Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya penjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmatnya saya dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas
makalah mata kuliah Bahasa Indonesia. Terima kasih kepada Bapak Syamsul Rizal
yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah.

Saya berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca. Saya
menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik yang membangun dari
pembaca agar kedepannya saya bisa membuat makalah yang lebih baik lagi. Terima
kasih.

Samarinda, 6 januari 2016

Penyusun

Dodi Ilham S

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar 1
Bab 1 Pendahuluan 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Batasan Masalah 5

1.4 Tujuan Penelitian 5

1.5 Manfaat Penelitian 5

Bab 2 Tinjauan Pustaka 6


2.1 Formaldehide 6
2.2 Sifat Formaldehide 6
2.3 Produksi Formaldehide 7
Bab 3 Metodologi 9

3.1 Alat 9
3.2 Bahan 9
3.3 Prosedur Kerja 10

Bab 4 Pembahasan 11

4.1 Hasil Data Pengamatan 11


4.2 Hasil Data Perhitungan 12
4.3 Pembahasan 12

Bab 5 Penutup 17

5.1 Kesimpulan 17
5.2 Saran 17
Daftar Pustaka 18

Lampiran 19

BAB I

2
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Formaldehid sudah tidak asing lagi bagi masyarakat. Karena formaldehid
sudah sangat banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Di sektor industri,
sebenarnya formaldehid sangat banyak manfaatnya, seperti anti bakteri atau
pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih lantai, kapal, gudang
dan pakaian, pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Dalam dunia fotografi
biasaya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas. Bahan pembuatan
pupuk dalam bentuk urea, bahan pembuatan produk parfum, pengawet produk
kosmetika, pengeras kuku dan bahan untuk insulasi busa. Formaldehid juga
dipakai sebagai pencegah korosi untuk sumur minyak. Di bidang industri kayu
sebagai bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood). Dalam konsentrasi
yag sangat kecil (<1 persen) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang
konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut,
perawat sepatu, shampoo mobil, lilin dan karpet. Di industri perikanan,
formaldehid digunakan untuk menghilangkan bakteri yang biasa hidup di sisik
ikan. Terkadang formaldehid juga disalah gunakan sebagai pengawet bahan
makanan yang akan sangat berbahaya bagi tubuh manusia.
Selain itu, formaldehid diketahui sering digunakan dalam pengobatan
penyakit ikan akibat ektoparasit seperti fluke dan kulit berlendir. Meskipun
demikian, bahan ini juga sangat beracun bagi ikan. Ambang batas amannya
sangat rendah, sehinggga tidak jarang ikan yang diobati mati akibat formaldehid
dibandingkan dengan penyakitnya. Formaldehid banyak digunakan dalam
pengawetan specimen ikan untuk keperluan penelitian dan identifikasi. Di dunia
kedokteran formaldehid digunakan untuk pengawetan mayat manusia untuk
dipakai dalam pendidikan mahasiswa kedokteran.
Mengingat akan besarnya manfaat formaldehid dalam kehidupan sehari hari,
tidak heran jika kebutuhan formaldehid setiap tahun mengalami kenaikan.

3
Walaupun industri formaldehid di indoseia cukup banyak yaitu sekitar 20
perusahaan pemroduksi formaldehid. Salah satu contoh industri atau perusahaan
yang bergerak dalam pembuatan formaldehid adalah PT. PAI Probolinggo.
Industri tersebut memproduksi formaldehid tidak dalam jumlah sedikit
melainkan dalam kapasitas ribuan ton. Namun indonesia masih mengimpor
formaldehid guna mencukupi kebutuhan tersebut. Sehingga hal tersebut
mengindikasikan bahwa selama ini industri formaldehid di indonesia belum bisa
memenuhi kebutuhan formaldehid bagi para konsumen formaldehid. Oleh karena
itu, dilakukan proses peramalan guna mengetahui kebutuhan formaldehid di
tahun yang akan datang menggunakan data kebutuhan formaldehid tiap tahun.
Hal ini bertujuan untuk mengurangi impor formaldehid dengan cara
meningkatkan produksi formaldehid berdasarkan peramalan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan
dalam penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimana cara mengetahui formaldehyde sebagai bahan pengawet pada
makanan ?
2. Bagaimana cara mengantisipasi konsumsi formaldehid pada makanan cepat
saji ?

