71
DEMAM : TIPE DAN PENDEKATAN
R.HLH. Nelwan
PENDAHULUAN
Keadaan demam sejak zaman Hippocrates sudah diketahui
sebagai pertanda penyakit. Galileo pada abad pertengahan
‘menciptakan alat pengukur suhu dan Santorio di Padua
melaksanakan aplikasi pertama penemuan alat ini di
lingkungan klinik. Tiga abad kemudian baru untuk
pertama kali, Traube memperlihatkan sebuah kurve
suhu secara menyeluruh yang dibuat di sebuah klinik
di Leipzig. Penggunaan kurve suhu makin meluas
setelah dipublikasikannya pendapat Wunderlich pada
tahun 1868, di mana beliau mengatakan bahwa dengan
semakin banyak pengalamannya dalam memakai alat
pengukur suhu ini semakin bertambah keyakinannya
mengenai manfaat pengukuran tersebut, khususnya
untuk mendapatkan informasi yang cukup akurat dan
prediktif mengenai kondisi seorang pasien. Suhu pasien
biasanya diukur dengan termometer air raksa dan tempat
pengambilannya dapat di aksila, oral atau rektum.
Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5°-37,2°C. Suhu
subnormal di bawah 36°C. Dengan demam pada umumnya
iartikan suhu tubuh di atas 37,2°C. Hiperpireksia adalah
suatu keadaan kenaikan suhu tubuh sampai setinggi
41,2°C atau lebih, sedangkan hipotermia adalah keadaan
suhu tubuh di bawah 35°C. Biasanya terdapat perbedaan
antara pengukuran suhu di aksila dan oral maupun rektal
Dalam keadean biasa perbedaan ini berkisar sekitar 0,5°C;
suhu rektal lebih tinggi daripada suhu oral
Dalam beberapa keadaan diperlukan pengukuran
suhu yang lebih akurat seperti pada pasien yang banyak
berkeringat atau dengan frekuensi pernapasan yang tinggi.
Pada keadaan tersebut, lebih baik diukur suhu rektal karena
perbedaan yang mungkin didapatkan pada pengukuran
suhu di berbagai tempat dapat mencapai 2-3°C. Demam
pada mamalia dapat memberi petunjuk bahwa pada
temperatur 39°C, produksi antibodi dan proliferasi sel
533
limfosit-T meningkat sampai 20 kali dibandingkan dengan
keadaan pada temperatur normal (37°C). Dalam evolusi
kehidupan, tubuh telah mengembangkan suatu sistem
pertahanan yang cukup ampuh tethadap infeksi dan
peninggian suhu badan memberikan suatu peluang kerja
yang optimal untuk sistem pertahanan tubuh. Demam
terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit
yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen
yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan
suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan
suatu infeksi. Dewasa ini diduga bahwa pirogen adalah
suatu protein yang identik dengan interleukin-1. Di
dalam hipotalamus zat ini merangsang pelepasan asam
arakidonat serta mengakibatkan peningkatan sintesis
prostaglandin £2 yang langsung dapat menyebabkan
pireksia,
engaruh pengaturan autonom akan mengakibatkan
terjadinya vasokonstriksi perifer sehingga pengeluaran
(dissipation) panas menurun dan pasien merasa
demam. Suhu badan dapat bertambah tinggi lagi
karena meningkatnya aktivitas metabolisme yang juga
‘mengakibatkan penambahan produksi panas dan karena
kurang adekuat penyalurannya ke permukaan maka rasa
demam bertambah pada seorang pasien.
Beberapa tipe demam yang mungkin kita jumpai, antara
hain:
Demam septik : Pada tipe demam septik, suhu badan
berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam
hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pag!
hari, Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila
demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal
dinamakan juga demam hektik.
Demam remiten : Pada tipe demam remiten, suhu badan
dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat534
PENVAKIT TROPIK DAN INFEKS!
dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan
suhu yang dicatat pada demam septik
Demam intermiten : Pada tipe demam intermiten, suhu
badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam
dalam satu hari. Bila demam sepert ini terjadi setiap dua
hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas
‘demam di antara dua serangan demam disebut kuartana,
Demam kontinyu : Pada tipe demam kontinyu varias suhu
‘sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut
hiperpireksia
Demam siklik : Pada tipe demam sikik terjadi kenaikan
suhu badan selama beberapa hari yang dilkuti oleh periode
bbebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti
‘leh kenaikan suhu seperti semula,
Suatu tipe demam kadang-kadang dapat dihubungkan
dengan suatu penyakit tertentu, seperti misalnya tipe
‘demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan
keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera
dengan suatu sebab yang jelas, seperti misalnya: abses,
pneumonia, infeksi saluran kencing atau malaria; tetapi
kadang-kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan
dengan suatu sebab yang jelas. Bila demam disertai
keadaan seperti sakit otot, rasa lemas, tidak nafsu maken
dan mungkin ada pilek, batuk dan tenggorok sakit,
biasanya digolongkan sebagai influenza atau common
cold, Dalam praktek, 90% dari para pasien dengan demam
yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu
penyakit yang self-limiting seperti influenza atau penyakit
virus sejenis ainaya. Namun hal ini tidak berarti bahwa kita
‘tidak harus tetap waspada terhadap suatu infeksi bakterial,
Kausa demam selain infeksi juga dapat disebabkan
oleh keadaan toksemia, Karena keganasan atau reaksi
terhadap pemakaian obat, Juga gangguan pada pusat
egulasi suhu sentral dapat menyebabkan peninggian
temperatur seperti pada heat stroke, perdarahan otak,
koma atau gangguan sentral lainnya, Pada perdarahan
internal pada saat terjadinya reabsorpsi darah dapat pula
menyebabkan peningkatan temperatur. Dalam praktek
perlu diketahui penyakit-penyakit infeksi yang endemik
di lingkungan tempat tinggal pasien, dan mengenai
kemungkinan infeksi impor dapat dinetralisasi dengan
pertanyaan apakah pasien baru pulang dari suatu
perjalanan dari daerah mana dan tempat apa saja yang
telah dikunjunginya. Pada dasarnya untuk mencapai
ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara
lain, ketelitian pengambilan riwayat penyakit pasien,
pelaksanaan pemeriksaan fisis yang seteliti mungkin,
observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan
laboratorium serta penunjang lainnya secara tepat dan
holistik.
Salah diagnosis paling sering dibuat karena
pemeriksaan fisis yang tergesa-gesa sehingga kurang
lengkap atau tidak tepat, dan terlalu cepat mendeduksi
suatu kesimpulan dari suatu keadaan tertentu saja
dengan tidak melihat kasus yang dihadapi dalam
konteks keseluruhan. Beberapa hal yang secara khusus
perlu diperhatikan pada demam, adalah cara timbul
demarn, lama demam,sifat harian demam, tinggi demam.
dan keluhan serta gejala lain yang menyertai demam.
Demam yang tiba-tiba tinggi lebih sering disebabkan
oleh penyakit virus. Waktu yang dikorbankan untuk
‘menanyakan riwayat penyakit yang terperinci dan akurat,
alam kenyataannya adalah waktu yang digunakan demi
kepentingan pasien yang mencari pertolongan sehingga
dapat terhindar orientasi diagnosis yang salah dan
sebagai konsekuensinya mungkin pemberian obat yang
kurang tepat serta permintaan pemeriksaan laboratorium
yang mungkin salah pula, yang kesemuanya merupakan
beban yang perlu ditanggung pasien. Salah orientasi ini
dalam konteks yang luas merupakan suatu pemborosan
fasilitas kesehatan yang disediakan dan merupakan
pengorbanan finansial pasien yang sama sekali tidak
diinginkan.
DEMAM BELUM TERDIAGNOSIS
Yang diartikan dengan “demam belum terdiagnosis*
‘adalah suatu keadaan di mana seorang pasien mengalami
demam terus menerus selama 3 minggu dengan suhu
badan di atas 383°C dan tetap belum ditemukan
penyebabnya walaupun telah ditelit selama satu minggu
secara intensif dengan menggunakan sarana laboratorium
ddan penunjang medis lainnya.
Istilah yang digunakan untuk ini antara lain: febris et
‘causa ignota, fever of obscure origin fever of undetermined
‘origin dan fever of undiagnosed origin (FUO). Penyebab
FUO, sesuai golongan penyakitnya antara lain: infeksi
(40%), neoplasma (20%), penyakit kolagen (20%), penyakit
lain (10%), dan yang tidak diketahui sebabnya (10%). Fever
of unknown origin FUO) dapat dibagi dalam 4 kelompok:
FUO Klas
Penderita telah diperiksa di Rumah Sakit atau di link
selama 3 hari berturut-turut tanpa dapat ditetapkan
penyebab demam. Definisi lain yang juga digunaken
adalah demam untuk lebih dari 3 minggu dimana telah
diusahakan diagnostik non-invasif maupun invasif
selama satu minggu tanpa hasil yang dapat menetapkan
penyebab demam.
