Narasumber: dr. Bambang Djarwoto, dr. Heru, dr. Sutarmadji, dr. Iri
Diskusi
1. Hipertensi merupakan kasus yang kompleks dan multifactorial. Sehingga jika terdapat
pasien yang susah terkontrol hipertensinya, perlu dipherhatikan factor-faktor langsung
maupun tidak langsung seperti:
2. Infeksi, radang kronis. Hal ini sering terjadi pada pasien DM. Ada infeksi kronis
yagn tidak terasa (silent infection)
3. Manajemen stress
4. Oedema berarti terjadi overload. Hal ini butuh ditelusuri lebih lanjut. Sebagai
contoh mungkin terjadi hipoalbumin. Sehingga hal ini harus terjadi koreksi
dahulu. Apakah perlu diberikan diet tinggi protein? Hal ini perlu dikonsulkan
lebih lanjut kepada spesialis penyakit dalam.
Mengobati pasien HT membutuhkan waktu yang lama. Paling cepat 2 minggu. Sehingga
dapat dilakukan adjusting per 2 minggu. Tidak ada aturan yang pasti untuk diturunkan.
Lihat mana yang peka. Turunkan dosisnya dulu, baru jenis. INI SENINYA MEMANG.
Terdapat penelitian, bahwa dengan fix dose (kombinasi ARB dan thiazide) lebih baik dari
satu-satu. Dan dengan thiazide ini menjadi mendoorng/ katalisator dari ARB dan CCB.
Contoh obat: co-aprofel, atau plus
5. Pasien dengan tensi 170/90 dan stabil, sulit untuk diturunkan. Maka tetap untuk
komitmen senormal mungkin dengan catatan secara perlahan (3 bulanan). Dengan tensi
yang lebih rendah, perlindungan organ lebih baik.
6. Obat alami hipertensi yang jelas telah diakui secara medis adalah : akar-akar alang dan
seledri
7. Pasien yang takut di tensi, menyebabkan TD nya tinggi sekali. Sehingga apa yang harus
dilakukan? White coat.
Yang paling mudah adalah, pasien diajari menensi dirinya sendiri. Sebagai contoh tensi
digital, dan sekalian yang bagus agar tidak cepat rusak dan lebih akurat. Yang baik adalah
memiliki cut off power. Sehingga jika batrei dengan kekuatan tertentu akan langsung
mati. Hal ini lebih baik dari pada batrei sudah lemah tapi tetap bisa digunakan, karena
bisa menghasilkan nilai yang tidak sesuai. Dan ketika periksa ke dokter, juga dibawa
alatnya.
8. Olahraga dilakukan 3-4x seminggu. Pasien DM bahkan tiap hari dengan jam perhari.
Pasien dengan DM berolahrga 1 jam setelah makan. HR yang diahrapkan adalah 200-
umur-10 pada waktu inti olah raga.
Perlu diperhatikan, pasien dengan tensi 170/100 tidak disarankan berolahraga. Dan pasien
yang obesitas tidak disarankan untuk lari/ jalan karena mencederai dengkul.
9. Thiazid bisa menimbulkan hiperglikemia, setelah berapa bulan harus memeriksa Kalium
nya?
20% pasien akan jatuh ke dalam hipoglikemia. Dan pemeriksaan secara regular memang
belum ada aturan. Tapi bisa dilakukan setiap 3 bulan.
1. ARB
2. CCB (Amilodipin)
3. ACE Inhibitor
Kasus
Pemeriksaan tekanan darah,
Persiapan:
Dokter:
Cuci tangan menggunakan antiseptic 3-5cc (tandanya hampir luber), selama 20-30 detik.
o Telapak tangan
o Ibu jari
Dokter dalam posisi duduk dan melihat sejajar dengan alat tensi
Pasien:
Tidak sedang mengkonsumsi kafein (teh, kopi, batasan 30 menit), nikotin/ merokok, zat-
zat penstimulasi adrenalin (pseudoefedrin),
Saluran cerna dan kandung kecing dalam keadaan nyaman, tenang, tidak sedang stress
atau menahan sakit atau cemas.
Baju lengan pendek-pendek belahan depan, duduk bersandar dengan rilex, akki harus
menyentuh lantai, kedua tungkai tidak disilangkan.
Baju:
Pasien tidak boleh diajak ngobrol. Kalau pasiennya sudah berhenti bicara, bisa disuruh
Posisi duduk, kaki menyentuh lantai, tidak boleh bersilang, dan tangan bersandar
Alat,
Stetopskop
Pelaksanaan:
Tensimeter: manset seusai ukuran (jangan terlalu ketat atau kendor) dililitkan 2-3cm (2
jari tangan) di atas siku. Jangan terlalu kencang atau terlalu longgar.
Palpasi mencari arteri brachialis/ radialis. Lalu memompa untuk melihat sistolik
palpatoar.
Memeriksa di sebelah kanan dan kiri sama saja. Karena tekanan darah tidak berubah.
Monitoring
Pemeriksaan lab profil lipid, gula dan asam urat setiap 6 bulan.
Kasus 1.
Laki-laki 53 tahun dating dengan keluhan kaki bengkak 1 minggu. Kaki bengkak bila pasien
berdiri lama, bila bangun pagi hari kaki tidak bengkak. 5 tahun tekanan darah tinggi, mendapat
amilodipin namun jarang control. 150/90. Kaki oedema.
Jenis hipertensi: hipertensi sekunder, karena ada factor usia, dyslipidemia, meskipun harus
digali factor-faktor lain.
Factor riisko:
1. Dyslipidemia
2. TGT
Jantugn LVH
Mata retinopati
Pilihan obat:
Pemberian furosemide dapat diberikan untuk mengurangi cairan. Namun perlu dipikrikan
agar tidak mengganggu kehidupan pasien.
Ada juga yang mengatakan bahwa, furosemide lebih banyak bekerja di loop dan distal.
Dengan asumsi ginjal yang sedang bermasalah, furosemide pemakaiannya seminimal
mungkin untuk mengurangi beban ginjal.
Pemakaian diuretic yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan renal failure.
ACE 1: Batuk
Pengawasan
Evaluasi fungsi ginjal, profil lipid, elektrolit, gula darah minimal 3 bulan sekali
Monitoring BMI
Hidup sehat.
Sistem Rujukan Pasien Hipertensi
Pasien 55 tahun, HT, Perokok, peggunaan HCT, ibu stroke, TD: 132/88, BMI 27, Kolesterol 213.
EKG normal.
Hari berikutnya dating ke UGD dengan, kesadaran menurun, tidak dapat menggerakkan tangan
kanan.
Pembahasan;
Kemungkinaan terkena storke karena ada gangguan persyarafan, factor risiko HT,
kegemukan, riwayat keluarga
Cara rujukan:
Edukasi keluarga
o DIagnosa