Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
2. EPIDEMIOLOGI
3. KLASIFIKASI TRAUMA
3. 1. TRAUMA TUMPUL
3. 1. 1. PENGANIAYAAN FISIK.
Diperkirakan bahwa 5 juta wanita setiap tahun mengalami serangan fisik
oleh pasangan pria nya American College of Obstetricans and Gynecologist
(1999).Yang lebih mengerikan adalah bahwa wanita hamil tidak kebal terhadap
kekerasan semacam itu.Dalam sebuah survey melalui surat baru-baru ini, Horan
dkk (1998) memastikan bahwa anggota ACOG secara rutin menapis 27 % wanita
tidak hamil untuk kekerasan rumah tangga pada kunjungan pertama.Walaupun
hanya sepertiga dari para dokter ini yang pernah mendapat instruksi mengenai
kekerasan rumah tangga saat menjadi residen, dua pertiga telah belajar melalui
pendidikan berkelanjutan.1
Sebagian besar data mengenai subyek ini berasal dari institusi
public.Sebagai contoh, sepertiga cedera wanita hamil yag dirawat di University of
Mississipi Medical Center mengalami luka yang disengaja (Polee dkk,
1996).McFarlane dkk (1992) serta Berenson dkk (1991) menanyakan wanita-
wanita yang mengunjungi klinik-klinik umum dan melaporkan bahwa hampir
seperempat mengalami penganiayaan fisik atau seksual selama
kehamilan.Cokkinidess dkk (1999) mendapatkan bahwa 11% dari 6000 wanita
hamil melaporkan kekerasan fisik.Yang penting, hal ini berkaitan dengan
kemiskinan,pendidikan yang rendah, dan penggunaan tembakau dan
alkohol.Kurzel dkk (2000) melaporkan bahwa pemakaian obat terlarang berkaitan
dengan separuh dari kasus-kasus penganiayaan wanita hamil.Faktor-faktor resiko
serupa juga dilaporkan dari dua studi unit darurat multisentra tentang wanita tidak
hamil (Grisso dkk, 1999 ; Kyriacou dkk, 1999).1
3. 1. 2. PENGANIAYAAN SEKSUAL
Menurut Federal Bureau of Investigation (1998), hampir 10.000
pemerkosaan dengan kekerasan pada wanita hamil dilaporkan pada tahun
1997.Secara umum dianggap bahwa hanya 10 sampai 20 % serangan seksual yang
dilaporkan.Satin dkk (1991) membahas lebih dari 5.700 kasus serangan seksual
terhadap wanita yang terjadi di Dallas Country selama 6 tahun, dan mendapatkan
bahwa 2 % kornan adalah wanita hamil.Trauma fisik terkait lebih jarang dijumpai
daripada korban perkosaan yang tidak hamil, dan hanya sepertiga serangan terjadi
setelah kehamilan 20 minggu.Dari segi forensik, pengumpulan bukti tidak
mengalami perubahan.
Satin dkk (1992) juga mewawancarai 2404 wanita pascapartum dan
mendapatkan bahwa prevalensi kontak seksual paksa seumur hidup adalah 5%.
Dibandingkan dengan bukan korban, korban perkosaan memperlihatkan
peningkatan insidens penyakit menular seksual, infeksi saluran kemih, vaginitis,
pemakaian obat, dan rawat inap berulang.Berenson dkk (1992) melaporkan bahwa
8% wanita dewasa muda yang hamil mengalami serangan seksual.Salah satu
anggota keluarga adalah pelakunya pada 46 % kasus, dan pasangan atau pacar
pada 33 %.1
Pentingnya penyuluhan psikologis untuk korban pemerkosaan dan
keluarganya tidak dapat dianggap remeh.Selain perhatian terhadap cedera fisik
dan psikologis, pajanan penyakit menular seksual juga perlu dipikirkan.Pada
Tabel.1 diperlihatkan rekomendasi yang dianjurkan oleh Centers for Disease
Control and Prevention (1998).
