Anda di halaman 1dari 10

PERCOBAAN I

MEMAHAMI STRUKTUR DASAR IKAN GABUS (Channa striata)

A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi morfologi dan topografi alat viseral
ikan gabus (Channa striata)
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi sistem digestoria pada ikan gabus
(Channa striata)
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi sistem urogenetalia pada ikan gabus
(Channa striata)
4. Mahsiswa dapat mengidentifikasi sistem respiratoria pada ikan gabus
(Channa striata)

B. Dasar Teori
Kelompok utama ikan, ada tiga kelompok utama ikan. Kelompok terkecil
adalah ikan tanpa rahang, termasuk belut lamprey dan lintah laut. Jumlah
mereka mencapai 90 spesies dan memiliki mulut bundar tanpa tulang rahang,
tetapi mempunyai beberapa gigi-gigi tajam. Kelompok kedua mencakup
hiu, ikan luncur, ikan pari, dan ikan berekor tikus yang memiliki rangka
bertulang. Rangka tubuh mereka terbuat dari zat liat yang lentur sehingga
sering disebut bertulang rawan, zat yang sama untuk membentuk ujung
telinga dan hidung kita. Kelompok ikan ini dikenal dengan sebutan ikan
bertulang rawan, dan sekita 800 spesies ikan termasuk dalam kelompok ini.
Kelompok ketiga, ikan bertulang keras, mencakup jenis-jenis ikan lainnya
hampir 30.000 spesies ikan. Mereka memiliki rangka yang terbuat dari tulang
keras, bukan tulang rawan. Ikan termasuk dalam kelompok hewan yang
disebut vertebrata artinya rangka ikan tersusun atas deretan tulang-tulang
yang disebut kolom vertebrata atau tulang belakang (tulang belakang hiu
terbuat dari tulang rawan). Vertebrata lain mencakup amfibi, reptil, burung,
2

dan mamalia. Tulang belakang ikan berfungsi seperti sebuah tongkat fleksibel
di sepanjang bagian tengah tubuh ikan. Di setiap sisi ikan terdapat otot. Otot-
otot di satu sisi ikan akan membengkokkan tulang punggung ke sisi yang lain,
lalu tulang punggung ke sisi yang lain, lalu otot-otot di sisi ikan yang lainnya
akan menggerakkan tulang punggung ke sisi yang satu lagi. Tulang belakang
yang lentur itu memungkinkan ikan untuk berenang dengan cara membuat
lengkungan seperti huruf s, lalu menggerakkan ekor dari kanan ke kiri.
(Parker dan Gilpin, 2013 : 7).
Pada umumnya yang dimaksud ikan adalah ikan-ikan yang masuk kelas
Ostheichthtys. Tubuhnya berskeleton tulang keras, terbungkus oleh kulit yang
bersisik, berbentuk seperti terpedo, berenang dengan sirip, bernapas dengan
insang. Bermacam-macam species hidup dalam air tawar atau beragam (air
laut). Ikan sebagai salah satu sumber protein bagi manusia, dan juga sebagai
salah satu objek olah raga atau rekreasi yaitu memancing (Maskoeri, 1991 :
49).
Menurut Maskoeri Jasin (1991 : 49) ikan mempunyai ciri-ciri khusus
sebagai berikut :
1. Kulit banyak mengandung kelenjar mucosa, biasanya diliputi oleh sisik
(sisik genoid, cycloid atau ctenoid) beberapa species tidak bersisik,
bersirip pada mediana, baik dorsal maupun ventral dan pada sebelah
menyebelah tubuh dengan beberapa perkecualian. Sirip biasanya
disokong oleh jari duri tulang rawan atau keras, tidak berkaki.
2. Mulut terletak di ujung dan bergigi rahang tumbuh dengan baik dan
bersendi pada tulang tempurung kepala, mempunyai dua sacci olfactorius
yang umumnya berhubungan dengan rongga mulut, bermata besar, tidak
berkelopak mata.
3. Skeleton terutama berupa tulang keras, kecuali beberapa jenis yang
sebagian bertulang rawan, bentuk vertebrata bermacam-macam, pina
caudalis biasanya homocercal, sisa-sisa notochord masing-masing
tampak.
3

