Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan manusia yang amat
penting untuk segera diwujudkan sebagai upaya peningkatan kualitas hidup
dalam masyarakat. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
eonomis (UU RI NO.23 Tahun 1992).
Manusia takkan mungkin bisa bekarya atau bekerja secara optimal jika ia
dalam kondisi yang sedang sakit. Dengan demikian diperlukan upaya yang
lebih memadai bagi peningkatan derajat kesehatan dan pembinaan dan
penyelenggaraan upaya keshatan secara menyeluruh dan terpad melalui
pembangunan kesehatan. Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992
BAB II pada pasal 2 dan tentang kesehatan dijelaskan bahwa: pembangunan
kesehatan diselenggarakan berasaka kemanusiaan yang berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa, manfaat, usaha bersama, dan kekeluargaan, adil dan merata,
peri kehidupan dalam keseimbangan, serta kepercayaan akan kemampuan dan
kekuatan sendiri yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauwan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.
Mutu pelayanan dapat didefinisikan dalam banyak pengertian Azwar
(2010:46) menyatakan bahwa mutu pelayanankesehatan adalah menunjuk pada
tingkat kesenpurnaan penampilan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan dan di pihak
lain tata cara penyeleggaraannya sesuai kode etik profesi serta standart yang
telah ditetapkan. Mutu pelayanan kebidanan dapat diketahui apabila
sebelumnya telah dilakukan penilaian. Dalam praktiknya melakukan penilaian
tidaklah mudah, karena mutu dalam pelayanan kebidanan bersifat
multidimenional. Bagi penyelenggara pelayanan, mutu terkait dengan dimensi
kesesuaian pelayanan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, serta otonomi
profesi sesui dengan kebutuhan klien. Bagi penyandang dana, mutu terkait

1
dengan dimensi efisiensi pemakaian dana, kewajaran pembiayaan dan
kemampuan menekan beban biaya. Berkaitan dengan kepuasan, terdapat
masalah pokok yang ditemukan yaitu kepuasan bersifat subjektif. Tingkat
orang memiliki tingkat kepuasan yang berbeda,. Sekalipun pelayanan
kebidanan telah memuaskan klien, tetapi masalah banyak ditemukan pelayanan
yang tidak sesuai dengan standar profesi dan kode etik.

B. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Masalah
2. Untuk Mengetahui Proses Pemecahan Masalah
3. Untuk Mengetahui Analisis Situasi
4. Untuk Mengetahui Pengambilan Keputusan
5. Untuk Mengetahui Studi Kasus Dengan Pemecahan Persoalan Mutu dan
Peningkatan Proses Layanan Kebidanan dengan Pendekatan Quality
Assurance

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2
A. Pengertian Masalah
Menurut Notoatmodjo (2002) masalah penelitian secara umum dapat
diartikan sebagai suatu kesenjangan (gap) antara apa yang seharusnya dengan
apa yang terjadi tentang sesuatu hal, atau antara kenyataan yang ada atau
terjadi dengan yang seharusnya ada atau terjadi serta antara harapan dan
kenyataan.
Pengertian serupa juga bila dicari dalam kajian kebidanan dapat diartikan
masalah kebidanan adalah suatu kesenjangan atau diskongruensi antara
kenyataan dan harapan di bidang kebidanan. Seperti dapat dilihat dalam
kenyataan sehari hari, dalam memberikan pelayanan kebidanan seorang
bidan dituntut untuk selalu menerapkan komunikasi yang teraupetik, namun
apa yang terjadi? Masih sering kita temukan bidan yang belum menerapkan
komunikasi teraupetik ini. Bidan dituntut untuk selalu empati akan penderitaan
pasien / klien, kenyataan belum dapat berempati terhadap pasien / klien yang
dirawatnya atau ditanganinya.