Efek penggunaan kantung udara (airbags) pada pengemudi atau penumpang yang
hamil belum banyak dilaporkan.Sims dkk (1996) melaporkan tiga wanita trimester
ketiga yang kantung udara di isi pengemudinya mengembang setelah tabrakan
dengan kecepatan 10 sampai 20 mil/jam.Mereka melaporkan tidak terjadi
cedera.Schultze dkk (1998) melaporkan solusio plasenta 20% yang menyebabkan
lahir mati janin 28 minggu pada wanita yang kantung udaranya mengembang
setelah tabrakan 40 mil/jam.Yang lebih sedikit diketahui adalah tentang efek
kantung udara di pintu atau di sisi penumpang.1
Pada banyak kasus, temuan pada solusio traumatic serupa dengan solusio plasenta
pada umumnya.Stetler dkk (1992) mengulas pengalaman kami denga 13 wanita
yang mengalami hal tersebut di Parkland Hospital dan melaporkan bahwa
walaupun 11 memperlihatkan nyeri tekan uterus, hanya lima yang mengalami
perdarahan pervaginam.Temuan-temuan umum lainnya adalah kontraksi uterus,
tanda-tanda gangguan janin misalnya takikardia janin, deselerasi lambat, dan
asidosis, serta kematian janin.Karena solusio plasenta yang disebabkan oleh
trauma mungkin tersamar, insiden koagulopati berat terkait mungkin lebih tinggi
dibandingkan dengan solusio non traumatic.
Kettel dkk (1988) menekankan bahwa solusio mungkin tersamar dan tidak
menyebabkan nyeri tekan atau spontan uterus serta perdarahan.Menurut Pearlman
dkk (1990), deteksi aktivitas kontraksi uterus dengan menggunakan pemantauan
ekektronik dapat mengisyaratkan adanya solusio.Apabila digunakan tokolitik,
obat tersebut dapat menyamarkan gambaran klinis solusio plasenta.1
3. 1. 6. RUPTUR UTERI
Hal ini jarang terjadi pada trauma tumpul dan dijumpai pada kurang dari 1%
kasus parah.Kelainan ini biasanya disebabkan oleh tumbukan langsung oleh suatu
gaya yang cukup besar.Temuan-temuan mungkin serupa dengan temuan pada
solusio plasenta, sedangkan perburukan keadaan ibu dan janin segera
tampak.Dash dan lupetin (1991) melaporkan satu kasus kehamilan 24 minggu
yang diagnosis rupture traumatic uterusnya dipastikan dengan CT scan.1
3. 1. 7. PERDARAHAN JANIN-IBU
Apabila trauma menimbulkan gaya yang cukup besar pada abdomen, dan terutama
apabila plasenta mengalami laserasi, dapat terjadi perdarahan janin-ibu yang
mengancam nyawa (Pritchard dkk, 1990).Pada 10 sampai 30 % kasus trauma,
sedikit banyak dijumpai perdarahan dari sirkulasi janin ke ibu (Goodwin dan
Breen, 1990 ; Pearlmen dkk, 1990).Namun, pada 90% kasus-kasus ini perdarahan
yang terjadi kurang dari 15 ml.Kami menjumpai tiga kasus perdarahan masif janin
ke ibu pada delapan wanita dengan solusio traumatik.
