Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu


yang sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia tua adalah fase
akhir dari rentang kehidupan (Smeltzer&Bare, 2002). Potter&Perry (2005),
mendefenisikan masa dewasa tua (lansia) dimulai sejak pensiun yaitu antara usia 65
dan 75 tahun.
Angka lansia dari total populasi terus meningkat, karena adanya peningkatan
harapan dan kualitas hidup. Lansia tersebar di negara-negara bagian dengan pola
yang sama sebagai populasi total (Potter&Perry, 2005). Dengan peningkatan populasi
lansia, professional kesehatan ditantang menghadapi tingginya prevalensi penyakit
yang terjadi pada populasi lansia (Smeltzer&Bare, 2002).
Salah satu penyakit kronis yang biasa dialami lansia dan berkaitan dengan
sistem muskuloskeletal adalah Arthritis. Hampir 44% lansia mangalami Arthritis.
Derajat kerusakan mobilitas lansia akibat Arthritis bergantung pada menyebarnya
penyakit dan sendi yang terkena. Arthritis yang paling umum dialami lansia adalah
Osteoarthritis (Price&Wilson, 2013).
Diperkirakan pada tahun 2010 jumlah lansia di Indonesia meningkat menjadi
19,9 juta jiwa atau 8,48% dari total penduduk Indonesia. Sekitar 80% lansia
mengalami kondisi kronis yang dihubungkan dengan nyeri dan hampir 8% orang-
orang berusia 50 tahun ke atas mempunyai keluhan pada sendinya. Nyeri sendi yang
paling banyak adalah pada sendi-sendi penahan berat tubuh (panggul, lutut dan kaki)
(Yohanita & Dewi, 2010).
Osteoarthritis adalah kelainan degenerative kronis dengan penyebab yang
belum diketahui, ditandai denga hilangnya kartilago sendi secara bertahap. Penyakit
ini dapat mengenai satu sendi atau lebih, terutama mengenai sendi yang menyangga
berat badan seperti sendi lutut dan panggul. Degenerasi kartilago sendi biasanya
disertai dengan perubahan-perubahan di sekitar sendi yang terkena, misalnya
kelemahan otot, dan pertumbuhan tulang baru, yang berakibat berkurangnya
mobilitas dan fungsi sendi (Price&Wilson, 2013).
Arthritis tidak ada obatnya tetapi saat ini dikembangkan agens farmakologi
yang dapat menurunkan nyeri dan bengkak. Intervensi keperwatan pada lansia yang
mengalami Arthritis ditujukan untuk meningkatkan kenyamanan, kemampuan fungsi
dan keamanan. Program latihan yang didesain dengan baik, meliputi latihan aerobic
dan ketahanan, fleksibilitas dan mobilisasi sendi, disertai dengan pengaturan berat
badan, obat-obatan, fisioterapi, proteksi sendi, dan pembedahan apabila diperlukan
akan memperbaiki keluhan dan mengurangi dampak osteoarthritis pada kehidupan
pasien (Potter&Perry, 2005; Price&Wilson, 2013).
Lansia harus dianjurkan untuk mempertahankan olahraga dan aktivitas fisik.
Manfaatnya adalah mempertahankan dan memperkuat kemampuan fungsi, sensori
motorik sejumlah sistem (keseimbangan, reaksi waktu, kekuatan otot), dan juga
mencegah terjadinya cedera (Potter&Perry, 2005).
Olah raga yang paling disarankan untuk lansia adalah olahraga aerobik,
misalnya: berenang dan jalan kaki/jalan cepat, karena mudah dilakukan dan biasanya
disenangi oleh lansia (Smeltzer&Bare, 2002).
Berdasarkan hal tersebut kami tertarik menganalisis sebuah jurnal yang
berjudul A Four-Week Walking Exercise Programme in Patients With Knee
Osteoarthritis Improves the Ability of Dual-Task Performance: A Randomized
Controlled Trial.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Untuk mengetahui analisis berdasarkan PICOT dari jurnal yang berjudul A
Four-Week Walking Exercise Programme in Patients With Knee Osteoarthritis
Improves the Ability of Dual-Task Performance: A Randomized Controlled
Trial.

1.2.2 Untuk mengetahui analisis jurnal yang berjudul A Four-Week Walking


Exercise Programme in Patients With Knee Osteoarthritis Improves the Ability
of Dual-Task Performance: A Randomized Controlled Trial terkait dengan
teori yang ada.
1.2.3 Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari jurnal yang berjudul A Four-
Week Walking Exercise Programme in Patients With Knee Osteoarthritis
Improves the Ability of Dual-Task Performance: A Randomized Controlled
Trial.
1.2.4 Untuk mengetahui implikasi keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat
dalam mengaplikasikan teori yang dikemukakan dalam jurnal yang berjudul A
Four-Week Walking Exercise Programme in Patients With Knee Osteoarthritis
Improves the Ability of Dual-Task Performance: A Randomized Controlled
Trial.

