PENDAHULUAN
1.2.1 Untuk mengetahui analisis berdasarkan PICOT dari jurnal yang berjudul A
Four-Week Walking Exercise Programme in Patients With Knee Osteoarthritis
Improves the Ability of Dual-Task Performance: A Randomized Controlled
Trial.
Hasil analisis ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak,
antara lain :
1.3.1 Pelayanan Kesehatan
Memberikan informasi kepada klien lansia dan keluarga mengenai terapi atau
latihan yang dapat diajarkan kepada pasien dengan Osteoarthritis lutut.
1.3.2 Ilmu Pengetahuan
Menambah referensi mengenai terapi atau latihan yang dapat diajarkan kepada
klien dengan Osteoarthritis lutut.
1.3.3 Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya lansia mengenai terapi
atau latihan yang dapat dilakukan pada klien dengan Osteoarthritis lutut,
sehingga masyarakat dapat menerapkannya di rumah.
2.1 Osteoarthritis
2.3 Penatalaksanaan
B. Terapi farmakologis
Penanganan terapi farmakologi melingkupi penurunan rasa nyeri yang timbul,
mengoreksi gangguan yang timbul dan mengidentifikasi manifestasi-manifestasi
klinis dari ketidakstabilan sendi.
Berikut nama-nama obat yang umumnya diberikan pada klien dengan OA
1. Acetaminophen/Ibuprofen/Aspirin
Merupakan obat pertama yang direkomendasikan oleh dokter karena relatif aman
dan efektif untuk mengurangi rasa sakit. Aspirin dan Ibuprofen dapat membantu
dalam mengontrol sinovitis.
2. NSAIDs (nonsteroidal anti inflammatory drugs)
Dapat mengatasi rasa sakit dan peradangan pada sendi. Pada orang tua biasanya
menimbulkan efek samping, misalnya gangguan pada lambung
3. Suplemen sendi/cairan sendi artifisial
Suplemen sendi seperti Glukosamin dan Chondroitin, masing-masing memiliki
fungsi yaitu:
- Glukosamine adalah bahan pembentukan proteoglycan, bekerja
dengan merangsang pertumbuhan tulang rawan, serta menghambat perusakan
tulang rawan.
- Chondroitin Sulfat berguna untuk merangsang pertumbuhan tulang
rawan dan menghambat perusakan tulang rawan.
Cairan sendi ini dapat juga membantu meredakan nyeri dan diberikan sementara
dengan jangka waktu 6 bulan (Kowalak, Welsh&Mayer, 2012; Price&Wilson,
2013; Paramitha, 2011)
C. Terapi pembedahan
Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk
mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas
sendi yang mengganggu aktivitas sehari-hari (Soeharyo & Henry, 2007).
Jalan kaki atau berjalan kaki merupakan salah satu bentuk aktivitas fisik yang
juga merupakan olahraga, karena berjalan kaki merupakan serangkaian gerak yang
dilakukan secara sistematis dan fungsional juga, dalam bentuk latihan low impact.
Jalan kaki dikelompokkan dalam jenis olahraga aerobik yaitu jenis olahraga yang
dilakukan dan memerlukan oksigen sebagai sumber energinya dan biasanya
dilakukan di lapangan. Aktivitas jalan kaki memang baru bisa disebut olahraga jika
dilakukan secara kontinu, minimum 30 menit setiap harinya. Berjalan adalah gerakan
siklis yang diatur oleh medulla spinalis pada tingkat neuron motoris. Berjalan diawali
dengan mencondongkan badan ke depan, menyebabkan posisi tubuh tidak stabil,
kemudian melangkahkan kaki ke depan untuk mendapatkan keseimbangan kembali
(Rachmah Laksmi, 2007).
Olahraga jalan kaki merupakan salah satu olehraga aerobik yang banyak
direkomendasikan bagi lansia. Selain mudah dilakukan dan tidak memerlukan
keterampilan khusus, olahraga jalan kaki juga aman untuk lansia karena memiliki
resiko yang sangat kecil terjadinya cedera otot maupun persendian (Lungit
Wicaksono, 2011).
Teknik berjalan menurut Lungit Wicaksono (2011) adalah sebagai berikut:
1. Badan tegak kepala lurus dengan badan dan dagu hampir sejajar dengan pundak
2. Bengkokkan lengan dan siku dengan sudut yang benar (kira-kira 90 derajat), lalu
ayunkan sejajar dengan tubuh atau boleh juga sedikit menyilang (diagonal) depan
badan.
3. Kecepatan gerak lengan harus disesuaikan dan seirama dengan gerak tungkai,
gerakan tersebut bisa membantu mempercepat jalan anda.
