akuntabilitas adalah penanggulangan
bencana dilakukan secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum.
6. Kemitraan
Penanggulangan bencana tidak bisa hanya mengandalkan
pemerintah. Kemitraan dalam penanggulangan bencana dilakukan
antara pemerintah dengan masyarakat secara luas, termasuk LSM
maupun dengan organisasi-organisasi kemasyrakatan lainnya.
Bahkan, kemitraan juga dilakukan dengan organisasi atau lembaga
di luar negeri termasuk dengan pemerintahnya.
7. Pemberdayaan
Pemberdayaan berarti upaya meningkatkan kemampuan masyrakat
untuk mengetahui, memahami dan melakukan langkah-langkah
antisipasi, penyelamatan dan pemulihan bencana. Negara memiliki
kewajiban untuk memberdayakan masyarakat agar dapat
mengurangi dampak dari bencana.
8. Nondiskriminatif
Negara dalam penanggulangan bencana tidak memberikan
perlakukan yang berbrda terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras
dan aliran politik apapun.
9. Nonproletisi
Dilarang menyebarkan agama atau keyakinan pada saat keadaan
darurat bencana, terutama melalui pemberian bantuan dan pelyanan
darurat bencana. Dalam Peraturan Kepala Badan Nasioanal

10
Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana, dalam
melaksanakan penanggulangan bencana, maka penyelenggaraan
penanggulangan bencana, meliputi tahap pra bencana, saat tanggap
darurat dan pasca bencana.

3. Langkah-Langkah Penanggulangan Bencana Banjir


1. Managemen Banjir
a. Pengendalian Banjir
Pengendalian banjir dimaksudkan untuk memperkecil dampak
negatif dari bencana banjir, antara lain: korban jiwa, kerusakan
harta benda, kerusakan lingkungan, dan terganggunya kegiatan
sosial ekonomi.
b. Prinsip Pengendalian Banjir
1. Menahan air sebesar mungkin di hulu dengan membuat
waduk dan konservasi tanah dan air.
2. Meresapkan air hujan sebanyak mungkin ke dalam tanah
dengan sumur resapan atau rorak dan menyediakan daerah
terbuka hijau.
3. Mengendalikan air di bagian tengah dengan menyimpan
sementara di daerah retensi.
4. Mengalirkan air secepatnya ke muara atau ke laut dengan
menjaga kapasitas wadah air.
5. Mengamankan penduduk, prasarana vital, dan harta benda.
c. Strategi Pengendalian Banjir
Dalam melakukan pengendalian banjir, perlu disusun strategi
agar dapat dicapai hasil yang diharapkan. Berikut ini strategi
pengendalian banjir.
1) Pengendalian tata ruang
Pengendalian tata ruang dilakukan dengan perencanaan
penggunaan ruang sesuai kemampuannya dengan
mepertimbangkan permasalahan banjir, pemanfaatan lahan
sesuai dengan peruntukannya, dan penegakan hukum
terhadap pelanggaran rencana tata ruang yang telah
memperhitungkan Rencana Induk Pengembangan Wilayah
Sungai.

11
2) Pengaturan debit banjir
Pengaturan debit banjir dilakukan melalui kegiatan
pembangunan dan pengaturan bendungan dan waduk banjir,
tanggul banjir, palung sungai, pembagi atau pelimpah
banjir, daerah retensi banjir, dan sistem polder.
3) Pengaturan daerah rawan banjir
a) Pengaturan tata guna lahan dataran banjir (flood plain
management).
b) Penataan daerah lingkungan sungai, seperti: penetapan
garis sempadan sungai, peruntukan lahan di kiri kanan
sungai, dan penertiban bangunan di sepanjang aliran
sungai.
4) Peningkatan peran masyarakat
Peningkatan peran serta masyarakat diwujudkan dalam:
a) Pembentukan forum peduli banjir sebagai wadah bagi
masyarakat untuk berperan dalam pengendalian banjir.
b) Bersama dengan Pemerintah dan pemerintah daerah
dalam menyusun dan menyosialisasikan program
pengendalian banjir.
c) Menaati peraturan tentang pelestarian sumber daya air,
antara lain tidak melakukan kegiatan kecuali dengan
ijin dari pejabat yang berwenang untuk:
(1) Mengubah aliran sungai;
(2) Mendirikan, mengubah atau membongkar
bangunan-bangunan di dalam atau melintas sungai;
(3) Membuang benda-benda atau bahan-bahan padat
dan/atau cair ataupun yang berupa limbah ke dalam
maupun di sekitar sungai yang diperkirakan atau
patut diduga akan mengganggu aliran; dan
(4) Pengerukan atau penggalian bahan galian golongan
C dan/atau bahan lainnya.
5) Pengaturan untuk mengurangi dampak banjir terhadap
masyarakat
a) Penyediaan informasi dan pendidikan
b) Rehabilitasi, rekonstruksi, dan/atau pembangunan
fasilitas umum