1.3 Manfaat Penulisan

Hasil analisis ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak,
antara lain :
1.3.1 Pelayanan Kesehatan
Memberikan informasi kepada klien lansia dan keluarga mengenai terapi atau
latihan yang dapat diajarkan kepada pasien dengan Osteoarthritis lutut.
1.3.2 Ilmu Pengetahuan
Menambah referensi mengenai terapi atau latihan yang dapat diajarkan kepada
klien dengan Osteoarthritis lutut.
1.3.3 Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya lansia mengenai terapi
atau latihan yang dapat dilakukan pada klien dengan Osteoarthritis lutut,
sehingga masyarakat dapat menerapkannya di rumah.

1.3.4 Peneliti Lain


Sebagai bahan kajian pustaka bagi peneliti lain, terutama sebagai bahan
pertimbangan dalam melakukan penelitian lanjutan atau melakukan penelitian
yang sejenis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Osteoarthritis

Osteoarthritis (OA) adalah penyakit sendi degeneratif yang ditandai dengan


pengeroposan tulang kartilago artikular (sendi). Penyakit ini bersifat kronik, berjalan
progresif lambat dan ditandai dengan adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi dan
adanya pembentukan tulang baru pada permukaan sendi (Corwin, 2009;
Price&Wilson, 2013).
Osteoarthritis sering dijumpai pada lansia yang mengenai lebih dari 70% pria
dan wanita yang berusia di atas 65 tahun. Osteoarthritis dapat terjadi secara idiopatik
(tanpa diketahui sebabnya) atau dapat terjadi setelah trauma, dengan stres berulang
seperti yang dialami oleh pelari jarak jauh atau balerina atau berkaitan dengan
deformitas kongenital (Corwin, 2009).
Osteoartritis merupakan suatu penyakit dengan perkembangan slow
progressive, ditandai adanya perubahan metabolik, biokimia, struktur rawan sendi
serta jaringan sekitarnya, sehingga menyebabkan gangguan fungsi sendi. Kelainan
utama pada OA adalah kerusakan rawan sendi yang dapat diikuti dengan penebalan
tulang subkondral, pertumbuhan osteofit, kerusakan ligamen dan peradangan ringan
pada sinovium, sehingga sendi yang bersangkutan membentuk efusi (Soeharyo &
Henry, 2007).

2.2 Tanda dan gejala

Soeharyo&Henry (2007) menyebutkan bahwa pada umumnya keluhan yang


dapat dijumpai pada klien OA, antara lain:
a. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya bertambah dengan
gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan dan tertentu
terkadang dapat menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan lain. Umumnya
bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit sampai sendi hanya bisa
digoyangkan dan menjadi kontraktur.
Pada penelitian dengan menggunakan MRI, didapat bahwa sumber dari nyeri yang
timbul diduga berasal dari peradangan sendi ( sinovitis ), efusi sendi, dan edema
sumsum tulang. Osteofit merupakan salah satu penyebab timbulnya nyeri. Ketika
osteofit tumbuh, inervasi neurovaskular menembusi bagian dasar tulang hingga ke
kartilago dan menuju ke osteofit yang sedang berkembang. Hal ini menimbulkan
nyeri.
b. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan dengan
pertambahan rasa nyeri.
c. Kaku pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah klien berdiam diri atau tidak melakukan
banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama,
bahkan setelah bangun tidur di pagi hari.
d. Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeretak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala ini umum
dijumpai pada pasien OA lutut.
e. Pembesaran sendi (deformitas) dan pembengkakan sendi
Sendi yang terkena secara perlahan dapat membesar karena penumpukan osteofit
sehingga permukaan sendi berubah. Pembengkakan sendi juga dapat timbul
dikarenakan terjadi efusi pada sendi yang biasanya tidak banyak (< 100 cc)
f. Tanda-tanda peradangan
Tanda-tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa
hangat yang merata, dan warna kemerahan) dapat dijumpai pada OA karena
adanya synovitis. Biasanya tanda-tanda ini tidak menonjol dan timbul pada
perkembangan penyakit yang lebih jauh.
g. Perubahan gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan merupakan ancaman
yang besar untuk kemandirian pasien OA, terlebih pada pasien lanjut usia.
Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat
badan terutama pada OA lutut.