B. Proses Pemecahan Masalah


Proses pemecahan masalah dalam pelayanan kebidanan di tingkat primer dapat
menggunakan metode PDCA
1. Definisi PDCA
PDCA, singkatan bahasa Inggris dari "Plan, Do, Check, Act" adalah suatu
proses pemecahan masalah empat langkah iteratif yang umum digunakan
dalam pengendalian kualitas. Metode ini dipopulerkan oleh W. Edwards
Deming, yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas modern
sehingga sering juga disebut dengan siklus Deming. Deming sendiri selalu
merujuk metode ini sebagai siklus Shewhart, dari nama Walter A. Shewhart,
yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas statistis.
Belakangan, Deming memodifikasi PDCA menjadi PDSA ("Plan, Do,
Study, Act") untuk lebih menggambarkan rekomendasinya.
2. Siklus PDCA
a. Plan (Perencanaan)
Artinya merencanakan SASARAN (GOAL=TUJUAN) dan PROSES apa
yang dibutuhkan untuk menentukan hasil yang sesuai dengan

3
SPESIFIKASI tujuan yang ditetapkan. PLAN ini harus diterjemahkan
secara detil dan per sub-sistem
Tahapan yang dilakukan :
1) Mengidentifikasi output pelayanan, siapa pengguna jasa pelayanan,
dan harapan pengguna jasa pelayanan tersebut melalui analisis suatu
proses tertentu.
2) Mendeskripsikan proses yang dianalisis saat ini
a) Pelajari proses dari awal hingga akhir, identifikasi siapa saja yang
terlibat dalam prose tersebut.
b) Teknik yang dapat digunakan : brainstorming
3) Mengukur dan menganalisis situasi tersebut
a) Menemukan data apa yang dikumpulkan dalam proses tersebut
b) Bagaimana mengolah data tersebut agar membantu memahami
kinerja dan dinamika proses
c) Teknik yang digunakan : observasi
d) Mengunakan alat ukur seperti wawancara
4) Fokus pada peluang peningkatan mutu
a) Pilih salah satu permasalahan yang akan diselesaikan
b) Kriteria masalah : menyatakan efek atas ketidakpuasan, adanya
gap antara kenyataan dengan yang diinginkan, spesifik, dapat
diukur.
5) Mengidentifikasi akar penyebab masalah
a) Menyimpulkan penyebab
b) Teknik yang dapat digunakan : brainstorming
c) Alat yang digunakan : fish bone analysis ishikawa
6) Menemukan dan memilih penyelesaian
a) Mencari berbagai alternatif pemecahan masalah
b) Teknik yang dapat digunakan : brainstorming
b. Do (Kerjakan)
Artinya MELAKUKAN perencanaan PROSES yang telah ditetapkan
sebelumnya. Ukuran-ukuran proses ini juga telah ditetapkan dalam tahap
PLAN. Dalam konsep DO ini kita harus benar-benar menghindari
penundaan, semakin kita menunda pekerjaan maka waktu kita semakin
terbuang dan yang pasti kerjaan akan bertambah banyak.
Tahapan yang dilakukan :
1) Merencanakan suatu proyek uji coba
a) Merencanakan sumber daya manusia, sumber dana, dan
sebagainya.
b) Merencanakan rencana kegiatan (plan of action)
2) Melaksanakan Pilot Project