1.3 Batasan Masalah


1. Penentuan Kadar Formaldehide pada sampel mie instan.

4
1.4 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kadar formalin didalam sebuah mie instan.

1.5 Manfaat Penelitian

Dapat mengetahui kadar formalin dalam sebuah sampel agar dapat mencegah
keadaan terburuk yang terjadi pada tubuh jika dikonsumsi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

5
2.1 Formaldehide

Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal, formol, metal aldehida


dan oksida metilena), merupakan aldehida, bentuknya gas, yang rumus kimianya
H2CO.

Formaldehida adalah zat tidak berwarna, mudah terbakar, bahan kimia berbau
tajam. Formaldehida awalnya disentesa oleh kimiawan Rusia, Alexander Butlerov
tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867. Formaldehida bisa
dihasilkan dari membakar bahan yang mengandung karbon. Dikandung dari asap
kebakaran hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau. Dalam atmosfer bumi,
formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana
dan hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehida dalam kadar kecil sekali
juga dihasilkan sebagai metabolit kebanyakan organisme termasuk manusia.

2.2 Sifat Formaldehide

Meskipun dalam udara bebas formaldehida berada dalam wujud gas tetapi
bisa larut dalam air (biasanya dijual dalam kadar larutan 37% menggunakan merek
dagang formalin atau formol). Dalam air, formaldehida mengalami polimerisasi,
sedikit sekali yang ada dalam bentuk monomer. Umumnya, larutan ini
mengandung beberapa persen metanol untuk membatasi polimerisasinya. Formalin
adalah larutan formaldehida dalam air, dengan kadar antara 10%-40%. Meskipun
formaldehida menampilkan sifat kimiawi seperti pada umumnya aldehida,

6
senyawa ini lebih reaktif dari pada aldehida lainnya. Formaldehida merupakan
elektrofil dapat dipakai dalam reaksi substitusi aromatic elektrofilik dan senyawa
aromatic serta bisa mengalami reaksi adisi elektrofilik dan alkena karena
keadaannya katalis basa, formaldehida bisa mengalami reaksi Cannizaro yang
menghasilkan asam format (HCOOH) dan methanol.
Formaldehida bisa membentuk trimersiklik, 1,3,5-trioksan atau polimer linier
polioksimetilen. Formasi zat ini menjadikan tingkah gas formaldehida berbeda dari
hukum gas ideal, terutama dalam tekanan tinggi atau udara dingin.
Formaldehida bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfher menjadi asam format,
karena itu larutan formaldehida harus ditutup serta diisolasi supaya tidak
kemasukkan udara.

2.3 Produksi Formaldehide


Secara Industri, formaldehida dibuat dari oksidasi katalitik metanol. Katalis
yang paling sering dipakai adalah logam perak atau campuran besi dan
molibdenum dan vanadium. Dalam sistem oksidasi besi yang lebih sering dipakai
(proses formox), reaksi metanol dan oksigen terjadi pada 250 oC dan menghasilkan
formaldehida, berdasarkan perubahan kimia :
2 CH3OH + O2 2 H2CO + 2H2O
Katalis yang menggunakan perak biasanya dijalankan dengan hawa yang lebih
panas, kira-kira 650 oC. Dalam keadaan begini, akan ada dua reaksi kimia
sekaligus yang menghasilkan formaldehida: satu seperti diatas, sedangkan satu lagi
adalah reaksi dehigrogenasi (pelepasan Hidrogen) :
CH3OH H2CO + H2

Bila formaldehida ini dioksidasi kembali, akan menghasilkan asam format


yang sering ada dalam larutan formaldehida dalam kadar ppm.

Didalam skala yang lebih kecil, formalin bisa juga dihasilkan dari konversi
etanol, yang secara komersial tidak menguntungkan.