2.3 Penatalaksanaan

Pengelolaan OA berdasarkan atas sendi yang terkena dan berat ringannya OA


yang diderita. Penatalaksanaan OA terbagi atas 3 hal, yaitu:
A. Terapi non-farmakologis
1. Edukasi
Edukasi atau penjelasan kepada klien perlu dilakukan agar klien mengetahui
serta memahami tentang penyakit yang dideritanya, bagaimana agar
penyakitnya tidak bertambah semakin parah, dan agar persendiannya tetap
berfungsi baik.
2. Terapi fisik atau rehabilitasi
Klien dapat mengalami kesulitan berjalan akibat rasa sakit. Terapi ini tetap
perlu dilakukan agar persendianya tetap dapat dipakai dan melatih klien untuk
melindungi sendi yang sakit.
Banyak strategi untuk memperbaiki kebugaran dan aktivitas fisik pada lansia,
antara lain dengan cara memperbaiki satu tahap saja dari keadaan aktivitas
sebelumnya. Lansia yang sebelumnya kadang aktif menjadi dapat melakukan
aktivitas teratur dan yang sebelumnya telah melakukan aktivitas teratur
kemudian melakukan olahraga secara teratur (Darmojo & Martono, 2004).
Edward dan Larson (cit. Darmojo & Martono, 2004) menyatakan bahwa :
a. Latihan dan olahraga dengan intensitas sedang dapat memberikan
keuntungan bagi para lansia melalui berbagai hal, antara lain pengurangan
resiko fraktur peningkatan, status kardiovaskuler dan kemampuan fungsional
serta proses mental.
b. Peningkatan aktivitas, hanya akan sedikit sekali menimbulkan komplikasi.
c. Latihan dan olahraga pada lansia harus disesuaikan secara individual,
dengan tujuan yang khusus pada individu tersebut. Perhatian khusus harus
diberikan pada jenis dan intensitas latihan, antara lain: aerobik, kekuatan,
fleksibilitas dan keadaan dalam hal apa latihan diberikan.
d. Latihan menahan beban (weight bearing exercise) yang ringan secara
intensif misalnya berjalan.
e. Lansia yang tidak aktif (sedentary) harus dirangsang untuk melakukan
latihan secara tetap.
Jenis latihan yang dapat dilakukan yaitu:
a. Latihan fleksibilitas (ROM)
Untuk pasien Osteoarthritis, latihan fleksibilitas ditujukan untuk mengurangi
kekakuan, meningkatkan mobilitas sendi, dan mencegah kontraktur jaringan
lunak. Latihan fleksibilitas sering dilakukan selama periode pemanasan atau
tergabung dalam latihan ketahanan atau aktivitas aerobik.
Latihan fleksibilitas dapat dimulai dari latihan peregangan tiap kelompok
otot, setidaknya tiga kali seminggu. Apabila sudah terbiasa, latihan
ditingkatkan repetisinya per kelompok otot secara bertahap. Latihan harus
melibatkan otot dan tendon utama pada ekstremitas atas dan bawah.
b. Latihan kekuatan
Latihan kekuatan mempunyai efek yang sama dengan latihan aerobik dalam
memperbaiki disabilitas, nyeri, dan kinerja. Latihan kekuatan ada 3 macam,
yaitu: latihan isometrik, latihan isotonik, dan isokinetik. Latihan kekuatan
otot secara isometrik, isotonik, maupun isokinetik dapat mengurangi nyeri
dan disabilitas serta memeperbaiki kecepatan berjalan pada pasien
Osteoarthritis. Latihan isotonic memberikan perbaikan lebih besar dalam
menghilangkan nyeri. Latihan ini dianjurkan untuk latihan kekuatan awal
pada pasien Osteoarthritis dengan nyeri lutut saat latihan. Latihan isokinetik
menghasilkan peningkatan kecepatan berjalan paling besar dan pengurangan
disabilitas sesudah terapi dan saat evaluasi, sehingga latihan ini disarankan
untuk memperbaiki stabilitas sendi atau ketahanan berjalan.
Latihan isometrik diindikasikan apabila sendi mengalami peradangan akut
atau sendi tidak stabil. Kontraksi isometrik memberikan tekanan ringan pada
sendi ditoleransi baik oleh penderita Osteoarthritis dengan pembengkakan
dan nyeri sendi. Latihan ini dapat memperbaiki kekuatan otot dan ketahanan
statis (static endurance) dengan cara menyiapkan sendi untuk gerakan yang
lebih dinamis dan merupakan titik awal program penguatan.
Latihan kekuatan isometrik harus memperhatikan tipe latihan, intensitas,
volume, dan frekuensi. Latihan sebaiknya melibatkan kelompok otot utama.
Kontraksi isometrik dimulai pada intensitas rendah. Untuk menetapkan
intensitas latihan, diberitahukan pada pasien untuk memaksimalkan
kontraksi otot yang menjadi target penguatan. Intensitas latihan dimulai
sekitar 30% usaha maksimal (maximal effort). Jika bisa ditoleransi oleh
pasien intensitas ditingkatkan secara bertahap sampai 75% kontraksi
maksimal. Kontraksi dipertahankan tidak lebih dari enam detik. Pada
awalnya satu kontraksi untuk tiap kelompok otot, kemudian jumlah
pengulangan ditingkatkan menjadi 8-10, sesuai toleransi pasien.
Pasien diinstruksikan untuk bernapas selama masing-masing kontraksi. Jarak
antar kontraksi dianjurkan 20 detik. Latihan dilakukan dua kali sehari pada
periode peradangan akut. Selanjutnya jumlah latihan secara bertahap
ditingkatkan menjadi 5-10 kali per hari, disesuaikan dengan kondisi pasien.
Hal yang harus diperhatikan adalah adanya risiko peningkatan tekanan darah
bila kontraksi dilakukan lebih dari 10 detik.
Jika tidak terdapat peradangan akut maupun instabilitas sendi, bentuk latihan
ini ditoleransi baik oleh pasien Osteoarthritis.
c. Latihan aerobik
Latihan aerobik (berjalan, bersepeda, berenang, senam aerobik, dan latihan
aerobik di kolam renang) dapat meningkatkan kapasitas aerobik,
memperkuat otot, meningkatkan ketahanan, mengurangi berat badan, dan
mengurangi konsumsi obat pada pasien Osteoarthritis. Suatu systemic review
memperlihatkan bahwa latihan aerobik efektif menghilangkan nyeri dan
memperbaiki fungsi sendi.
Pemilihan aktivitas aerobic tergantung pada beberapa faktor, yaitu status
penyakit, stabilitas sendi, sumber daya dan minat pasien.
d. Penurunan berat badan
Berat badan yang berlebih merupakan faktor yang memperberat OA. Oleh
karena itu, berat badan harus dapat dijaga agar tidak berlebih dan
diupayakan untuk melakukan penurunan berat badan apabila berat badan
berlebih.

