Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS

Pasien dengan stroke non hemoragik dan Gagal Ginjal Kronik

disusun oleh
Aulia Fitriani
012106096

Pembimbing :
dr. Sunaryo M.kes Sp.S

RSUD DR. RAA SOEWONDO PATI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2014

A. IDENTITAS
1. Nama : Ny. Sumini
2. Umur : 64 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. No CM :
5. Agama : Islam
6. Pendidikan :-
7. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
8. Status : Menikah
9. Tanggal Masuk : 18 November 2014
10. Masuk Jam : 20.00 WIB
11. Ruang : Flamboyan
12. Kelas : III

B. ANAMNESA
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis dan allonamnesis pada tanggal 20 November
2014 jam 11.00 WIB
1. Keluhan Utama : lemah tungkai kiri
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RSUD RAA Soewondo pati untuk melakukan cuci darah secara
rutin, setelah 1 hari perawatan di RS pasien mengeluhkan tiba-tiba tidak bisa
menggerakkan kaki kirinya sesaat setelah bangun tidur pada tanggal 17 Desember
2014, karena keluhan tersebut pasien tidak bisa berjalan dan harus dibantu dengan
anggota keluarganya untuk melakukan aktivitas. Keluarga pasien menyangkal
adanya muntah dan kejang sebelum keluhan muncul, serta tidak ada trauma yang
sepeti terjatuh atau kepala terbentur sesuatupasien juga tidak mengeluhkan sakit
kepala. Pasien tidak bisa berjalan, hanya menggunakan kaki sebelah kanan untuk
berjalan. Tangan kiri dan kanan pasien masih bisa digerakkan, untuk memegang
gelas, menggerakkan kipas dan untuk makan. Pada anggota gerak sebelah kiri
tidak ada keluhan. Karena keluhan tersebut, pasien tidak bisa berjalan serta
melakukan aktivitas sehari-hari, kegiatan sehari-hari dibantu oleh keluarga. Ketika
pasien melakukan aktivitas seperti menyapu dan menaiki tangga keluhan tersebut
semakin terasa, dan saat pasien beristirahat keluhan tersebut sedikit berkurang.
Buang air besar dan buang air kecil dalam batas normal. : -

2. Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat Hipertensi : diakui
- Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
- Riwayat Penyakit Paru : disangkal
- Riwayat DM : disangkal
- Riwayat Penyakit Ginjal : diakui
- Riwayat Stroke : disangkal
- Riwayat Kejang : disangkal
- Riwayat penyakit maag : disangkal
- Riwayat alergi obat : disangkal
- Riwayat trauma kepala : disangkal
- Riwayat dirawat di RS : pasien pernah menderita CA servix pada 1 tahun yang
lalu, pasien melakukan pengobatan kemoterapi di RSUP DR kariadi Semarang.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
- Riwayat Penyakit Paru : disangkal
- Riwayat DM : disangkal
- Riwayat Stroke : disangkal
- Riwayat Kejang : disangkal
4. Riwayat Sosial Ekonomi
Kesan ekonomi : cukup, untuk biaya kesehatan ditanggung BPJS

C. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Present
Keadaan Umum : tampak lemah
Kesadaran : GCS 13 E4M6V5

Vital Sign :
Tekanan darah : 200/90 mmHg
Nadi : 60 x/
RR : 20 x/
Suhu : 34,8oC
TB : -
BB : -
b. Status Internus
Kepala : Mesocephale
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher :
o Sikap : Simetris
o Pergerakan : Normal
o Kaku kuduk : (-)
Dada : Hemithorax dextra dan sinistra simetris, nyeri tekan, sterm
fremitus +/+
Paru : Suara dasar vesikuler +/+
Jantung : Bunyi Jantung I/II Reguler
Abdomen : tidak dilakukan
Extremitas :
Superior Inferior
Oedem +/- +/-
Varises -/- -/-
c. Status Psikikus
o Cara berpikir : tidak dapat dinilai
o Perasaan hati : tidak dapat dinilai
o Tingkah laku : hipoaktif
o Ingatan : tidak dapat dinilai
d. Status Neurologikus
1. N.I ( OLFAKTORIUS) : Normal
2. N II ( OPTIKUS)
tajam penglihatan : tidak dilakukan
lapang penglihatan : tidak dilakukan
melihat warna : tidak dilakukan
funduskopi : tidak dilakukan

