Desain 3
Desain 3
BAB I
PENDAHULUAN
Dengan mengacuh pada latar belakan penulisan laporan ini, maka dapat
dirumuskan masalah yang akan dibahas yaitu bagaimana cara mendesain penataan
Agar pembahasan dalam laporan ini tidak meluas, maka perlu diberi
batasan antara lain sebagai berikut :
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada dasarnya kapal terdiri atas beberapa sistem yaitu sistem permesinan
kapal yang merupakan alat penggerak kapal, sistem instalasi listrik yang berfungsi
sebagai penyedia listrik yang dibangkitkan oleh generator dan disalurkan melalui
kabel-kabel menuju ke suatu sistem panel untuk berbagai keperluan misalnya
untuk peralatan navigasi, penerangan dan penggerak pompa, sistem ditribusi
fluida yang melayani penyaluran fluida dari tempat yang satu ke tempat lainnya di
atas kapal dan terdiri atas system instalasi perpipaan dan system pemompaan.
Untuk melayani keperluan kerja dari semua sistem permesinan yang ada di
kamar mesin, sistem ini terdiri atas :
digunakan engine pada start awal mempunyai prinsip-prinsip kerja sebagai berikut
:
- Udara tekan mempunyai tekanan yang harus lebih besar dari tekanan
kompresi, ditambah dengan hambatan yang ada pada engine, yaitu tenaga
untuk menggerakkan bagian yang bergerak lainnya seperti engkol, shaft, dan
lain-lain.
- Udara tekan diberikan pada salah satu silinder dimana toraknya sedang
berada pada langkah ekspansi.
- Penggunaannya dalam engine membutuhkan katup khusus yang berada pada
silinder head.
Pihak klasifikasi memberikan beberapa acuan yang harus diperhatikan
dalam kaitannya dengan sistem start dengan udara tekan. Aturan-aturan yang ada
antara lain:
1. Peralatan untuk menstart mesin harus bekerja dengan baik.
2. Motor induk yang distart dengan udara tekan harus dilengkapi minimal 2
kompressor udara start, dan satu kompressor harus digerakkan tersendiri
terhadap mesin induk dan menyuplai paling sedikit 50 % dari total
kapasitas yang diperlukan.
3. Volume total dari botol angin, untuk motor reversible, harus dihitung
supaya dapat memenuhi ketentuan 12 kali operasi start-up motor induk
dalam keadaan dingin dengan baik.
4. Selama sea trial 18 kali operasi start-up, motor induk pada temperatur
service tanpa koneksi dengan kompressor utama.
5. Operasi start-up harus dilakukan pada kondisi putaran baling-baling arah
maju dan mundur.
6. Untuk motor yang non-reversible dan menggerakkan CPP atau jika
mungkin distart tanpa tahanan torsi, kapasitas botol angin harus cukup
minimal untuk 6 kali operasi start pada kondisi motor mulai panas.
7. Pengoperasian botol angin melalui kompressor selama operasi start tidak
diijinkan.
Dimana;
V : kapasitas total tabung udara (2 botol angin) (m3)
n : Jumlah silinder dari mesin induk
D : diameter silinder dari mesin induk(m)
N : putaran mesin per mesin induk(rpm)
S : langkah torak dari mesin induk (m)
C : konstanta; untuk mesin 4 langkah dan 2 langkah dengan type pistun
trunk dan mesin 2 langkah dengan pistonr type crosshead C = 1
Dimana ;
J = kapasitas total tabung udara (dm3)
H = langkah torak silinder (cm)
D = diameter silinder (cm)
vh = volume langkah torak satu silinder (dm3)
z = jumlah silinder
pme = tekanan kerja efektif dalam silinder (kg/cm2)
a,b = faktor koreksi untuk jenis mesin
untuk mesin-mesin 2-tak, a = 0,771; b = 0,058
untuk mesin-mesin 4-tak, a = 0,685; b = 0,055
c = faktor untuk tipe instalasi
d = 1, untuk p = 30 kg/cm2
0,0584
= , untuk p 30 kg/cm2 bila tidak dilengkapi katup
1 e ( 0,11 0,05ln p )
reduksi tekanan.
nA = jumlah putaran (rpm)
untuk putaran nominal (nN) 1000 rpm, nA = 0,06.nN + 14
untuk putaran nominal (nN) > 1000 rpm, nA = 0,25.nN - 176
Berikut ini diperlihat gambar diagram pipa untuk sistem start dengan udara
bertekanan serta aplikasi lainnya.
ukuran mesin. Untuk system yang menggunakan bahan bakar HFO untuk
opersionalnya, sebelum masuk ke main engine (Mesin utama) HFO harus
ditreatment dahulu untuk penyesuaian viskositas, temperature dan tekanan.
Untuk system bahan bakar suatu mesin, semua komponen yang
mendukung sirkulasi bahan bakar harus terjamin kontinuitasnya karena hal
tersebut sangat vital dalam operasional, maka dalam perancangan ini setiap
komponen utama system harus ada yang standby (cadangan) dengan tujuan jika
salah satu mengalami trouble/disfungsi dapat secara otomatis terantisipasi dan
teratasi. Peralatan tersebut antara lain : purifier pump, supply pump, circulating
pump, filter, dan lain-lain. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi oleh system
bahan bakar tersebut sebagai berikut :
- Tekanan; tekanan fluida dalam pipa sebelum masuk ke supply pump adalah 0
bar dan setelah keluar harus memiliki tekanan 7 bar yang akan diteruskan ke
circulating pump masuk ke nozzle, keluar dari sini fluida mempunyai tekanan
10 bar.
- Kecepatan; laju aliran bahan bakar heavy fuel oil mempunyai batas
maksimum kecepatan yaitu 0,6 m/s.
Selain hal di atas beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu system
bahan bakar dengan menggunakan jenis bahan bakar HFO menurut rules
klasifikasi adalah sebagai berikut :
1. Bunker dari system bahan bakar berada pada deck yang terbawah dan
harus diisolasi dari ruangan yang lain (section 11.G.1.1)
2. Tangki bahan bakar harus dipisahkan dengan cofferdam terhadap tangki-
tangki yang lain (Section 10.B.2.1.3)
3. Pipa bahan bakar tidak boleh melawati tangki yang berisi feed water, air
minum, pelumas dan oil thermal (section 11.G.4.1)
4. Plastik dan gelas tidak boleh digunakan untuk system bahan bakar (section
11.G.4.6)
5. Pompa transfer, feed, booster harus direncanakan untuk kebutuhan
temperatur operasi pada kondisi medium (section 11.G.5.1)
6. Pompa transfer harus disediakan sedangkan untuk pompa service yang lain
digunakan sebagai pompa cadangan yang sesuai dengan pompa transfer
bahan bakar (section 11.G.5.2)
7. Harus ada paling sedikit 2 pompa transfer bahan bakar untuk mengisi
tangki harian. Purifier sebagai pelengkap pengisian (section 11.G.5.3)
8. Pompa feed/booster diperlukan untuk mensupply bahan bakar ke main
engine atau auxiliary engine dan pompa cadangan harus disediakan
(section 11.G.5.4)
9. Untuk pendistribusian bahan bakar melalui pompa supply bahan bakar
harus dilengkapi dengan filter duplex dengan control amnual atau otomatis
(section 11.G.7.1)
10. Untuk saluran masuk menggunakan filter simplex (section 11.G.7.2)
11. Purifier untuk membersihkan minyak harus mendapat persetujuan pihak
klasifikasi setempat (section 11.G.8.1)
12. Untuk penggunaan filter secara bersamaan antara bahan bakar dan minyak
pelumas pada supply system maka harus ada pemisah (pengontrol) agar
bahan bakar dan minyak pelumas tidak tercampur (section 11.G.8.2)
13. Sludge tank harus disediakan untuk purifier agar kotoran dari purifier tidak
mengganggu kerja dari purifier tersebut (section 11.G.8.3)
14. Untuk pengoperasian dengan heavy fuel oil (HFO) harus dipasang system
pemanas (section 11. G.9.1)
15. Settling tank dan daily tank harus dilengkapi dengan system drain (section
11.G.9.2)
16. Settling tank yang disediakan berjumlah 2 dan kapasitas minimal dapat
menyediakan bahan bakar selama 1 hari atau 24 jam (secion 11.G.9.3.1)
17. Daily tank harus dapat menyediakan bahan bakar selama minimal 8 jam
(section 11.G.9.4.3)
18. Harus tersedia 2 mutually independent pre-heater (section 11.G.9.7)
Suatu sistem bahan bakar terdiri atas beberapa peralatan yang mendukung
sistem tersebut, dimana sistem ini dibagi menjadi 2 sistem yaitu sistem transfer
dan sistem supply bahan bakar ke motor induk.