B. Terapi farmakologis
Penanganan terapi farmakologi melingkupi penurunan rasa nyeri yang timbul,
mengoreksi gangguan yang timbul dan mengidentifikasi manifestasi-manifestasi
klinis dari ketidakstabilan sendi.
Berikut nama-nama obat yang umumnya diberikan pada klien dengan OA
1. Acetaminophen/Ibuprofen/Aspirin
Merupakan obat pertama yang direkomendasikan oleh dokter karena relatif aman
dan efektif untuk mengurangi rasa sakit. Aspirin dan Ibuprofen dapat membantu
dalam mengontrol sinovitis.
2. NSAIDs (nonsteroidal anti inflammatory drugs)
Dapat mengatasi rasa sakit dan peradangan pada sendi. Pada orang tua biasanya
menimbulkan efek samping, misalnya gangguan pada lambung
3. Suplemen sendi/cairan sendi artifisial
Suplemen sendi seperti Glukosamin dan Chondroitin, masing-masing memiliki
fungsi yaitu:
- Glukosamine adalah bahan pembentukan proteoglycan, bekerja
dengan merangsang pertumbuhan tulang rawan, serta menghambat perusakan
tulang rawan.
- Chondroitin Sulfat berguna untuk merangsang pertumbuhan tulang
rawan dan menghambat perusakan tulang rawan.
Cairan sendi ini dapat juga membantu meredakan nyeri dan diberikan sementara
dengan jangka waktu 6 bulan (Kowalak, Welsh&Mayer, 2012; Price&Wilson,
2013; Paramitha, 2011)
C. Terapi pembedahan
Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk
mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas
sendi yang mengganggu aktivitas sehari-hari (Soeharyo & Henry, 2007).

2.4 Walking Exercise/Latihan Jalan Kaki

Jalan kaki atau berjalan kaki merupakan salah satu bentuk aktivitas fisik yang
juga merupakan olahraga, karena berjalan kaki merupakan serangkaian gerak yang
dilakukan secara sistematis dan fungsional juga, dalam bentuk latihan low impact.
Jalan kaki dikelompokkan dalam jenis olahraga aerobik yaitu jenis olahraga yang
dilakukan dan memerlukan oksigen sebagai sumber energinya dan biasanya
dilakukan di lapangan. Aktivitas jalan kaki memang baru bisa disebut olahraga jika
dilakukan secara kontinu, minimum 30 menit setiap harinya. Berjalan adalah gerakan
siklis yang diatur oleh medulla spinalis pada tingkat neuron motoris. Berjalan diawali
dengan mencondongkan badan ke depan, menyebabkan posisi tubuh tidak stabil,
kemudian melangkahkan kaki ke depan untuk mendapatkan keseimbangan kembali
(Rachmah Laksmi, 2007).
Olahraga jalan kaki merupakan salah satu olehraga aerobik yang banyak
direkomendasikan bagi lansia. Selain mudah dilakukan dan tidak memerlukan
keterampilan khusus, olahraga jalan kaki juga aman untuk lansia karena memiliki
resiko yang sangat kecil terjadinya cedera otot maupun persendian (Lungit
Wicaksono, 2011).
Teknik berjalan menurut Lungit Wicaksono (2011) adalah sebagai berikut:
1. Badan tegak kepala lurus dengan badan dan dagu hampir sejajar dengan pundak
2. Bengkokkan lengan dan siku dengan sudut yang benar (kira-kira 90 derajat), lalu
ayunkan sejajar dengan tubuh atau boleh juga sedikit menyilang (diagonal) depan
badan.
3. Kecepatan gerak lengan harus disesuaikan dan seirama dengan gerak tungkai,
gerakan tersebut bisa membantu mempercepat jalan anda.
4. Pompa lengan untuk menambah momentum jalan, namun lengan tetap rileks dan
hindari gerak lengan yang berlebihan (overacting).
5. Telapak kaki depan harus terus kontak dengan tanah sebelum ujung kaki belakang
(toe) diangkat dari tanah. Dengan kata lain, salah satu kaki harus kontak dengan
tanah. Sebab jika tidak begitu maka akan terjadi gerakan jogging.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yohanita Pamungkas dan Dewi Ika
tahun 2010 pada lansia di Posyandu Lansia Sejahtera GBI Setia Bakti Kediri, setelah
dilakukan latihan gerak kaki (Stretching) didapatkan mayoritas responden (lebih dari
90%) mengalami penurunan nyeri sendi ekstremitas bawah. Latihan dilakukan
dengan frekuensi 3 atau 5 x/minggu secara teratur dan terus-menerus dengan lama
latihan 15-30 menit.