Perdarahan ini tampaknya disebabkan oleh solusio plasenta karena biasanya tidak
terjadi perdarahan janin ke dalam ruang antarvilus.Perdarahan janin lebih
mungkin disebabkan oleh robekan atau fraktur plasenta akibat peregangan.Pada
tiga kasus perdarahan janin yang masif di atas, dua diakibatkan oleh laserasi
plasenta dan bayinya lahir mati.1
3. 1. 8. CEDERA JANIN
Menurut Kissinger dkk (1991), risiko kematian janin akibat trauma cukup
bermakna apabila terjadi cedera fetoplasenta langsung, syok ibu, fraktur panggul,
cedera kepala ibu, atau hipoksia.Walaupun cedera dan kematian janin jarang
terjadi, banyak laporan kasus manarik yang menyajikannya.Cedera tengkorak dan
otak janin adalah yang tersering.Cedera-cedera ini lebih mungkin terjadi apabila
kepala sudah cakap, dan panggul ibu mengalami fraktur akibat tumbukan (Palmer
dan Sparrow, 1994).Sebaliknya, cedera kepala janin, mungkin akibat countercoup,
dapat terjadi pada puncak kepala yang belum cakap atau presentasi selain puncak
kepala.Weyerts dkk (1992) melaporkan bahwa seorang neonates dengan
paraplegia dan kontraktur yang disebabkan oleh suatu kecelakaan lalu lintas
beberapa bulan sebelum lahir.1
3. 2. TRAUMA TEMBUS
Luka tusuk dan tembakan merupakan cedera tembus yang tersering dijumpai dan
mungkin diakibatkan oleh penyerangan yang parah, usaha bunuh diri, atau upaya
untuk melakukan abortus.Insidens cedera visera akibat trauma tembus hanyalah
15 sampai 40% dibandingkan dengan 80 sampai 90% pada orang tidak
hamil.Apabila uterus mengalami luka tembus, janin lebih besar kemungkinannya
mengalami cedera lebih serius dibandingkan dengan ibunya.Memang walaupun
janin mengalami cedera pada dua pertiga kasus semacam ini, cedera visera pada
ibu hanya dijumpai pada 20%.Awwad dkk, (1994) melaporkan pengalaman unik
dengan luka tembus kecepatan tinggi pada uterus hamil yang dikumpulkan selama
16 tahun perang saudara di Lebanon.Diantara 14 wanita, dua meninggal, tetapi
keduanya bukan merupakan akibat langsung cedera intra-abdomen.
3. 3. CEDERA SUHU
Walaupun Parkland hospital adalah pusat luka bakar utama di Amerika Serikat,
kami jarang menjumpai wanita hamil yang mengalami luka bakar parah.Prognosis
janin pada luka bakar buruk.Biasanya wanita yang bersangkutan mengalami
persalinan spontan dalam beberapa hari sampai seminggu, dan sering melahirkan
bayi yang sudah meninggal.Faktor-faktor yang
berperan adalah hipovolemia, cedera paru, septikemia, dan keadaan katabolik
berat yang diakibatkan oleh luka bakar.1
3. 4. KEJUTAN LISTRIK
Laporan-laporan kasus terdahulu mengisyaratkan bahwa kejutan listrik berkaitan
dengan mortalitas janin yang tinggi.Namun, dalam sebuah studi kohort prospektif,
Einarson dkk, (1997) memperlihatkan hasil perinatal yang setara pada 31 wanita
yang terpajan dibandingkan dengan control wanita hamil normal.Mereka
menyimpulkan bahwa arus listrik yang lazim di Amerika Utara, yaitu 110 volt,
lebih aman dari pada arus 220 volt seperti terdapat di Eropa.Fish (2000)
menguraikan efek neurologis dan vascular dari cedera tersambar petir.(1)
Perawatan prioritas yang sama ketika mengelola hamil dan tidak hamil membakar
korban. Pemeliharaan volume intravaskuler normal, menghindari hipoksia, dan
pencegahan infeksi adalah penting.Silver cream sulfadiazin harus digunakan
hemat karena risiko kernicterus terkait dengan penyerapan sulfonamida. 7
Dalam kasus luka bakar listrik, kematian janin tinggi 73% bahkan dengan agak
rendah arus listrik karena kurangnya janin resistensi terhadap sengatan listrik. Hal
ini mungkin berhubungan dengan fakta bahwa janin mengambang dalam cairan
ketuban dengan tahanan rendah untuk saat ini. Tidak peduli seberapa sepele
cedera mereka mungkin tampak, pemantauan janin dan penilaian USG yang
ditunjukkan untuk semua korban yang mengandung sengatan listrik.7
Gambar 2: Manajemen yang paling bijaksana dari kedua ibu dan janin yang
terlibat dalam trauma adalah untuk mengambil pendekatan proaktif.