7
BAB III
METODE PENELITIAN

8
3.1 Alat
Alat yang digunakan adalah :
Erlenmeyer 250 mL
Labu Ukur 250 mL
Buret
Pipet Volume 25 mL
Pipet ukur 10 mL
Gelas kimia 100 mL
Kaca Arloji
Bulp
Alumunium foil

3.2 Bahan

Bahan yang digunakan adalah :

Larutan formalin
Aquadest
Larutan Iod
Larutan NaOH 4N
Larutan Hcl 4 N
Larutan Natrium Thiosulfat 0,1 N
Larutan kanji

3.3 Prosedur Kerja

- Memipet 5 mL larutan formalin ke dalam labu ukur 100 mL kemudian


membilaskan kembali dengan air suling (aquadest) dan mengencerkan
hingga tanda batas
- Memipet 10 mL ke dalam erlenmeyer 250 mL, tambahkan 25 mL iod 0,1
N dan 1,5 mL larutan NaOH 4N, kemudian dibiarkan selama 15 menit
Erlenmeyer yang berisi larutan contoh, ditambahkan ke dalamnya 3 mL
larutan HCL 4 N.
- Mentitrasi kelebihan iod dengan larutan natrium thiosulfat 0,1 N

9
- Menggunakan 5 tetes larutan kanji sebagai petunjuk (indicator)
- Melakukan penetapan secara duplo
- Volume sampel formalin 1 = 10 mL dan volume iod 35 mL
- Volume sampel formalin 2 = 20 mL dan volume iod 35 mL

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Data Pengamatan


4.1.1 Tabel pengamatan uji Formaldehida dalam formalin

NO. Perlakuan Hasil Pengamatan


1. Larutan formalin 5 mL + Aquadest 100 Larutan tidak berwarna
mL
2. Formalin 5 mL + Aquadest 100 mL + Larutan berwarna coklat

10
iod 0,1 N sebanyak 35 mL kehitaman
3. Larutan formalin + iod + NaOH 4 N Sampel 1 = Larutan kuning
(sebelum didiamkan dan ditutup 15 Sampel 2 = Larutan coklat
menit)
4. Larutan formalin + iod + NaOH 4 N Sampel 1 dan 2 berubah warna
(sesudah didiamkan dan ditutup 15 menjadi kuning
menit)
5. Larutan formalin + iod + NaOH + HCl Sampel 1 dan 2 berubah warna
4N menjadi coklat kemerahan
6. Mentitrasi larutan sampel dengan Larutan berubah warna dari
warna kuning menjadi warna
Na 2 S2 O3 0,1 N sebagai penitran
coklat
sampai larutan berwarna kuning lalu
ditambahkan indicator kanji
7. Mentitrasi kembali sampai warna Larutan berubah warna dari
larutan sampel berwarna kuning coklat menjadi bening atau tidak
berwarna.

4.1.2 Tabel pengamatan hasil titrasi

NO PRAKTIKUM Volume Volume Volume Volume


. Sampel Iod titrasi awal tirasi akhir
1. Dodi ilham S 10 mL 35 mL 50 mL 31,2 mL

4.2 Hasil Data Perhitungan


4.2.1 Tabel hasil perhitingan kadar Formaldehid dalam percobaan ini

NO Percobaan Kadar Formaldehida


.
1. Mie instan (indomie) 11,55 gram/mL

11
4.3 Pembahasan
Percobaan ini bertujuan menentukan kadar formaldehida dalam formalin.
Senyawa kimia formaldehida disebut juga metanal yang merupakan aldehida
nama lainnya formaldehida adalah formol, metal aldehida dan oksida
metilena. Bentuknya gas dengan rumus kimia H2CO. Formaldehida dapat
dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung karbon. Formalin
digunakan dalam percobaan ini karena formalin adalah larutan formaldehida
dalam air dengan kadar 10% sampai 40%. Praktikan menggunakan metode
volumetric yaitu titrasi. Titrasi adalah suatu metode analisis untuk
menentukan konsentrasi dari suatu larutan berdasarkan pengukuran volume
zat pereaksi. Jenis titrasi yang diterapkan ialah titrasi tidak langsung. Titrasi
tidak langsung adalah cara penambahan titran dalam, jumlah berlebih, dalam
hal ini iod kemudian kelebihan titran dititrasi dengan penitran lain. Volume
titrasi yang diperoleh menunjukan jumlah ekuivalen dari kelebihan titran,
selain itu pada praktikum kali ini di terapkan juga titrasi iodometri. Sebab
pada praktikum ini terjadi penitran dengan iod. Zat-zat yang bersifat
pengoksidasi dapat langsung dititar dengan iod. Sedangkan zat-zat yang
bersifat pengoksidasi dalam larutan asam akan membebaskan iod dan KI.
Kemudian iod yang terbentuk dititar dengan larutan natrium thiosulfat (