2.5 Keuntungan Jalan Kaki

Keuntungan yang diperoleh dari jalan kaki adalah:


a. Jalan merupakan aktivitas aerobik yang sangat baik, dengan banyak sekali
manfaatnya bagi jantung, paru-paru dan peredaran darah.
b. Jalan merupakan cara yang tepat untuk mengurangi stress
c. Jalan merupakan aktivitas yang dapat mengurangi berat badan bagi yang
memerlukannya. Bagi orang-orang yang kelebihan berat badannya, jalan kaki
dapat membakar kalori yang banyaknya hampir sama dengan jogging pada jarak
yang sama dengan stress fisik yang kecil
d. Jalan merupakan aktivitas yang dapat dikatakan bebas dari cedera, mudah sekali
dilakukan oleh telapak kaki, pergelangan kaki, tungkai, lutut, pinggul, dan
pinggang.
e. Jalan dapat dimanfaatkan untuk terapi latihan, untuk orang-orang yang mengalami
cedera persendian
f. Jalan merupakan latihan olahraga yang dapat dilakukan oleh orang dari berbagai
macam usia, dan khususnya bagi para manula (manusia usia lanjut) sangat baik
untuk menghambat proses degenerasi (Nanang Kusnandi, 2012).

BAB III
ANALISIS PICOT

Kami menganalisis sebuah jurnal yang berjudul A Four-Week Walking


Exercise Programme in Patients With Knee Osteoarthritis Improves the Ability of
Dual-Task Performance: A Randomized Controlled Trialdengan menggunakan
metode PICOT.
Populasi
Responden yang digunakan pada penelitian dalam junal ini adalah 40 orang lansia
yang terdiagnosa Osteoarthritis lutut, yang dipilih berdasarkan kriteria meliputi: tidak
sedang mengalami kelemahan kondisi (seperti Kanker yang telah metastasis, Stroke
atau Arthritis), tidak sedang menderita gangguan lain pada sistem muskuluskeletal
atau bukan merupakan Osteoarthritis sekunder, atau tidak mengalami gangguan
fungsi kognitif. Responden kemudian dibagi secara acak menjadi 2 kelompok, yaitu
kelompok walking dan kelompok control yang masing-masing berjumlah 20
orang dengan rata-rata usia untuk kelompok walking adalah 71,9 tahun dan rata-
rata 73,8 tahun untuk kelompok control.

Intervensi
Penelitian dalam jurnal ini bertujuan untuk mengetahui apakah program latihan
berjalan pada pasien lansia dengan Osteoarthritis lutut akan berpengaruh terhadap
kemampuan mereka dalam melakukan 2 kegiatan bersamaan (dalam hal ini berjalan
dan kegiatan terkait kognitif). Dalam penelitian tersebut responden yang ada dipilih
secara acak menjadi 2 kelompok yaitu kelompok control dan kelompok walking,
yang masing-masing berjumlah 20 orang. Kedua kelompok tersebut mendapat terapi
fisik dan menerima terapi es, latihan ROM, serta latihan penguatan otot di rumah.
Selain itu untuk kelompok walking diminta untuk meningkatkan jumlah langkah
berjalan setiap hari hingga 3000 langkah lebih dari hasil perhitungan jumlah langkah
mereka sebelumnya. Intervensi diberikan selama 4 minggu dan jumlah langkah
dihitung setiap hari menggunakan sebuah alat spedometer yang dipasang pada ikat
pinggang responden dan selalu digunakan kecuali ketika berada di rumah.

Compare
Dalam penelitian ini ada beberapa hal yang dibandingkan diantara kedua kelompok
yang ada pada tahap awal pengkajian dan setelah diberikan intervensi, yaitu
parameter berjalan dan parameter lutut. Parameter berjalan berisi perbandingan
perhitungan jumlah langkah pada tahap pengkajian awal dan setelah diberikan
intervensi, perhitungan kecepatan berjalan untuk yang berjalan saja ataupun yang
dengan ditambahkan kegiatan lain terkait fungsi kognitif pada tahap pengkajian awal
dan setelah diberikan intervensi, perhitungan jumlah pertanyaan yang mampu
dijawab terkait kondisi dengan melakukan dua kegiatan sekaligus pada tahap
pengkajian awal dan setelah diberikan intervensi. Untuk parameter lutut berisikan
perbandingan ROM baik pada pada tahap pengkajian awal dan setelah diberikan
intervensi.

Outcome
Penelitian ini mendapatkan bahwa ada perbedaan baik dari segi parameter berjalan
maupun parameter lutut pada kedua kelompok responden. Berdasarkan hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa latihan berjalan dapat mengurangi nyeri yang
kemudian akan meningkatkan kemampuan kognitif dan kemampuan untuk
melakukan 2 kegiatan bersamaan.