3. N III ( OKULOMOTORIUS ), N IV (TROKLEARIS ), N VI (ABDUCENS )

Dx Sx
PERGERAKAN BOLA N N
MATA
NISTAGMUS - -
EKSOFTALMUS - -
PUPIL bulat,isokor, 3mm bulat,isokor, 3mm
REFLEK + +
KONVERGENSI
STRABISMUS - -
MELIHAT KEMBAR - -

4. N V ( TRIGEMINUS )
Sensibilitas taktil dan nyeri muka : normal
Membuka mulut : normal
Meringis : normal
Menggigit : normal
Reflek kornea : (+), simetris

5. N VII (FACIALIS)
Dx Sx
MENGERUTKAN DAHI normal normal
MENUTUP MATA + +
LIPATAN NASOLABIAL + +
MENGGEMBUNGKAN normal normal
PIPI
MEMPERLIHATKAN normal normal
GIGI
MENCUCUKAN BIBIR normal normal
PENGECAPAN 2/3 normal normal
ANTERIOR LIDAH

6. N VIII (VESTIBULOCOCHLEARIS)
Dx Sx
JENTIK JARI tidak dilakukan tidak dilakukan
DETIK ARLOJI tidak dilakukan tidak dilakukan
SUARA BERBISIK tidak dilakukan tidak dilakukan
TES WEBER tidak dilakukan tidak dilakukan
TES RINNE tidak dilakukan tidak dilakukan
TES SCHWABACH tidak dilakukan tidak dilakukan

7. N IX (GLOSSOPHARINGEUS)
Pengecapan 1/3 posterior lidah : tidak dilakukan
Sensibilitas faring : tidak dilakukan

8. N X ( VAGUS )
Arkus faring : simetris
Berbicara : normal
Menelan : normal
Nadi : dalam batas normal

9. N XI (ACCESORIUS )
Mengangkat bahu : normal
Memalingkan kepala : simetris (+/+)

10. N XII ( HYPLOGOSSUS )


Pergerakan lidah : normal
Tremor lidah : (-)
Artikulasi : lancar jelas
Lidah : simetris (tidak ada deviasi)

e. Badan dan Anggota Gerak


1. BADAN
MOTORIK
Respirasi : normal
Duduk : tidak bisa
SENSIBILITAS
Taktil : normal
Nyeri : normal
Thermi : tidak dilakukan
Diskriminasi 2 titik : normal
Lokasi : normal
REFLEK
Reflek kulit perut : tidak dilakukan
Reflek kremaster : tidak dilakukan
2. ANGGOTA GERAK ATAS
MOTORIK
Motorik Dekstra Sinistra
Pergerakan Bebas Bebas
Kekuatan 5 5
Tonus normotonus Normotonus
Klonus - -
Trofi Eutrofi Eutrofi

SENSIBILITAS
Dekstra Sinistra
Taktil Dalam batas normal Dalam batas normal
Nyeri Dalam batas normal Dalam batas normal
Thermi tidak dilakukan tidak dilakukan
Diskriminasi 2 titik tidak dilakukan tidak dilakukan
Lokasi tidak dilakukan tidak dilakukan

REFLEK
Dekstra Sinistra
Biceps +N +N
Triceps +N +N
Radius +N +N
Ulna +N +N
Hoffman - -
Trommer - -

3. ANGGOTA GERAK BAWAH


MOTORIK
Motorik Dx Sx
Pergerakan Bebas Terbatas
Kekuatan 5 2
Tonus Normotonus Normotonus
Klonus - -
Trofi Eutrofi Eutrofi

SENSIBILITAS
Dx Sx
Taktil Dalam batas normal Dalam batas normal
Nyeri Dalam batas normal Dalam batas normal
Thermi tidak dilakukan tidak dilakukan
Diskriminasi 2 titik tidak dilakukan tidak dilakukan
Lokasi tidak dilakukan tidak dilakukan

