Definisi
Angina pectoris adalah suatu sindroma klinis yang ditandai dengan episode atau
paroksisma nyeri atau perasaan tertekan di dada depan. Penyebabnya diperkirakan
berkurangnya aliran darah koroner, menyebabkan suplai oksigen ke jantung tidak
adekuat, atau dengan kata lain, suplai kebutuhan oksigen jantung meningkat
(Smeltzer & Bare, 2002).
Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana pasien mendapat serangan
sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang
seringkali menjalar ke lengan sebelah kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan
segera hilang bila aktifitas berhenti (Wijaya & Putri, 2013).
Angina pektoris adalah suatu syndrome yang ditandai dengan rasa tidak enak yang
berulang di dada dan daerah lain sekitarnya yang berkaitan yang disebabkan oleh
iskemia miokard tetapi tidak sampai terjadi kematian jaringan (Kasron, 2012).
Angina pektoris merupakan nyeri dada sementara atau suatu perasaan tertekan,
yang terjadi jika otot jantung mengalami kekurangan oksigen. Kebutuhan jantung
akan oksigen ditentukan oleh bertanya kerja jantung (kecepatan dan kekuatan
denyut jantung). Aktivitas fisik dan emosi menyebabkan jantung bekerja lebih berat
dan karena itu menyebabkan meningkatnya kebutuhan jantung akan oksigen. Jika
arteri menyempit atau tersumbat sehingga aliran darah ke otot tidak dapat
memenuhi kebutuhan jantung akan oksigen, maka bisa terjadi kekurangan oksigen
dapat menyebabkan nyeri (Kasron, 2012).
B. Etiologi
a) Arteriosklerosis
c) Anemia berat
d) Artritis
g) Spasme arterial (kontraksi sementara pada arteri yang terjadi secara tiba-
tiba)
2. Faktor risiko terjadinya angina pectoris antara lain:
1) Diet (hyperlipidemia)
2) Rokok
3) Hipertensi
4) Stress
5) Obesitas
6) Kurang aktifitas
7) Diabetes Mellitus
1) Usia
2) Jenis kelamin
3) Ras
4) Herediter
5) Kepribadian tipe A
a) Emosi
b) Stress
e) Terlalu kenyang
f) Banyak perokok
(Kasron, 2012)
C. Klasifikasi
Disebut juga angina klasik, terjadi jika arteri coroner yang arteroskelrotik tidak
dapat berdilatasi untuk meningkatkan alirannya sewaktu kebutuhan oksigen
meningkat. Peningkatan kerja jantung dapat menyertai aktivitas misalnya
berolahraga atau naik tangga. Awitan secara klasik berkaitan dengan latihan atau
aktifitas yang meningkatkan kebutuhan oksigen miokard. Nyeri segera hilang
dengan istirahat atau penghentian aktifitas. Durasi nyeri 3-15 menit.
Angina tidak stabil adalah kombinasi angina stabil dengan angina prinzmetal,
dijumpai pada individu dengan perburukan penyakit arteri pembuluh jantung.
Angina ini biasanya menyertai peningkatan beban kerja jantung. Hal ini tampaknya
terjadi akibat arterosklerosis pembuluh jantung, yang ditandai oleh thrombus yang
tumbuh dan mudah mengalami spasme. Adurasi serangan dapat timbul lebih lama
dari nyeri dada stabil. Pencetus dapat terjadi pada keadaan istirahat atau pada
tingkat aktifitas ringan. Kurang responsive terhadap nitrat. Lebih sering ditemukan
depresisegmen ST. Dapat disebabkan oleh rupture plak aterosklerosis, spasmus,
thrombus atau trombosit yang beragregasi.
Angina yang terjadi karena spasme arteri koronaria. Berhubungan dengan risiko
tinggi terjadinya infark. Sakit dada atau nyeri timbul pada waktu istirahat, seringkali
pagi hari. Nyeri disebabkan karena spasmus pembuluh jantung aterosklerotik. EKG
menunjukkan elevasi segmen ST. Cenderung berkembang menjadi infark miokard
akut. Dapat terjadi aritmia (Kasron, 2012).