1. Sistem Transfer
Komponen-komponen peralatan yang dibutuhkan untuk menunjang sistem
transfer adalah sebagai berikut :
a. Storage tanker (Bunker)
Fungsi dari bunker ini adalah untuk mencegah masalah ketersesuaian yang
terjadi saat penambahan bahan bakar baru terhadap bahan bakar yang telah
ada. Pada tangki ini juga dilengkapi dengan pemanas yang dirancang
sedemikian rupa sehingga bahan bakar yang berada dibunker mencapai
suhu 10 o C dibawah nilai pour point.
b. Settling tank (Tangki pengendapan)
Tangki pengendapan umumnya berjumlah 2 buah tangki harus tersedia.
Pengendapan awal pada tangki ini memungkinkan untuk dilakukannya
pengendapan yang lebih baik pada waktu yang diberikan. Kapasitas
penyimpanan dari tangki settling ini harus dirancang untuk mampu
menampung keperluan supplai bahan bakar minimal 24 jam. Tangki ini
didisain agar dapat mengendapkan kotoran dan air yang ikut terbawa
bahan bakar.
c. Pemanas tangki
Permukaan pemanas tangki juga harus memiliki ukuran untuk mampu
memanaskan seluruh isi tangki pada suhu 75 oC, kurang dari 6 hingga 8
jam. Pendistribusian panas harus terus dikendalikan secara otomatis
tergantung dari suhu bahan bakar. Hal ini dilakukan untuk menghindari :
- Olahan dari lumpur endapan karena pemanasan, koil pemanas harus
diatur pada jarak yang cukup dari dasar tangki.
- Pembentukan lapisan aspal (untuk bahan bakar HFO) dari bahan bakar
sehingga suhu pemanasan tidak boleh lebih dari 75 oC.
- Pembentukan deposit karbon pada permukaan pemanas tidak boleh lebih
dari 1,1 watt/cm2.
d. Filter
Sebagai penyaring bahan bakar, sehingga melindungi pompa dari
kotoran/sludge yang dapat merusak permukaan screw pump.
e. Transfer pump
Pompa ini berfungsi untuk memindahkan fluida (bahan bakar) dari storage
tank ke settling tank. Untuk menghindari emulsifikasi dari air dilakukan
perlakuan pemisahan (gentle treatment dari tipe pompa screw).
Kapasitasnya diatur hingga waktu keseluruhan pengisian hingga tangki
penuh kurang dari 2 jam.
f. Supply pump
Pompa ini berfungsi untuk memindahkan bahan bakar dari settling tank ke
daily tank. Dengan penggerak motor listrik, pompa ini harus memiliki
screw yang tahan terhadap panas yang cukup tinggi, dan tidak dipasang
didekat separator. Volume edar harus diatur sehingga dapat sesuai dengan
kapasitas yang diperlukan.
g. Heater
Alat ini digunakan untuk memanaskan bahan bakar sehingga dapat
menjaga viskositas bahan bakar yang diinginkan sesuai dengan spesifikasi.
h. Separator
Alat ini berfungsi untuk memisahkan bahan bakar dengan air dan bahan
bakar yang bersih dialirkan ke daily tank sedangkan kotoran dan air
disalurkan ke sludge tank. Karena kondisi bahan bakar yang sangat buruk,
digunakan dua tingkat separator yang akan digunakan. Separator pada
prinsipnya dilengkapi dengan 2 set dengan type yang sama yang mana 1
set digunakan untuk service separator dan yang kedua digunakan untuk
stand by.
2. Komponen-komponen peralatan yang dibutuhkan untuk menunjang sistem
supply adalah sebagai berikut :
a. Feed pump
Pompa ini digunakan untuk pendistribusian bahan bakar yang berasal dari
tangki settling ke tangki service melalui centrifuge. Head pump dipilih
berdasarkan tekanan yang dibutuhkan oleh sistem.
b. Centrifuge; merupakan alat penyaring fluida. Pada sistem ini fungsi
centrifuge adalah untuk mentreatment bahan bakar dimana normalnya 2
buah centrifuge harus terpasang untuk bahan bakar jenis HFO, sedangkan
untuk DO tidak harus ada dengan kapasitas 0,27 l/kwh atau 0,2 l/BHP.
c. Fuel oil service tank; tangki ini harus dapat memenuhi kebutuhan selama 8
sampai 12 jam. Tank harus didisain agar air dan partikel kotor lain tidak
dapat masuk pipa suction dari pompa booster penyaringan ini dilakukan
oleh separator yang bekerja pada continous operation. Untuk tangki ini
harus dilengkapi dengan coil pemanas yang dirancang untuk temperatur
tangki sebesar 75 oC. Viskositas maksimum bahan bakar dalam tangki
adalah 140 cst. Pada tangki ini dilengkapi dengan heater, pemanasan ini
dengan tujuan agar viscositas yang tinggi, sehingga dibutuhkan panas
untuk merendahkan viscositasnya. Selain itu yangki dilengkapi dengan
ruangan endapan dengan sudut inklinasi 10o serta katup kuras yang
dipasang pada titik terendah. Endapan tersebut harus dikuras dari service
tank pada waktu yang kontinyu.
d. Fuel oil daily tank; tangki ini harus mampu memenuhi kebutuhan bahan
bakar DO selama 8 sampai 12 jam. Tangki diesel oil ini peletakannya
minimal 2,5 m diatas sumbu crankshaft motor induk. Sedang untuk
perlengkapan tangki dilengkapi dengan ruang endapan lumpur dan katup
kuras.
e. Three way cock; katup ini digunakan untuk mengganti bahan bakar dari
penggunaan MDO ke HFO dan sebaliknya. Umumnya dioperasikan secara
manual dan sekurangnya dilengkapi dengan dua saklar untuk mengatur
alarm pada pengukuran viskositas dan sistem pengendali selama
penggunaan heavy fuel.
f. Pompa supplai; kapasitas tekan minimum ialah 4 bar pada temperatur
kerja 90 oC dari konsumsi bahan bakar maksimum, sehingga head pompa
dipilih berdasarkan tekanan yang dibutuhkan oleh sistem dan keluaran
melewati non-return valve yang diset pada tekanan 4 bar dan apabila tidak
mencukupi melalui katup pemindah, aliran akan kembali ke pompa supply.
g. Pompa sirkulasi; kapasitas tekan minimum pompa adalah 10 bar dimana
terjadi perbedaan tekanan sebesar 6 bar dari konsumsi bahan bakar
m. Automatic de-aerating valve; katup ini akan bekerja secara otomatis untuk
melepaskan udara.
n. Tank vent; alat ventilasi dari tangki untuk menetralkan/melepaskan
tekanan yang tinggi akibat sirkulasi bahan bakar yang berasal dari mesin
sebelum bersirkulasi kembali ke pompa sirkulasi.
o. Tangki drain; tangki ini mengumpulkan campuran gas dan udara yang
tercampur didalam sistem selama start. Suatu katup apung yang
dihubungkan oleh alarm akan memperingatkan perlunya dikeluarkan gas
yang terdapat dalam tabung tersebut oleh operator bila dinilai telah
melebihi batas. Gas tersebut dibuang dengan katup yang digerakkan secara
manual. Pada saat sebelum memadamkan motor induk, sistem ditukar dari
penggunaan HFO menjadi MDO, tangki diatur untuk mampu mengalami
perubahan suhu selama kurang dari 5 menit pada konsumsi setengah beban
motor. Tekanan kerja tangki dirancang dengan persetujuan kelas.