4
Pilot Project dilaksanakan dalam skala kecil dengan waktu relatif
singkat ( 2 minggu)
c. Check (Evaluasi)
Artinya melakukan evaluasi terhadap SASARAN dan PROSES serta
melaporkan apa saja hasilnya. Kita mengecek kembali apa yang sudah
kita kerjaan, sudahkan sesuai dengan standar yang ada atau masih ada
kekurangan.
Tahapan yang dilakukan
1) Evaluasi hasil proyek
Bertujuan untuk efektivitas proyek tersebut
a) Membandingkan target dengan hasil pencapaian proyek (data yang
dikumpulkan dan teknik pengumpulan data harus sama)
b) Target yang ingin dicapai 80%
c) Teknik yang digunakan: observasi dan survey
d) Alat yang digunakan: kamera dan kuisioner
2) Membuat kesimpulan proyek
a) Hasil menjanjikan namun perlu perubahan
b) Jika proyek gagal, cari penyelesaian lain
c) Jika proyek berhasil, selanjutnya dibuat rutinitas
d. Action (Tindak lanjut)
Artinya melakukan evaluasi total terhadap hasil SASARAN dan
PROSES dan menindaklanjuti dengan perbaikan-perbaikan. Jika ternyata
apa yang telah kita kerjaan masih ada yang kurang atau belum
sempurnya, segera melakukan action untuk memperbaikinya. Proses
ACT ini sangat penting artinya sebelum kita melangkah lebih jauh ke
proses perbaikan selanjutnya.
Tahapan yang dilakukan :
1) Standarisasi perubahan
a) Pertimbangkan area mana saja yang mungkin diterapkan
b) Revisi proses yang sudah diperbaiki
c) Modifikasi standar, prosedur dan kebijakan yang ada
d) Komunikasikan kepada seluruh staf, pelanggan dan suplier atas
perubahan yang dilakukan.
e) Lakukan pelatihan bila perlu
f) Mengembangkan rencana yang jelas
g) Dokumentasikan proyek
2) Memonitor perubahan
a) Melakukan pengukuran dan pengendalian proses secara teratur
b) Alat yang digunakan

C. Analisis Situasi

5
1. Definisi Analisis Situasi
Analisis situasi merupakan langkah awal proses penyusunan (rencana
operasional) RO Puskesmas yang bertujuan untuk identifikasi masalah.
Secara konsepsual, analisis situasi Puskesmas adalah proses berikut
kecenderungannya dan faktor-faktor yang mempengaruhi masalah tersebut,
serta potensi sumber daya Puskesmas yang dapat digunakan untuk
melakukan intervensi. Analisis situasi akan menghasilkan rumusan masalah
dan berbagai faktor yang berkaitan dengan masalah kesehatanmasyarakat di
wilayah kerja Puskesmas serta potensi sumber daya Puskesmas yang dapat
digunakan untuk melakukan intervensi. Langkah ini dilakukan dengan
mengumpulkan dan menganalisis data atau fakta yang berkaitan dengan
masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.
Analisis ini meliputi data umum dan data khusus. Data umum ini berupa
peta wilayah dan data sumber daya (ketenagaan, obat & bahan habis pakai,
peralatan, sumber pembiayaan, sarana prasarana, data peran serta
masyarakat, data penduduk & sasaran program, data sekolah, data kesling.
Analisis situasi merupakan tahap pengumpulan data yang ditempuh
sebelum merancang dan merencanakan program. Analisis situasi bertujuan
untuk mengumpulkan informasi mencakup jenis dan bentuk kegiatan, pihak
atau publik yang terlibat, tindakan dan strategiyang akan diambil, taktik,
serta anggaran biaya yang diperlukan dalam melaksanakan program.
2. Tujuan dan Manfaat Analisis Situasi
Tujuan analisis situasi adalah:
a. Mendeskripsikan kebijakan potensial yang sedang terjadi dan standar
program untuk mendorong kualitas pelayanan kepada klien.
b. Mendeskripsikan dan membandingkan kesiapan staf pelayanan jasa dan
fasilitas untuk memenuhi jumlah dan fasilitas untuk menyediakan
kualitas pelayanan kepada klien dengan kebijakan saat ini dan standar
program
c. Mendeskripsikan kualitas perhatian yang diterima klien sesungguhnya
d. Mengevaluasi dampak kualitas pelayanan yang diterima klien
Analisis situasi juga dapat digunakan dalam bidang kesehatan. Tujuannya
adalah untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang kondisi
kesehatan yang akan berguna untuk menentukan permasalahan dari daerah