4. Pompa lengan untuk menambah momentum jalan, namun lengan tetap rileks dan
hindari gerak lengan yang berlebihan (overacting).
5. Telapak kaki depan harus terus kontak dengan tanah sebelum ujung kaki belakang
(toe) diangkat dari tanah. Dengan kata lain, salah satu kaki harus kontak dengan
tanah. Sebab jika tidak begitu maka akan terjadi gerakan jogging.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yohanita Pamungkas dan Dewi Ika
tahun 2010 pada lansia di Posyandu Lansia Sejahtera GBI Setia Bakti Kediri, setelah
dilakukan latihan gerak kaki (Stretching) didapatkan mayoritas responden (lebih dari
90%) mengalami penurunan nyeri sendi ekstremitas bawah. Latihan dilakukan
dengan frekuensi 3 atau 5 x/minggu secara teratur dan terus-menerus dengan lama
latihan 15-30 menit.
BAB III
ANALISIS PICOT
Intervensi
Penelitian dalam jurnal ini bertujuan untuk mengetahui apakah program latihan
berjalan pada pasien lansia dengan Osteoarthritis lutut akan berpengaruh terhadap
kemampuan mereka dalam melakukan 2 kegiatan bersamaan (dalam hal ini berjalan
dan kegiatan terkait kognitif). Dalam penelitian tersebut responden yang ada dipilih
secara acak menjadi 2 kelompok yaitu kelompok control dan kelompok walking,
yang masing-masing berjumlah 20 orang. Kedua kelompok tersebut mendapat terapi
fisik dan menerima terapi es, latihan ROM, serta latihan penguatan otot di rumah.
Selain itu untuk kelompok walking diminta untuk meningkatkan jumlah langkah
berjalan setiap hari hingga 3000 langkah lebih dari hasil perhitungan jumlah langkah
mereka sebelumnya. Intervensi diberikan selama 4 minggu dan jumlah langkah
dihitung setiap hari menggunakan sebuah alat spedometer yang dipasang pada ikat
pinggang responden dan selalu digunakan kecuali ketika berada di rumah.
Compare
Dalam penelitian ini ada beberapa hal yang dibandingkan diantara kedua kelompok
yang ada pada tahap awal pengkajian dan setelah diberikan intervensi, yaitu
parameter berjalan dan parameter lutut. Parameter berjalan berisi perbandingan
perhitungan jumlah langkah pada tahap pengkajian awal dan setelah diberikan
intervensi, perhitungan kecepatan berjalan untuk yang berjalan saja ataupun yang
dengan ditambahkan kegiatan lain terkait fungsi kognitif pada tahap pengkajian awal
dan setelah diberikan intervensi, perhitungan jumlah pertanyaan yang mampu
dijawab terkait kondisi dengan melakukan dua kegiatan sekaligus pada tahap
pengkajian awal dan setelah diberikan intervensi. Untuk parameter lutut berisikan
perbandingan ROM baik pada pada tahap pengkajian awal dan setelah diberikan
intervensi.
Outcome
Penelitian ini mendapatkan bahwa ada perbedaan baik dari segi parameter berjalan
maupun parameter lutut pada kedua kelompok responden. Berdasarkan hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa latihan berjalan dapat mengurangi nyeri yang
kemudian akan meningkatkan kemampuan kognitif dan kemampuan untuk
melakukan 2 kegiatan bersamaan.
Time
Penelitian ini membutuhkan waktu 1 minggu untuk pengkajian awal dan intervensi
selama 4 minggu. Untuk intervensi 2 kelompok tersebut mendapat terapi fisik 1 kali
dalam seminggu dan menerima terapi es, latihan ROM, serta latihan penguatan otot
setiap hari di rumah.
BAB IV
PEMBAHASAN
Terkait dengan jurnal yang kami bahas, penulis menggunakan latihan berjalan
yang merupakan salah satu dari bagian latihan kekuatan dan latihan aerobik. Penulis
menggunakan latihan berjalan didasari oleh alasan karena latihan berjalan adalah
salah satu latihan yang mudah dan menyenangkan untuk dilakukan yang tidak hanya
berpengaruh pada terhadap kesehatan tetapi juga dapat mengurangi nyeri pada
penderita Osteoarthritis lutut, serta berpengaruh terhadap fungsi kognitif. Selain itu
penelitian dalam jurnal yang kami bahas juga menggunakan latihan ROM, tetapi pada
hasil akhir penelitian latihan ROM yang diberikan tidak menimbulkan pengaruh yang
signifikan antara saat awal pengkajian dengan setelah diberikan intervensi. Oleh
karena itu, dalam jurnal yang kami bahas dikatakan bahwa latihan berjalan tidak
hanya memberikan kontribusi dalam mempengaruhi range of motion dari lutut, tetapi
dapat mengurangi nyeri sendi yang kemudian akan meningkatkan kemampuan
kognitif dan kemampuan untuk melakukan 2 kegiatan secara bersamaan yang terkait
dengan fungsi kognitif.