Prinsip Kerja
Prinsip kerja dari sistem bahan bakar adalah sebagai berikut, bahan bakar
dari bunker (storage tank) dipompakan melalui pompa pemindah (transfer) bahan
bakar ke settling tank guna proses pengendapan selama 24 jam sebelum
dipergunakan oleh mesin. Dari settling tank dengan menggunakan feed pump
bahan bakar dipindahkan ke tangki service. Dari tangki service inilah bahan bakar
selanjutnya dipergunakan oleh mesin. Volume tangki service disesuaikan dengan
kebutuhan mesin untuk operasional selama 8 12 jam.
II.1.c Sistem Pelumasan (Lubrication System)
Minyak pelumas pada suatu sistem permesinan berfungsi untuk
memperkecil gesekan-gesekan pada permukaan komponen-komponen yang
bergerak dan bersinggungan. Selain itu minyak pelumas juga berfungsi sebagai
fluida pendinginan pada beberapa motor. Karena dalam hal ini motor diesel yang
digunakan termasuk dalam jenis motor dengan kapasitas pelumasan yang besar,
maka system pelumasan untuk bagian-bagian atau mekanis motor dibantu dengan
pompa pelumas. Sistem ini digunakan untuk mendinginkan dan melumasi engine
bearing dan mendinginkan piston.
dengan output lebih dari 150 kw dimana supplai pelumas dari engine sump tank
dilengkapi dengan simpleks filter dengan alarm pressure dirancang dibelakang
filter dan filter dapat dibersihkan selama operasi , untuk keperluan ini sebuah
shutt off valve by-pass dengan manual operasi.
Pelumasan yang memuaskan dari mesin diesel kecepatan tinggi modern
telah menjadi masalah yang sulit. Berikut ini beberapa penyebab kesulitan yang
dihadapi :
- Kecepatan yang tinggi, yang telah dihasilkan dalam mesin kecil dengan
penampungan minyak kecil mesin tinggi dan suhu minyak.
- Suhu cincin torak tinggi, yang mempunyai kecenderungan untuk
menyebabkan pelekatan cincin dan kemacetan torak.
- Suhu mesin tinggi, yang membuat makin sulit untuk mencapai pelumasan
silinder dan torak dengan sempurna. Makin banyaknya penggunaan mesin dua
langkah, dengan output daya makin besar, dan pengisian lanjut dari mesin
empat langkah, yang menaikkan tekanan dan suhu silinder.
- Tekanan silinder tinggi, yang telah dihasilkan dalam beban bantalan yang
tinggi.
- Suhu mesin yang tinggi, beban besar dan kecepatan tinggi, yang meletakkan
tegangan baru pada bahan bantalan dan meningkatkan kecenderungan untuk
korosi meskipun menggunakan logam bantalan khusus.
- Penggunaan bantalan dengan cangkang presisi, yang lebih peka terhadap
butiran padat dalam minyak lumas memerlukan permurnian minyak lebih
baik.
- Peningkatan penggunaan tembaga dalam bantalan, yang ikut menyumbang
oksidasi minyak.
- Penggunaan konstruksi tertutup seluruhnya pada mesin diesel putaran tinggi,
yang makin menyulitkan pencegahan kebocoran minyak bahan bakar dan
meningkatkan kecepatan pengenceran minyak karter oleh minyak bahan
bakar.
Sedangkan pencemaran minyak pelumas yang terjadi pada karter mesin diesel
disebabkan oleh beberapa hal yaitu :
- Dari minyak pelumas sendiri.
- Butiran debu yang masuk bersama udara karena tidak menggunakan
pembersih udara.
- Air yang terbentuk oleh pengembunan uap air hasil pembakaran hidrogen
dari bahan bakar dengan oksigen dari pengisian udara.
- Butiran logam yang terjadi akibat keausan pada material cincicn torak,
dinding silinder, roda gigi, dll.
Untuk pengoperasian mesin secara memuaskan dan memperpanjang umur
bagian-bagiannya, maka pencemaran pada minyak lumas tidak boleh melebihi
batas maksimum dan harus dikurangi secara berkala atau secara kontinyu dengan
saringan dari berbagai disain, pemusing, pengendapan gaya berat ataupun dengan
metode kimia. Pengenceran minyak lumas oleh minyak bahan bakar dapat
disebebkan oleh kebocoran sistem injeksi bahan bakar tekanan tinggi kalau
kebocorannya dimungkinkan masuk melalui sambungan yang tidak cukup kedap
ke dalam karter. Dalam beberapa konstruksi yang pengencerannya
tidak dapat dicegah, minyak karter harus diganti setelah pengencerannya
mencapai maksimum nilai tertentu, biasanya 5 % atau yang dinyatakan dalam
buku petunjuk pabrik mesin (manual book engine).
Sedangkan peralatan yang diperlukan untuk menunjang kelancaran sistem
pelumas meliputi :
1. Suction Filter pada tangki double bottom
Peralatan ini digunakan untuk melindungi pompa pelumas terhadap
partikel/serpihan metal yang tajam yang terdapat di tangki. Disarankan
filter ini memiliki kehalusan sebesar 500 m yang juga bermuatan magnet.
Bila terjadi penurunan tekanan pada filter berarti filter tersebut harus
dibersihkan secara manual. Bila hal ini dilakukan, sebaiknya pada saat
kapal berlabuh.
2. Lubricating Oil Pumps
Pompa ini hanya dipasang pada motor yang tidak dapat berbalik
putarannya (non-reversible engine). Hal ini dengan maksud agar daya
yang digunakan dari diesel generator dapat dikurangi dan suplai minyak
lumas dapat terjamin alirannya saat kondisi darurat (black-out). Untuk
kualitas viskositas dari minyak pelumas pada motor yang menggunakan
heavy oil adalah berdasarkan kelas SAE-40 dengan Total Base Number
20-40 mg KOH/gr. Yang mana tergantung dari kualitas dari heavy oil
tersebut (khususnya kandungan sulfur). Pada tangki pelumas perlu
diberikan pemanas sehingga pelumas dapat mencapai suhu 40 oC tiap saat
pada waktu motor hendak distart. Sedang untuk sirkulasi secara kontinyu
pada sistem ini tidak diperlukan sehingga keberadaan stand-by pump tidak
diperlukan. Sehingga untuk kondisi start pompa stand-by harus dihidupkan
15 menit sebelum motor distart.