Time
Penelitian ini membutuhkan waktu 1 minggu untuk pengkajian awal dan intervensi
selama 4 minggu. Untuk intervensi 2 kelompok tersebut mendapat terapi fisik 1 kali
dalam seminggu dan menerima terapi es, latihan ROM, serta latihan penguatan otot
setiap hari di rumah.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Analisis jurnal terkait dengan teori yang ada

Berdasarkan teori yang ada, Osteoarthritis (OA) adalah penyakit sendi


degeneratif dengan etiologi dan patogenesis yang belum jelas serta mengenai
populasi luas, dengan tanda dan gejala adanya nyeri sendi, kekakuan, deformitas dan
hambatan pergerakan sendi. Nyeri dan ketidakmampuan akibat Osteoarthritis pada
lansia merupakan faktor resiko penting terjadinya resiko jatuh. Dalam jurnal yang
kami bahas, disebutkan bahwa di Jepang lebih dari 50% orang dengan Osteoarthritis
lutut mengalami jatuh pada tahun sebelumnya, dengan estimasi jumlah kasus
Osteoarthritis lutut adalah 10 juta orang yang sebagian besar adalah lansia. Karena
hal inilah penulis jurnal melakukan penelitian dengan menggunakan responden lansia
yang menderita Osteosthritis pada lutut.
Teori yang ada menjelaskan ada beberapa latihan yang dapat dilakukan pada usia
lanjut dengan Osteoarthritis, yaitu:
a. Latihan fleksibilitas (ROM), yang ditujukan untuk Osteoarthritis dapat
mengurangi kekakuan sendi, meningkatkan mobilitas sendi, dan mencegah
kontraktur jaringan lunak. Teknik peregangan dilakukan untuk memperbaiki ruang
gerak sendi. Latihan peregangan ini dilakukan dengan menggerakkan otot-otot,
sendi-sendi, dan jaringan sekitar sendi.
b. Latihan kekuatan, yang terdiri dari latihan isometrik, latihan isotonik, dan
isokinetik. Latihan kekuatan otot secara isometrik, latihan isotonik, dan isokinetik
dapat mengurangi nyeri dan disabilitas serta memeperbaiki kecepatan berjalan
pada klien Osteoarthritis. Latihan isotonik memberikan perbaikan lebih besar
dalam menghilangkan nyeri, memperlihatkan efek positif pada metabolisme
energi, kerja insulin, kepadatan tulang, dan status fungsional pada orang sehat. Jika
tidak terdapat peradangan akut maupun instabilitas sendi, bentuk latihan ini
ditoleransi baik oleh klien Osteoarthritis.
Latihan isometrik diindikasikan apabila sendi mengalami peradangan akut
atau sendi tidak stabil. Kontraksi isometrik memberikan tekanan ringan pada
sendi ditoleransi baik oleh penderita Osteoarthritis dengan pembengkakan dan
nyeri sendi. Latihan ini dapat memperbaiki kekuatan otot dan ketahanan statis
(static endurance) dengan cara menyiapkan sendi untuk gerakan yang lebih
dinamis dan merupakan titik awal program penguatan. Apabila instabilitas
sendi dan nyeri berkurang, program latihan secara bertahap diubah ke latihan
yang dinamis (isotonik).
Latihan kekuatan isometrik harus memperhatikan tipe latihan, intensitas,
volume, dan frekuensi. Latihan sebaiknya melibatkan kelompok otot utama.
Kontraksi isometrik dimulai pada intensitas rendah. Untuk menetapkan
intensitas latihan, diberitahukan pada klien untuk memaksimalkan kontraksi
otot yang menjadi target penguatan.
c. Latihan aerobik, seperti berjalan, bersepeda, berenang, senam aerobik, dan latihan
aerobik di kolam renang dapat meningkatkan kapasitas aerobik, memperkuat otot,
meningkatkan ketahanan, mengurangi berat badan, dan mengurangi konsumsi obat
pada pasien Osteoarthritis. Suatu systemic review memperlihatkan bahwa latihan
aerobik efektif menghilangkan nyeri dan memperbaiki fungsi sendi.
Olahraga jalan kaki merupakan salah satu olahraga aerobik yang banyak
direkomendasikan bagi lansia. Selain mudah dilakukan dan tidak memerlukan
keterampilan khusus, olahraga jalan kaki juga aman untuk lansia karena memiliki
resiko yang sangat kecil terjadinya cedera otot maupun persendian.

Terkait dengan jurnal yang kami bahas, penulis menggunakan latihan berjalan
yang merupakan salah satu dari bagian latihan kekuatan dan latihan aerobik. Penulis
menggunakan latihan berjalan didasari oleh alasan karena latihan berjalan adalah
salah satu latihan yang mudah dan menyenangkan untuk dilakukan yang tidak hanya
berpengaruh pada terhadap kesehatan tetapi juga dapat mengurangi nyeri pada
penderita Osteoarthritis lutut, serta berpengaruh terhadap fungsi kognitif. Selain itu
penelitian dalam jurnal yang kami bahas juga menggunakan latihan ROM, tetapi pada
hasil akhir penelitian latihan ROM yang diberikan tidak menimbulkan pengaruh yang
signifikan antara saat awal pengkajian dengan setelah diberikan intervensi. Oleh
karena itu, dalam jurnal yang kami bahas dikatakan bahwa latihan berjalan tidak
hanya memberikan kontribusi dalam mempengaruhi range of motion dari lutut, tetapi
dapat mengurangi nyeri sendi yang kemudian akan meningkatkan kemampuan
kognitif dan kemampuan untuk melakukan 2 kegiatan secara bersamaan yang terkait
dengan fungsi kognitif.
Dalam teori yang telah ada sebelumnya diketahui bahwa ada beberapa manfaat
dari latihan berjalan, yaitu merupakan aktivitas aerobik yang bermanfaat bagi
jantung, paru-paru dan peredaran darah, merupakan cara yang tepat untuk
mengurangi stress, merupakan aktivitas yang dapat mengurangi berat badan,
merupakan aktivitas yang mudah dilakukan dan dikatakan bebas dari cedera, dapat
dimanfaatkan untuk terapi latihan. Untuk orang-orang yang mengalami cedera
persendian dan latihan berjalan merupakan latihan olahraga yang dapat dilakukan
oleh orang dari berbagai macam usia, dan khususnya bagi para manula (manusia usia
lanjut) sangat baik untuk menghambat proses degenerasi (Nanang Kusnandi, 2012).
Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan dalam jurnal, diketahui bahwa
latihan berjalan dapat mengurangi nyeri sendi yang kemudian akan meningkatkan
kemampuan kognitif dan kemampuan untuk melakukan dua kegiatan secara
bersamaan yang terkait dengan fungsi kognitif.