REFLEK
Dextra Sinistra
Patella +N +N
Achilles +N +N
Babinski - +
Chaddock - +
Oppenheim - -
Gordon - +
Schaeffer - -
Gonda - -
Bing - -
Rossolimo - -
Mendel-Bechtrew - -
Laseque Test >700 >700
Kernig Test >1350 >1350

f. Koordinasi, Gait, dan Keseimbangan


Cara berjalan : tidak dilakukan
Tes Romberg : tidak dilakukan
Disdiadokhokinesis : tidak dilakukan
Ataksia : tidak dilakukan
Rebound phenomenon : tidak dilakukan
Dismetria : tidak dilakukan
g. Gerakan Abnormal
Tremor : -
Atetosis : -

h. Alat Vegetatif
Miksi : menetes dan sedikit
Defekasi : +

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Hasil EKG : normosinus rhytme
b. Pemeriksaan Laboratorium Darah : (tgl 19 Desember 2012)
Darah rutin :

o Hb : 12,20 gr/dL

o Eritrosit : 5,07.106/uL

o Leukosit : 8700 /uL

o Trombosit : 280.000 uL

o Ureum : 114,6

o Kreatinin : 7,87
Siriraj stroke skor :

o Kesadaran : 2,5 x 0 =0

o Muntah :2x0 =0

o Nyeri kepala :2x0 =0

o Diastolic : 0,1 x 90 =9

o Ateroma :3x0 =0

o Konstanta = 12

Skor = (0+0+0+9)-0-12 = -3 (suspek SNH)


Interpretasi : >1 = SH
0 = perlu pemeriksaan lanjutan
>-1= SNH

Algoritme gajah mada :

Penurunan kesadaran (-)


Nyeri kepala (-)
Reflex Babinsky (+) (Suspek SNH )

E. RESUME

Keluarga pasien mengeluhkan tiba-tiba tidak bisa menggerakkan kaki kirinya sesaat
setelah bangun tidur pada tanggal 17 november 2014
Riwayat hipertensi diakui keluarga pasien.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kelainan berupa gerakan yang terbatas pada
tungkai kiri, kekuatan motorik tungkai kiri 2 serta ditemukannya reflek patologis
babinski, chaddok dan gonda pada tungkai kiri.
Pada pemeriksaan laboratorium uremia dan peningkatan kreatinin dalam darah, pada
diagnosis interna pasien menderita CKD.

.
F. DIAGNOSA
D/ Klinis : monoparesis sinistra spastika inferior, CKD
D/ Topis : hemisphere dekstra
D/ Etiologis : Stroke Non Hemoragik
Faktor resiko : Hipertensi

G. SIKAP
1. Pengawasan : KU, vital sign
2. Medikamentosa:

Oksigenasi 3 L nasal
IVFD RL 12 tpm
Inj. Citicolin 2 x 500 mg
Inj. Piracetam 3x1 gr
Aspilet 1x80 mg
B12 1X1 amp
Amlodipin 1x10 mg
Prorenal
Hemodialisa

Monitoring : TTV, Neurofisiologi, Laboratorium, CT scan


Edukasi :
Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang penyakit yang diderita dan risiko
bahaya dapat muncul.

Non Medikamentosa

1. Fisioterapi
2. Modifikasi gaya hidup
3. Peran serta keluarga

H. PROGNOSA
Ad sanam : dubia ad bonam
Ad vital : dubia ad bonam
Ad fungsional : dubia ad bonam

I. EDUKASI

Pasien dan keluarga dijelaskan mengenai keadaan penyakitnya, etiologi dan risiko
komplikasi
Pasien diminta untuk menghindari aktivitas berat
Mengurangi makanan yang banyak mengandung garam, gula, berlemak dan minum
obat stroke dan hipertensi secara teratur

STROKE
1. Definisi
istilah umum yang digunakan untuk satu atau sekelompok gangguan cerebro
vasculer, termasuk infark cerebral, perdarahan intra cerebral dan perdarahan
subarahnoid.

Menurut Caplan stroke adalah segala bentuk kelainan otak atau susunan saraf
pusat yang disebabkan kelainan aliran darah, istilah stroke digunakan bila gejala
yang timbul akut.

2. Etiologi

Trombosis arteri atau vena dapat disebabkan oleh salah satu atau lebih dari
Trias Virchow

Trias virchow :
abnormalitas dinding pembuluh darah umumnya penyakit degeneratif,
inflamasi (vaskulitis), dan trauma (diseksi)

abnormalitas darah (polisitemia)

gangguan aliran darah

Embolisme merupakan komplikasi dari penyakit degeneratif arteri / SSP,


atau dapat juga berasal dari jantung

embolisme :
- Penyakit katup jantung

- Fibrilasi atrium

- IM yang baru terjadi

Penyakit degeneratif arterial :


- Arterosklerosis pembuluh darah besar (dengan tromboemboli)

- Lipohialinosis (penyakit pembuluh darah kecil)

3. Faktor resiko
1. Non modifiable risk factors :
a. Usia

b. Jenis kelamin

c. Berat badan lahir rendah

d. Ras/etnis

e. genetik
2. Modifiable risk factors
a. Well-documented and modifiable risk factors
Hipertensi