3. Lubricating Oil Cooler
Salah satu fungsi yang penting dari sirkulasi minyak pelumas adalah untuk
mendinginkan permukaan bantalan dengan membawa keluar panas yang
ditimbulkan oleh gesekan. Suhu minyak yang masuk tangki penekan
mesin tidak boleh melebihi 120 oF. minyak yang meninggalkan karter
tidak boleh melebihi 160 oF dalam keadaan apapun juga. Jadi suhu yang
diambil dengan penggunaannya dalam mesin sesuai dengan kenaikan suhu
40 oF. Untuk cooler dirancang dengan ketentuan kalor margin 5 % dari
spesifikasi dan margin luasan pertukaran panas 15 %.
4. Temperature Control valve
Katup ini terpasang pada sisi masuk dari motor dengan range temperatur
54oC.
5. Automatic Filter
Sisa beram hasil pembakaran yang dibawa oleh minyak pelumas disaring
oleh separator. Kemudian untuk menjaminnya digunakan filter yang
terintegrasi. Filter ini dipasang dengan harga tertentu. Spesifikasi filter
yang ditentukan dari produsen ialah 34 m pada kerapatan saringan
dengan surface load 8 l/cm2.h.
6. Booster Pump
Type dari pompa ini dapat berupa screw, gear ataupun sentrifugal yang
tujuannya memberikan laju fluida yang lebih besar, sehingga didapatkan
dorongan yang lebih kuat. Pada sistem pelumasan ini, pompa booster
digunakan untuk daerah katup.
7. Indicator Filter
Alat ini berbentuk filter duplex yang dibersihkan secara manual. Filter ini
dihubungkan secara langsung dengan filter otomatis dan tandon dari
wadah yang menampung beram/serpihan yang terkandung/terbawa oleh
pelumas. Indikator filter ini melindungi motor dari aliran pelumas yang
kotor dengan penduga perbedaan tekanan yang terpasang pada indikator
yang dihubungkan dengan alarm/monitor. Filter otomatis dan filter
indikator ini harus terhubung dengan alarm. Saluran kuras dari ruang
tandon filter ini dihubungkan ke tangki penampung minyak sisa (leak oil
tank). Bagian aliran pipa antara filter dengan sisi masuk motor harus dapat
selalu diperiksa sebelum pemasangan dan pada bengkokan harus
mempertimbangkan ukuran flens untuk memungkinkan pemeriksaan yang
menyeluruh pada dinding dalam pipa.
Kerapatan filter yaitu 60 m dengan beban permukaan 8 l/cm2h.
8. Separator
Minyak pelumas secara intensif dibersihkan dengan cara penyaringan yang
mana berfungsi sebagai pengganti filter yang mana akan menghemat biaya
operasi (ekonomis). Jenis dari separator harus dari jenis self cleaning type,
pengaturannya harus disesuaikan dengan kuantitas dari minyak pelumas
pada 1 l/kw. Dengan kuantitas minyak pelumas sedemikian maka separator
harus membersihkan sebanyak 8 kali sehari (24 jam). Kurang dari 7 kali
sehari tidak diijinkan. Rumus untuk menentukan kapasitas nominal
separator adalah :
1xPx8 x100 x 24
Q = (l/h)
24 xBxt
Dimana : P = Engine rating MCR in (kw)
B = Troughout rate 22 %
t = periode pemisahan efektif harian (tergantung merek
separator)
9. Pressure control Valve
Dengan menggunakan katup pengendali tekanan maka dapat diperoleh
tekanan yang kontinyu sehingga tidak diperlukan pompa yang berdiri
sendiri (free standing pump). Pemasangan katup ini dipasang secara
langsung pada motor disesuaikan dengan jaringan pipa yang ditentukan
oleh shipyard.
10. Condensate Traps
Wadah embun diperlukan di pipa pada turbocharger, dan tangki harian
(service) untuk dipasang sedekat mungkin ke pipa ventilasi. Hal ini akan
menghindarkan dari kembalinya air hasil pengembunan ke engine atau
tangki harian.
11. Leak oil tank untuk minyak pelumas dan minyak bakar
Luberan atau bocoran minyak bahan bakar atau minyak pelumas yang
kotor dikuras dari rumah minyak pelumas dan dikumpulkan di tangki ini
kemudian dialirkan ke sludge tank. Isi dari pelumas ini tidak dapat
dikembalikan ke tangki suplai.
12. Cylinder oil tank
Pelumasan untuk silinder adalah terpisah sehingga diperlukan tangki
tersendiri dengan tingkat kekentalan dari SAE 50 dengan 70 TBN (Total
Base number)
13. Cylinder oil service tank
Volume tangki ini adalah mampu melayani pelumasan minimum 2 hari
dan pipa nominal untuk masuk dalam pelumasan silinder adalah 2,5 mm.
minyak lumas dialirkan ke silinder melalui non-return valve dan letak
tangki berada diatas mesin dengan jarak minimum 3000 mm dan sistem
suplai adalah dengan sistem gravitasi.
melalui high and low sea chest pada tiap sisi kapal. Setiap sea chest dilengkapi
dengan sea water valve, vent pipe, dimana pipa udara ini dipasang setinggi atau
lebih dari sarat kapal untuk membebaskan udara atau uap dan blow out pipe untuk
membersihkan sea chest.
Adapun komponen-komponen peralatan pada instalasi pendingin adalah
sebagai berikut :
Instalasi air laut
1. Sea water pump; berfungsi untuk memompa air laut ke central cooler.
Pompa ini digerakkan oleh elektromotor. Kapasitas dari pompa
ditentukan berdasarkan jenis pendingin yang digunakan dan jumlah
panas yang harus dihilangkan.
2. Central cooler; berfungsi sebagai penukar kalor, panas motor induk
diserap oleh air tawar, pada saat air tawar melalui central cooler terjadi
perpindahan panas dalam central cooler (panas air tawar diserap air laut).
3. Filter air laut; berfungsi melindungi sistem dari beram karat yang berasal
dari sea chest. Disarankan menggunakan filter duplex. Kerapatan 2 4
mm, untuk daerah operasi yang banyak pasirnya disarankan
menggunakan filter dengan kerapatan 0,3 -0,5 mm.
Instalasi air tawar
Sistem pendingin yang terjadi pada instalasi air tawar dapat dilihat pada
gambar diagram pipa berikut ini :
ventilasi, perlengkapan dapur (galley), sistem sanitari, cold storage, alarm dan
sistem kebakaran, dan sebagainya.
komponen dalam suatu instalasi. Gambar diagram sistem dibuat guna memastikan
sistem akan memenuhi kebutuhan spesifikasi dan seluruh elemen dari sistem
saling compatible dengan yang lainnya. Diagram pipa merupakan point awal
untuk mengembangkan seluruh gambar-gambar perpipaan. Diagram pipa
menggambarkan komponen sistem dan hubungannya satu sama lain dalam bentuk
skematik. Diagram ini terdiri dari :
1. Simbol-simbol komponen
2. Schedule material
3. Komponen performance rating dan kurve pompa
4. Valve description
5. Identifikasi komponen
6. Tekanan, suhu, aliran, kecepatan, penurunan tekanan sistem
7. Ukuran pipa
8. Arah aliran
9. Identifikasi kompartemen dan bulkhead
10. Karakteristik dari instrumen
11. Karakteritik operasi dari tekanan, suhu,ketinggian dan kontrol aliran, dll
Kualitas dan kejelasan diagram pipa sangat penting karena gambar
diagram memberikan informasi bermacam-macam fungsi selama perencanaan,
pembangunan dan operasional kapal dan membrikan pengertian awal bagaimana
sistem tersebut berjalan dan menerangkan hubungan dengan sistem lainnya.