4.2 Kelemahan dan Kelebihan Terkait Jurnal

Kelemahan dari jurnal yang kami bahas adalah ketidaksesuaian antara judul
dengan intervensi yang digunakan dalam penelitian, selain itu dalam penarikan
kesimpulan akhir dari penelitian yang dilakukan terdapat kekurangan data yang
mendukung.
Kelebihan dari jurnal yang kami bahas adalah pemilihan tema dan penelitian
yang sederhana yaitu menggunakan latihan berjalan pada lansia. Dimana latihan
berjalan merupakan salah satu olahraga aerobik yang banyak direkomendasikan bagi
lansia. Selain mudah dilakukan dan tidak memerlukan keterampilan khusus. Olahraga
jalan kaki juga aman untuk lansia karena memiliki risiko yang sangat kecil terjadinya
cedera otot maupun persendian (Lungit Wicaksono, 2011).

4.3 Implikasi Keperawatan

Hasil penelitian dan teori-teori yang ada menunjukkan bahwa latihan berjalan
yang merupakan bagian dari latihan kekuatan isotonik yang berpengaruh dalam
mengurangi nyeri sendi, serta mudah dan dilakukan setiap hari sehingga cocok untuk
dilakukan oleh lansia dengan Osteoarthritis lutut. Selain itu, berdasarkan hasil
penelitian dalam jurnal yang dibahas, diketahui bahwa dengan mengurangi nyeri
latihan berjalan akan mampu meningkatkan fungsi kognitif sehingga bagus
diterapkan pada lansia yang cenderung mengalami penurunan kognitif karena
pengaruh usia.
Implikasi keperawatan terkait dengan manfaat latihan berjalan berdasarkan
pada teori dan hasil penelitian yang ada, berhubungan dengan peran dan fungsi
perawat, yaitu :
a. Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
Berdasarkan pada efektifitas latihan berjalan terhadap peningkatan kemampuan
pergerakan dan pengurangan nyeri pada penderita Osteoarthritis, sebagai perawat
kita dapat menggunakan latihan tersebut sebagai salah satu intervensi dalam
pemberian asuhan keperawatan yang akan diberikan kepada klien khususnya pada
lansia.
b. Peran perawat sebagai edukator
Sebagai edukator atau pemberi pengetahuan, perawat bisa meningkatkan
pengetahuan klien dengan Osteoarthritis, khususnya pada lansia tentang latihan
berjalan yang mudah dilakukan tetapi dapat meningkatkan kemampuan pergerakan
klien, menjelaskan keuntungan dari latihan berjalan terhadap kondisi penyakit,
mengajarkan tentang teknik latihan berjalan yang efektif.

c. Peran perawat dalam kolaborasi


Terkait dengan pelayanan kesehatan yang akan diberikan, sebagai perawat perlu
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk meningkatkan kondisi kesehatan
klien, seperti berkolaborasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan status gizi klien,
berkolaborasi dengan dokter dalam penatalaksaan medis terkait penyakit.

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis terhadap sebuah jurnal yang berjudul A Four-Week


Walking Exercise Programme in Patients With Knee Osteoarthritis Improves the
Ability of Dual-Task Performance: A Randomized Controlled Trial, diketahui bahwa
latihan berjalan dapat mengurangi nyeri yang kemudian akan meningkatkan
kemampuan kognitif dan kemampuan untuk melakukan dua kegiatan bersamaan pada
lansia dengan Osteoarthritis lutut. Sehubungan dengan hal itu, implikasi
keperawatannya terkait dengan peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan,
sebagai edukator, dan dalam kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk
memberikan asuhan keperawatan, dimana latihan berjalan ini bisa menjadi salah satu
intervensi keperawatan yang tepat yang diberikan pada lansia dengan Osteoarthritis.

5.2. Saran

Berhubungan dengan penatalaksanaan berikutnya, diharapkan diadakan


penelitian lebih lanjut berhubungan dengan latihan berjalan yang bisa meningkatkan
fungsi kognitif. Selain itu berdasarkan data yang ada tentang manfaat dan fungsi
latihan berjalan terhadap penderita Osteoarthritis, diharapkan latihan ini bisa
dikembangkan dan diterapkan lebih lanjut untuk perawatan klien OA.
DAFTAR PUSTAKA

Kusnadi, Nanang. 2012. Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis
Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani. Universitas
Pendidikan Indonesia

Kowalak, J. P, Welsh, W. & Mayer, B. (2012). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC

Laksmi, Rachmah. 2007. Peran Latihan Fisik Dalam Manajemen Terpadu


Osteoartritis. Yogyakarta: FIK UNY

Lungit Wicaksono. 2011. Terapi Sederhana Menekan Gejala Penyakit Degenerative.