6
atau kelompok tersebut, sehingga dapat digunakan untuk merencanakan
sebuah program. Dapat dijelaskan bahwa tujuan dari analisis situasi adalah:
a. Memahami masalah kesehatan secara jelas dan spesifik
b. Mempermudah penentuan prioritas
Analisis situasi memiliki manfaat yang dapat mempermudah sebuah
perencanaan yang akan dibuat antara lain , dapat memberikan sebuah
cara untuk membantu manajemen sebuah program untuk memilih sebuah
posisi atau sebuah keputusan didalam lingkungannya berdasarkan fakta
yang telah diketahui. Dapat juga membantu proses perencanaan
kesehatan dalam memecahkan suatu masalah dan aspek-aspek apa saja
yang termasuk dalam proses analisis situasi.Jadi secara keseluruhan bisa
dikatakan analisis situasi ini dapat mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan sendiri karena terkaitpeluang dan ancaman eksternal.
3. Jenis Analisis Situasi
a. Analisis Faktor Internal
Analisis faktor internal bertujuan untuk mengetahui kinerja dan kegiatan
yang bersifat strategis. Kinerja dapat diketahui dengan menganalisis
faktor-faktor yang bersifat tangible (profitabilitas, market share, biaya
produksi, rencana pengembangan produk baru) dan intangible (perilaku
karyawan, keahlian manajemen, budaya organisasi). Kegiatan-kegiatan
yang bersifat strategis ini akan berkaitan dengan potensi sumber daya
yang dimiliki perusahaan, seperti sumber daya manusia, sumber daya
keuangan, serta sumber daya lainnya yang terdapat di dalam perusahaan.
b. Analisis Faktor Eksternal
Analisis faktor eksternal meliputi faktor-faktor yang datangnya dari luar
perusahaan, yang dapat mempengaruhi jalannya perusahaan, seperti
tingkat persaingan, karakteristik konsumen, perilaku konsumen, selera
konsumen, peraturan pemerintah. Pengamatan terhadap kondisi makro
ekonomi juga sangat penting untuk melihat terjadinya kecenderungan
perubahan.
4. Aspek Analisis Situasi
Menurut HL. Blum terdapat lima aspek penting dalam analisis situasi, yaitu:
a. Analisis Derajat (Masalah Kesehatan)
Analisa derajat kesehatan akan menjelaskan masalah kesehatan apa
yang dihadapi. Analisis ini akan menghasilkan ukuran-ukuran derajat

7
kesehatan secara kuantitatif, penyebaran masalah menurut kelompok
umur penduduk, menurut tempat dan waktu.
Untuk menilai suatu kondisi kesehatan digunakan indikator-indikator
yang merupakan kesepakatan mengenai kuantifikasi fenomena kesehatan
yang terjadi di masyarakat. Indikator keadaan kesehatan dapat
dibandingkan dengan standar pelayanan kesehatan, cakupan, target
program kesehatan di daerahnya (puskesmas, kabupaten, propinsi,
nasional) atau dibandingkan dengan daerah lain serta dapat dianalisa
kejadian dari waktu ke waktu (trend / kecenderungan). Dalam
menganalisis masalah kesehatan diperlukan kemampuan untuk
mengaplikasikan metode dan konsep epidemiologi, sebab pada dasarnya
ukuran-ukuran yang digunakan dalam menggambarkan masalah atau
derajat kesehatan adalah ukuran-ukuran epidemiologi seperti morbiditas
(angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian).
b. Analisis Perilaku Kesehatan
Terdapat dua paradigma dalam kesehatan yaitu paradigma sakit dan
paradigma sehat. Paradigma sakit adalah paradigma yang beranggapan
bahwa rumah sakit adalah tempatnya orang sakit. Hanya di saat sakit,
seseorang diantar masuk ke rumah sakit. Ini adalah paradigma yang salah
yang menitikberatkan kepada aspek kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan
paradigma sehat menitikberatkan pada aspek promotif dan preventif,
berpandangan bahwa tindakan pencegahan itu lebih baik dan lebih murah
dibandingkan pengobatan.
Sumber data dan informasi tentang analisis perilaku kesehatan ini ada
yang dapat dicari dai susenas, SKRT, dan lain-lain. Dab ada pula yang
dapat dicari secara kualitatif dari sumber data yang lansung dimsyarakat
seperti tokoh masyarakat, bidan, dukun dan lain-lain. Secara teknis tidak
semua indikator perilaku kesehatan ini dapat didapat.
Analisis ini memberikan gambaran tentang pengetahuan, sikap dan
perilaku masyarakat sehubungan dengan kesehatan maupun upaya
kesehatan Dapat menggunakan teori pengetahuan, sikap praktek, atau
health belief model atau teori lainnya.
c. Analisis Lingkungan Kesehatan