Hubungan fungsi harus sama-sama ditonjolkan. Gambar perencanaan sistem pipa
biasanya dibuat hanya untuk satu sistem atau sistem yang berhubungan pada satu
gambar untuk menyederhanakan penggambaran. Sistem instalasi perpipaan di
kapal dapat dikelompokkan dalam beberapa kelompok layanan diatas kapal,
antara lain :
1. Layanan Permesinan; yang termasuk disini adalah sistem-sistem yang akan
melayani kebutuhan dari permesinan di kapal (main engine dan auxilliary
engine) seperti sistem start, sistem bahan bakar, sistem pelumasan dan sistem
pendingin.
2. Layanan penumpang & crew; adalah sistem yang akan melayani kebutuhan
bagi seluruh penumpang dan crew kapal dalam hal untuk kebutuhan air tawar
dan sistem sanitary/drainase.
3. Layanan keamanan; adalah sistem instalasi yang akan menjamin keselamatan
kapal selama pelayaran meliputi : sistem bilga dan sistem pemadam
kebakaran.
4. Layanan keperluan kapal; adalah sistem instalasi yang akan menyuplai
kebutuhan untuk menjamin stabilitas dan keperluan kapal meliputi sistem
ballast dan sistem pipa cargo (untuk kapal tanker).
Adapun ketentuan-ketentuan yang diberikan oleh pihak klsaifikasi yang
harus dipenuhi untuk suatu system instalasi perpipaan yang terdiri dari peralatan-
peralatan yang digunakan pada suatu system di kapal sebagai berikut :
1. Sambungan-sambungan pipa berupa sambungan flens harus digunakan
untuk sambungan pipa yang dapat dilepas. Ikatan ulir hanya dapat
dipergunakan untuk diameter luar sampai dengan 2 inchi.
2. Ekspansi dari system perpipaan yang disebabkan kenaikan suhu atau
perubahan bentuk lambung, harus diimbangi sedapat mungkin dengan
lengkungan-lengkungan pipa, pipa kompensator ekspansi, sambungan-
sambungan yang menggunakan penahan packing dan cara yang sejenis.
3. Pipa yang harus melalui sekat-sekat, atau dinding-dinding, harus dibuat
secara kedap air atau kedap minyak. Lobang-lobang baut untuk sekrup atau
baut-baut pengikat tidak boleh terletak pada dinding-dinding tangki.
4. Sistem pipa di sekitar papan penghubung, harus terletak sedemikian rupa
agar dapat menghindari kemungkinan kerusakan pada instalasi listrik,
apabila terjadi kebocoran pada pipa.
5. Pipa udara, duga, limpah maupun pipa yang berisikan zat cair yang
berlainan tidak boleh melalui tangki-tangki air minum, air pengisi ketel dan
minyak pelumas. Bilamana hal tersebut tidak dapat dihindarkan, pengaturan
penembusan pipa-pipa tersebut pada tangki harus ditenbtukan bersama
dengan pihak klasifikasi. Semua pipa yang melalui ruang muat/bak rantai
harus dilindungi terhadap benturan dan kerusakan dengan diselubungi.
Biaya awal instalasi; umumnya untuk laju aliran total yang sama, biaya
keseluruhan untuk pembangunan fasilitas mekanis kurang lebih tetap sama
meskipun menggunakan jumlah pompa yang berbeda. Atau dengan kata lain
jumlah biaya untuk fasilitas mekanis kurang lebih proposional terhadap laju
aliran asalkan head, NPSH tersedia, model dan jenis pompa tetap sama.
Tetapi jika jumlah pompa yang digunakan sedemikian rupa hingga
memungkinkan dipakainya pompa standar yang murah, maka biaya
keseluruhan untuk fasilitas mekanis kadang-kadang dapat lebih rendah.
Biaya operasional dan perawatan; komponen biaya terbesar adalah untuk
daya listrik. Tapi biaya ini dapat ditekan denga beberapa cara :
a. Apabila kebutuhan berubah-ubah, maka beberapa pompa dengan
kapasitas sama yaitu sebesar atau hampir sebesar konsumsi minimum
harus dipakai. Atau dapat juga menggunakan pompa dengan kapasitas
berbeda.
b. Jika kapasitas pompa menjadi besar, efisiensi pompa juga menjadi lebih
tinggi, sehingga penggunaan daya menjadi lebih ekonomis.
Agar biaya operasional dan perawatan dapat ditekan, jumlah pompa
yang digunakan tidak boleh terlalu banyak. Selain itu sedapat mungkin pompa
yang dipakai sama agar dalam hal suku cadangnya dapat saling dipertukarkan.
Hal ini mempermudah dalam perawatan.
2. Batas Kapasitas Pompa; batas atas kapasitas suatu pompa tergantung beberapa
hal:
- berat dan ukuran terbesar yang dapat diangkut dari pabrik ke tempat
pemasangan.
- Lokasi pemasangan pompa dan cara pengangkatannya.
- Jenis penggerak dan cara mentransmisikan daya dari penggerak ke pompa.
- Pembatasan pada besarnya mesin perkakas yang digunakan untuk
pengerjaan bagian-bagian pompa.
- Pembatasan pada performansi pompa (seperti kavitasi, dll).
3. Pembagian Resiko; penggunaan hanya satu pompa untuk melayani laju aliran
keseluruhan dalam suatu instalasi yang penting adalah besarnya resiko.
Instalasi tidak akan berfungsi jika satu-satunya pompa yang ada rusak. Jadi
untuk mengurangi resiko, perlu dipakai 2 pompa atau lebih, tergantung
pentingnya suatu instalasi. Selain itu, untuk meningkatkan keandalan instalasi,
perlu disediakan sedikitnya satu pompa cadangan, tergantung pada kondisi
kerja dan pentingnya instalasi.
Head total pompa yang harus disediakan untuk mengalirkan jumlah air
seperti yang diinginkan, dapat ditentukan berdasarkan kondisi instalasi yang akan
dilayani pompa. Head total dapat dirumuskan sebagai berikut :
v d2
h = ha + hp + hl +
2g
(v1 v 2 ) 2
hf = f
2g
dimana; harga f 1
- Pengecilan penampang secara mendadak
Kerugian head akibat pengecilan mendadak dapat dirumuskan sebagai
berikut:
v 22
Hf = f
2g
Daya Pompa
Daya pompa adalah daya yang dimiliki oleh poros pompa untuk menggerakkan
sebuah pompa. Daya poros ini sama dengan daya air ditambah kerugian daya pada
pompa. Sedangkan daya air adalah energi efektif yang diterima air dari pompa per
satuan waktu. Daya pompa atau daya poros diformulasikan sebagai berikut :
Pw
P =
P
Dimana; P = daya poros sebuah pompa (kw)
Pw = daya air (kw)
= .Q.H
p = efisiensi pompa
= berat jenis air per satuan volume (kgf/l)
Q = kapasitas (m3/min.)