Paparan asap rokok

Diabetes

Atrial fibrilasi dan beberapa kondisi jantung tertentu

Dislipidemia

Stenosis arteri karotis

Sickle cell disease

Terapi hormonal pasca menopause

Diet yang buruk

Inaktivitas fisik

Obesitas
b. Less well-documented and modifiable risk factors
1 Sindroma metabolik

2 Penyalahgunaan alkohol

3 Penggunaan kontrasepsi oral

4 Sleep-disordered breathing

5 Nyeri kepala migren

6 Hiperhomosisteinemia

7 Peningkatan lipoprotein (a)

8 Peningkatan lipoprotein-associated phospholipase

9 Hypercoagulability

10 Inflamasi

11 Infeksi
4. Klasifikasi :

1). Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya:

a) Stroke iskemik
Transient Ischemic Attack (TIA)
Trombosis serebri
Emboli serebri

b) Stroke hemoragik
Perdarahan intraserebral
Perdarahan subarakhnoid

2). Berdasarkan stadium:


Transient Ischemic Attack (TIA)
Stroke in evolution
Completed stroke

3). Berdasarkan lokasi (sistem pembuluh darah):


Tipe karotis
Tipe vertebrobasiler

Stroke Hemoragik

Stroke non hemoragik


Penyebab:
o emboli
o atherosklerosis pada arteri otak (pembentukan plak/deposisi lemak pada pembuluh
darah)
o hiperkoagulabilitas darah, peningkatan kadar platelet, thrombosis

Gejala dan tanda


Gejala yang muncul bervariasi tergantung di mana terjadi serangan stroke iskemia, misalnya:
unilateral weaknesses biasanya hemiparesis (lumpuh separo)
unilateral sensory complaints numbness, paresthesia (mati rasa)
Aphasia language comprehension
Monocular visual loss gangguan penglihatan sebelah
Penegakkan diagnosis
i. terutama terjadinya keluhan/gejala delisit neurologik yang mendadak
ii. tanpa trauma kepala.
iii. adanya faktor risiko GPDO
b. Pemeriksaan klinis neurologis
1) Bradikardi, udema papil
Tanda2 diatas merupakan tanda dari adanya tekanan intracranial yang
meningkat, biasanya pada stroke hemoragis.
Stroke non hemoragis juga terdapat udema serebri, tetapi timbulnya tidak
seketika namun perlahan-lahan yang mencapai puncaknya hari ke 4-7. Oleh
karena itu pada stroke infark kadang juga ditemukan bradikardi pada hari ke 4
2) Tanda kernig, brudzinski, kaku kuduk
Tanda tersebut merupakan manisfestasi klinis adanya rangang maningeal.
c. Pemeriksaan menggunakan alat
Pemeriksaannya meliputi funduskopi, pungsi lumbal, arteriografi, echo-
encephalografi, CT-scan
Sistem pembuluh perifer: pemeriksaan pada arteria karotis.
Jantung: pemeriksaan auksultasi jantung.
Retina: pemeriksaan adanya cupping diskus optikus,perdarahan retina&
kelainan diabetes.
Ekstremitas: pemeriksaan ada tidaknya sianosis.
Pemeriksaan neurologik: untuk mengetahui suatu letak dan luas suatu stroke.

Dibedakan pada fase akut dan pasca fase akut.