FUO Nosokomial
Penderita yang pada permulaan dirawat tanpa infeksi diDDEMAMt: TIPE DAN PENDEKATAN
535
Rumah Sakit dan kemudian menderita demam>36,3°C
ddan sudah diperiksa secara intensif untuk menentukan
penyebab demam tanpa hasil yang jelas.
FUO Neutropenik
Penderita yang memiliki hitung jenis neutrofil < 500 ul
dengan demam > 38,3°C dan sudah diusakan pemeriksaan
Intensif selama 3 hari tanpa hasil yang jelas.
FUO HIV
Penderita HIV yang menderita demam >38,3°C selama
4 minggu pada rawat jalan tanpa dapat menentukan
penyebabnya atau pada penderita yang dirawat di RS
yang mengalami demam selama lebih dari 3 hari dan telah
dilakukan pemeriksaan tanpa hasil yang jelas.
Sebelum meningkat ke pemeriksaan lanjutan seperti
ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat
diperiksa beberapa uji coba darah, pembiakan kuman
daricairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin,
Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk
membuat diagnosis dengan lebih pasti melalui biopsi
pada tempat-tempat yang dicurigal. uga dapat dilakukan
pemeriksaan-pemeriksaan seperti angiografi, zortografi
atau limfangiografi
DIAGNOSIS SERO-IMUNOLOG!
Pemeriksaan serologis dapat bermanfaat pada seorang
pasien “demam belum terdiagnosis”. Biasanya diperlukan
‘dua spesimen darah untuk pemeriksaan ini Hal ini berguna
untuk interpretasi titer serologik. Suatu kenaikan titer
sebesar 4 kali atau lebih mempunyai arti yang sangat
besar untuk dapat menentukan kemungkinan penyebab
penyakit. Dalam tabel 1 dan 2 dapat dipelajari uj serologis,
untuk virus, bakteri dan jamur yang pada saat ini tersedia,
Pengujian ini perlu digunakan secara rasional dan bukan
secara global. Untuk mengatasi frustasi dalam mencari
‘abel 1, Daftar Uji Virologis
penyebab demam yang tidak mau turun, pengujan ini
merupakan penunjang yang sangat bermantfaat. Perlu
dlikasal interpretasikarena hasil mungkin tidak seklasik
seperti dikemukakan di atas. Untuk penunjang diagnosis,
infeksi akut selalu harus berpedoman pada keberadaan
imunologlobulin M yang spesifik atau peningkatan
bermakna dari gS.
Pemeriksaan-pemeriksaan jenis lainnya yang dapat
membantu adalah pemeriksaan seperti misainya :faktor
reumatoid, imunoglobuln, antibodi antinukleay, antigen
otot polos serta tes auto-antibodi lainnya dan imuno-
elektroforesis.
MIKROBIOLOGI
Isolasi kuman penyebab infeksi merupakan kriteria
diagnosis utama pada pasien yang tersangka demam
karena menderita infeksi. Keadaan yang dihadapi
mungkin cukup serius. Pengambilan darah untuk kultur
mikroorganisme harus dilakukan secara aseptik dengan
mengambil sekitar 10 ml yang kemudian dilarutkan
dalam media yang masing-masing dapat menumbuhkan
kuman aerob dan kuman anaerob, Sebaiknya usaha untuk
‘mengambil darah untuk mengisolasi kuman dilaksanakan
beberapa kali pada hari pertama dan selalu harus dipegang
prinsip pengambilan sesteril mungkin, Selain kultur darah,
mikroorganisme dalam urin juga penting; dalam hal ini
harus dijaga cara pengambilan sampel yang reprsentatit.
Semua sampel harus segera dibawa ke laboratorium dan
harus segera dikultur Isolasi virus biasanya diambil dari
sekret hidung, usap tenggorok atau sekresi bronkial
Untuk TEC dipertukan pemeriksaan sputum minimal 2 hari
berturut-turut. Untuk infeksi saluran cerna pemeriksaan
rmikroorganismne dari feses diperlukan untuk memantau
spektrum kuman penyebab.
Virus Penyebab Jenis Uji Penyakit
1. Dengue INS-1, (THA, untuk penelitian) Demam dengue atau demam
Blot IgM/laG berdarah D.