H = head total (m)
BAB. III
PENYAJIAN DATA
~Data Kapal
LWL = 98,4 m Cb = 0,76
LBP = 96 m Cm = 0,99
B = 17,2 m Cw = 0,84
T = 6 m Cpv = 0,89
H = 7,35 m Cph = 0,76
V = 12 knot
22,224 km/jam
~Volume tangki yang direncanakan
a.) Volume tangki
ballas = 779,765 m3
b.) Tangki bahan bakar
* Konsumsi bahan bakar = 9,28 Ton
* Berat jenis bahan bakar = 0,98 ton/m3
* Volume tangki yang dibutuhkan = 9,47391 m3
c.) Tangki diesel oil
* Konsumsi diesel oil = 24,22 Ton
* Berat jenis diesel
oil = 0,9 ton/m3
* Volume tangki yang dibutuhkan = 26,9111 m3
d.) Tangki minyak pelumas
* Konsumsi minyak pelumas = 0,18 Ton
* Berat jenis minyak pelumas = 0,93 ton/m3
* Volume tangki yang dibutuhkan = 0,19355 m3
e.) Tangki air tawar
* Konsumsi air tawar = 18 Ton
* Berat jenis air
tawar = 1 ton/m3
* Volume tangki yang dibutuhkan = 18 m3
~ Lama waktu pelayaran = 2,5 hari
~ Dimensi Mesin :
* Type = catepillar M 25 C * BHP = 2058 Kw
* rpm = 750 putaran * Bore = 255 mm
* Length = 5345 mm * Bredht = 2260 mm
* Height = 4097 mm * Weight = 21 ton
* Stroke = 400 mm
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 Perhitungan Daya Pompa-Pompa
1.) Pompa ballast (ballast pump)
a. Penentuan Laju Aliran Pompa
Q*H *
N HP
3600 * 75 *
Dimana : Q = laju aliran pompa = 145,037 (m3/jam)
= Massa jenis air lau = 1025 (kg/ m3)
= Total efisiensi pompa (0,6 ~ 0,9) = 0,9
H = Head total pompa (m)
Untuk menghitung head total pompa dalam buku pompa dan compressor oleh
Ir. Sularso, MsME dan Prof.DR.Haruo Tahara di berikan formula :
H = ha + hp + hf + (V2/ 2g) (m)
Dimana :
ha = Perbedaan tinggi antara muka air di sisi keluar dan sisi isap
= Head tekan + head isap
= ht + hi (m)
~Tinggi permukaan pipa buang minimal lt =0,3 m diatas garis muat
(sarat), maka
ht = T - hdbkm + lt
= 4,614 m
Hdb = (350 + 45 B) (mm)
= 1,124 m
hdbkm = hdb + (0.5 hdb) (m)
= 1,686 m
~Jarak pipa isap dari dasar tangki li = 0,05 m
hi = hdbkm - li
= 1,636 m
Jadi ha 6,25 m
* hp = Perbedaan tekanan statis yang bekerja pada kedua permukaan air (m)
= hpt + hpi hpt = 0 (m) (tidak ada tekanan tangki tekan)
=0 hpi = 0 (m) (tidak ada tekanan tangki isap)
* hf = Berbagai kerugian head di pipa, katup, belokan, sambungan, dll (m)
= Kerugian pada pipa lurus + kerugian pada belokan pipa + kerugian pada
katup-katup
= hf1 + hf2 + hf3 (m)
~ Dalam buku "Pompa dan Kompresor" oleh Ir. Sularso,MsME dan Prof. DR.
Haruo hal. 31 Hazen-Williams memberikan formula untuk menghitung kerugian
pada pipa lurus :
10,666 * Q1.85 * L
hf1 = m
C 1.85 * D 4.85
= 2,933 m
Dimana : Q = Laju aliran pompa = O,O4 (m3/jam)
L = panjang pipa lurus = 86 m
C = Koefisien jenis pipa = 130 (pipa besi cor baru)
D = diameter pipa = 0,15 m
~ Dalam buku yang sama Fuller memberikan formula untuk menghitung
kerugian pada belokan
V2
Hf2 = f m
2g
= 0,06 m
R
f = koefisien kerugian belokan pipa =1
D 3.5 0.5 D
[0.131 1.847( ) ]( )
= 2R 90 = 90
= 0,29
V = Kecepatan aliran dalam pipa = 2(m/s)
g = Percepatan gravitasi (m/s2) = 9,81 (m/s2)
Dalam perencanaan, belokan 90o yang dipakai oleh desainer = 19 buah,
sehinggah:
Hf2 = Hf2 x 19 = 1,14 m
~ Dalam buku "Pompa dan Kompresor" oleh Ir. Sularso,MsME dan Prof. DR.
Haruo Tahara hal. 38 diberikan formula untuk menghitung kerugian pada katup
dan sambungan pipa :
Koef. kerugian pada katup, yang terdiri
f = atas :
Jenis katup/ Jumlah koefisien hasil kali
sambungan
n f nxf
katup putar 2 0,07 0,14
katup bundar 0 10 0
katup sudut 0 5 0
katup isap 4 1,91 7,64
katup gerbang 10 0,19 1,9
close return bend 0 2,2 0
re-entrant entrance to
pipe 0 10 0
= 9,44 Hp
= 7,044 kW
= 4,27 m
Dimana : Q = Laju aliran pompa = 0,025 (m3/jam)
L = panjang pipa lurus (sketsa dari gambar) = 59 m
C = Koefisien jenis pipa (tabel 2.14 hal 30)= 130 (pipa besi cor baru)
D = diameter pipa = 0,11 m
~ Dalam buku yang sama Fuller memberikan formula untuk menghitung
kerugian pada belokan
2
Hf2 = f V m
2g
= 0,62 m
R
f = koefisien kerugian belokan pipa =1
D
= D 3.5 0.5 = 90
[0.131 1.847( ) ]( )
2R 90
= 0,29
V = Kecepatan aliran dalam pipa = 2,033 (m/s)
g = Percepatan gravitasi (m/s2) = 9,81 (m/s2)
Dalam perencanaan, belokan 90o yang dipakai oleh desainer = 21 buah,
sehinggah:
Hf2 = Hf2 x 21 = 1,30 m
~ Dalam buku "Pompa dan Kompresor" oleh Ir. Sularso,MsME dan Prof. DR.
Haruo Tahara hal. 38 diberikan formula untuk menghitung kerugian pada katup
dan sambungan pipa :
V2
hf3 = (m)
= 8,16 m f
Jadi hf = hf1 + hf2 + hf32
(m)g
= 13,742 m
Sehingga head total dapat diketahui :
H3 = H1 + H2 + H3 (m))
= 19,99 m
Dengan demikian daya pompa dapat diketahui :
Q*H *
N HP
3600 * 75 *
= 7,575 Hp
= 5,65 kW
Dalam buku "Machinery Outfitting Design Manual" hal 62, head total pompa
biasanya berkisar antara (35 ~ 40) meter. Jadi head total pompa yang digunakan
=40 m sehingga :
Q*H *
N HP
3600 * 75 *
= 3,25 Hp
= 2,43 kW
1.85
hf1 = 10,666 * Q * L (m )
1.85 4.85
C *D
= 18,64 m
Dimana : Q = Laju aliran pompa = 0,033 (m3/jam)
L = panjang pipa lurus (sketsa dari gambar) = 109 m
C = Koefisien jenis pipa (tabel 2.14 hal 30)= 130 (pipa besi cor baru)
D = diameter pipa = 0,1 m
~ Dalam buku yang sama Fuller memberikan formula untuk menghitung
kerugian pada belokan
V2
Hf2 = f m
2g
= 0,06 m
f = koefisien kerugian belokan pipa R = 1
D
D 3.5 0.5
= [0.131 1.847( ) ]( ) = 90
2R 90
= 0,29
V = Kecepatan aliran dalam pipa = 122 (m/s)
g = Percepatan gravitasi (m/s2) = 2,033 (m/s2)
Dalam perencanaan, belokan 90o yang dipakai oleh desainer =21 buah,
sehinggah:
Hf2 = Hf2 x 21= 1,302 m
~ Dalam buku "Pompa dan Kompresor" oleh Ir. Sularso,MsME dan Prof. DR.
Haruo Tahara hal. 38 diberikan formula untuk menghitung kerugian pada katup
dan sambungan pipa :
f = Koef. kerugian pada katup, yang terdiri atas :
Jenis katup/ Jumlah koefisien hasil kali
sambungan
n f nxf
katup putar 9 0,07 0,63
katup
bundar 0 10 0
katup sudut 0 5 0
katup isap 0 1,91 0
katup
gerbang 0 0,19 0
close return
bend 0 2,2 0
re-entrant
entrance to
pipe 0 10 0
sambungan
T 10 1,8 18
f = 18,63
2
hf3 =
V
(m)
Jadi hf =
= 3,93 m
f
2g
hf1 + hf2 + hf3 = 23,868 m
* H = 0,011 x L x hf + 6 (m) = 31,204 m
3
=0
sehingga head total dapat diketahui :
H = H1 + H2 + H3 + H4 (m)
= 49,72m
dengan demikian daya pompa juga dapat diketahui :
Q*H *
N HP
3600 * 75 *
= 23,605 Hp
= 17,609 kW
Q*H *
N HP
3600 * 75 *
= 2,9 Hp
= 2,2 kW
c. Hydrophore Units
Dalam buku "Machinery Outfitting Design Manual" hal 61, volume tangki
hydrophore dapat dihitung dengan menggunakan formula :
P1
V q( a) m3
P1 P2
dimana :
q = volume air yang disuplai oleh pompa dalam waktu 1~2 menit.
=0,48 m3
P1 = Tekanan akhir pompa
= 4,5 (kg/cm2)
P2 = Tekanan awal pompa
= 3 (kg/cm2)
a = Staying water quantity in hydrophore
= 1,5
Sehinggah :
V = 2,16 (m3)
demikian volume tangki hydrophore yang digunakan adalah 4.000 (m3)
.6.)Pompa Air Tawar Pendingin Mesin Induk (Engine/ Piston Cooling Fresh
Water Pump)
= 2,79 Hp
= 2,08 kW
ha = Perbedaan tinggi antara muka air di sisi keluar dan sisi isap
= Head tekan + head isap
= ht + hi (m)
~Tinggi permukaan pipa buang minimal lt =0,3 m diatas garis muat
(sarat), maka
ht = T - hdbkm + lt
= 2,832 m
Hdb = (350 + 45 B) (mm)
= 1,24 m
hdbkm = hdb + (0.5 hdb) (m)
= 1,686 m
~Jarak pipa isap dari dasar tangki li = 0,05 m
hi = hdbkm - li
= 1,636 m
Jadi ha 4,468 m
* hp = Perbedaan tekanan statis yang bekerja pada kedua permukaan air (m)
= hpt + hpi hpt = 0 (m) (tidak ada tekanan tangki tekan)
=0 hpi = 0 (m) (tidak ada tekanan tangki isap)
* hf = Berbagai kerugian head di pipa, katup, belokan, sambungan, dll (m)
= Kerugian pada pipa lurus + kerugian pada belokan pipa + kerugian pada
katup-katup
= hf1 + hf2 + hf3 (m)
~ Dalam buku "Pompa dan Kompresor" oleh Ir. Sularso,MsME dan Prof. DR.
Haruo hal. 31 Hazen-Williams memberikan formula untuk menghitung kerugian
pada pipa lurus :
10,666 * Q1.85 * L
hf1 = m
C 1.85 * D 4.85
= 0,1088 m
Dimana : Q = Laju aliran pompa = 0,00065 (m3/jam)
L = panjang pipa lurus (sketsa dari gambar) = 11 m
C = Koefisien jenis pipa (tabel 2.14 hal 30)= 130 (pipa besi cor baru)
V2
Hf2 = f m
2g
= 0,06 m
f = koefisien kerugian belokan pipa R = 1
D
D 3.5 0.5
[0.131 1.847( ) ]( )
= 2R 90 = 90
= 0,29
V = Kecepatan aliran dalam pipa = 2(m/s)
g = Percepatan gravitasi (m/s2) = 9,81 (m/s2)
Dalam perencanaan, belokan 90o yang dipakai oleh desainer = 9 buah,
sehinggah:
Hf2 = Hf2 x 9 = 0,54 m
~ Dalam buku "Pompa dan Kompresor" oleh Ir. Sularso,MsME dan Prof. DR.
Haruo Tahara hal. 38 diberikan formula untuk menghitung kerugian pada katup
dan sambungan pipa :
f = Koef. kerugian pada katup, yang terdiri atas :
Jenis katup/ Jumlah koefisien hasil kali
sambungan
n f nxf
katup putar 0 0,07 0
katup bundar 0 10 0
katup sudut 0 5 0
katup isap 0 1,91 0
katup gerbang 3 0,19 0,57
close return
bend 0 2,2 0
re-entrant
entrance to pipe
0 10 0
= Kerugian pada pipa lurus + kerugian pada belokan pipa + kerugian pada
katup-katup
= hf1 + hf2 + hf3 (m)
~ Dalam buku "Pompa dan Kompresor" oleh Ir. Sularso,MsME dan Prof. DR.
Haruo hal. 31 Hazen-Williams memberikan formula untuk menghitung kerugian
pada pipa lurus :
10,666 * Q1.85 * L
hf1 = m
C 1.85 * D 4.85
= 0,0051 m
Dimana : Q = Laju aliran pompa = 0,00069 (m3/jam)
L = panjang pipa lurus (sketsa dari gambar) = 23 m
C = Koefisien jenis pipa (tabel 2.14 hal 30)= 130 (pipa besi cor baru)
D = diameter pipa = 0,09 m
~ Dalam buku yang sama Fuller memberikan formula untuk menghitung
kerugian pada
2 belokan
V
f
Hf2 = 2 g m
= 0,06 m
f = koefisien kerugian belokan pipa R = 1
D
D 3.5 0.5
[0.131 1.847( ) ]( )
= 2R 90 = 90
= 0,29
V = Kecepatan aliran dalam pipa = 2 (m/s)
g = Percepatan gravitasi (m/s2) = 9,81 (m/s2)
Dalam perencanaan, belokan 90o yang dipakai oleh desainer =17 buah,
sehinggah:
Hf2 = Hf2 x 17 = 1,019 m
~ Dalam buku "Pompa dan Kompresor" oleh Ir. Sularso,MsME dan Prof. DR.
Haruo Tahara hal. 38 diberikan formula untuk menghitung kerugian pada katup
dan sambungan pipa :
f = Koef. kerugian pada katup, yang terdiri atas :
Jenis katup/ Jumlah koefisien hasil kali
sambungan n F nxf
katup putar 4 0,07 0,28
katup bundar 0 10 0
katup sudut 0 5 0
katup isap 0 1,91 0
katup gerbang 0 0,19 0
close return
bend 0 2,2 0
re-entrant
entrance to pipe
0 10 0
f = 5,68
2
hf3 =
V
(m)
Jadi hf =
= 1,158 m
f
2g
hf1 + hf2 + hf3 (m)
= 2,18 m
2
V
* = Kerugian keluar pada ujung pipa keluar (m)
2g
= 0,20 m
Sehingga head total dapat diketahui :
H = ha + hp + hf + (V2/ 2g) (m)
= 9,71 m
Dengan demikian daya pompa juga dapat diketahui :
Q*H *
N HP
3600 * 75 *
= 0125 Hp
= 0,09 kW
9.) Pompa Minyak Diesel (Diesel oil Pump)
a.Penentuan Laju Aliran Pompa
Dalam perancangan diketahui volume diesel oil yang dibutuhkan = 26,91
(m3) sedangkan lama pelayaran t = 2,5 hari. Maka jumlah diesel oil yang harus
disuplai ke tangki harian = 10,764 (m3/hari). Dalam perencanaan, tangki harian
diisi setiap =0,5 hari sehingga volume bahan bakar yang harus dipindahkan ke
tangki harian = 5,38 (m3) sedangkan lama pemompaan = 1jam
Sehingga :
Q = 5,38 (m3/ jam)
b. Penentuan daya pompa
Dalam buku "Marine Power Plan" by P. Akimov hal 495 diberikan formula
untuk menghitung daya pompa :
Q*H *
N HP
3600 * 75 *
= 0,73 m
Dimana : Q = Laju aliran pompa = 0,0015 (m3/jam)
L = panjang pipa lurus (sketsa dari gambar) = 15,6 m
C = Koefisien jenis pipa (tabel 2.14 hal 30)= 130 (pipa besi cor baru)
D = diameter pipa = 0,04 m
~ Dalam buku yang sama Fuller memberikan formula untuk menghitung
kerugian pada belokan pipa :
V2
f
Hf2 = 2g m
= 0,06 m
f = koefisien kerugian belokan pipa R = 1
D
D 3.5 0.5
[0.131 1.847( ) ]( )
= 2R 90 = 90
= 0,29
V = Kecepatan aliran dalam pipa = 2 (m/s)
g = Percepatan gravitasi (m/s2) = 9,81 (m/s2)
Dalam perencanaan, belokan 90o yang dipakai oleh desainer = 17 buah,
sehinggah:
Hf2 = Hf2 x 17 = 1,0198 m
~ Dalam buku "Pompa dan Kompresor" oleh Ir. Sularso,MsME dan Prof. DR.
Haruo Tahara hal. 38 diberikan formula untuk menghitung kerugian pada katup
dan sambungan pipa :
f = Koef. kerugian pada katup, yang terdiri atas :
Jenis katup/ Jumlah koefisien hasil kali
sambungan
n f nxf
katup putar 4 0,07 0,28
katup bundar 0 10 0
katup sudut 0 5 0
katup isap 0 1,91 0
katup gerbang 0 0,19 0
close return
bend 0 2,2 0
re-entrant
entrance to pipe
0 10 0
sambungan T 5 1,8 9
= 9,28
f
2
V
hf3 = (m)
f
= 1,89 m
2 g
Jadi hf = hf1 + hf2 + hf3 (m)
= 3,642 m
2
V
* = Kerugian keluar pada ujung pipa keluar (m)
2g
= 0,20 m
Sehingga head total dapat diketahui :
H = ha + hp + hf + (V2/ 2g) (m)
= 9,08 m
Dengan demikian daya pompa juga dapat diketahui :
Q*H *
N HP
3600 * 75 *
= 0,23 Hp
= 0,17 kW
H= v2 p (m)
z
2g
dimana
:
v = kecepatan udara = 3 (m/s)
g = percepatan garavitasi bumi = 9,81 (m/s2)
p = tekanan kerja pada head tekan kompresor
= 25000 (kg/m2)
= berat jenis udara = 1,293 (kg/m3)
z = tinggi kedudukan kompresor dan botol angin =
sehingga :
H= 19335,3 (m)
Dengan demikian daya botol angin dan kompressor dapat diketahui :
N= Q*H *
HP
3600 * 75 *
N=1,62Hp
=1,2 kw
N= Mke nk Hp
71620
dimana :
nk = besar sudut yang ditempuh tiap menit
= 70
Mke = Momen putar efektif poros kemudi (Nm)
Untuk menghitung Mke, dalam Rules BKI Vol.II Section 14.4.1 diberikan
formula :
Mke = 6 D 3 Nm
1000
dimana :
= 0,00065 (m)
cl = Efisiensi cable lifter (0.9 ~ 0.92)
= 0,92
A = Nm/Ncl
A = 0,19333
Mm = Momem torsi pada poros motor windlass (kgm)
= Mcl / (A x a) = 6,4337 kgm
N= M m Nm
716 ,20
maka :
W = 1710Kg
V = Kecepatan windlass sekoci (m/menit)
= 9 m/menit
= Efisiensi windlass sekoci
= 0,8
jadi :
N = 4,56 Hp
= 3,4018 Kwat
Direncanakan menggunakan 2(dua) buah sekoci ( aturan umum bahwa
sebuah kapal minimal terdapat dua buah sekoci) Sehingga :
N = 4,56 Hp x 2
= 9,12Hp
= 6,80 Kwatt
Perwira
* Klinik 12,845 30,828
5 e. Bridge Deck
* Ruang Rapat 17,64 42,336
* Kamar KKM 25,2 60,48
* Kantor 21,28 51,072
* Kamar Kapten 25,2 60,48
* Perpustakaan 17,64 42,336
* WC 2,52 6,048
6 f. Navigation Deck
* Wheel House 44,1 105,84
* Ruang operator
radio 15,12 36,288
* Ruang peta 15,12 36,288
1897,8
= 3,775 (kW)
b. Lampu Navigasi
Dalam buku Merchan Ship Design Hand Book V diberikan ketentuan untuk
lampu navigasi sehingga diperoleh :
Daya Kebutuhan Daya
No Alat Penerangan N (W) (W)
1 Lampu samping ( side light ) :
* Starboard side 112,5o, warna hijau, jarak pancar 3 mill 1 75 75
* Port side 112,5o , warna merah, jarak pancar 3 mill 1 75 75
2 Lampu tiang utama ( Head mast light )
* 225o , warna putih, jarak pancar 5 mill 2 75 150
3 Lampu morse ( Morse signal light )
* 136o , warna kuning , jarak pancar 3 mill 1 60 60
4 Lampu jangkar (Anchor light )
* 360o , warna putih, jarak pancar 2 mill 2 75 150
5 Lampu buritan ( Stern light )
* 135o , warna putih, jarak pancar 2 mill 1 60 60
6 Lampu bongkar muat ( Cargo handling light )
* Warna bening 1 500 500
7 Lampu pelayaran ( Range )
* 225o , warna bening , jarak pancar 2 mill 1 40 40
8 Lampu sekoci
* Warna bening 2 75 150
9 Lampu sorot ( Search light )
* Lampu halogen, jarak pancar 2 mill 2 500 1000
Total kebutuhan daya = 2260 (W)
= 2,26 (kW)
Jadi, kebutuhan daya untuk peralatan dan lampu navigasi =3,775 kW + 2,26 kW
=6,035 kW
Alat lain
Kebutuhan Daya
No Alat N Daya (W) (W)
1 TV 3 100 300
2 Radio 3 25 75
3 DVD 3 25 75
4 Komputer PC 5 450 2250
Totaldaya= 2700 (W)
= 2,7 (kW)
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Setelah mengerjakan laporan ini, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Dalam merencanakan lay-out kamar mesin, space dalam kamar mesin harus
dimanfaatkan seefektif dan seefisien mungkin.
2. Penempatan pompa-pompa harus diatur sedemikian mungkin agar dapat
bekerja dengan baik.
3. Kebutuhan daya terbesar di atas kapal terjadi pada saat bongkar muat
diwaktu malam hari pada saat kapal melakukan bongkar muat, yaitu sebesar
134 kW. Sebagai faktor keamanan ditambahkan 10%, sehingga daya
totalnya adalah 147,4 kW.
Adapun data-data yang generator set yang dipakai adalah:
Merk : Penske
Type : 6-71N
Putaran : 1800 rpm
Daya : 150 kW
Bore x stroke : (116 x 129) mm
Berat : 1,87 ton
Panjang : 113 mm
Lebar : 32 mm
Tinggi : 57 mm
No. Silinder :6
Direncanakan menggunakan 2 (dua) set generator, dengan daya yang sama .
DAFTAR PUSTAKA
LAM PI R AN