4. Cor terdiri atas dua ruangan (auriculum dan ventriculum) dengan sinus
venosus dan conus arteriosus yang berisi darah vena, terdapat empat
pasang archus aorticus, sel darah merah berbentuk oval dan berinti.
5. Pernafasan dilakukan dengan beberapa pasang insang yang terletak pada
archus branchius yang berada dalam ruangan celah insang pada kedua
tepi samping dari pharynx, tertutup oleh operculum, biasanya memiliki
vesica pneumatica (gelembung udara) dan memiliki ductus pneumaticus.
Beberapa jenis mempunyai bentuk seperti paru-paru, misalnya pada
Dipnoi.
6. Terdapat 10 pasang nervi cranialis.
7. Suhu tubuh tergantung kepada lingkungan sekitarnya.
8. Memiliki sepasang gonad, umumnya ovipar (beberapa ada yang
ovovivipar atau vivipar), fertilisasi (pembuahan) terjadi di luar tubuh
(kecuali beberapa species), telur kecil berukuran sampai 12 mm,
kandungan kuning telur (yolk) bermacam-macam, segmentasi biasanya
secara meroblastis, tidak mempunyai membran embryo, hewan mudanya
(post larva) kadang-kadang tidak mirip dengan yang dewasa.

Satuan tulang-tulang pada tulang belakang dikenal dengan sebutan


vertebrata. Pasangan-pasangan tulang rusuk memanjang ke atas dan ke bawah
berfungsi untuk memperkuat dan menopang tubuh. Sirip dada adalah
siriberpasangan yang ada di bagian depan. Sirip perut ada di bagian bawah,
agak ke belakang. Sirip yang tidak berpasang adalah sirip punggung, sirip
belakang, dan sirip kaudal atau sirip ekor. Tipe ikan yang berbeda memiliki
jumlah sirip yang berbeda-beda (Parker dan Gilpin, 2013 : 8).
Gelembung renang yang halus seperti busa spons itu sebagian berisi gas
atau udara. Jumlah gas di dalamnya bisa disesuaikan untuk membuat ikan
lebih ringan atau lebih berat. Hal ini memungkinkan ikan untuk mengubah
daya apungnya, timbul dan tenggelam, atau melayang di tengah-tengah air
tanpa berupaya untuk berenang. Kebanyakan ikan bertulang sejati memiliki
sisik tipis dan ringan yang terbuat dari tulang. Hiu dan ikan pari ditutupi oleh
sisik yang berbentuk seperti gigi-gigi kecil yang disebut dentikel. Pada ikan,
4

otak termasuk lobus optikus yang menangani penglihatan, lobus alfoktoris


menerima informasi tentang bau-bauan, dan otak kecil yang mengkoordinasi
pergerakan otot (Parker dan Gilpin, 2013 : 8).
Bentuk tubuh bermacam-macam, tapi sebagian besar berbentuk
gelendong pipih, ukuran tinggi tubuh lebih dari pada lebarnya, maka
penampang potongannya berbentuk oval. Bentuk gelendong atau terpedo itu
memudahkan gerak dalam air. Kepala terbentang mulai dari ujung moncong
sampai dengan akhir operculum (tutup insang). Badan membentang dari akhir
operculum sampai anus dan sisanya adalah ekor. Mulut terdapat di ujung
muka moncong mempunyai rahang yang bergigi baik. Sebelah dorsal
moncong terdapat sepasang fovea nasalis (lubang hidung sebelah luar) yang
sebelah dalamnya terdapat sacci olfactorius yaitu mata terletak sebelah lateral
tanpa kelopak mata. Di sebelah belakang mata terbentang operculum di dalam
di bawanhnya terdapat sejumlah sisir insang. Anus dan apertura urogenitalis
terdapat di muka pina analis. Ichthyologist (ahli ikan) mengukur panjang ikan
dengan standard ukuran mulai dari ujung moncong sampai dengan tulang
vertebrata terakhir. Hal ini untuk menghindarkan penggunaan ekor masuk
dalam ukuran. Tapi sebaliknya nelayan ikan memasukkan ekor dalam ukuran
panjang ikan (Maskoeri, 1991 : 49).
Menurut Maskoeri Jasin (1991 : 56) sisik dan ikan merupakan
exeskeleton, sedang endoskeleton terdiri atas tulang tempurung kelapa,
columna vertebralis, cingulum pectoralis, tulang-tulang kecil tambahan yang
menyokong sirip. Columna vertebralis merupakan ruas-ruas yang sama,
masing-masing terdiri atas beberapa bagian :
1. Centrum di mana masih terdapat sisa-sisa chorda, masing-masing terdiri
atas bagian-bagian.
2. Archus neuralis merupakan suatu lengkung di atas centrum bersama-
sama dengan sesamanya akan membentuk suatu saluran tempat sumsum
(mendula spinalis).
3. Di atas archus neuralis mencuat tonjolan runcing yang disebut Prosessus
spinosus dorsalis atau spina neuralis.
5