Trauma untuk wanita hamil, apakah berat atau kecil, dapat memiliki efek yang
signifikan pada kesehatan ibu dan janin.Diperkirakan bahwa 1% hingga 3% dari
trauma ringan yang melibatkan wanita hamil hasil hilangnya janin, 41% dari janin
mati ketika ibu mengalami cedera yang mengancam nyawa.Berikut adalah
beberapa komplikasi yang paling sering dihasilkan dari cedera trauma kepada
pasien hamil: 5
4. 1. KONTRAKSI UTERUS
Kontraksi rahim, yang terjadi pada 39% pasien trauma hamil, bisa berkembang
menjadi buruh prematur.Frekuensi, kekuatan dan durasi kontraksi harus dinilai,
dimonitor dan didokumentasikan di seluruh perawatan pasien.Meskipun tidak
semua kemajuan kontraksi rahim menjadi pekerja, praktisi harus menilai pasien
untuk tanda-tanda dan gejala yang terkait dengan pengiriman, termasuk
memeriksa lubang vagina untuk bukti mahkota.
4. 4. ABRUPTIO PLASENTA
Abruptio plasenta adalah salah satu cedera yang paling umum, biasanya
berhubungan dengan trauma tumpul, dan menyumbang 50% -70% dari kerugian
janin.Plasenta abruptio adalah pemisahan parsial atau lengkap dini plasenta dari
dinding rahim.Ketika perpisahan terjadi, pertukaran gas normal antara ibu dan
janin akan terhambat, menyebabkan hipoksia janin.Pemisahan ini juga daun
pembuluh rahim dan plasenta terkena, menyebabkan perdarahan
intrauterin.Perdarahan rahim dapat terjadi dengan atau tanpa kehadiran perdarahan
vagina, tergantung pada lokasi janin dalam saluran vagina dan apakah darah yang
terperangkap di belakang margin plasenta utuh.Sekitar 63% kasus plasenta
abruptio melibatkan trauma tidak memiliki pendarahan eksternal.Tanda dan gejala
yang berhubungan dengan kondisi ini adalah sakit perut ibu, nyeri rahim,
pendarahan vagina dan hipovolemia.
4. 5. RUPTURE UTERINE
Pecah rahim adalah peristiwa langka yang terjadi pada kurang dari 1% dari pasien
trauma hamil, namun merupakan salah satu yang paling fatal bagi ibu dan
janin.Penyebab paling umum dari rahim pecah parah memaksa trauma tumpul
pada perut, yang sering terjadi dari kecelakaan kendaraan ketika serangan panggul
rahim, yang menyebabkan pecah.Beberapa pecah rahim juga melibatkan penetrasi
trauma.Pecah rahim sering muncul dengan kejutan ibu dan janin teraba di dalam
perut.
4. 6. MENEROBOS TRAUMA
Karena rahim pasien telah tumbuh dalam ukuran selama kehamilan, dapat
membantu melindungi organ-organ perut dari penetrasi cedera, namun
menempatkan janin pada resiko yang lebih besar untuk cedera langsung.Usus dan
cedera perut terjadi lebih sering pada perut bagian atas dan dapat menyebabkan
cedera lebih besar untuk ibu, trauma langsung ke perut bagian bawah dapat
4. 7. FRAKTUR PANGGUL
Patah tulang panggul, paling sering akibat trauma tumpul pada perut, adalah
kekhawatiran lain. Seiring dengan perdarahan yang signifikan dalam area
retroperitoneal, ibu mungkin mengalami cedera kandung kemih, uretra atau usus.