2 Cytomegalovirus (CMV) Anti-CMV IgM Elisa, aviditas CMV Infeksi Cytomegalovirus
Anti-CMV IgG Elisa
3 Epstein - Barr Virus (EBV) Paul Bunnel
Anti EBV
4 Hepatitis A s/d E
5 Coxiello burnetti a
6 HIM ‘Anti HIV-Elsa
Viral load Hv
Mononukleosis Infeksiosa
Vitus A s/d E, berbagai Komponen AntiVirus As/d E Hapatitis akut
Demam Q
HIV/AIDS536
PENYAKIT TROPIK DAN INFEKS!
‘Tabel 2. Daftar Uji Bakterio-parasitologis
Penyakit Infeksi Jenis Uji Penyakit
Salmonetta typhi ‘Widal, Typhidot PCR Demam tifoid
S.paratyphi A/B/C al Demam paratifoid
Streptokokus AsTO. Demam reumatik
Mikobakteria Myco Dot TS PAP Anti TB ‘TBC pulmonal dan TBC Ekstrapul monal
Leptospira spp MAT, IgM lepto Leptospirosis
Brucella spp Aglutinast Brusellosis,
Rickettsia spp Well Felix Ricketsiosis
Mycoplasama pneurs iF Mycoplasmosis:
Legionella iF Legionellosis
Toxoplasma gondii Elsa IgG/lgM, aviditas “Toksoplasmosis
Entamoeba histottica 1oT Amubiasis:
Filaria spp IFAT Filariasis
Candida spp Miskroskop cahaya KOH/NaCl, Chromagar Candidiasis
Histoplasma copsulatum —1DT Histoplasmosis
HEMATO-KIMIA
Dengan meluasnya spektrum penyakit virus dewasa kini
dan karena pengaruh urbanisasi, globalisasi maupun
lingkungan yang kurang memadai lebih memnungkinkan
pasien mengalami demam karena terjangkit infeksi virus.
Pada saat ini diperlukan patokan yang dapat membedakan
pasien terjangkit virus atau bakteri yang penatalaksanaan-
hhya berbeda total. Salah satu pengukuran yang dapat
dilaksanakan dalam tahap awal adalah pemeriksaan
hematologis yang pada infeksi bakteri akut dapat
menunjukkan pergeseran hitung jenis ke ki dengan atau
tanpa leukositosis.
Bila keadaan ini tidak dijumpai dan kita tetap ingin
membedakan antara infeksi virus dan bakteri dapat
skukan pemeriksaan C-reaktif protein (CRP) yang
dapat, meningkat lebih dari 10 kali pada infeksi bakteri
akut. Kenaikan ini masih perlu dibedakan dengan artritis
ddi mana keluhan pada sendi lebih dominan. Pemeriksaan
prokalsitonin dapat digunakan bila diduga terdapat
sepsis
Pemeriksaan Bio-kimia selanjutnya dapat membantu
dengan mengukur kadar serum kalsium yang dapat
meningkat pada sarkoidosis dan beberapa karsinomatosi
Selanjutnya pada penyakit hati dapat diperiksa e
SGOT/ SGPT/GAMA GT yang dapat memberi petunjuk
mengenai fungsi sel hati, Selanjutnya tes fungsi hati
lainnya dapat diperiksa bila terdapat Kelainan pada nilal
enzim-enzim tersebut
RADIOLOGI
Foto rontgen merupakan pemeriksaan penunjang medis
sangat vital terutama dalam membantu diagnosis kelainan
pparu dan ginjal. Sumsum tulang belakang dan persendian
juga merupakan bagian-bagian yang ideal untuk diperiksa
dengan sinar tembus. Juga masih relatif mudah dikerjakan
adalah pemeriksaan saluran pencernaan, baik yang
‘meliputi bagian atas, tengah atau bawah. Kolangiografi
dapat membantu diagnosis bila diduga kemungkinan
terdapat suatu kelainan di kuadran kanan atas abdomen
sebagai penyebab demam,
Angiografi dapat membantu menegakkan diagnosis
emboli paru-paru, sedangkan angickardiografi dapat
digunakan untuk membuat diagnosis miksoma atrium.
Angiokardiografi ini serta angiografi abdominal yang
sebelumnya sering digunakan terutama untuk diagnostik
organ-organ viseral pada saat ini mulal terdesak oleh
ppemeriksaan ampub lain di samping ultrasonografi untuk
membantu menegakkan diagnosis penyakit organik di
abdomen. Limfangiografi berguna untuk mendeteksi suatu
limfoma abdominal atau retroperitoneal
Ultrasonografi (USG)
‘Mengingat mudahnya cara pemeriksaan ultrasonograf
(USG), pada saat ini asosiasi antara suaty gangguan
internistis terutame di daerah jantung atau daerah
abdominal dengan jenis pemeriksaan ini makin lama makin
berkembang dan makin banyak dilskukan. Pemeriksaan
ini secara khusus akan berguna untuk kelainan seperti
miksoma di atrium atau vegetasi gi katub-katub jantung.