4. Pada ruas dada dan perut terdapat dua tonjolang cabang ke bawah dan
menjadi rusuk yaitu processus spinosus ventralis. Pada ekor sebelah
bawah centrum terdapat archus haemalis sebagai tempat arteri dan vena
caudalis dan selanjutnya archus mempunyai tonjolan ke bawah yaitu
Prosessus spinosus haemlis.
Seekor ikan menelan makanan ke tenggerokkannya. Makanan itu akan
melewati perut, tempat akan dicerna menjadi bubur lembek. Bubur itu lalu
meresap keluar di sepanjang kumparan saluran usus. Kotoran dibuang dari
lubang di bagian belakang bawah. Jantung seekor ikan mempunyai dua ruang
utama. Darah kotor dari tubuh mengalir dari pembuluh darah ke serambi
jantung menuju bilik jantung. Di sini, darah kotor akan dipompa menuju
insang untuk mendapatkan oksigen baru, lalu akan diedarkan ke seluruh tubuh
ikan dan kembali ke serambi jantung. Pada ikan bernapas menggunakan
insang, bukan paru-paru. Insang yang berjumbai-jumbai ini mengambil
oksigen dari air. Permukaan insang yang luas memungkinkan ikan untuk
mengambil sejumlah oksigen secara maksimal (Parker dan Gilpin, 2013 : 9)
Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan
sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Ikan memiliki
variasi yang luas dalam stragegi reproduksi agar keturunannya mampu
bertahan hidup. Ada tiga strategi reproduksi yang pailng menonjol yaitu
memijah hanya bilamana energi (lipid) cukup tersedia, memijah dalam
proporsi ketersedian energi, dan memijah dengan mengorbankan semua
fungsi yang lain jika sesudah itu individu tersebut mati (Yushinta, 2004 : 151).
Kebanyakan ikan betina melepaskan telur mereka ke air. Telur-telur yang
sudah matang itu dibuat di ovarium dan diteruskan melalui saluran telur ke
luar tubuh. Beberapa jenis hiu tidak bertelur, melainkan melahirkan (Parker
dan Gilpin, 2013 : 9).
Berdasarkan ke tiga strategi reproduksi tersebut, maka ikan memiliki
ukuran dan jumlah telur yang berbeda, tergantung tingkah laku dan
habitatnya. Sebgaian ikan memiliki jumlah telur banyak, namun ukurannya
kecil sebagai konsekuensi dari sintasan yang rendah. Sebaiknya, ikan yang
6

memiliki jumlah telur sedikit ukuran setiap butir telurnya besar dan kadang-
kadang memerlukan perawatan dari induknya, misalnya ikan tilapia. Sebagian
besar species ikan adalah gonokoristik (dioecious) di mana sepanjang
hidupnya memiliki jenis kelamin yang sama. Gonokoristik terdiri atas dua
kelompok yaitu kelompok yang tidak berdiferensiasi artinya pada waktu
juvenil jaringan gonud dalam keadaan belum dapat diidentifikasi (jantan atau
betina) dan kelompok yang berdiferiensi artinya sejak dufenil sudah tampak
jenis kelaminnya (jantan atau betina). Alat kelamin jantan meliputi kelenjah
kelamin dan saluran kelamin. Kelenjah kelamin jantan di sebut testis.
Pembukus testis kular yang mengelilingi testis secara luas menghubungkan
jaringan-jaringan testis membentuk batasan-batasan lobular yang mengelilingi
germinal epitelium. Saluran sperma terdiri dari dua bagian yaitu pertama
berbatasan dengan testis berguna untuk membuka lobul (juxta-testicular part)
dengan bagian lainnya adalah saluran sedarhana yang menghubungkan bagian
posterial testis genital papilla. Pada beberapa ikan misalnya pada salmon tidak
memiliki kantung seminal tetapi bagian luar saluran sperma terdapat sel-sel
yang berfungsi mengatur komposisi ion-ion cairan seminal dan mensekresi
(Yushinta, 2004 : 151).
Pernafasan adalah proses pengikatan oksigen dan pengeluaran karbon
dioksida oleh darah melalui prmukaan alat pernafasan. Proses pengikatan
oksigen tersebut, selain dipengaruhi perbedaan tekanan parsial O2 antara
perairan dengan darah. Pada hampir semua ikan, insang merupakan kompnen
penting dalam pertukaran gas. Insang terbentuk dari lengkungan tulang rawan
yang mengeras dengan beberapa filamen insang didalamnya. Tiap-tiap
filamen insang terdiri atas banyak lamella yang merupakan tempat pertukaran
gas. Tugas ini ditunjang oleh struktur lamella itu yang tersusun atas sel-sel
epitel yang tipis pada bagian luar,membran dasar dan sel-sel tiang sebagai
penyangga pada bagian dalam. Paru-paru ikan merupakan derivat gelembung
renang. Pada ikan paru Australia (Neocaratodus), paru-paru terletak di
sebelah atas saluran pencernaan tapi duktus pneumaticusnya terbuka kearah
bagian bawah dinding lambung. Sebaliknya pada ikan paru Afrika
7