D. Patofisiologi
Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi Nitrat oksido yang
berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak adanya fungsi
ini dapat menyebabkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus coroner yang
memperberat penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard berkurang.
Penyempitan atau blok ini belum menimbulkan gejala yang begitu Nampak bila
belum mencapai 75%. Bila penyempitan lebih dari 75% serta dipicu dengan aktifitas
berlebihan maka suplai darah ke coroner akan berkurang. Sel-sel miokardium
menggunakan glikogen anaerob untuk memenuhi kebutuhan energi mereka.
Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang menurunkan pH miokardium dan
menimbulkan nyeri. Apabila kebutuhan energi sel-sel jantung berkurang, maka
suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasi oksidatif untuk
membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan hilangnya
asam laktat nyeri akan reda (Price & Wilson, 2006).
E. Manifestasi Klinis
Kekurangan oksigen otot jantung akan menyebabkan nyeri dengan derajat yang
bervariasi, mulai dari rasa tertekan pada dada sampai nyeri hebat yang disertai
dengan rasa takut atau rasa akan menjelang ajal. Nyeri sangat terasa pada daerah
dibelakang tulang dada atas atau tulang dada ketiga tengah (retrosentral).
Meskipun rasa nyeri biasanya terlokalisasi, namun nyeri tersebut dapat menyebar
ke leher, dagu, bahu, dan aspek dalam ekstremitas atas. Pasien biasanya
memperlihatkan rasa sesak, tercekik, dengan kualitas yang terus menerus. Rasa
lemah atau baal di lengan atas, pergelangan tangan, dan tangan akan menyertai
rasa nyeri. Selama terjadi nyeri fisik, pasien akan mungkin merasa akan meninggal.
Karakteristik utama nyeri tersebut akan berkurang apabila actor presipitasinya
dihilangkan.
2. Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa panas,
kadang-kadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort).
3. Durasi nyeri berlangsung 1-5 menit, tidak lebih dari 30 menit.
5. Gejala penyerta: sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat dingin,
palpitasi, dizziness.
Nyeri juga bisa dirasakan di bahu kiri atau lengan kiri sebelah dalam, punggung,
tenggorokan, rahang atau gigi, lengan kanan (kadang-kadang).
Ada 5 hal yang perlu digali dari anamnesa mengenai angina pectoris yaitu:
lokasinya, kualitasnya, lamanya, faktor pencetus, faktor yang bisa meredakan nyeri
dada tersebut. Beratnya nyeri pada angina pectoris dapat dinyatakan dengan
menggunakan skala dari Canadian Cardiovaskular Society, seperti pada table di
bawah ini:
Class
Penjelasan
Aktivitas sehari-hari seperti jalan kaki, berkebun, naik tangga 1-2 lantai dan lain-
lainnya tidak menimbulkan nyeri dada. Nyeri dada baru timbul pada latihan yang
berat, berjalan cepat serta terburu-buru sewaktu kerja atau bepergian.
II
Aktivitas sehari-hari agak terbatas, misalnya Angina Pektoris timbul biel melakukan
aktivitas lebih berat dari biasanya, seperti jalan kaki 2 blok, naik tangga lebih dari 1
lantai atau terburu-buru, berjalan menanjak atau melawan angina.
III
Aktivitas sehari-hari terbatas. Angina pektoris timbul bila berjalan 1-2 blok, naik
tangga 1 lantai dengan kecepatan biasa.
IV
Angina pectoris timbul pada waktu istirahat. Hampir semua aktivitas dapat
menimbulkan angina, termasuk mandi, menyapu, dll.
Setelah semua deskriptif nyeri dada tersebut didapat, pemeriksa membuat
kesimpulan dari gabungan berbagai komponen tersebut. Kesimpulan yang didapat
digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu angina yang tipikal, angina yang atipikal
atau nyeri dada bukan karena jantung. Angina termasuk tipikal bila rasa tidak enak
atau nyeri dirasakan di belakang tulang dada dengan kualitas dan lamanya yang
khas, dipicu oleh aktivitas atau stress emosional, mereda bila istirahat atau diberi
nitrogliserin. Angina dikatakan atipikal bila hanya memenuhi 2 dari 3 kriteria di atas.