Universitas Pendidikan Indonesia

Paramita. (2011). Nursing : Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta : PT.


Indeks

Potter, P. A. & Perry, A. G. (2005). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses &


Praktek. Edisi 4. Volume 1. Jakarta: EGC

Price, S.A & Wilson, L. M. (2013). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses proses
Penyakit. Edisi 6, Volume 2. Jakarta: EGC

Smeltzer, S. C. & Bare, B. G,. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, Volume 1, Edisi 8. Jakarta: EGC

Soeharyo & Henry. (2007). Faktor-Faktor Risiko Osteoartritis Lutut. Semarang:


UNDIP

Yohanita & Dewi. (2010). Pengaruh Latihan Gerak Kaki (Stretching) Terhadap
Penurunan Nyeri Sendi Ekstremitas Bawah Pada Lansia Di Posyandu Lansia
Sejahtera Gbi Setia Bakti Kediri. STIKES RS Baptis.

TUGAS ANALISIS JURNAL KEPERAWATAN


A Four-Week Walking Exercise Programme In Patients With Knee Osteoarthritis
Improves The Ability Of Dual-Task Performance: A Randomized Controlled Trial

OLEH:
KELOMPOK I

1. NYOMAN BUDIYANI (1302115001)


2. BERGITA OLIVIA HALI SAMON (1302115011)
3. SYLVIANINGSIH (1302115013)
4. AGUSTINA MBILIYORA (1302115017)
5. NI LUH SRI WAHYUNI (1302115018)
6. MINAR AGUSTINA SEVENY (1302115020)
7. DEWA PUTU EDI PERMANA PUTRA (1302115021)
8. I WAYAN SWANTIYASA (1302115023)
9. I KETUT PURNAWAN (1302115026)
10. NI MADE AGUSTINI (1302115028)
11. NI LUH SUSIANI (1302115032)
12. NI KOMANG EMI APRILIANTARI (1302115033)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN B


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2014

Anda mungkin juga menyukai

  • Fraktur Flamingo
    Fraktur Flamingo
    Dokumen3 halaman
    Fraktur Flamingo
    Early Hali Samon
    Belum ada peringkat
  • Kanker Prostat Flamingo
    Kanker Prostat Flamingo
    Dokumen3 halaman
    Kanker Prostat Flamingo
    Early Hali Samon
    Belum ada peringkat
  • Leaflet DM
    Leaflet DM
    Dokumen2 halaman
    Leaflet DM
    Early Hali Samon
    Belum ada peringkat
  • APPENDIK
    APPENDIK
    Dokumen2 halaman
    APPENDIK
    Early Hali Samon
    Belum ada peringkat
  • DHF Flamingo
    DHF Flamingo
    Dokumen2 halaman
    DHF Flamingo
    Early Hali Samon
    Belum ada peringkat
  • SGD 1 Dan 2
    SGD 1 Dan 2
    Dokumen9 halaman
    SGD 1 Dan 2
    Early Hali Samon
    Belum ada peringkat
  • Tugas SGD 4
    Tugas SGD 4
    Dokumen9 halaman
    Tugas SGD 4
    Early Hali Samon
    Belum ada peringkat
  • SistemMuskuloskeletal
    SistemMuskuloskeletal
    Dokumen48 halaman
    SistemMuskuloskeletal
    Early Hali Samon
    Belum ada peringkat
  • Tugas SGD 3
    Tugas SGD 3
    Dokumen8 halaman
    Tugas SGD 3
    Early Hali Samon
    Belum ada peringkat
  • SGD I-Atresia Ani
    SGD I-Atresia Ani
    Dokumen24 halaman
    SGD I-Atresia Ani
    Early Hali Samon
    Belum ada peringkat
  • SGD 2
    SGD 2
    Dokumen13 halaman
    SGD 2
    Early Hali Samon
    Belum ada peringkat
  • SGD 2
    SGD 2
    Dokumen13 halaman
    SGD 2
    Early Hali Samon
    Belum ada peringkat
  • Tugas SGD 3
    Tugas SGD 3
    Dokumen8 halaman
    Tugas SGD 3
    Early Hali Samon
    Belum ada peringkat
  • Presentasi SGD 1 Kelompok 1
    Presentasi SGD 1 Kelompok 1
    Dokumen18 halaman
    Presentasi SGD 1 Kelompok 1
    Early Hali Samon
    Belum ada peringkat
  • SGD I-Atresia Ani
    SGD I-Atresia Ani
    Dokumen24 halaman
    SGD I-Atresia Ani
    Early Hali Samon
    Belum ada peringkat
  • LP Hipoglikemia 2015
    LP Hipoglikemia 2015
    Dokumen12 halaman
    LP Hipoglikemia 2015
    Early Hali Samon
    Belum ada peringkat
  • Learning Task 1 Infark Miokard Akut
    Learning Task 1 Infark Miokard Akut
    Dokumen12 halaman
    Learning Task 1 Infark Miokard Akut
    Early Hali Samon
    Belum ada peringkat