Anda di halaman 1dari 18

TUGAS TENTANG

BERAKHLAK KEPADA ORANG TUA

DI SUSUN OLEH :
- FADILA AGUS BETRI
- FITRI MARDIANA
- PEGI TAMARA DAYANTI
- YULIA NENGSIH

Dosen Pembimbing: YULIUS, MAg

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGI
TAHUN AJARAN 2015-2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang BERAKHLAK KEPADA ORANG TUA meskipun banyak
kekurangan didalamnya.
kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

BUKITTINGGI,28 OKTOBER 2016

PENULIS
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .......................................................................................
Daftar Isi .................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar belakang masalah ................................................................
b. Rumusan masalah ........................................................................
BAB II PEMBAHASAN
a. Keutamaan Ibu Bapak ..................................................................
b. Berbuat Baik Kepada Ibu Bapak yang Telah Meninggal .............
c. Merawat dan Menafkahi Orang Tua Mereka Sudah Tua..............
d. Bentuk-bentuk Kerduhakaan Kepada Ibu Bapak .........................
e. Sanksi Durhaka Kepada Ibu Bapak di Sertai Dalil ......................
f. Dalil-dalil Tentang Berbakti Kepada Orang Tua .........................
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan ..................................................................................
b. Saran .............................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sebagai seorang muslim yang baik kita tentu tahu bahwa akhlak terhadap
orang tua merupakan sesuatu hal yang sangat penting. Karena, orang tua adalah
orang yang mengenalkan kita pada dunia dari kecil hingga dewasa.Dan setiap
orang tua pun pasti mempunyai harapan terhadap anaknya agar kelak menjadi anak
yang sukses, berbakti kepada orang tua, serta menjadi lebih baik dan sholeh.
Maka dari itu, jika kita memang seorang muslim yang baik hendaknya kita
selalu berbakti kepada orang tua, melakukan apa yang telah diperintahkan oleh
orang tua, dan pantang untuk membangkang kepada orang tua.
Namun di zaman dewasa ini banyak dari kita seperti lupa terhadap
kewajiban kita terhadap orang tua sebagai muslim yang baik, yaitu adalah kita
harus memiliki akhlak yang sempurna terhadap orang tua kita. Makalah ini
mengandung poin-poin penting bagaimana berakhlak kepada orang tua. Maka
selain sebagai upaya untuk mengerjakan tugas akhlak, saya berharap bahwa tugas
makalah ini juga dapat dijadikan sebagai pengingat bagi setiap orang muslim yang
membacanya akan pentingnya akhlak terhadap orang tua.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja keutamaan ibu bapak?
2. Bagaimana berbuat baik kepada ibu bapak yang telah meninggal ?
3. Bagaimana merawat dan menafkahi orang tua ketika mereka sudah tua?
4. Apa saja bentuk-bentuk kedurhakaan kepada ibu dan bapak?
5. apa saja sanksi durhaka kepada ibuk dan bapak?
6. apa saja dalil-dalil tentang berbakti kepada orang tua?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEUTAMAAN IBU BAPAK

karena orangtua menjadi sebab hadirnya seorang manusia di dunia ini.


Keduanya telah merawat, menjaga, dan membesarkannya. Ibu begadang
bermalam-malam untuk menjaga dan merawatnya saat ia bayi. Semua urusannya
dikerjakan oleh ibunya, menyusui, memandikan, menyiapkan baju, menyiapkan
makanan dan menyuapi sampai menceboki, dan lainnya.

Bapak banting tulang, peras keringat untuk mencari nafkah guna mencukupi
kebutuhan hidupnya. Mengumpulkan duit untuk membelikan makan, baju, mainan,
dan biaya sekolah anak-anaknya. Besarnya jasa tersebut, sehingga Allah
menposisikan taat kepada orangtua setelah beriman kepada-Nya.

Saat kedua orangtua masih hidup, birrul walidain bisa berupa mentaati perintah
keduanya, memuliakan dan menunjukkan rasa sayang kepada keduanya, berbicara
yang sopan, diam saat kedua berbicara, tidak membantah petuahnya, mengobatkan
saat sakit, melindungi mereka saat terancam, dan memberikan bantuan baik fisik
maupun harta saat keduanya membutuhkan.

Bahwa ridla Allah tergantung kepada keridlaan orang tua. Dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad, Ibnu HIbban, Hakim dan
Imam Tirmidzi dari sahabat Abdillah bin Amr bin Ash Radhiyallahu anhuma
dikatakan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Ridla Allah tergantung kepada keridlaan orang tua dan murka Allah tergantung
kepada kemurkaan orang tua [Hadits Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad (2),
Ibnu Hibban (2026-Mawarid-), Tirmidzi (1900), Hakim (4/151-152)]

B. BERBUAT BAIK KEPADA IBU BAPAK YANG TELAH MENINGGAL

2
Dari Abu Usaid Malik bin Rabi'ah As-Sa'idiy, ia berkata : Pada suatu waktu
kami duduk di samping Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, tiba-tiba
datanglah seorang laki-laki dari Bani Salamah, lalu bertanya,

"Wahai Rasulullah, apakah masih ada kesempatan untuk aku berbuat baik kepada
kedua orangtuaku setelah mereka meninggal? Beliau menjawab, Ya.
Mendoakan dan memintakan ampunan untuk keduanya, melaksanakan janji
keduanya sesudah meninggal, menyambung jalinan silaturrahim mereka dan
memuliakan teman mereka. (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Lima perkara yang hendaknya dilakukan anak untuk kedua orang tuanya yang
sudah meninggal dunia, yaitu:

1. Mendoakan kebaikan untuk keduanya, termasuk di dalamnya


melaksanakan shalat jenazah keduany. Intinya memohon kepada Allah agar Allah
merahmati keduanya. Dan ini bentuk amal baik kepada orang tua saat mereka
masih hidup maupun sudah meninggal. Jika Allah merahmati berarti Allah
melimpahkan semua bentuk kebaikan kepada keduanya dan menghindarkan
berbagai keburukan dari keduanya.

2. Istighfar untuk keduanya: memohonkan kepada Allah agar mengampuni


dosa-dosa keduanya. Ini merupakan kebaikan paling utama sesudah mereka
meninggal.

3. Menunaikan janji keduanya setelah meninggal berarti melaksanakan


wasiat keduanya. Maka bagi anak, baik laki-laki atau perempuan untuk
melaksanakan wasiat keduanya jika sesuai syariat.

4. Memuliakan teman-teman keduanya; termasuk kawan karibnya, rekan


kerjanya, kerabatnya keduanya. Seorang anak-anak menghormati dan memuliakan
mereka, di antaranya dengan berkata sopan dan baik kepada mereka, menjenguk
saat mereka sakit, membantuk saat kesusahan, member hadiah, dan semisalnya.

3
5. Menyambung silaturahim (hubungan kekerabatan) keduanya, yaitu
berbuat baik kepada paman dan bibi dari jalur ayah maupun ibu, kerabat-kerabat
mereka. Berbuat baik kepada mereka dan menyambung kekerabatan mereka
termasuk memuliakan orang tua.

Dari bahasan ini dapat kita simpulkan bahwa anak muslim wajib berusaha
memberikan kebaikan kepada orang tua dan menghilangkan bahaya dari keduanya,
saat mereka masih hidup maupun sudah meninggal dunia. Karena mereka memiliki
banyak jasa terhadap anak-anaknya saat si anak masih kecil, dirawat, disayang,
dididik dan dibesarkan. Kewajban anak adalah membalas kebaikan mereka dengan
kebaikan, pengorbanan dengan pengorbanan, khususnya terhadap ibu. Wallahu
Alam.

C. MERAWAT DAN MENAFKAHI ORANG TUA KETIKA MEREKA


SUDAH TUA

Firman Allah SubhanahuWaTaala:

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.


dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman
sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, (yaitu) orang-orang
yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan Menyembunyikan karunia
Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. dan Kami telah menyediakan
untuk orang-orang kafir (atas nikmat-nikmat Allah) siksa yang menghinakan.
(Qur'an surah An Nisa' ayat 36-37).

Suami adalah seorang lelaki sekaligus kepala keluarga. Berbicara tentang


keluarga paling tidak sebuah keluarga terdiri dari seorang kepala keluarga yakni
seorang suami dan seorang isteri. Bisa jadi sebuah keluarga ditambah dengan
beberapa orang anak. Inilah yang masyhur dalam benak setiap orang ketika dia
mendengar kata keluarga disebutkan orang kepadanya. Dengan demikian,
tertanamlah dalam benak setiap orang bahwa keluarga adalah suami, isteri, dan

4
anak.Demikianlah lazimnya selama ini.

Benarkah keluarga hanya terdiri dari tiga anggota seperti yang disebutkan
diatas? Dalam Islam, yang disebut keluarga lebih lebar dari itu. Ayah dan ibu sang
suami termasuk di dalamnya, bahkan memperoleh porsi yang lebih utama dan
lebih luas. Hal ini sering terabaikan bahkan terlupakan sama sekali akibat persepsi
yang salah tentang arti keluarga selama ini. Sehingga seorang suami hanya merasa
berkewajiban menghidupi isteri dan anak-anaknya saja. Ketika keperluan pokok
bagi isteri dan anak telah terpenuhi, sang suami mulai menumpuk harta sebagai
investasi masa depan bagi isteri dan anak-anaknya. Sedangkan kedua orangtua
kalaupun disantuni hanya terbatas pada saat-saat tertentu seperti saat lebaran tiba
dua kali dalam setahun.Tragis,bukan..?
Sebenarnya bagi seorang suami kedua orang tua jauh lebih wajib dan mesti
didahulukan daripada isteri dan anak kandung. Hal ini tergambar dalam hadis Nabi
yang berbunyi: Ridha Allah tergantung kepada ridha orang tua. Artinya setinggi
dan sebanyak apapun amal seorang lelaki terhadap Allah Subhanahu Wa Taala,
akan menjadi rusak binasa jika orang itu menyia-nyiakan orangtuanya, yang
menyebabkan dia tercatat sebagai anak durhaka.

Isteri dan anak memang wajib dinafkahi oleh seorang suami, namun ibu dan
bapaknya lebih wajib dinafkahi. Sebuah hadis Nabi secara nyata menjelaskan hal
ini. Hadis itu berbunyi, Dari Aisyah radhiyallahu anha berkata dia, Aku
bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam: Wahai Rasulallah,
siapakah orang yang paling besar haknya atas seorang wanita? Beliau menjawab:
Suami wanita itu. Aku bertanya lagi: Siapakah yang paling besar haknya atas
seorang laki-laki? Rasulullah menjawab: Ibu laki-laki itu. (Hadis Riwayat
Imam Hakim, dalam kitab Al Mustadrak jilid 4 halaman 150).

Jelas sekali seorang laki-laki yang telah menjadi seorang suami lebih wajib
menyelesaikan urusan keperluan sang ibu baru lelaki itu berkewajiban
menyelesaikan urusan sang isteri. Tentu saja tidak berarti karena mengurus sang
ibu, lelaki itu lantas menyia-nyiakan isterinya. Masing-masing memiliki hak yang
wajib ditunaikan secara maruf (baik). Dalam hadis yang lain, seorang sahabat
bertanya, Ya Rasulullah, siapakah yang paling berhak memperoleh pelayanan
dariku? Rasulullah menjawab, Ibumu..Ibumukemudian Ibumu, kemudian
bapakmu, kemudian yang lebih dekat kepadamu (isteri dan anak), kemudian yang
lebih dekat kepadamu (kaum kerabat). (Hadis Riwayat Bukhari Muslim)

Demikian mulianya Islam meletakkan tanggung jawab kepada seorang


suami. Hak-hak mereka secara rapi dan berurutan telah dijelaskan oleh Baginda
5
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam di dalam hadis-hadisnya yang mulia. Jika
diurutkan kewajiban seorang suami dalam Islam adalah sebagai berikut;

1. Mengurus ibu,

2. Mengurus bapak,

3. Mengurus Isteri dan anak,

4.Menguruskerabat.

Karena ketidaktahuan kaum muslimin atas ajaran Islam, kadang-kadang seorang


isteri merasa kedua mertuanya (orangtua sang suami) adalah saingannya dalam
memperebutkan pelayanan dan harta serta kasih sayang dari sang suami.
Kemudian karena ketamakan yang tumbuh di hati sang isteri tersebut, dia
akan meradang jika kedua mertuanya bertindak sedikit saja mengambil harta
suaminya. Seolah-olah kedua mertuanya merampas sesuatu yang semestinya
menjadi bagian dan miliknya sendiri. Padahal jika sekedar makan dan pakaian
tidaklah perlu menjadi perhitungan bagi sang isteri itu.

Nabi bersabda dalam sebuah hadisnya, Ibu dan bapak berhak memakan
sesuatu dari harta milik anak mereka dengan cara yang baik. Seorang anak tidak
boleh memakan sesuatu dari harta ibu bapaknya, kecuali dengan izin keduanya.
(Hadis Riwayat Imam Ad Dailami). Artinya, sebagai ilustrasi, jika suatu hari secara
iseng-iseng seorang ibu atau bapak datang ke rumah anak lelakinya yang sudah
berkeluarga, kemudian mereka mendapati ada makanan lezat terhidang di meja
makan rumah anaknya itu. Kedua orangtua ini berhak menikmati sebagian dari
makanan itu tanpa meminta izin kepada anak lelaki dan menantu wanitanya.
Andaikata pun ini terjadi, tidaklah mesti sang isteri merasa tersinggung atau
merasa dilecehkan oleh mertuanya itu.

Dalam hadis yang lain, Rasulullah bersabda kepada seorang lelaki: Kamu
dan hartamu adalah milik bapakmu! (Hadis Riwayat Abu Dawud, dan Imam
Syafii). Dalam hadis yang lain juga, Rasul bersabda, Janganlah kamu
mengabaikan orangtuamu. Barangsiapa mengabaikan orangtuanya, maka orang itu
telah kufur (yakni berdosa besar). (Hadis Riwayat Muslim). Kelak jika ternyata
suami wafat lebih dahulu dari isteri dan ibu-bapaknya, maka Islam memberikan
hak 1/8 bagian dari seluruh harta sang suami itu sebagai warisan untuk isterinya.
Adapun ibu dan bapak sang suami mendapatkan bagian warisan sebesar 1/6 dari
harta peninggalan anak lelakinya itu. Bandingkan, ternyata bagian kedua ibu-bapak

6
lebih besar daripada bagian sang isteri.

Betapa besarnya hak orangtua terhadap seorang anak lelakinya meskipun


anaknya tersebut telah menjadi seorang kepala keluarga. Benar, menafkahi isteri
dan anak merupakan kewajiban seorang suami dalam Islam, namun kewajiban itu
tidak mesti menghilangkan kewajiban sang suami terhadap kedua orangtuanya.
Bagaimanapun, keduanya dapat berjalan beriringan tanpa mesti satu dan lainnya
dipertentangkan. Kedua orangtua diurus secara baik dan akan menjadikannya
sebagai sebuah amal yang mulia di dunia serta menjadi tiket untuk masuk ke
surga Allah di akhirat kelak. Sementara isteri dan anak juga merupakan lumbung
pahala bagi seorang suami. Apalagi Rasul telah berjanji bahwa seorang suami yang
bersedekah kepada anak dan isterinya, akan mendapatkan pahala dua kali lipat
lebih besar jika dibandingkan dengan sedekahnya kepada fakir miskin.

Jika setiap suami menyadari bahwa menafkahi kedua orangtuanya


merupakan tiket untuk masuk surga, pastilah lelaki itu akan bersusah payah
mendapatkan tiket surga itu. Hatinya akan senang riang dan gembira untuk
mengeluarkan sebagian dari harta miliknya, kepada kedua orangtuanya.
Sebaliknya, sang isteri jika benar mencintai suaminya dengan tulus pastilah isteri
tersebut akan sangat gembira pula melihat suaminya membeli tiket ke surga.
Mustahil seorang isteri mengatakan cinta kepada suaminya tetapi dalam kehidupan
sehari-hari sang isteri secara mati-matian mencoba menghalangi sang suami yang
hendak membeli tiket ke surga. Dalam hal ini, berupa pelayanan kepadaibu-
bapaknya.

Dan jika suami-isteri telah menyadari bahwa menyantuni orangtua,


merawat serta menafkahi mereka adalah kewajiban dari Allah dan sekaligus tiket
masuk surga, manalah mungkin keduanya sampai hati bermain kucing-kucingan
berusaha menyembunyikan hartanya dari kedua orangtua mereka agar kedua
orangtua mereka itu tidak punya kesempatan meminta harta mereka.
Menyembunyikan harta dari kedua orangtua, atau dalam istilah yang popular
sekarang ini berpura-pura miskin adalah sebuah tindakan bodoh dan dimurkai
Allah. Bodoh karena membakar tiket ke surga; dimurkai Allah karena sebuah
tindakan kufur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah melalui kedua
orangtuanya. Firman Allah Subhanahu Wa Taala: Menyembunyikan karunia
Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka (surah An Nisa ayat 37).

D. BENTUK-BENTUK KEDURHAKAAN KEPADA IBU DNA BAPAK

7
Durhaka kepada kedua orang tua yaitu bermuamalah dengan mereka dengan
apa-apa yang menyakiti mereka dari hal-hal yang menyelisih syariat islam atau
tidak berbakti kepada keduanya.

Kedurhakaan kepada kedua orang banyak bentuknya, diantaranya :

1. Membentak menghardik kedua orang tua, yaitu dengan meninggikan suara


didepan keduanya serta berlaku kasar dalam ucapan. Allah Subhanahu wataala
berfirman : dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka ucapan yang mulia . ( QS : Al-Isra : 23 )

2. Membuat keduan orang tua menangis atau sedih, baik dengan ucapan ,
perbuatan atau penyebab mereka berdua menangis.

3. Mengatakan ah dan berkeluh kesah dengan perintah kedua orang tua,


kebanyakan dari kita ketika orang tuanya memerintahkannya, keluar dari mulutnya
ucapan ah walaupun nanti dia akan melaksanakan perintah kedua orang
tuanya. Allah Subhanahu wataala berfirman : maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah kamu membentak
mereka .. (QS : Al-Isra : 23 ).

4. Bermuka masam didepan kedua orang tua, sebagian orang, akan kamu dapati
ceria, senyum, berakhlak yang baik serta memilih kata-kata yang baik ketika
didalam majelis, akan tetapi tatkala ia memasuki rumah dan duduk dihadapan
kedua oranga tuanya, maka ia berubah seperti singa , berubah keadaannya.

5. Memandang dengan pandangan yang merendahkan kepada orang tua saat


Marah. Seorang anak yang seakan lebih tinggi kedudukannya dari orangtua, ketika
marah dengan mudah memandang jelek dan merendahkan keduanya.

6. Mencela makanan yang dibuat Ibunya, hal ini telah melanggar dua larangan :
pertama : mencela makanan, dan hal ini tidak boleh, Nabi shallallahu alaihi
wasallam tidak pernah mencela makanan sekalipun, jika ia menyukainya, maka
ia makan, kalau tidak maka ia tinggalkan kedua : kurang beradab kepada Ibu dan
menyusahkannya.

7. Memerintahkan kedua orang tuanya, Hal ini tidak layak, apalagi kalau Ibunya
lemah, lanjut usia atau dalam keadaan sakit. Adapun jika ibu melakukan hal itu
dengan kerelaan serta keinginannya dan tubuhnya masih kuat, maka hal itu tidak
mengapa, bersamaan dengan itu memperhatikan rasa syukur kepadanya dan
mendoakannya.

8
8. Tidak membantu keduanya dalam pekerjaan rumah, Bahkan sebagian anak
laki-laki menganggap hal itu mengurangi hak mereka dan menghilangkan sifat
kelaki-lakian. Sebagian anak-anak perempuan, ketika mereka melihat ibunya,
terbebani pekerjaan rumah tangga, ia tidak membantunya, bahkan sebagian mereka
menghabiskan waktunya untuk berbicara dengan teman-temannya lewat telepon
dan membiarkan ibunya menderita (semoga Allah memberikan hidayah kepada
mereka).

9. Mencela dan melaknat kedua orang tuanya, baik secara langsung atau
penyebab orang tuanya dicela, dari sahabat Abdullah bin Amr, Nabi Shallallahu
alaihi wasallam bersabda : diantara dosa-dosa besar, yaitu seorang mencela
kedua orang tuanya, lalu ditanyakan ; apakah (mungkin) seseorang mencela kedua
orang tuanya? Nabi menjawab : ya, dia mencela bapak seseorang lalu orang itu
mencela bapaknya,dia mencela ibu seseorang lalu orang itu mencela ibunya. (HR.
Bukhari dan Muslim ).

10. Mengutamakan istri daripada kedua orang tuanya, sebagian manusia


mendahulukan menuruti kemauan istri daripada kedua orang tuanya kalau
seandainya istri meminta untuk mengusir kedua orang tuanya, maka niscaya ia
akan mengusir keduanya.

11. Berlepas diri dari orang tua, dan malu mengakui kedua orang tuanya.

12. Mencuri sesuatu milik kedua orang tuanya. maka anak ini telah melakukan
dua larangan yaitu mencuri dan durhaka.

13. Berkeinginan agar orang tuanya cepat meninggal. sebagian anak


berkeinginan agar orang tuanya cepat meninggal agar ia bisa mewarisi keduanya
jika mereka orang kaya atau ingin cepat berlepas dari orang tua jika mereka
berdua sedang sakit atau miskin.

E. SANKSI DURHAKA KEPADA ORANG TUA

1. Haram masuk ke surga Allah.

9
Ada tiga jenis orang yang diharamkan Allah masuk surga, yaitu pemabuk berat,
pendurhaka terhadap kedua orang tua, dan juga seorang dayyuts atau banci
(merelakan kejahatan berlaku di dalam keluargannya, merelakan istri dan anak
perempuannya serong). (H.R. Nasai dan Ahmad)
Rasulullah shallallahualaihi wa sallam bersabda,
:

2. Dimurkai oleh Allah SWT.
Keridhaan Allah tergantung keridhaan orang tua, dan murka Allah pun tergantung
pada murka kedua orang tua. (H.R. al-Hakim).
3. Tidak diterima amal ibadah dan Shalatnya.
Allah tidak akan menerima Ibadahnya, shalatnya orang orang yang dibenci kedua
orang tuanya yang tidak menganiaya kepadannya. (H.R. Abu al-Hasan bin
Makruf)
4. Tidak dianggap masuk golongan umat Nabi Muhammad SAW
Bukan termasuk dari golongan kami orang orang yang diperluas rezekinnya oleh
Allah lalu ia kikir dalam menafkahi keluargannya. (H.R. ad-Dailamy)
5. Mendapat gelar kafir. Naudzubillah
Jangan membenci kedua orang tuamu. Barang siapa Orang yang mengabaikan
kedua orang tua, maka dia kafir. (H.R. Muslim).
6. Allah akan memberikan azab di dunia.
Al-hakim dan al-Ashbahani, dari abu bakrah r.a. dari Nabi Saw, Beliau bersabda,
setiap dosa akan diakhirkan oleh Allah SWT sekehendak-Nya sampai hari kiamat,
kecuali dosa besar yang mendurhakai kedua orang tua. Sesungguhnya Allah SWT
akan menyegerakan (balasan) kepada pelakunnya didalam hidupnya sebelum
mati.
7. Dosanya tidak akan diampuni Allah SWT.
Dari Aisyah r.a. ia berkata, Rasulullah Saw. Bersabda, dikatakan kepada orang
yang durhaka kepada kedua orang tua, berbuatlah sekehendakmu, sesungguhnya
Aku tidak akan mengampuni. Dan dikatakan kepada orang yang berbakti kepada
orang tua, bahwa berbuatlah sekehendakmu, sesungguhnya Aku mengampunimu.
(H.R. Abu Nuaim).