Nyeri dada dikatakan bukan berasal dari jantung bila tidak memenuhi atau hanya
memenuhi 1 dari tiga kriteria tersebut (Kasron, 2012)
F. Pemeriksaan Penunjang
Elektrokardiografi (EKG)
Pemeriksaan EKG sangat penting baik untuk diagnosis maupun stratifikasi risiko
pasien angina tak stabil. Adanya depresi segmen ST yang baru menunjukkan
kemungkinan adanya iskemia akut. Gelombang T negative juga salah satu tanda
iskemia atau NSTEMI. Perubahan gelombang ST dan T yang non spesifik seperti
depresi segmen ST kurang dari 0,5 mm dan gelombang T negative kurang dari 2
mm, tidak spesifik untuk iskemia, dan dapat disebabkan karena hal lain. Pada
angina tak stabil 4% mempunyai EKG normal, dan pada NSTEMI 1-6% EKG juga
normal (Perhimpunan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Dalam, 2012)
Ekokardiografi
Foto rontgen dada seringkali menunjukkan bentuk jantung yang normal, tetapi pada
pasien hipertensi dapat terlihat jantung yang membesar dan kadang-kadang
tampak adanya klasifikasi arkus aorta (Kasron, 2012).
Pemeriksaan Laboratorium
Karena pada angina pectoris gambaran EKG sering kali masih normal, maka
seringkali perlu dibuat suatu ujian jasmani. Pada uji jasmani tersebut dibuat EKG
pada waktu istirahat lalu pasien disuruh melakukan latihan dengan alat treadmill
atau sepeda ergometer sampai pasien mencapai kecepatan jantung maksimal atau
submaksimal dan selama latihan EKG di monitor demikian pula setelah selesai EKG
terus di monitor. Tes dianggap positif bila didapatkan depresi segmen ST sebesar 1
mm atau lebih pada waktu latihan atau sesudahnya. Lebih-lebih bila disamping
depresi segmen ST juga timbul rasa sakit dada seperti pada waktu serangan, maka
kemungkinan besar pasien memang menderita angina pectoris. Di tempat yang
tidak memiliki treadmill, test latihan jasmani dapat dilakukan dengan cara Master,
yaitu latihan dengan naik turun tangga dan dilakukan pemeriksaan EKG sebelum
dan sesudah melakukan latihan tersebut (Kasron, 2012).
G. Penatalaksanaan
Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk menurunkan kebutuhan oksigen
jantung antara lain: pasien harus berhenti merokok, karena merokok
mengakibatkan takikardia dan naiknya tekanan darah, sehingga memaksa jantung
bekerja keras. Orang obesitas dianjurkan menurunkan berat badan untuk
mengurangi kerja jantung. Mengurangi stress untuk menurunkan kadar adrenalin
yang dapat menimbulkan vasokontriksi pembulu darah. Pengontrolan gula darah.
Penggunaan kontrasepsi dan kepribadian seperti sangat kompetitif, agresif atau
ambisius.
a) Penyekat Beta-adrenergik
Obat ini merupakan terapi utama pada angina. Penyekat beta dapat menurunkan
kebutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan frekuensi denyut jantung,
kontraktilitas, tekanan di arteri dan peregangan pada dinding ventrikel kiri. Efek
samping biasanya muncul bradikardi dan timbul blok atrioventrikuler. Obat
penyekat beta antara lain: atenolol, metoprolol, propranolol, nadolol.
c) Kalsium Antagonis
Obat ini bekerja dengan cara menghambat masuknya kalsium melalui saluran
kalsium melalui saluran kalsium, yang akan menyebabkan relaksasi otot polos
pembuluh darah sehingga terjadi vasodilatasi pada pembuluh darah epikardial dan
sistemik. Kalsium antagonis juga menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan
cara menurunkan resistensi vaskuler sistemik. Golongan obat kalsium antagonis
adalah amlodipin, berpridil, diltiazem, felodipin, isradipin, nikardipin, nifedipin,
nimodipin, verapamil.
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Biodata pasien
4) Riwayat perokok
Adanya riwayat keluarga penyakit jantung, DM, hipertensi, stroke dan penyakit
pernafasan (asma).