Fase akut (hari ke 0-14 sesudah onset penyakit)
Sasaran pengobatan : menyelamatkan neuron yang menderita jangan sampai
mati; dan agar proses patologik lainnya yang menyertal tak mengganggu/mengancam
fungsi otak.Tindakan dan obat yang diberikan haruslah menjamin perfusi darah ke otak
tetap cukup, tidak justru berkurang. Karena itu dipelihara fungsi optimal :
Respirasi : jalan napas harus bersih dan longgar,
Jantung : harus berfungsi baik, bila perlu pantau EKG
Tekanan darah : dipertahankan pada tingkat optimal, dipantau jangan sampai
menurunkan perfusi otak.
Kadar gula yang tinggi pada fase akut, tidak diturunkan dengan drastis, lebih-
lebih pada penderita dengan diabetes melitus lama.
Bila gawat atau koma, balans cairan, elektrolit, dan asam basa darah harus
dipantau.
Penggunaan obat untuk memulihkan aliran darah dan metabolisme otak yang
menderita. di daerah iskemi (ischemic penumbra) masih menimbulkan perbedaan
pendapat. Obat-obat itu a.l.
1) Anti-edema otak :
a. Gliserol 10 % per infus, 1 gr/kg BB /hari dalam 6 jam.
b. Kortikosteroid : yang banyak digunakan, deksametason, dengan bolus
10 - 20 mg ix., diikuti 4 - 5 mg/6 jam selama beberapa hari, lalu diturunkan pelan-
pelan (tapering offs, dan dihentikan setelah fase akut berlalu.
c. Anti-agregat trombosit :
Yang umum dipakai : asam asetil salisilat (ASA), seperti aspirin, aspilet d1l,
dengan dosis rendah : 80 - 300 mg/hari.
d. Antikoagulansia : misalnya heparin.
e. Trombolisin (trobokinase) masih dalarn uji-coba,
2) Obat-obat (baru) seperti pentoksifIlin, sitikolin, kodergokrin-mesilat,
pirasetam, dan akhir-akhir ini calcium-entryblocker selektif; telah digunakan pada
stroke nonhemoragik, dan masih sedang dan terus dalam penelitian dan pengkajian.
Fase Pasca Akut
Setelah fase akut berlalu, sasaran pengobatan dititikberatkan pada tindakan rehabilitasi
penderita, dan pencegahan terulangnya stroke
Rehabilitasi
GPDO merupakan penyebab utama kecacatan pada usia di atas 45 tahun, maka yang
paling penting pada masa ini ialah upaya membatasi sejauh mungkin kecacatan penderita,
fisik dan mental, dengan fisioterapi, 'terapi wicara', dan psikoterapi.
Terapi Preventif
Tujuannya, untuk mencegah terulangnya atau timbulnya serangan baru GPDO, dengan
jalan antara lain mengobati dan menghindari faktor-faktor risiko stroke:
pengobatan hipertensi

mengobati diabetes melitus,


menghindari rokok, obesitas, sties, dll

berolah-raga teratur

Stroke hemoragik
Menurut WHO, dalam Intemational Statistical Classification of Diseases and Related Health
Problem 10th Revision. Stroke hemoragik dibagi atas :
Perdarahan intraserebral (PIS) = 161
Perdarahan subaraknoidal (PSA) = 160

A. STROKE INFARK
1) Pengobatan umum : pedoman 5 B
Jalan nafas, oksigenasi, fungsi paru harus
diperhatikan
Tekanan darah jangan diturunkan pada fase akut
Bila terjadi kejang harus segera diatasi
Bila terjadi TIK meningkat harus segera diturunkan
Bila terjadi retensio urin pasang kateter intermitten.
Bila inkontinensia urin pada laki2 pasang kondom kateter, pada wanita pasang
kateter.
Jaga supaya defekasi teratur, bila tak dapat makan
pasang sonde
2) Pengobatan pada penyebabnya
Farmakologi disini akan berhasil baik bila dilakukan secara dini, 6 jam sesudah
awitan stroke
a. Prevensi terjadinya trombosis (antikoagulan)
Platelet anti agregasi
- Obat utama : aspirin, dosis 650-975 mg/hari
- Obat alternatif : ticlopidin, dosis 500
mg/hari
Antikoagulan
Heparin, dengan alat injektor otomatis dengan moniter CT scan, dosis
awal 1000 IU diikuti infus konstan 800-1200 IU jam dan pemeriksaan
faal hematologis yg ketat. Dihentikan jika platelet < 100.000. sebaiknya
dihentikan bila penderita stabil dalam waktu 72 jam. Dapat diberikan
secara sub kutan 2X sehari dengan dosis awal 20.000 IU, kemudian
diturunkan sampai 15.000 IU tiap 12 jam.
Low molekuler weight heparinoid (fraksiparin) dosis 0,4 mg/kg BB sub
kutis 2X sehari selama 10 hari
Trombolisis
Urokinase, streptokinase (lama)
tPA fibrinolisis lokal. Dosis 0,9 mg/kgBB IV selama 60 menit
b. Memperbaiki aliran darah otak
Memperbaiki faktor hemorheologi
Pentoxifillyn (trental) dosis 15 mg/kg BB/ hari drip slm 5 hari dilanjutkan
oral 2x 400 mg
Hemodilusi
- Hemodilusi hipervolumik dengan
hidroxyethyl starch atau pentastarch yang lebih baik dari pada dextran 40.
indikasi : stroke dengan Ht tinggi. Bermanfaat untuk stroke baru : 6-12
jam.
- Ht jangan diturunkan dibawah 33%. KI :
dekompensasi kordis, gagal ginjal.
Menaikkan tekanan perfusi
Vasodilatasi
c. Neuroproteksi atau sitiproteksi
Calcium Channel Blocker
Nimodipin ; 2,1 cc/jam dengan syringe pump (7 hari), dilanjutkan oral 3 X
selama 1 bulan
Metabolik aktivator
Co-Dergocrine dengan dosis 2 X 250 mg IV
3) Pengobatan faktor resiko
Tekanan darah
Dilakukan penurunan tekanan darah setelah fase akut, kecuali tensi sistolik >
220 mmHg, diastolik > 120 mmHg. Gunakan antihipertensi yang bekerja
cepat :
Klonidin : dosis awal 75 ug, im, monitoring tensi tiap 15 menit. Dosis
maksimal 1200 ug. Jika tak respon, dengan IV, dosis 75 ug dalam 10 ml
glukosa 5% (pelan). Bila setelah 40 menit diastolik tetap > 120 mmHg,
berikan secara drip dengan dosis 0,9-1,05 mg dalam 500 ml larutan R
sol, mulai dengan 12 tetes/ menit.
Nifedipin sub lingual. Dosis 5 mg sub lingual
Gula darah
Reduksi -/+ (GD <200 mg %) insulin (-)
Reduksi ++ (GD200-250) insulin 4 IU sk
Reduksi +++ (GD 250-300) insulin 8 IU sk
Reduksi ++++ (GD > 300) insulin 12 IU sk
Kelainan jantung. Tergantung kelainannya
Suhu tubuh. Penurunan suhu tubuh (jika >>) dengan
cooling atau aspirin
Peninggian TIK. Manitol 100 cc/ jam (manitol 20%
500 cc) dalam 20 menit. Pastikan tak ada gagal jantung. Gagal ginjal,
dehidrasi