Patah tulang panggul ibu secara signifikan meningkatkan kerentanan janin untuk
cedera kepala, yang menyumbang 25% kematian janin. Pasien dengan cedera
panggul dapat hadir dengan nyeri panggul dan tanda-tanda dan gejala
hipovolemia.5
4. 9. HENTI JANTUNG-PARU
Penangkapan kardiorespirasi dalam wanita hamil merupakan ancaman signifikan
terhadap kelangsungan hidup janin.Diperkirakan bahwa 41% dari janin mati
ketika sang ibu menderita luka yang mengancam jiwa, dan banyak lagi terjadi
dengan serangan jantung.Sulit untuk menilai janin di lapangan, sehingga
manajemen agresif ibu perlu meningkatkan kelangsungan hidup janin.Meskipun
kemungkinan janin ibu bertahan penangkapan cardiopulmonary karena trauma
yang miskin, upaya rescuscitative harus disediakan untuk pasien yang lebih dari
24 minggu
5. PENATALAKSANAAN TRAUMA
Setelah resusitasi darurat, evaluasi dilanjutkan untuk mencari fraktur, cedera alat
dalam, sumber perdarahan, serta cedera uterus dan janin.Apabila di indikasikan,
harus dilakukan lavase peritoneum terbuka pada wanita hamil.Pada sebagian besar
kasus, cedera tembus harus di evaluasi dengan menggunakan radiografi.Karena
respon klinis terhadap iritasi peritoneum menumpuk selama kehamilan, untuk
trauma abdomen dilakukan pendekatan agresif hingga laparotomi
eksplorasi.Eksplorasi merupakan keharusan untuk luka tembak abdomen, tetapi
untuk luka tusuk tertentu sebagian orang menganjurkan pengawasan ketat.1
5. 1. SEKSIO SESAREA
Kaharusan melakukan seksio sesarea untuk melahirkan janin hidup bergantung
pada beberapa faktor.Laparotomi itu sendiri bukan indikasi untuk
histerektomi.Beberapa pertimbangan mencakup usia gestasi, keadaan janin, luas
cedera uterus, dan apakah uterus yang besar menghambat terapi atau evaluasi
cedera intra-abdomen yang lain.1
5. 2. PEMANTAUAN ELEKTRONIK
Seperti pada banyak penyakit ibu yang akut atau kronik lainnya, kesejahteraan
janin dapat mencerminkan status ibu, sehingga pemantauan janin adalah tanda
vital lain untuk membantu mengevaluasi tingkat cedera ibu.Bahkan apabila
keadaan ibu stabil, pemantauan elektronik mungkin dapat memprediksikan
solusio plasenta.Pearlman dkk, (1990) melaporkan tidak terjadi solusio apabila
kontraksi uterus lebih jarang daripada 10 menit dalam 4 jam setelah trauma.Yang
penting, 20 % wanita yang kontraksinya lebih sering mengalami solusio
plasenta.Pada kasus-kasus ini, sering dijumpai kelainan rekaman dan mencakup
takikardia dan deselerasi lambat pada janin.Conolly dkk (1997), melaporkan tidak
terjadi gangguan hasil pada wanita yang rekaman pemantauannya normal.1
5. 3. PERDARAHAN JANIN-IBU
Penerapan rutin uji Kleihauer-Betke uji yang setara pada wanita hamil korban
trauma masih diperdebatkan (Pak dkk, 1998).Tidak jelas apakah penerapan uji-uji
tersebut secara rutin dapat memodifikasi gangguan hasil akhir yang disebabkan
oleh anemia janin, aritmia jantung, dan kematian.Dalam suatu kajian retrospektif
terhadap 125 wanita hamil dengan trauma tumpul yang dirawat di sentra trauma
derajat I, uji Kleihauer-Betke memperlihatkan sensitivitas 56 %, spesifisitas 71 %
dan keakuratan 27 %.
Para peneliti ini menyimpulkan bahwa uji ini tidak banyak bermanfaat dalam
lingkup trauma akut, dan pemantauan elektronik atau ultrasonografis terhadap
janin, atau keduanya, lebih bermanfaat dalam mendeteksi penyulit pada janin atau
yang terkait kehamilan.Dupre dkk (1993) mencapai kesimpulan serupa, dan
walaupun mereka mendapatkan bukti adanya perdarahan janin-ibu tidak memiliki
makna prognostik.Demikian juga, Connolly dkk, (1997) melakukan 289 uji
Kleihauer-Betke pada cedera traumatik pada wanita hamil dan hanya pada satu
kasus penatalaksanaanya terpengaruhi.1
Sesekali kontraksi rahim adalah penemuan yang paling umum setelah trauma pada
wanita hamil.Kontraksi ini kadang-kadang tidak berhubungan dengan hasil janin
yang merugikan dan menyelesaikan dalam beberapa jam dalam 90 persen
kasus.Terjadinya delapan atau lebih kontraksi rahim per jam selama lebih dari
empat jam, bagaimanapun, adalah berhubungan dengan plasenta.Dengan
kerusakan plasental setelah trauma, ada sampai 75% angka 67 kematian
janin.Jika plasenta signifikan terjadi, janin yang layak harus dikirim segera.Dalam
analisis kasus tingkat kematian pada wanita hamil yang telah plasenta setelah
trauma, 69% kematian janin yang dicegah oleh persalinan sesar.