12
c) Melakukan penyelamatan, pengungsian, dan tindakan
darurat lainnya
d) Penyesuaian pajak
e) Asuransi banjir.
6) Pengelolaan daerah tangkapan air
a) Pengaturan dan pengawasan pemanfaatan lahan (tata
guna hutan, kawasan budidaya, dan kawasan lindung);
b) Rehabilitasi hutan dan lahan yang fungsinya rusak;
c) Konservasi tanah dan air, baik melalui metoda vegetatif,
kimia, maupun mekanis;
d) perlindungan/konservasi kawasankawasan lindung.
7) Penyediaan dana
a) Pengumpulan dana banjir oleh masyarakat secara rutin
dan dikelola sendiri oleh masyarakat yang tinggal di
daerah rawan banjir;
b) Penggalangan dana oleh masyarakat umum di luar
daerah yang rawan banjir; dan
c) Penyediaan dana pengendalian banjir oleh Pemerintah
dan pemerintah daerah.
2. Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir
a. Tahap sebelum terjadi banjir
Kegiatan yang dilakukan adalah meningkatkan kesiapsiagaan
menghadapi ancaman bahaya banjir, meliputi:
1) Penyebarluasan peraturan perundang-undangan atau
informasi-informasi, baik dari Pemerintah maupun
pemerintah daerah, berkaitan dengan masalah banjir;
2) Pemantauan lokasi-lokasi rawan (kritis) secara terus-
menerus;
3) Optimasi pengoperasian prasarana dan sarana pengendali
banjir;
4) Penyebarluasan informasi daerah rawan banjir,
ancaman/bahaya, dan tindakan yang harus diambil oleh
masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana;
5) Peningkatan kesiapsiagaan organisasi dan manajemen
pengendalian banjir dengan menyiapkan dukungan
sumber daya yang diperlukan dan berorientasi kepada

13
pemotivasian individu dalam masyarakat setempat agar
selalu siap sedia mengendalikan ancaman/bahaya;
6) Persiapan evakuasi ke lokasi yang lebih aman;
7) Penyediaan bahan-bahan banjiran untuk keadaan darurat,
seperti: karung plastik, bronjong kawat, dan material-
material pengisinya (pasir, batu ,dan lain-lain), dan
disediakan pada lokasi-lokasi yang diperkirakan
rawan/kritis;
8) Penyediaan peralatan berat (backhoe, excavator, truk,
buldozer, dan lain-lain) dan disiapsiagakan pada lokasi
yang strategis, sehingga sewaktu-waktu mudah
dimobilisasi;
9) Penyiapan peralatan dan kelengkapan evakuasi, seperti:
speed boat, perahu, pelampung, dan lain-lain.
b. Saat terjadi banjir
Kegiatan yang dilakukan dititikberatkan pada:
1) Penyelenggaraan piket banjir di setiap posko.
2) Pengoperasian sistem peringatan banjir (flood warning
system)
a) Pemantauan tinggi muka air dan debit air pada setiap
titik pantau.
b) Melaporkan hasil pemantauan pada saat mencapai
tingkat siaga kepada dinas/instasi terkait, untuk
kemudian diinformasikan kepada masyarakat sesuai
dengan Standar Prosedur Operasional Banjir.
c. Peramalan
Peramalan banjir dapat dilakukan dengan cara:
1) Analisa hubungan hujan dengan banjir (rainfall runoff
relationship),
2) Metode perambatan banjir (flood routing),
3) Metode lainnya.
d. Komunikasi
Sistem komunikasi digunakan untuk kelancaran penyampaian
informasi dan pelaporan, dapat menggunakan radio
komunikasi, telepon, faximili, dan sarana lainnya.
e. Gawar/Pemberitaan Banjir (Pemberitaan)