B. STROKE HEMORAGIK
Konservatif : - umum : 5 B
- medikamentosa
PIS : asam traneksamat 6 x 1 grm
PSA : calcium Channel Blockers dosis 60-90 mg oral tiap 4 jam selama 21 hari
Operatif : konsul bedah saraf
Terapi rehabilitasi ( untuk semua jenis stroke )
stroke infark : segera dilakukan Ft aktif
stroke hemoragik : segera FT pasif, dilanjutkan aktif setelah 2-3 minggu
( Pedoman Pelayanan Medik Dan Standar Terapi Penyakit Saraf, 1996 )
Penatalaksanaan Stroke pandangan Internist
1) Perawatan Umum
Memberikan perawatan optimal pada pasien. Memberikan posisi yang tepat. Alih
baring pada kesadaran menurun. Pemberian hidrasi yang cukup. Pengkajian gangguan
menelan dan tatacara pemberian nutrisi bila terdapat gangguan menelan. Seringkali
pemberian makanan per oral diberikan pada pasien berbaring, tapi berbahaya pada
pasien lansia, karena bisa menyebabkan pneumonia aspirasi.
2) Perbaikan gangguan/ komplikasi sistemik
Komplikasi sistemik lebih berbahaya dibanding stroknya sendiri, shg keadaan pasien
harus selalu dipantau, yaitu
a. Tekanan darah
Strok akut biasanya disertai dengan tekanan darah yang meningkat akibat
kompensasi, kemudian normal stlh 2-3 hari. Oleh karena itu, tidak perlu dikoreksi,
kecuali mencapai nilai yg sangat tinggi (sistolik >220 mmHg/distolik >130
mmHg) penurunan tekanan darah dengan perlahan, tidak sampai normal. Pada
pasien lansi, penurunan TD harus hati-hati karena telah terjadi autoregulasi,
artinya otak pasien seolah terbiasa dengan tekanan darah meninggi, shg bila
mendadak diturunkan akan terjadi gangguan metabolik otak yang akan
memperburuk keadaan. Pada penderita hipertensi kronis penurunan sampai
180/100-105 mmHg. Pada penderita tidak hipertensi penurunan sampai 160-
180/90-100 mmHg.
Bila direncanakan tindakan trombolisis, tekanan darah sistolik tidak boleh lebih
dari 180 mmHg. Agar penurunan darah bisa dilaksanakan secara titrasi, maka
diberikan obal labetalol/urapidil/nitropusid atau nitrogliserin iv atau kaptopril oral.
b. Gula darah
Gula darah sering meningkat pada awal strok, menurut penelitian, gula darah yang
tinggi dapat memperburuk kerusakan otak, shg pada hari-hari pertama strok, gula
darah harus diturunkan senormal mungkin, jika perlu diberikan insulin mell
pompa syringe.
c. Keadaan kardiorespirasi
Harus dilakukan pemantauan yang baik dan diberi tindakan pengobatan bila perlu.
d. Ulkus stres, infeksi
Sering menentukan kelangsungan hidup pasien, shg harus diprhatikan.
e. Emboli paru dan atau trombus vena dalam
Sering merupakan komplikasi strok. Bisa dihindari dengan pemberian hidrasi
yang cukup dan mobilisasi dini,aktif/pasif.
f. Terhadap lesi
Lesi hemoragik, terutama subarachnoid dan subdural bisa segera dilakukan
operasi, tetapi jenis intra serebral hanya yang terletak superfisial saja, dan dalam
waktu <12 jam. Lebih dari itu terjadi edema sekitar shg walaupun masih bisa
dilakukan operasi 72jam hasilnya tidak sebaik operasi awal.setelah 120 jam tidak
bisa dilakukan operasi karena sudah nekrosis otak.
Pada strok non hemoragik intra serebral, tindakan operatif kadang diperlukan u
dekompresi dan menghilangkan efek masa pada otak
g. Lesi iskemik
Upaya perbaikan status umum
Pemberian antikoagulasi
Pemberian antiagregasi trombosit, aspirin
Perbaikan metabolisme sekitar lesi
3) Rehabilitasi dini
Dikerjakan sedini mungkin bila pasien sudahstabil. Fisioterapi pasif dilanjutkan
fisioterapi aktif. Setelah pasien dapat berjalan sendiri terapi fisis dan okupasi.
Pendekatan psikologis
4) Tindakan pengawasan lanjutan
Untuk mencegah stroke berulang dan upaya rehabilitasi kronis harus terus dikerjakan.