Durasi ideal untuk pemantauan janin elektronik tidak jelas.Sebuah protokol yang
digunakan secara luas, didasarkan pada studi prospektif dari 60 pasien di lebih
dari 20 minggu usia kehamilan.Protokol ini memiliki kepekaan dari 100 persen
untuk memprediksi hasil yang merugikan dalam waktu empat jam.Dalam studi
prospektif, 70% pasien yang dibutuhkan lebih dari empat jam pemantauan janin
karena kontraksi lanjutan (empat atau lebih per jam), nilai laboratorium abnormal,
atau perdarahan vagina, tapi semua pasien habis pada akhir empat atau 24 jam
memiliki hasil yang sama dibandingkan dengan pasien kontrol tanpa ada luka.
Jika takikardi janin hadir atau-stress test non reaktive, pemantauan biasanya
berlangsung selama 24 jam, tapi belum ada penelitian ada untuk mendukung atau
menolak praktek ini. Beberapa ahli menyarankan berkepanjangan pemantauan
janin elektronik pada pasien dengan mekanisme tinggi risiko cedera.Mekanisme
ini berisiko tinggi termasuk pejalan kaki dengan mobil, dan kecepatan kendaraan
bermotor tinggi yang hancur.Tidak ada bukti yang mendukung penggunaan
pemantauan janin elektronik rutin selama lebih dari 24 jam setelah trauma
noncatastrophic.
5. 6. ULTRASONOGRAFI
5. 7. RESUSITASI JANTUNG-PARU
Untungnya, henti jantung jarang terjadi pada wanita hamil.Terdapat beberapa
pertimbangan khusu untuk resusitasi jantung paru (RJP) yang dilakukan pada
paruh kedua kehamilan.Pada wanita tidak hamil, kompresi jantung luar
menghasilkan curah jantung yang hanya 30% dibandingkan normal.Curah jantung
bahkan lebih kecil lagi pada kehamilan tahap lanjut, saat kompresi aortakava
akibat uterus yang membesar dapat mengurangi upaya resusitasi karena aliran
maju maupun aliran balik vena berkurang.
Oleh karena itu, upaya-upaya resusitasi lain perlu dibarengi dengan
penggeseran uterus.Penggeseran kelateral kiri dapat dilakukan secara manual
oleh salah satu anggota tim, dengan memiringkan meja operasi ke lateral, dengan
meletakkan sebuah bantalan dibawah paha kanan, atau dengan menggunakan
bantal resusitasi Cardiff.Ress dan Wills (1998) memperlihatkan dengan sebuah
manekin bahwa resusitasi dengan bantalan Cardiff sama efisiennya dengan
resusitasi dalam posisi telentang.1
Berdasarkan teori dan beberapa laporan kasus, pelahiran juga dapat meningkatkan
upaya resusitasi bagi ibu.Berdasarkan semua alas an tersebut, American College
of Obstetricans and Gynecologist (1998) menganjurkan agar seksio sesarea
dipertimbangkan pada kehamilan trimester ketiga dalam 4 menit setelah henti
jantung.Sayangnya, seperti ditekankan oleh Clark dkk (1997), tujuan-tujuan ini
jarang dapat dipenuhi dalam praktik sebenarnya.