Di daerah abdomen melalui pemeritsaan USG dapat
dideteksiKelainan terutama di hai, ginjal, retroperitoneal
dan juga gangguan di daerah pelvis. Selalu herus ciingat
bahwa mungkin diperoleh hasil-hasil yang false-positive
dan selalu harus dianggap sebagai suatu pemeriksaan
penunjang dengan sepenuhnya memperhatikan penyakit
secara menyeluruh. USG penting untuk mendiagnosis
adanya abses pada organ-organ intra-abdominalDEMAM: TIPE DAN PENDEKATAN
Pencitraan
Pencitraan dapat banyak membantu untuk pemeriksaan
khusus terhadap hati. Scanning paru-paru dapat
membantu diagnosis pada kecurigaan tentang adanya
emboli paru sedangkan dengan scanning, sekaligus
hati dan paru, dapat ditunjukkan adanye abses di
subdiafragma, Demikian pula scanning dengan gallium
sitrat dapat memperlihatkan titik fokus infeksi di daerah
‘abdominal yang sulit untuk ditemukan secara rutin. Dalam
beberapa keadaan, scanning tulang belakang lebih dint
dapat rnemberi informasi tentang adanya metastasis
daripada penggunaan sinar tembus konvensional
Di masa yang akan datang diperkirakan bahwa
pemeriksaan dengan computerized tomography, (CT-
Scan) akan dapat sangat membantu diagnostik dan dapat
menunjukkan kelainan pada badan melalui pemotongan
lintang letak anatomis organ tubuh. Untuk kelainan,
retroperitoneal pemeriksaan ini sangat ideal. Penting
untuk mendiagnosa tumor atau abses di tempat yang
tersembunyi
ENDOSKOPI
Indikasi untuk melakukan pemeriksaan ini terutama
berhubungan dengan penyakit demam lama yang disertai
diare dan nyeri perut Pasien serupa ini mungkin menderita
kolits userativa dan dapat didiagnosis secara pasti dengan
sigmoidoskopi atau kolonoskopi
Pemeriksaan lain yang dikenal dengan ERCP atau
endoscopic retrograde choledocho pancreatography,
‘akan dapat member informasi yang lengkap mengenai
kandung empedu, saluran empedu dan pankreas dengan
cara memasukkan cairan kontras dalam ampula Vateri
ELEKTROKARDIOGRAFI
Pemeriksaan ini sebenamya kurang bermantaat pada pasien
demam tetapi khususnya di Indonesia mungkin dapat
‘melengkapi diagnosis pada pasien tersangka demam tifoid,
Dilaporkan bahwa pada sepertiga dari pasien dengan
penyakit ini dapat ditemukan kelainan EKG,
BIOPSI
Peran biopsi dalam menentukan penyebab “demam belum
terdiagnosis’ sangat besar dan dapat dilaksanakan di mana
fasiltas penunjang medis yang modern tidak tersedia.
Pemeriksaan biopsi kelenjar yang membesar atau massa
‘tumor yang jelas dan mudah dicapai harus dilakukan. Hal
537
ini berguna untuk menetapkan diagnosis penyakit seperti
limfoma, metastasis keganasan, tuberkulosis atau infeksi
Jemur, terutama pada kelenjar yang membesar.
Informasi yang bisa berguna di perifer tanpa fasilitas
ultrasonografi adalah biopsi hati. Akan sangat membantu
bila terdapat kelainan primer atau sekunder di hati
terutama yang meliputi keganasan, granuloma, gambaran
infeksi spesifk lainnya dan hepatitis alkoholik.
Biopsi kulit atau otot dapat membantu dugaan
penyakit kolagen atau penyakit trikinosis. Biopsi baru
‘akan bermanfaat pada massa tumor padat; dapat juga
sekaligus untuk mengeluaran cairan dari rongga-rongga
bbadan. Ini akan dapat membantu upaya diagnosis.