Na2 S2 O3 ) yang sebelumnya telah distandarisasi sehingga telah diketahui

konsentrasinya secara pasti atau akurat. Kelebihan iod akan menyebabkan


warna larutan menjadi kuning, akan tetapi selalu digunakan larutan kanji
sebagai petunjuk. Indicator larutan kanji digunakan karena pada larutan iod
0,1 N cukup tua sehingga iod dapat bertindak sebagai indicator pada dirinya
sendiri. Iod juga memberikan warna ungu pada pelarut seperti karbon
tetraklorida (kloroform). Larutan kanji juga kadang digunakan untuk
mendeteksi titik akhir titrasi.

12
Langkah pertama ialah menambahkan penitran yaitu iodine kedalam
larutan formalin kemudian menambahkan larutan NaOH untuk membuat
suasana larutan menjadi basa. Sebab pada percobaan ini reaksi akan
berlangsung pada keadaan basa. Kemudian larutan di diamkan selama
seperempat jam atau 15 menit dan ditutup dengan menggunakan alumunium
foil agar larutan I2 tersebut tidak terkena sinar matahari dan mempengaruhi
hasil titrasi.
Reaksi antara formaldehida air dan I2 adalah sebagai berikut:
H 2 CO H2O I NaOH H 2 CO 2
+ + 2 > 2HI +

Kemudian selama selang waktu tersebut larutan sampel menunjukan


perubahan warna yakni dari berwarna kecoklatan menjadi orange bening. Hal
ini menunjukan bahwa larutan iod dan formaldehida telah bereaksi dengan
sempurna. Setelah itu ditambahkan HCL yang bertujuan untuk memberikan
suasana asam sebab apabila reaksi berlangsung pada kondisi alkalis iodium
akan bereaksi terurai menjadi iodide dan iodat yang akan mengoksidasi
thiosulfat menjadi sulfat, sehingga reaksi akan berjalan tidak kuantitatif.
Adanya penambahan asam kuat (HCL) akan menaikan oksidasi potensial
anion yang berpotensial rendah sehingga direduksi sempurna oleh iodida.
Reaksi dapat dituliskan sebagai berikut:
+
IO3 + 5 I + 6 H 3 I 3 + 3 H 2 O

Sedangkan untuk mekanisme reaksi larutan sampel hingga tahap penambahan

HCL sampai proses titrasi adalah sebagai berikut:



H2O
NaOH + I 2 NaIO + NaI +
NaIO + HCHO HCOOH + NaI

H2O I2
NaIO + 2HCL NaCl + +
I Na2 S
2 + 2 O3 2NaI + Na2S2O6

13
Na2 S
Selanjutnya larutan sampel titrasi dengan larutan 2 O3 0,1 N.

Proses titrasi dilakukan tetes demi tetes hingga larutan uji berubah warna dari

orange menjadi kuning dan proses titrasi dihentikan untuk sementara waktu.

Selanjutnya indicator kanji dimasukan kedalam larutan uji dan kemudian

larutan berubah warna menjadi coklat pekat kemerahan. Penambahan

indicator kanji dimaksudkan agar warna biru tua dari kompleks kanji iodium

sangat peka terhadap iodium dengan iodida. Karena indicator kanji

membentuk senyawa kompleks dalam keadaan stabil (irreversible = tidak

dapat kembali). Maka penambahan indicator kanji ini dilakukan pada saat

I2
larutan sampel berwarna orange dimana konsentrasi didalamnya sudah

dalam keadaan seminimal mungkin atau yakni ketika larutan sampel yang

dititrasi akan mendekati titik ekuivalen. Penambahan larutan kanji dilakukan

mendekati titik akhir sebab jika larutan kanji ditambahkan di awal

dikhawatirkan akan membungkus ion iodida sehingga volume penitar

Na2 S
2 O3 yang dibutuhkan akan semakin bertambah sebab pada tahap ini

ion iodidanya dalam jumlah banyak. Kemudian titrasi dilanjutkan sampai

larutan yang berwarna coklat karena penambahan indicator kanji berubah

menjadi bening. Hal tersebut menunjukan jika telah habis bereaksi dan proses

titrasi dihentikan. Apabila larutan tersebut ditetesi indicator kanji lagi maka

14
tetap tidak akan terjadi perubahan warna (tetap warna bening). Sebab fungsi

indicator kanji adalah mengikat sisa iod. Namun karena iod telah habis

bereaksi dengan natrium thiosulfat sehingga warna larutan menjadi bening.