6. PROGNOSIS
Dari kajian mereka, Polko dan McMahon (1998) menyimpulkan bahwa kehamilan
tidak mengubah hasil maternal dibandingkan dengan wanita hamil yang usianya
setara.Sejumlah peneliti melaporkan bahwa harapan hidup ibu dan janin setara
dengan presentase luas luka bakar.Secara umum, prognosis memperburuk apabila
luka bakar melebihi 40 sampai 50% luas permukaan tubuh.Sebagai contoh, angka
kematian ibu dan janin adalah 50% pada kelompok luka bakar 40 sampai 60%
dibandingkan dengan 11% kematian janin tanpa kematian ibu pada kelompok
dengan luas luka bakar 20 sampai 40%.Pada 170 wanita hamil dengan luas luka
bakar
yang dilaporkan pada tabel 2, seiring dengan terlampauinya batas luas luka bakar
sebesar 50%, morbiditas ibu-janin selalu melebihi 50%.1
Tabel.2 Mortalitas ibu-janin pada kehamilan 170 kehamilan dengan penyulit luka
bakar
Hasil akhir
Perinatal
Penelitian Luka Bakar Kematian
Kematian
(% LPTT) Ibu
Janin
Rayburn dkk. (1984) (n=30) <40 2/20
2/20
40.60 3/6 3/6
>60 3/4
4/4
Amy dkk (1985) (n=30) <40 0/17
2/17
40-50 0/3
2/3
>50 10/10
9/10
Rode dkk (1990) (n=33) <20 1/16
2/16
20-50 1/8
3/8
>50 6/9
8/9
Akhtar dkk (1994) (n=50) <40 0/12
1/12
40-60 3/6
3/6
>60 32/32
32/32
Mabrouk dan el-Feky (1997) <25 0/19
9/19
(n=27) >25 5/8
5/8
7. PENGELOLAAN WANITA HAMIL SETELAH TRAUMA
Gambar 5: Algoritma untuk manajemen dari wanita hamil setelah
8
trauma.
8. PENILAIAN DAN MANAJEMEN
Penilaian pra-rumah sakit dan manajemen pasien trauma hamil difokuskan pada
identifikasi, menjamin, memelihara dan mendukung fungsi-fungsi vital,
pernapasan jalan napas pasien dan sirkulasi.Tidak seperti darurat traumatis lain,
ada dua pasien yang harus dipertimbangkan oleh penyedia.Manajemen yang
paling bijaksana dari kedua ibu dan janin yang terlibat dalam trauma adalah untuk
mengambil pendekatan yang proaktif dan mengobati ibu agresif. Semua wanita
hamil yang telah menderita cedera, terlepas dari beratnya, harus dievaluasi oleh
dokter di gawat darurat.5
saluran udara oleh dorongan rahang dan memanfaatkan alat mekanik dan intubasi
endotrakeal sebagaimana diarahkan oleh protokol Anda.Anda harus
mengantisipasi muntah dengan pasien dan suction tersedia.
3.Tentukan apakah pasien bernapas memadai dan suara nafas bilateral yang
hadir.Jika napas pasien tidak memadai, memberikan ventilasi tekanan positif
dengan oksigen aliran tinggi tambahan.Jika memadai, memberikan konsentrasi
tinggi oksigen melalui nonrebreather untuk mempertahankan SPO2 sebagai
mendekati 100% mungkin, bahkan jika pasien tidak menunjukkan tanda-tanda
atau gejala hipoksia.Ingat bahwa janin sangat rentan terhadap hipoksia.
4.Menilai sirkulasi pasien dan memeriksa pendarahan utama.Anda harus
mencurigai pendarahan internal bahkan jika tidak ada tanda-tanda atau gejala
yang jelas.Jika perdarahan vagina hadir, menyerap aliran darah dengan pad dan
jangan pack vagina.Jika pasien ada teraba denyut nadi, memberikan CPR dan
perawatan pernafasan seperti biasa untuk orang dewasa.
5.Mengantisipasi, mencegah dan mengobati syok.Ingat bahwa tanda-tanda biasa
dan gejala yang berhubungan dengan syok hipovolemik paling sering tidak akan
hadir pada pasien trauma hamil sampai lebih dari 30% dari total volume darah
hilang.Menunda pengobatan untuk penurunan nyata dalam tanda-tanda vital dapat
meletakkan kedua ibu dan janin beresiko.
6.Mendirikan dua besar menanggung infus dan infus Ringer laktat atau normal
saline untuk mempertahankan perfusi ibu dan janin.
7.Menyediakan pemantauan EKG kontinu untuk ibu.
8.Monitor detak jantung janin, jika mungkin.Denyut nadi kurang dari 110 denyut
per menit menunjukkan gawat janin yang signifikan.
9.Perlakukan dan mengelola setiap cedera yang mengancam nyawa lainnya.Ingat
bahwa sejumlah besar perawatan untuk luka lain dapat dilakukan dalam
perjalanan ke fasilitas penerima.