14
Gawar/pemberitaan banjir dilakukan dengan sirine, kentongan,
dan/atau sarana sejenis lainnya dari masing-masing pos
pengamatan berdasarkan informasi dari posko banjir.
3. Penanggulangan Bencana Banjir
a. Mitigasi
Mitigasi ancaman bahaya banjir dilakukan agar keadaan darurat
yang ditimbulkan oleh bahaya banjir dapat diringankan atau
dijinakan efeknya melalui:
1) Pengoperasian dan pemeliharaan sarana dan prasarana
pengendalian banjir.
2) Perlindungan sumberdaya air dan lingkungan.
b. Tanggap Darurat
Tanggap darurat ditujukan untuk meningkatkan kemampuan
mengatasi keadaan darurat akibat banjir, dilakukan dengan
cara:
1) Mengerahkan sumber daya, seperti: personil, bahan
banjiran, peralatan, dana dan bantuan darurat;
2) Menggerakkan masyarakat dan petugas satuan tugas
penanggulangan bencana banjir;
3) Mengamankan secara darurat sarana dan prasarana
pengendali banjir yang berada dalam kondisi kritis; dan
4) Mengevakuasi penduduk dan harta benda.
c. Pemulihan
Pemulihan dilakukan terhadap sarana dan prasarana sumber
daya air serta lingkungan akibat bencana banjir kepada fungsi
semula, melalui:
1) Inventarisasi dan dokumentasi kerusakan sarana dan
prasarana sumber daya air, kerusakan lingkungan, korban
jiwa, dan perkiraan kerugian yang ditimbulkan;
2) Merencanakan dan melaksanakan program pemulihan,
berupa: rehabilitasi, rekonstruksi atau pembangunan baru
sarana dan prasarana sumberdaya air; dan
3) Penataan kembali kondisi sosial ekonomi masyarakat yang
terkena bencana banjir.
d. Pengawasan
Salah satu tugas dinas dan/atau badan hukum yang mengelola
wilayah sungai adalah melaksanakan pengendalian banjir. Agar

15
tugas tersebut dapat terlaksana sebagaimana mestinya, maka
diperlukan pengawasan oleh BPBD provinsi (atau Satkorlak)
dan BPBD kabupaten/kota (Satlak) yang meliputi:
1) Pengawasan terhadap dampak dari banjir
2) Pengawasan terhadap upaya penanggulangannya.
e. Kelembagaan
Pengaturan
Pengendalian banjir di suatu wilayah sungai diselenggarakan
oleh Pemerintah, pemerintah daerah, atau badan hukum sesuai
kewenangan masing-masing, yang pelaksanaannya
dikoordinasikan oleh BNPB, BPBD provinsi (atau Satkorlak),
dan BPBD kabupaten/kota (Satlak).
f. Organisasi
Pengendalian banjir merupakan sebagian tugas yang diemban
oleh pengelola sumber daya air wilayah sungai. Untuk
melaksanakan tugas tersebut, di dalam struktur organisasi
pengelola sumber daya air wilayah sungai terdapat unit yang
menangani pengendalian banjir.
Tugas-tugas unit yang menangani pengendalian banjir adalah:
1) Melaksanakan pengumpulan data, pembuatan peta banjir,
penyusunan rencana teknis pengendalian banjir;
2) Melaksanakan analisis hidrologi dan penyebab banjir;
3) Melaksanakan penyusunan prioritas penanganan daerah
rawan banjir;
4) Melaksanakan pengendalian bahaya banjir, meliputi
tindakan darurat pengendalian dan penanggulangan banjir;
5) Menyusun dan mengoperasikan sistem peramalan dan
peringatan dini banjir;
6) Melaksanakan persiapan, penyusunan, dan penetapan
pengaturan dan petunjuk teknis pengendalian banjir; dan
7) Menyiapkan rencana kebutuhan bahan untuk
penanggulangan banjir.
g. Sumber Daya Pendukung
Personil
1) Kelompok tenaga ahli
Tenaga ahli yang diperlukan adalah tenaga ahli yang
memenuhi kualifikasi di bidang sumber daya air, antara

16
lain: bidang hidrologi, klimatologi, hidrolika, sipil, elektro
mekanis, hidrogeologi, geologi teknik, dan tenaga ahli
lainnya yang berhubungan dengan masalah banjir.
2) Kelompok tenaga lapangan
Dalam pelaksanaan pengendalian banjir, dibutuhkan
petugas lapangan dalam jumlah cukup, utamanya untuk
kegiatan pemantauan dan tindakan turun tangan.
h. Sarana dan Prasarana
Peralatan dan bahan dalam rangka pengendalian banjir terdiri
dari:
1) Peralatan hidrologi dan hidrometri (antara lain: peralatan
klimatologi, AWLR, ARR, extensometer);
2) Peralatan komunikasi (antara lain: radio komunikasi,
telepon, faksimili);
3) Alat-alat berat dan transportasi (antara lain: bulldozer,
excavator, truk);
4) Perlengkapan kerja penunjang (antara lain: sekop, gergaji,
cangkul, pompa air);
5) Perlengkapan untuk evakuasi (antara lain: tenda darurat,
perahu karet, dapur umum, obat obatan);
6) Bahan banjiran (a.l. karung plastik, bronjong kawat, bambu,
dolken kayu).
i. Dana
Dalam pengendalian banjir, diperlukan alokasi dana yang
diupayakan selalu tersedia. Dana yang diperlukan tersebut
harus dialokasikan sebagai dana cadangan yang bersumber dari
APBN, APBD, atau sumber dana lainnya. Dana cadangan
disediakan sesuai ketentuan yang berlaku.
j. Koordinasi
Lembaga Koordinasi
Berkaitan dengan pengendalian banjir, lembaga koordinasi
yang ada adalah Tim Penanggulangan Bencana Alam. Pada
tingkat nasional adalah Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB), pada tingkat provinsi adalah BPBD provinsi
(jika belum dibentuk dikoordinir oleh Satkorlak PB), dan pada