Dalam teori yang telah ada sebelumnya diketahui bahwa ada beberapa manfaat
dari latihan berjalan, yaitu merupakan aktivitas aerobik yang bermanfaat bagi
jantung, paru-paru dan peredaran darah, merupakan cara yang tepat untuk
mengurangi stress, merupakan aktivitas yang dapat mengurangi berat badan,
merupakan aktivitas yang mudah dilakukan dan dikatakan bebas dari cedera, dapat
dimanfaatkan untuk terapi latihan. Untuk orang-orang yang mengalami cedera
persendian dan latihan berjalan merupakan latihan olahraga yang dapat dilakukan
oleh orang dari berbagai macam usia, dan khususnya bagi para manula (manusia usia
lanjut) sangat baik untuk menghambat proses degenerasi (Nanang Kusnandi, 2012).
Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan dalam jurnal, diketahui bahwa
latihan berjalan dapat mengurangi nyeri sendi yang kemudian akan meningkatkan
kemampuan kognitif dan kemampuan untuk melakukan dua kegiatan secara
bersamaan yang terkait dengan fungsi kognitif.
Kelemahan dari jurnal yang kami bahas adalah ketidaksesuaian antara judul
dengan intervensi yang digunakan dalam penelitian, selain itu dalam penarikan
kesimpulan akhir dari penelitian yang dilakukan terdapat kekurangan data yang
mendukung.
Kelebihan dari jurnal yang kami bahas adalah pemilihan tema dan penelitian
yang sederhana yaitu menggunakan latihan berjalan pada lansia. Dimana latihan
berjalan merupakan salah satu olahraga aerobik yang banyak direkomendasikan bagi
lansia. Selain mudah dilakukan dan tidak memerlukan keterampilan khusus. Olahraga
jalan kaki juga aman untuk lansia karena memiliki risiko yang sangat kecil terjadinya
cedera otot maupun persendian (Lungit Wicaksono, 2011).
Hasil penelitian dan teori-teori yang ada menunjukkan bahwa latihan berjalan
yang merupakan bagian dari latihan kekuatan isotonik yang berpengaruh dalam
mengurangi nyeri sendi, serta mudah dan dilakukan setiap hari sehingga cocok untuk
dilakukan oleh lansia dengan Osteoarthritis lutut. Selain itu, berdasarkan hasil
penelitian dalam jurnal yang dibahas, diketahui bahwa dengan mengurangi nyeri
latihan berjalan akan mampu meningkatkan fungsi kognitif sehingga bagus
diterapkan pada lansia yang cenderung mengalami penurunan kognitif karena
pengaruh usia.
Implikasi keperawatan terkait dengan manfaat latihan berjalan berdasarkan
pada teori dan hasil penelitian yang ada, berhubungan dengan peran dan fungsi
perawat, yaitu :
a. Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
Berdasarkan pada efektifitas latihan berjalan terhadap peningkatan kemampuan
pergerakan dan pengurangan nyeri pada penderita Osteoarthritis, sebagai perawat
kita dapat menggunakan latihan tersebut sebagai salah satu intervensi dalam
pemberian asuhan keperawatan yang akan diberikan kepada klien khususnya pada
lansia.
b. Peran perawat sebagai edukator
Sebagai edukator atau pemberi pengetahuan, perawat bisa meningkatkan
pengetahuan klien dengan Osteoarthritis, khususnya pada lansia tentang latihan
berjalan yang mudah dilakukan tetapi dapat meningkatkan kemampuan pergerakan
klien, menjelaskan keuntungan dari latihan berjalan terhadap kondisi penyakit,
mengajarkan tentang teknik latihan berjalan yang efektif.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Kusnadi, Nanang. 2012. Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis
Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani. Universitas
Pendidikan Indonesia
Kowalak, J. P, Welsh, W. & Mayer, B. (2012). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
Price, S.A & Wilson, L. M. (2013). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses proses
Penyakit. Edisi 6, Volume 2. Jakarta: EGC
Smeltzer, S. C. & Bare, B. G,. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, Volume 1, Edisi 8. Jakarta: EGC
Yohanita & Dewi. (2010). Pengaruh Latihan Gerak Kaki (Stretching) Terhadap
Penurunan Nyeri Sendi Ekstremitas Bawah Pada Lansia Di Posyandu Lansia
Sejahtera Gbi Setia Bakti Kediri. STIKES RS Baptis.
OLEH:
KELOMPOK I