(Protopterus), sepasang paru-parunya terletak dibawah saluran pencernaan.


Baik ikan paru Amerika maupun ikan paru Afrika, memiliki keharusan
menghirup oksigen dan udara. Karena itu, jenis ikan ini mempunyai
kemampuan untuk beradaptasi pada kondisi sangat kering dilingkungannya.
Selain ingsan atau paru-paru,beberapa jenis ikan memiliki alat pernapasan
tambahan yang dapat mengambil oksigen secara langsung dari udara. Ikan
lele (Clarias sp.) mempunyai insang tambahan berbentuk pohon dibagian atas
lengkung ingsang kedua dan ketiga. Insang tambahan ini dinamakan
arborescent organ berfungsi mengambil oksigen dari atas permukaan air.
Proses pernafasan dapat dibagi menjadi 4 tahap yaitu pertukaran udara
melalui permukaan alat pernafasan, difusi oksigen dan karbondioksida antara
insang dan darah, transpor oksigen dan karbondioksida di dalam darah dan
cairan tubuh ke dan dari sel, dan pengaturan pernapasan (Yushinta, 2004 :
103).
Pertukaran udara melalui permukaan alat pernafasan adalah pertama,
inspirasi yaitu mulut terbuka, rongga mulut dan faring mengembang, rongga
insang berkontraksi dan celah insang menutup. Pada saat ini air dari luar
masuk ke dalam rongga mulut. Kedua, masih inspirasi yaitu mulut menutup,
rongga mulut berkontraksi (menyempit), rongga insang mengembang, celah
insang tertutup. Air bergerak dari rongga mulut ke rongga insang. Tahap
terakhir, ekspirasi yaitu mulut tertutup, rongga mulut berkonstraksi dan celah
insang terbuka. Pada saat ekspirasi, air akan ke luar dari rongga insang
melalui celah insang. Sedangkan, pada teleostei hanya dua tahap yakni
pertama, inspirasi yaitu rongga mulut terbuka, rongga bukofaring dan rongga
insang mengembang, air masuk melalui rongga mulut. Kedua, ekspirasi yaitu
mulut menutup, rongga bukofaring dan rongga insang menyempit, celah
insang terbuka dan air bergerak dari rongga mulut ke rongga insang kemudian
keluar melalui celah insang. Pada saat inspirasi, oksigen berdifusi ke
permukaan alat pernafasan, sebaliknya pada saat ekspirasi karbondioksida
dilepaskan (Yushinta, 2004 : 108).
8

Difusi oksigen dan karbondioksida antara insang dan darah dimana difusi
gas dari media berkonsentrasi tinggi ke media berkonsentrasi rendah.
Disamping akibat perbedaan tekanan, beberapa faktor lain yang
mempengaruhi kecepatan difusi adalah daya larut gas dalam cairan, luas
penampang lintang cairan, jarak yang harus ditempuh oleh gas yang berdifusi,
berat molekul gas, dan suhu cairan. Makin besar daya larut gas, makin besar
jumlah molekul yang tersedia untuk berdifusi pada perbedaan tekana tertentu.
Juga, makin besar luas penampang lintang ruangan, makin besar jumlah total
molekul yang berdifusi. Sebaliknya, makin besar yang harus ditempuh oleh
molekul yang berdifusi, makin besar waktu yang diperlukan oleh molekul
tersebut untuk menempuh seluruh jarak tersebut. Akhirnya makin besar
kecepatan gerak kinetik molekul-molekul, makin besar kecepatan difusi gas
itu (Yushinta, 2004 : 109).
Transpor oksigen, bila oksigen telah berdifusi dalam darah insang,
oksigen tersebut ditranspor dalam gabungan dengan hemoglobin ke kapiler
jaringan tempatnya dilepaskan untuk digunakan oleh sel. Adanya hemoglobin
di dalam sel darah merah memungkinkan darah mengangkut oksigen 30-100
kali dari pada yang dapat diangkut hanya dalam bentuk oksigen terlarut dalam
darah. Pergerakkan oksigen ke dalam kapiler darah insang disebabkan oleh
adanya perbedaan tekanan dari tempat pertama ke tempat lainnya. Karena
tekanan oksigen (P O2) di dalam insang lebih besar dari pada P O 2 kapiler
darah insang, kemudian darah insang di transpor melalui sirkulasi ke jaringan
perifer. Transpor karbon diosksida tidak merupakan masalah sedemikian besar
seperti transpor oksigen, karena bahkan dalam keadaan abnormal pun karbon
dioksida dapat ditranspor oleh darah dalam jumlah jauh lebih besar dibanding
oksigen. Meskipun jumlah karbon dioksida di dalam darah berhubungan erat
dengan keseimbangan asam basa cairan tubuh, namun bila konsentrasi ion
hidrogen berubah dengan jelas maka pusat pernafasan segera terangsang
untuk mengubah kecepatan ventilasi, sehingga kecepatan pengeluaran
karbondiaksida di tingkatkan. Karbon dioksida untuk mencegah asidosis atau
alkalosis (Yushinta, 2004 : 110).
9

Menurut Maskoeri Jasin (1991 : 52) anatomi sirip ekor dibedakan atas 4
type :
1. Type Protocercal, yaitu akhir columna vertebralis sampai ujung ekor dan
ekor berujung tumpul.
2. Type Diphicercal, yaitu akhir columna vertebralis sampai ujung ekor
dnegan bentuk ujung runcing.
3. Type Homocerca, yaitu bila columnar vertebralis berakhir tdak persis di
ujung ekor, tapi agak membelok sedikit, tapi ujung membagi diri menjadi
dua bagian yang sama.
4. Type Heterocercal, yaitu bila columna vertebralis berakhir menjorok ke
salah satu ujung ekor yang membagi diri menjadi dua tidak sama
panjangnya.

Menurut Maskoeri Jasin (1991 : 53) pada Osteithyes terdapat tiga macam
sisik, yaitu :
1. Sisik Cycloid yang berbentuk bulat. Pada sisik ini bila diteliti lebih dalam
(pada ikan yang hidup di daerah yang berempat musim) akan tampak
lingkaran yang berbeda-beda.
2. Sisik Ctenoid, berbentuk bulat agak lonjong, berduri kecil-kecil pada
bagian anterior, sedang pada posterior memecah diri menjadi beberapa
bagian.
3. Sisik Ganoid, berbentuk belah ketupat dengan bagian kecil yang
tertanam dalam saku dermis. Permukaan sebelah luar dilapisi oleh zat
ganoine, dan mengandung duri-duri halus. Di bawah sisik sebelah
menyebelah tubuh terdapat linea lateralis yang berupa suatu saluran. Di
dalamnya terdapat alat sensoris yang terhadap getaran gelombang air
akibat gelombang.
10

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Disecting set 1 Unit
b. Papan paraffin 1 Buah
2. Bahan
a. Ikan layang (Decapterus sp.) 1 Buah
b. Ikan gabus (Channa striata) 1 Buah
c. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) 1 Buah

D. Prosedur Kerja
1. Inspectio bagian tubuh digambar dan diberi keterangan lengkap dengan
bagian-bagian dari :
a. Caput : Rima olis, pavea nasalis, organum visus, apparatus
opercalaris
b. Truncus : Sqauma, urea lateralis, potus genitalis, pinnae
c. Cauda : Pinna caudalis
2. Sistema digestoria diamati dengan teliti kemudian gambarkan dan diberi
keterangan secara urut dari capung oris, esofagus, ventrikulum,
intestinum, dan anus
3. Bagian-bagian organum genitalis berupa ovarium atau testis, sinus
urogenetalis, dan porus genitalis diperhatikan dan digambarlah secara
lengkap disertai keterangan dari
4. bagian-bagian sistem respiratorial yang meliputi Apparatus opercularis
dengan bagian-bagiannya diperhatikan dan digambarkan secara lengkap
disertai keterangan.

Anda mungkin juga menyukai