17
tingkat kabupaten/kota adalah BPBD kabupaten/kota (jika tidak
dibentuk dikoordinir oleh Satlak PB).
Obyek yang dikoordinasikan dalam pengendalian serta
penanggulangan banjir dapat dipisahkan menjadi tahapan sebelum
banjir, saat banjir, dan sesudah banjir.
1) Sebelum Banjir
a) Perencanaan rute evakuasi dan tempat penampungan
penduduk.
b) Perencanaan program penyelamatan dan pertolongan
kepada masyarakat.
c) Perencanaan rute pengiriman material penanggulangan
pada tempat-tempat kritis.
d) Perencanaan rute pengiriman logistik kepada masyarakat.
e) Perencanaan jenis dan jumlah bahan serta peralatan
banjiran.
f) Penyiapan sarana dan prasarana pendukung serta
Sumberdaya Manusia.
2) Saat Banjir
a) Evakuasian penduduk sesuai dengan prosedur.
b) Memberikan bantuan kepada penduduk.
3) Sesudah Banjir
a) Pemulihan kembali pemukiman penduduk, prasarana
umum, bangunan pengendali banjir, dan lain-lain.
b) Pengembalian penduduk ke tempat semula.
c) Pengamatan, pendataan kerugian dan kerusakan banjir.
k. Mekanisme Koordinasi
Koordinasi dalam pengendalian banjir dilakukan secara bertahap
melalui BPBD kabupaten (Satlak PB), BPBA, dan BNPB. Dalam
forum koordinasi tersebut, dilakukan musyawarah untuk
memutuskan sesuatu yang sebelumnya mendengarkan pendapat
dari anggota yang mewakili instansi terkait.
l. Sistem Pelaporan
Dinas/Instansi/Badan hukum pengelola wilayah sungai melaporkan
hal-hal sebagai berikut:
1) Karakteristik banjir (antara lain: hidrologi banjir, peta daerah
rawan banjir, banjir bandang);
2) Kejadian banjir (antara lain: waktu, lokasi, lama dan luas
genangan banjir);

18
3) Kerugian akibat banjir (antara lain: korban jiwa, harta benda,
sosial ekonomi);
4) Kerusakan (antara lain: sarana dan prasarana, permukiman,
pertanian, perikanan, lingkungan);
5) Penanggulangan darurat; dan
6) Usulan program pemulihan secara menyeluruh.
Laporan tersebut di atas disampaikan kepada
Bupati/Walikota/Gubernur/Menteri sesuai dengan jenis dan
tingkatannya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bencana banjir merupakan kejadian alam yang dapat terjadi setiap
saat dan sering mengakibatkan kehilangan jiwa, kerugian harta, dan benda.

19
Kejadian banjir tidak dapat dicegah, namun dapat dikendalikan dan
dikurangi dampak kerugian yang diakibatkannya.
Karena datangnya relatif cepat, untuk mengurangi kerugian akibat
bencana tersebut perlu dipersiapkan penanganan secara cepat, tepat, dan
terpadu. Sebagian tugas Dinas dan/atau Badan Hukum yang mengelola
Wilayah Sungai adalah melaksanakan pengendalian banjir dan
penanggulangannya. Untuk mendukung pelaksanaan tugas tersebut
diperlukan langkah penanggulangan banjir yang terdiri dari manajemen
bencana banjir, kesiapsiagaan, rehabilitasi dan rekontruksi.

B. Saran
Demikian makalah ini saya buat, semoga dapat memberikan
informasi mengenai cara penanggulangan bencana banjir yang dapat
terjadi kapanpun dan dimanapun.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.bnpb.go.id/page/read/7/sistem-penanggulangan-bencana
Makalah Epidemiologi Kesehatan Darurat Kasus Bencana Banjir. Rahman,
Adhyatma. 2013.

EM-DAT: The OFDA/CRED International Disaster Database, Universit


catholique de Louvain, Brussels, Bel. Data version: v11.08.

20
https://www.scribd.com/doc/186252132/Pedoman-Penanggulangan-
Banjir#download

https://www.scribd.com/doc/198659596/Pedoman-Penanggulangan-Bencana-
Banjir#download

21

Anda mungkin juga menyukai