Stroke hemoragik
Menurut WHO, dalam Intemational Statistical Classification of Diseases and Related
Health Problem 10th Revision. Stroke hemoragik dibagi atas :
Perdarahan intraserebral (PIS) = 161
Perdarahan subaraknoidal (PSA) = 160

C. STROKE INFARK
4) Pengobatan umum : pedoman 5 B
Jalan nafas, oksigenasi, fungsi paru harus
diperhatikan
Tekanan darah jangan diturunkan pada fase akut
Bila terjadi kejang harus segera diatasi
Bila terjadi TIK meningkat harus segera diturunkan
Bila terjadi retensio urin pasang kateter intermitten.
Bila inkontinensia urin pada laki2 pasang kondom kateter, pada wanita pasang
kateter.
Jaga supaya defekasi teratur, bila tak dapat makan
pasang sonde
5) Pengobatan pada penyebabnya
Farmakologi disini akan berhasil baik bila dilakukan secara dini, 6 jam sesudah
awitan stroke
d. Prevensi terjadinya trombosis (antikoagulan)
Platelet anti agregasi
- Obat utama : aspirin, dosis 650-975 mg/hari
- Obat alternatif : ticlopidin, dosis 500
mg/hari
Antikoagulan
Heparin, dengan alat injektor otomatis dengan moniter CT scan, dosis
awal 1000 IU diikuti infus konstan 800-1200 IU jam dan pemeriksaan
faal hematologis yg ketat. Dihentikan jika platelet < 100.000. sebaiknya
dihentikan bila penderita stabil dalam waktu 72 jam. Dapat diberikan
secara sub kutan 2X sehari dengan dosis awal 20.000 IU, kemudian
diturunkan sampai 15.000 IU tiap 12 jam.
Low molekuler weight heparinoid (fraksiparin) dosis 0,4 mg/kg BB sub
kutis 2X sehari selama 10 hari
Trombolisis
Urokinase, streptokinase (lama)
tPA fibrinolisis lokal. Dosis 0,9 mg/kgBB IV selama 60 menit
e. Memperbaiki aliran darah otak
Memperbaiki faktor hemorheologi
Pentoxifillyn (trental) dosis 15 mg/kg BB/ hari drip slm 5 hari dilanjutkan
oral 2x 400 mg
Hemodilusi
- Hemodilusi hipervolumik dengan
hidroxyethyl starch atau pentastarch yang lebih baik dari pada dextran 40.
indikasi : stroke dengan Ht tinggi. Bermanfaat untuk stroke baru : 6-12
jam.
- Ht jangan diturunkan dibawah 33%. KI :
dekompensasi kordis, gagal ginjal.
Menaikkan tekanan perfusi
Vasodilatasi