10.Transportasi cepat pasien ini ke fasilitas terdekat yang menerima
sesuai.Pastikan Anda memberitahukan fasilitas penerimaan sebelumnya sehingga
mereka dapat merakit sebuah tim trauma dan panggilan untuk dokter kandungan
dan dokter anak, jika perlu.
9. PENCEGAHAN
Meskipun kemajuan dalam pengelolaan trauma, tingkat kematian janin dan ibu
setelah cedera traumatis tidak menurun.Karena manajemen saat ini tidak sedikit
untuk mempengaruhi kematian, pencegahan adalah kunci untuk kelangsungan
hidup ibu dan janin meningkat.Kecelakaan kendaraan bermotor dan kekerasan
dalam rumah tangga adalah penyebab dicegah umum trauma pada kehamilan.
Karena banyak wanita tidak menyadari potensi plasenta tanpa bukti cedera ibu,
pasien hamil harus diinstruksikan untuk mencari perawatan segera setelah adanya
trauma tumpul.
Kekerasan dalam rumah tangga terjadi pada sampai 25 persen wanita hamil,
namun dokter mendeteksi hanya 4 sampai 10 persen dari kasus.Hal ini penting
bagi dokter untuk layar semua pasien untuk kekerasan domestik dan menjadi
akrab dengan sumber daya masyarakat untuk membantu pasien yang mengalami
kekerasan domestik.Penapisan pasien yang lebih muda sangat penting, karena
mereka memiliki tingkat yang lebih tinggi dari kecelakaan kendaraan bermotor
dan kekerasan dalam rumah tangga.Sumber Daya bahan di ruang tunggu dan toilet
memungkinkan pasien untuk mengumpulkan informasi tanpa konfrontasi.8
BAB III
PENUTUP
Pasien trauma pada orang hamil menghadirkan tantangan yang unik karena
perawatan harus disediakan untuk dua pasien ibu dan janin.Perawatan pasien
trauma hamil dengan luka berat sering membutuhkan pendekatan multidisiplin
yang melibatkan dokter darurat, ahli bedah trauma, dokter kandungan, dan
neonatologist.Trauma adalah penyebab utama kematian ibu, akuntansi hingga
46% dari kasus kematian janin, bagaimanapun, adalah kejadian lebih umum dari
kematian ibu.Cedera langsung janin relatif jarang karena jaringan lunak ibu,
rahim, plasenta, dan cairan ketuban semua cenderung menyerap dan
mendistribusikan energi pukulan.
Trauma yang disebabkan oleh kecelakaan dan kekerasan adalah komplikasi umum
dan penting kehamilan, melibatkan 5-20% dari kehamilan. Trauma menyebabkan
kematian ibu di 46,5% dari 95 kasus, dan, dari kasus kematian traumatis, 34%
adalah karena kecelakaan, pembunuhan 57% untuk, dan 9% untuk bunuh diri.
Pada 3 bulan pertama umur kehamilan sering trauma yang terjadi menimbulkan
abortus dan reaksi izoimunisasi yakni percampuran darah janin dan ibu yang ber-
rhesus negatif yang dapat menyebabkan masalah pada kesehatan ibu dan janinnya.
Pada trisemester kedua, kehamilan sudah makin nampak, dinding rahim masih
tebal serta terbentuk cairan amnion yang kesemuanya bisa melindungi janin dari
pengaruh trauma. Resiko yang mungkin muncul adalah sulosio plasenta (robek
atapun lepasnya ikatan tali pusat janin dari bagian dinding rahim) dan terjadi
tercemarnya darah ibu oleh darah anak yang berbeda rhesus serta cairan
kandungan yang masuk ke aliran darah ibu (emboli cairan amnion). Pada 3 bulan
terakhir kehamilan, justru dinding rahim makin tipis dan posisi kandungan makin
menonjol ke permukaan dinding perut. Hal ini lebih memberikan resiko pada
janin untuk terkena cedera langsung, baik karena trauma tumpul atau pun luka
tusuk. Di samping itu kandungan yang semakin membesar akan menyebabkan
tekanan atau hambatan pada aliran darah balik melalui vena besar di bawahnya
(vena cava compression).Benturan yang terjadi pada dinding panggul ibu juga
dapat menimbulkan perdarahan hebat berasal dari rusaknya struktur vaskuler
rahim di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA