Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul Upacara Adat Perkawinan Masyarakat
Aceh tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini diperuntukkan demi
memenuhi tugas mata kuliah Adat dan Budaya Aceh. Makalah ini berisi
tentang tahaan-tahapan perkawinan adat masyarakat Aceh. Penyusunan
makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
ikut serta berpartisipasi dan memberikan dukungannya dalam penyelesaian
makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan,
karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman. Oleh
karena itu kami memohon maaf apabila dalam penulisan dan pengerjaan
makalah ini terdapat kesalahan atau ketidaksempurnaan. Kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai bahan perbaikan
dimasa yang akan datang. Kami juga berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak dikemudian hari.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
C. Tujuan .............................................................................................
D. Manfaat ..........................................................................................
A. Kesimpulan ....................................................................................
B. Saran ..............................................................................................
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
adalah :
1. Arti Pernikahan
2. Hukum Pernikahana.
Hukum Asal Nikah adalah Mubah Menurut sebagian besar ulama,
hukum asal nikah adalah mubah, artinya boleh dikerjakan boleh ditinggalkan.
Dikerjakan tidak ada pahalanya dan ditingkalkan tidak berdosa. Meskipun
demikian, ditinjau dari segi kondisi orang yang akan melakukan pernikahan,
hukum nikah dapat berubah menjadi sunnah, wajib, makruh atau haram.
Contoh: jika kondisi seseorang sudah mampu memberi nafkah dan takut
jatuh pada perbuatan zina, dalam situasi dan kondisi seperti itu wajib nikah.
Sebab zina adalah perbuatan keji dan buruk yang dilarang Allah SWT.
Rasulullah saw. bersabda sebagai berikut. Dari Aisyah ra., Nabi saw.
besabda: Nikahilah olehmu wanita-wanita itu, sebab sesungguhnya mereka
akanmendatangkan harta bagimu. (HR. Al-Hakim dan Abu Daud)
a. Mas Kawin
b. Uang Hangus
Uang hangus yaitu uang tanda ikat diserahkan oleh pihak laki-laki
bersamaan dengan penyerahan mas kawin. Jumlah uang ditetapkan secara
musyawarah pada saat linto baro melamar.
Saat ini upacara Koh Gilo sudah jarang dilakukan sebab kesadaran
masyarakat akan bahaya pengikiran gigi semakin meningkat. Pada zaman
dahulu, menjelang perkawinan gigi calon pengantin wanita harus diratakan
dengan alat pengikir gigi. Upacara ini dilaksanakan setidaknya 7 hari
sebelum upacara pesta perkawinan dilaksanakan. Menurut penilaian orang
zaman dulu, pemotongan gigi ini akan membuat kesan lebih cantik pada
calon pengantin perempuan. Selain itu, sebagai tanda bahwa perempuan itu
sudah bersuami.
c). Memotong Rambut Halus Bagian Dahi (Koh Andam)
3. Pelaksanaan Perkawinan
Setelah perkawinan masih ada serangkaian upacara, yaitu Tueng Dara Baro.
Upacara Tueng Dara Baro merupakan upacara untuk mengundang dara baro
beserta rombongannya ke rumah mertua. Upacara ini dilaksanakan pada
tujuh hari setelah upacara wo linto . Pada waktu upacara ini, dara baro diarak
menuju rumah pengantin laki-laki dengan didampingi dua pengunganjo.
Rombongan pengantin perempuan ini juga membawa makanan dan kue-kue.
Cara penyambutan upacara ini hampir sama dengan upacara wo linto, tapi
tanpa prosesi berbalas pantun dan cuci kaki. Sampai di pintu masuk,
rombongan akan disambut keluarga laki-laki. Orangtua kedua belah pihak
kemudian melakukan tukar-menukar sirih. Di pintu masuk rumah, rombongan
ditaburi beras (breuh padi), bunga rampai, dan daun-daun sebagai tepung
tawar (on seunijuk). Setelah dara baro duduk di tempat yang telah
disediakan, ibu linto baro melakukan tepung tawar yang dilanjutkan dara
baro bersujud kepada orang tua linto baro. Orang tua linto baro kemudian
menyerahkan perhiasan yang ditaruh di dalam air kembang dalam suatu
wadah khusus. Pada upacara ini, dara baro menginap di rumah orang tua
linto baro selama tujuh hari dengan ditemani oleh satu atau dua peunganjo.
Tujuh hari kemudian, barulah dara baro diantar pulang. Dara baro juga
dibekali dengan beberapa perangkat pakaian, bahan makanan, dan uang. Di
rumah orang tua dara baro rombongan disambut dengan upacara jamuan
makan bersama yang menandai berakhirnya seluruh rangkaian upacara.
1. Nilai Tradisi
2. Nilai Religi
Pengaruh Islam pada kebudayaan Aceh sangat kuat. Hal ini tercermin dalam
pandangan dan perilaku dalam kehidupan. Perkawinan merupakan salah satu
ajaran dalam Islam. Sehingga melaksanakannya adalah ibadah.
Implementasi nilai-nilai ajaran agama dalam membangun keluarga yang baik
(sakinah) dapat dilakukan melalui perkawinan. Selain itu, perkawinan juga
menjadi sarana untuk mengimplementasikan nilai Islam dalam membina
hubungan antarsanak kerabat.
3. Nilai Sosial
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Rasjid, H. Sulaiman. 2008. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algesindo Intan,