LAPARATOMI
Laparatomi dapat memegang peran penting di tempat
di mana fasilitas kesehatan masih sedethiana dan sistem
rujukan yang belum sempuma; dan hanya dibenarkan
bilamana ada suatu petunjuk keras bahwa penyebab
demam adalah karena suatu kelainan utama di abdomen,
‘Tindakan ini dapat cepat mengetahui sebab penyakitnya
ddan terhindar dari biaya-biaya pemeriksaan yang sangat
‘mahal, tetapi cara pendekatan diagnosis seperti ini tidak
‘tanpa bahaya, khususnya pada mereka yang sudah sepsis.
Tindakan yang lebih sederhana seperti peritoneoskopi
dapat menjadi alternatif diagnosis untuk peritonitis
‘uberkulosis, karsinomatosis peritoneal, kolesistitis dan
infeksi rongga pelvis. Laparatomi bermanfaat pada
penyakit yang masih dapat diobati, seperti abses lok
limfoma atau penyakit autoimun yang terjadi di abdomen,
Terapi Ad Juvantius
Usaha untuk mengatasi “demam belum terdiagnosis”
‘dengan terapi ad juvantius hanya dapat dibenarkan dalam
instansi rujukan di mana tidak lagi dapat ditempuh jalan
lain untuk memperoleh kepastian diagnosis.
Prinsip pelaksanaannya adalah behva obat yang
digunakan harus berdasarkan suatu indikasi yang kuat
sesuai pengalaman setempat dan harus bersifat spesifik
Cara pemakaian kombinasi antibiotika berspektrum luas
tidak dapat dibenarkan mengingat bahwa penyebabnya
“demam belum terdiagnosis" terbanyak bukan karena
infeksi bakterial dan potensial dapat menyebabkan efek
ssamping atau super infeksiyang tidak diinginkan. Keadaan
di mana diizinkan pemakaian terapi ad juvantibus antara
lain: Kloramfenikol untuk persangkaen demam tifoid, obat
antituberkulosis untuk persangkaan tuberkuloss, aspirin
untuk demam reumatik, antikoagulansia untuk emboli
pparu dan kortikosteroid untuk lupus eritematosus sisternik
atau reumatoid artis538
DEMAM OBAT (DRUG FEVER)
Diperkirskan bahwa efek samping pangobatan berupa
demam obat terjadi pada 3-5% dari seluruh reaksi obat
yang dilaporkan. Obat yang mengakibatkan demam
dapat dikelompokkan menjadi ; 1) obat yang sering
mengakibatkan demam, 2) obat yang kadang-kadang
dapat mengakibatkan demam dan 3) obat yang secara
insidentil sekali dapat mengakibatkan demam. Salah
satu ciri demam obat adalah bahwa demam akan timbul
tidak lama setelah pasien mulai dengan pengobaten. Tipe
demam obat dapat berupa remitan, intermiten, hektik
atau kontinu, Demam dengan cepat menghilang bila
pengobatan dihentikan dan merupakan sebuah tande
patognomonis untuk demam ini. Berbagai mekanisme
dapat mendasari demam obat ini yang paling umum
adalah karena reaksi imunologts.
DEMAM DIBUAT-BUAT
Kadang seorang pasien dengan sengaja berusaha dengan
bberbagai cara agar suhu badan yang akan dicatat lebih
tinggi daripada suhu badan sesungguhnya, Keadaan
suhu badan yang sengaja dibuat lebih tingat ini dikenal
sebagai demam faktisius (factitious fever). Bila diduga
bahwa seseorang, berpura-pura demam (malinger)
maka sewaktu dilakukan pencatatan suhu badan harus
diawasi dengan ketat. Dalam keadaan terpaksa, dapat
dilakukan pengukuran suhu rutin yang biasanya tidak
dapat dimanipulasi
Pasien bisa jadi memerlukan bantuan dokter ait ja
dan keadaan ini perlu disingkirkan dahulu supaya tidak
sia-sia mencari penyebab demam melalui pemeriksaen
ppenunjang yang ada,
REFERENS!
De Klein EMHA, Konockaert DC, Vander Meer JWM. Eaitoriat
FU: anew definiton and proposal for dlagnostic work-up.
Bur J. Int Med 2000;11:1-3
Fauci AS dk. Harrison's Manual of Internal Medicine. 17th ed,
2008, p199,
Gill GV, Beeching NJ. Febrile presentation in lecture notes on
tropical medicine. 5th edition. Blackwell: 2004. p. 26-3,
Nelwan RHEL Sister menegakkan peayebab demam. Dalam
+ Suharti dan Iwan Darmansjah (eds), Naskeh Lengkap
Simposium Penatalaksanaan Demam, 1981-p 3352,
PENVAKIT TROPIK DAN INFEKS!