f. Neuroproteksi atau sitiproteksi


Calcium Channel Blocker
Nimodipin ; 2,1 cc/jam dengan syringe pump (7 hari), dilanjutkan oral 3 X
selama 1 bulan
Metabolik aktivator
Co-Dergocrine dengan dosis 2 X 250 mg IV
6) Pengobatan faktor resiko
Tekanan darah
Dilakukan penurunan tekanan darah setelah fase akut, kecuali tensi sistolik >
220 mmHg, diastolik > 120 mmHg. Gunakan antihipertensi yang bekerja
cepat :
Klonidin : dosis awal 75 ug, im, monitoring tensi tiap 15 menit. Dosis
maksimal 1200 ug. Jika tak respon, dengan IV, dosis 75 ug dalam 10 ml
glukosa 5% (pelan). Bila setelah 40 menit diastolik tetap > 120 mmHg,
berikan secara drip dengan dosis 0,9-1,05 mg dalam 500 ml larutan R
sol, mulai dengan 12 tetes/ menit.
Nifedipin sub lingual. Dosis 5 mg sub lingual
Gula darah
Reduksi -/+ (GD <200 mg %) insulin (-)
Reduksi ++ (GD200-250) insulin 4 IU sk
Reduksi +++ (GD 250-300) insulin 8 IU sk
Reduksi ++++ (GD > 300) insulin 12 IU sk
Kelainan jantung. Tergantung kelainannya
Suhu tubuh. Penurunan suhu tubuh (jika >>) dengan
cooling atau aspirin
Peninggian TIK. Manitol 100 cc/ jam (manitol 20%
500 cc) dalam 20 menit. Pastikan tak ada gagal jantung. Gagal ginjal,
dehidrasi

D. STROKE HEMORAGIK
Konservatif : - umum : 5 B
- medikamentosa
PIS : asam traneksamat 6 x 1 grm
PSA : calcium Channel Blockers dosis 60-90 mg oral tiap 4 jam selama 21 hari
Operatif : konsul bedah saraf
Terapi rehabilitasi ( untuk semua jenis stroke )
stroke infark : segera dilakukan Ft aktif
stroke hemoragik : segera FT pasif, dilanjutkan aktif setelah 2-3 minggu
( Pedoman Pelayanan Medik Dan Standar Terapi Penyakit Saraf, 1996 )
Komplikasi akut
a. Kenaikan tekanan darah
Sebagai mekanisme kompensasi untuk mencukupi pasokan darah di tempat lesi.
Oleh karena itu, bila menunjukkan nilai yang sangat tinggi (sistolik >220/diastol
>130) tekanan darah tidak perlu diturunkan, karena akan turun sekali setelah
48jam. Pada pasien hipertensi kronik, tekanan darah tidak perlu diturunkan segera.
b. Kenaikan kadar gula darah
Pasien seringkali merupakan pasien DM, sehingga kadar gula darah pasca strok
tinggi. Atau kenaikan gula darah sebagai kompensasi akibat stres.
c. Gangguan jantung
Setiap keadaan ini memerlukan perhatian khusus, karena seringkali memperburuk
keadaan, strok bahkan sering menyebabkan kematian.
Komplikasi kronik
a. Akibat tirah baring lama di tempat tidur bisa terjadi pneumonia, dekubitus,
inkontinensia serta berbagai akibat imobilisasi lain.
b. Rekurensi stroke
c. Gangguan sosial-ekonomi
d. Gangguan psikologis

o Individu yang mengalami cvsmayor pada bagian otak yang mengontrol respons
pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal. Destruksi area ekspresif atau
reseptif pada otak akibat hipoksia dapat menyebabkan kesulitan komunikasi.
Hipoksia pada area motorik otak dapat menyebabkan paresis. Perubahan emosional
dapat terjadi pada kerusakan korteks, yang mencakup sistem limbik.

o Hematoma intraserebral dapat disebabkan oleh pecahnya aneurisma atau stroke


hemoragik, yang menyebabkan cedera otak sekunder ketika tekananintrakranial
meningkat.

Sumber : Buku Patofisiologi, Elizabeth. J. Corwin, ed. 3.

Anda mungkin juga menyukai