4) Penjalaran rasa nyeri rahang, leher dan lengan dan jari tangan kiri, lokasinya
tidak tentu seperti epigastrium, siku rahang, abdomen, punggung dan leher, .
5) Gejala dan tanda yang menyertai rasa sakit seperti: mual, muntah keringat
dingin, berdebar-debar, dan sesak nafas.
6) Waktu atau lamanya nyeri: pada angina tidak melebihi 30 menit dan
umumnya masih respon dengan pemberian obat-obatan anti angina, sedangkan
pada infark rasa sakit lebih 30 menit tidak hilang dengan pemberian obat-obatan
anti angina, biasanya akan hilang dengan pemberian analgesic.
Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
c) Respirasi meningkat
2) Kepala
3) Leher
4) Thorak
a) Bunyi jantung normal atau terdapat bunyi jantung ekstra S3/S4 menunjukkan
gagal jantung atau penurunan kontraktilitas, kalau murmur menunjukkan gangguan
katup jantung atau disfungsi otot papilar, perikarditis.
5) Abdomen
6) Ekstremitas
a) Ekstremitas dingin dan berkeringat dingin
d) Pucat atau sianosis, kuku datar, pucat pada membrane mukosa dan bibir
7) Respon psikologis
8) Pemeriksaan diagnostic
a) EKG
b) Thorak foto
c) Laboratorium
(2) Enzim jantung dan iso enzim: CK, CK-MB (iso enzim yang ditemukan pada otot
jantung) meningkat antara 4 6 jam, memuncak dalam 12 24 jam, kembali
normal dalm 36 48 jam. CK-MB serig dijadikan sebagai indicator AMI, sebab
diproduksi hanya saat terjadi kerusakan jaringan miokardium.
(5) Analisa gas darah/oksimetri nadi: dapat menunjukkan hipoksia atau proses
penyakit paru akut/kronis.
2. Diagnosa Keperawatan
(Nanda, 2014)
3. Rencana Keperawatan
INTERVENSI
RASIONAL
Anjurkan pasien untuk memberitahu perawat dengan cepat bila terjadi nyeri dada.
Nyeri dan penurunan curah jantung dpat merangsang sistem saraf simpatis untuk
mengeluarkan sejumlah besar nor epineprin, yang meningkatkan agregasi trombosit
dan mengeluarkan trombokxane A2.Nyeri tidak bisa ditahan menyebabkan respon
vasovagal, menurunkan TD dan frekuensi jantung.
Identifikasi terjadinya faktor pencetus, bila ada: frekuensi, durasi, intensitas dan
lokasi nyeri.
Membantu membedakan nyeri dada dini dan alat evaluasi kemungkinan kemajuan
menjadi angina tidak stabil (angina stabil biasanya berakhir 3 sampai 5 menit
sementara angina tidak stabil lebih lama dan dapat berakhir lebih dari 45 menit.
Evaluasi laporan nyeri pada rahang, leher, bahu, tangan atau lengan (khusunya
pada sisi kiri.
Nyeri jantung dapat menyebar contoh nyeri sering lebih ke permukaan dipersarafi
oleh tingkat saraf spinal yang sama.
Pasien angina tidak stabil mengalami peningkatan disritmia yang mengancam hidup
secara akut, yang terjadi pada respon terhadap iskemia dan atau stress
Berikan makanan lembut. Biarkan pasien istirahat selama 1 jam setelah makan
Kolaborasi:
Kriteria hasil: Pasien melaporkan penurunan episode dipsnea, angina dan disritmia
menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas, klien berpartisipasi pada perilaku atau
aktivitas yang menurunkan kerja jantung.
INTERVENSI
RASIONAL
Takikardi dapat terjadi karena nyeri, cemas, hipoksemia, dan menurunnya curah
jantung. Perubahan juga terjadi pada TD (hipertensi atau hipotensi) karena respon
jantung
Sirkulasi perifer menurun bila curah jantung turun, membuat kulit pucat dan warna
abu-abu (tergantung tingkat hipoksia) dan menurunya kekuatan nadi perifer
Berikan periode istirahat adekuat. Bantu dalam atau melakukan aktivitas perawatan
diri, sesuai indikasi
Penghematan energy, menurunkan kerja jantung.
