b) Contact tracing
Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit menular dan penyakit
infeksi untuk diawasi bila penyakitnya timbul dapat segera diberikan pengobatan, misalnya pada
wanita yang menderita penyakit menular seksual seperti gonorhoe, sipilis, hepatitis B,
HIV/AIDS dan sebagainya, pasangan diperiksa dan diberi pengobatan agar penyakitnya tersebut
dapat sembuh.
c) Pendidikan Kesehatan kepada masyarakat agar dapat menegnal gejala penyakit pada tingkat awal
dan segera mencari pengobatan. Masyarakat perlu menegtahui dan menyadari bahaya penyakit
kelamin untuk dirinya, keluarga dan keturunannya. Agar mereka menyadari penularan penyakit
kelamin tersebut, maka mereka yang telah berbuat segera memeriksakan dirinya untuk segera
untuk diobati.
Masyarakat perlu menyadari bahwa berhasil atau tidaknya usaha pengobatan tidak hanya
tergantung pada baiknya obat serta keahlian tenaga kesehatan, melainkan juga tergantung pada
kapan pengobatan itu diberikan. Pengobatan yang lamabat akan meneybabkan usaha
peneymbuhan lebih sulit bahakan mungkin tidak dapat sembuh lagi misalnya pengobatan kanker
yang terlambat (Suryati, dkk. 2009)
Peran bidan dalam usaha diagnosis dini dan pengobatan segera ( Early Diagnosis and Promotif
Treatment) :
a) Melaksanakan program pemeriksaan gratis di wilayah desa dengan mengikutsertakan tokoh
masyrakat dan tenaga kesehatan lainnya.
b) Memberikan penyuluhan pentingnya dilakukan diagnosis dini
c) Melaksanakan program pemeriksaan papsmear, IVA
d) Memberikan pelatihan pada masyarakat khusunya wanita dalam melakukan pemeriksaan
SADARI
e) Segera melakukan rujukan atau kolaborasi apabila menemui penderita yang mengalami penyakit
berbahaya atau komplikasi
2. Disability Limitation (pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan gangguan
kemampuan bekerja yang diakibatkan suatu masalah kesehatan dan penyakit)
Usaha ini merupakan lanjutan dari usaha Early diagnosis And Promotif Treatment yaitu dengan
pengobatan dan perawatan yang sempuran agar penderita sembuh kembali dan tidak cacat ( tidak
terjadi komplikasi). Bila sudah terjadi kecacatan maka dicegah agar kecacatan tersebut tidak
bertambah berat dan fungsi dari alat tubuh yang cacat ini dipertahankan semaksimal mungkin.
Beberapa usaha diantaranya :
a) Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan.
b) Pengadaan dan peningkatan fasilitas kesehatan dengan melakukan pemeriksaan lanjut yang lebih
akurat seperti pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya agar penderita
dapat sembuh dengan baik dan sempurna tanpa ad komplikasi lanjut.
Penyempurnaan pengobatan agar tidak terjadi komplikasi. Masyrakat diharapkan
mendapatkan pengobatan yang tepat dan benar oleh tenaga kesehatan agar penyakit yang
dideritanya tidak mengalami komplikasi. Selain itu untuk mencegah terjadinya komplikasi maka
penedrita yang dalam tahap pemulihan, dianjurkan untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan
secara rutin agar penederita sembuh secar sempurna (Suryati, dkk. 2009)
Peran bidan dalam usaha disability limitation :
a) Memberikan pengobatan dan perawatan agar penderita sembuh dan tak terjadi komplikasi.
b) Melakukan pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan.
c) Melakukan perbaikan fasilitas kesehatan dengan mengikutsertakan masyrakat sebagai penunjang
untuk dimungkinkan pengobatan dan perawatan yang lebih intensif.
3. Rehabilitasi (Rehabilitation)
Rehabilitasi adalah usaha untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga
dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat.
Rehabilitasi ini terdiri atas:
a) Rehabilitasi fisik
Yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimal - maksimalnya. Misalnya,
seorang yang karena kecelakaan, patah kakinya, perlu mendapatkan rehabilitasi dari kaki yang
patah ini yaitu dengan mempergunakan kaki buatan yang fungsinya sama dengan kaki yang
sesungguhnya.
b) Rehabilitasi mental
Yaitu agar bekas penderita dapat menyesuikan diri dalan hubungan perorangan dan social secara
memuaskan. Seringkali dengna bersamaan dengan terjadinya cacat badaniah muncul pula
kelainan-kelaianan atau gangguan mental. Untuk hal ini bekas penderita perlu mendapatkan
bimbingan kejiwaan sebelum kembali ke dalam masyarakat.
c) Rehabilitasi social vokasional
Yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatan dalam masyarakat dengan
kapasitas kerja yang semaksimal - maksimalny sesuai dengan kemampuan dan
ketidakmampuannya.
d) Rehabilitasi aesthetis
Usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa keindahan, walaupun
kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat dikembalikan misalnya:
penggunaan mata palsu.(Suyati, dkk. 2009).
Peran bidan dalam rehabilitasi:
a) Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan memberikan dukungan moral
setidaknya bagi yang bersangkutan untuk bertahan.
b) Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita yang telah cacat
mampu mempertahankan diri.
c) Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan seseorang setelah ia sembuh
dari suatu penyakit.
d) Memberikan konseling pada penderita kecacatan agar tetap bersemangat dalam memulihkan
kesehatan.
e) Memberikan keyakinan dalam kesembuhan,serta menumbuhkan kepercayaan diri untuk
bersosialisasi dengan masyarakat Memberi penyuluhan kepada masyarakat agar dapat menerima
pasien sama seperti individu normal lainnya.
f) Memberikan pendidikan kesehatan agar hal yang lebih buruk tidak terjadi pada kesehatan pasien
( Sindiariyani. 2011)
DAFTAR PUSTAKA
Romauli S, dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi Mahasisiwi Kebidanan. Yogyakarta : Mulia Medika