10
8. Membatalkan semua amal ibadahnya.
Ada tiga hal yang menyebabkan terhapusnya seluruh amal, yaitu syirik kepada
Allah, durhaka kepada orang tua dan seorang alim yg dipermainkan oleh orang
dungu & jahil. (H.R. Thabrani).
9. Diharamkan mencium bau surga Allah SWT.
sesungguhnya Aroma surga itu tercium dari jarak perjalanan seribu tahun, dan
demi Allah tidak akan mendapatinya barang siapa yang durhaka kepada orang
tuanya. (H.R.Thabrani).
10. Terputus rezekinya.
Apabila seseorang tidak meninggalkan doa bagi kedua orang tuanya, maka akan
terputus rezekinya. (H.R. ad-Dailamy).
11. Termasuk kedalam orang mendapat kerugian besar.
Sabda Rasulullah SAW sungguh kecewa dan hina, sungguh kecewa dan hina,
sungguh kecewa dan hina orang yang mendapati orang tuanya atau salah satunya
sampai tua, lantas ia tidak dapat masuk surga. (H.R. Muslim).

F. DALIL-DALIL TENTANG BERBAKTI KEPADA ORANG TUA


1. Perkataan Ah saja termasuk suatu dosa kepada orang tua apalagi, membentak,
memukul, atau hal lainnya yang lebih kejam. Selain itu juga perlu berlemah lembut
kepada orang tua selalu mendoakan keduanya agar dikasihi oleh Allah SWT.


.
24 -23 .
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan ah dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia. (Al Isra(17):23)

11
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil." (Al Isra(17):24)
2. Perintah berbakti kepada orang tua setelah perintah untuk beribadah kepada
Allah tanpa mempersekutukannya. Hal ini menggambarkan pentingnya berbakti
kepada orang tua. Dalam ayat lain Allah SWT menjelaskan bahwa bersyukur
kepada orang tua (dengan berbakti kepada keduanya) merupakan kesyukuran
kepada Allah SWT, karena Allah menciptakan semua manusia dari rahim orang
tua.
151 : .
yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah
terhadap kedua orang ibu bapa, (Al-Anam 151).
3. Meskipun orang tua menyuruh kepada suatu perbuatan yang menyekutukan
Allah SWT, atau orang tua tersebut masih belum memeluk Islam, sikap berbakti
kepada orang tua tetap menjadi suatu kewajiban oleh seorang anak tanpa harus
mematuhi perintah mereka yang menyalahi syariat.


15 ]
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu
yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan
orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka
Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan
4. Jasa orang tua terutama ibu diungkapkan dalam suatu ayat Al-Quran, dimana
seorang ibu rela berkorban dalam mengandung anaknya, kemudian menyusuinya.
Semua jasa orang tua di kala anak masih kecil dan lemah perlu diingat dan
dikenang untuk selamanya.

[ 14 ]
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada
dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu

12
BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Akhlak terhadap orang tua merupakan akhlak yang sangat penting, hingga
dosa dari berbuat durhaka kepada orang tua berada di tingkat kedua
setelah dosa menyekutukan Allah. Ibu merupakan orang tua yang wajib
kita hormati, atas apa yang telah beliau berikan kepada kita dari
mengandung kita selama sekitar 9 bulan 10 hari hingga sekarang.

13
Penerapan dalam akhlak menghormati orang tua sangat diperlukan karena
itu merupakan kewajiban kita sebagai seorang muslim.
b. Saran
Diharapkan kepada semua generasi Muda agar menghormati dan
menyayangi Orang Tua Kita kapanpun dan dimanapun Kita
berada,berbaktilah kepada kedua orang tua kita dan janganlah kita
durhaka kepada keduanya.

14
DAFTAR PUSTAKA
1. Sholihah, Tutut.Strategi Pembelajaran yang Efektif. Jakarta:UIN Jakarta
Press. Cet.I. 2008
2. Nasution, Lahmudin. Akhlak Mahmudah Kepada Orang Tua. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya. Cet. 1. 2001
3. Ritonga, A. Rahman.Berbuat baik kepada Orang Tua. Surabaya:
Amalia. 2005
4. Nawawi, Muhammad. Nasehat Bagi Hamba Allah dalam Berakhlak.
Surabaya : Al-Hidayah. 1996.

Anda mungkin juga menyukai