Maka hal tersebut menunjukan tahap titik akhir titrasi telah tercapai.

Na2 S
Kemudian diperoleh volume rata-rata 2 O3 sebesar 31,15 mL untuk

percobaan 1.
Berdasarkan data perhitungan diperoleh kadar forlmaldehida dalam

sampel formalin sebesar 11,55 mg/mL untuk percobaan ini. Menurut

International Programme on Chemical Safety (IPCS) batas toleransi

formaldehida atau formalin yang dapat diterima oleh tubuh adalah 0,1 mg/mL

atau dalam satu hari, asupan yang diperbolehkan adalah 0,2 mg.
Berdasarkan standar eropa, kandungan formalin yang dapat diterima oleh

tubuh adalah tidak boleh melebihi 600 ppm (1000 ppm setara 1 mg/L).
Sementara itu, berdasarkan uji klinis dosis toleransi tubuh manusia pada

pemakaian secara terus menerus (RDDA) untuk formalin sebesar 0,2 mg per

kg berat badan. Bila kadar formalin yang masuk melebihi dari hal-hal

ketentuan diatas maka dapat menyebabkan kerusakan-kerusakan pada sel-sel

tubuh, kerja tubuh dan fungsi otak bahkan kematian.

15
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan:
Kadar formaldehida pada percobaan 1 dan 2 sebesar 11,55 mg/mL
Kadar formaldehida pada percobaan 3 dan 4 sebesar 10,125 mg/mL

Semakin besar nilai kadar formaldehida pada sampel maka sampel tersebut
juga positif lebih besar mengandung formalin.

16
5.2 Saran
Saat melakukan titrasi agar selalu teliti dan perlahan-lahan saat meneteskan
penitran ke larutan sehingga hasil yang akan didapat mencapai ketelitian yang
tepat, pada saat perhitungan kadar formaldehid mendapat hasil yang tepat.

Daftar Pustaka

Tim penyusun, 2015, Penutun Praktikum Kimia Organik.

Politeknik Negeri Samarinda

Wikipedia, 2015

Widodo, Didik Setyo, Lusiana, Retno Ariadi. 2010. Kimia Analisis Kuantitatif.
Yogyakarta:Graha Ilmu

Khopkar, S.M., 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta:UI-press

Mulyono. 2006. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta:PT Bumi Aksara

17
18
Perhitungan

Perhitungan kadar formaldehida berdasarkan data percobaan 1


Diketahui:
a.Volume iod = 35 mL
b.N iod = 0,1 N
c.Volume sampel = 10 mL
d.Volume pengenceran = 100 mL
Volume Pengenceran
e.Fp (faktor pengali) = Volume Sampel
100 mL
= 5 mL

= 20 mL

19
H 2 CO
f.BM 2 = 30 gr/mol
BM
H2 CO
g.BE 2 = n
gr
30
= mol
2

= 15 gram/mol
V 1+V 2
Na 2 S2 O3
h.Volume rata-rata = 2
31,2 mL+ 31,1mL
= 2 = 31,5 mL

Ditanya : kadar formaldehid ....... ?

Jawab :

Kadar Formaldehid dalam sampel Formalin percobaan 1 dan 2

( V . I 2 x N . I 2 V . thio x N . thio ) FPxBE H 2 CO


Kadar Formaldehid = Volume sampel

( 35 mL x 0,1 N 31,15 mL x 0,1 ) 20 mL x 15


= 10 mL

20
= 11,55 mg/mL

Kadar Formaldehid dalam persentase (%):


Percobaan 1 dan 2 = 11,55 x 100%
= 1,155%

21

Anda mungkin juga menyukai