Pantau dan catat efek atau kerugian respon obat, catat TD, frekuaensi jantung dan
irama (khususnya bila memberikan kombinasi antagonis kalsium, betabloker, dan
nitras)
Kolaborasi :
Berikan obat sesuai indikasi : penyekat saluran kalsium, contoh ditiazem (cardizem);
nifedipin (procardia); verapamil(calan).
Obat ini menurunkan kerja jantung dengan menurunkan frekuensi jantung dan TD
sistolik.
Kriteria hasil : Pasien melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat
diukur, pasien menunjukan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologis.
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji respons klien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 kali per
menit di atas frekuensi istirahat; peningkatan TD yang nyata selama/sesudah
aktivitas; dispnea atau nyeri dada; keletihan dan kelemahan yang berlebihan;
diaphoresis; pusing atau pingsan.
Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respons fisiologi terhadap
stress aktivitas dan, bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang
berkaitan dengan tingkat aktivitas.
Kriteria hasil : Pasien menyatakan kesadaran perasaan ansietas dan cara sehat
sesuai, pasien menunjukkan strategi koping efektif/keterampilan pemecahan
masalah, pasien melaporkan ansietas menurun sampai tingkat yang dapat diatasi.
INTERVENSI
RASIONAL
Meyakinkan pasien bahwa peran dalam keluarga dan kerja tidak berubah.
Mungkin diperlukan untuk membantu pasien rileks sampai secara fisik mampu
untuk membuat strategi koping adekuat.
5. KURANG PENGETAHUAN (KEBUTUHAN BELAJAR) MENGENAI KODISI,
KEBUTUHAN PENGOBATAN BERHUBUNGAN DENGAN KURANGNYA INFORMASI.
INTERVENSI
RASIONAL
Pasien dengan angina membutuhkan belajar mengapa hal itu terjadi dan apakah
dapat dikontrol. Ini adalah focus manajemen terapeutik supaya menurunkan infark
miokard.
Kaji pentingnya control berat badan, menghentikan merokok, perubahan diet dan
olahraga.
Diskusikan langkah yang diambil bila terjadi serangan angina, contoh menghentikan
aktivitas, pemberian obat bila perlu, penggunaan teknik relaksasi.
Menyiapkan pasien pada kejadian untuk menghilangkan takut yang mungkin tidak
tahu apa yang harus dilakukan bila terjadi serangan.
Angina adalah kondisi rumit yang sering memerlukan penggunaan banyak obat
untuk menurunkan kerja jantung, memperbaiki sirkulasi koroner, dan mengontrol
terjadinya serangan.
Tekankan pentingnya mengecek dengan dokter kapan menggunakan obat-obat
yang dijual bebas.
(Doengoes, 2014)
DAFTAR PUSTAKA
Wijaya & Putri. 2013. Keperawatan Medikal Bedah (KMB) 1. Yogyakarta: Nuha
Medika
Perhimpunan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Dalam. 2012. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta: Interna Publishing
Kasron. 2012
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth (Volume
2). Jakarta: EGC
Class Penjelasan
I Aktivitas sehari-hari seperti jalan kaki, berkebun, naik tangga 1-2 lantai dan lain-
lainnya tidak menimbulkan nyeri dada. Nyeri dada baru timbul pada latihan yang
berat, berjalan cepat serta terburu-buru sewaktu kerja atau bepergian.
II Aktivitas sehari-hari agak terbatas, misalnya Angina Pektoris timbul biel
melakukan aktivitas lebih berat dari biasanya, seperti jalan kaki 2 blok, naik
tangga lebih dari 1 lantai atau terburu-buru, berjalan menanjak atau melawan
angina.
III Aktivitas sehari-hari terbatas. Angina pektoris timbul bila berjalan 1-2 blok, naik
tangga 1 lantai dengan kecepatan biasa.
IV Angina pectoris timbul pada waktu istirahat. Hampir semua aktivitas dapat
menimbulkan angina, termasuk mandi, menyapu, dll.