8
Aspek lingkungan adalah faktor yang memiliki pengaruh yang paling
besar terhadap derajat kesehatan. Secara spesifik aspek lingkungan yang
berhubungan dengan kesehatan dapat digolongkan menjadi 3 yaitu aspek
lingkungan fisik, biologis, dan lingkungan sosial.
1) Lingkungan fisik
Kinerja manusia dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya
adalah faktor lingkungan fisik. Lingkungan fisik bisa berupa suhu,
cuaca, manusia lain, pemandangan, suara, bau, dan lain-lain. Yang
semua aspek tersebut besar kecilnya dapat mempengaruhi terjadinya
penyakit dan tingkat kesehatan masyarakat. Analisis lingkungan fisik
ini dapat dilakukan dengan mempergunakan data yang diperoleh dari
sumber-sumber data yang ada seperti Badan Meteorologi dan
Geofisika, BPS, dan lain-lain
2) Lingkungan biologis
Komponen yang termasuk dalam lingkungan biologis adalah sanitasi,
kuman penyakit, vektor, binatang tenak, dan lain-lain. Ada berbagai
jenis indikator dalam menganalisis lingkungan bilogis seperti akses
terhadap air bersih, jumlah jamban dan pembuangan sampah,
keberadaan vektor penyakit. Tergantung dari jenis datanya.
3) Lingkungan sosial-ekonomi
Informasi mengenai keadaan sosial ekonomi masyarakat juga sangat
bermanfaat dalam menganalisis faktor lingkungan yang berpengaruh
terhadap derajat kesehatan.Tingkat ekonomi masyarakat juga juga
dapat menjadi indikator dari kemampuan masyarakat untuk ikut
menikmati pelayanan kesehatan. Adanya akses ke pelayanan
kesehatan saja belum dapat dijadikan jaminan bahwa mereka akan
dapat pelayanan kesehatan secara optimal.Data yang diperlukan untuk
menganalisis lingkungan kesehatan diantaranya adalah indicator
ekonomi daerah seperti produk domestik bruto per kapita,
perkembangan pendapatan asli daerah, dan lain-lain. Sedangkan untuk
data lingkungan sosial diperoleh dari lembaga-lembaga yang ada
dalam masyarakat seperti organisasi sosial kemasyarakatan.
d. Analisis Faktor Hereditas dan Kependudukan

9
Derajat kesehatan tidak ditentukan oleh hanya satu faktor juga, sehingga
dalam menganalisis suatu masalah kesehatan sebagai proses dalam
analisis situasi perlu dilakukan analisis masalah kesehatan muktifaktoran.
Analisis hereditas Digunakan data ukuran demografis untuk menganalisis
faktor kependudukan. Manfaat analisis dari data demografis tersebut
adalah:
1) Dapat digunakan sebagai denominator masalah kesehatan
2) Sebagai prediksi beban upaya atau program kesehatan
3) Sebagai prediksi masalah kesehatan yang akan dihadapi
e. Analisis Program dan Pelayanan Kesehatan
Pelayanan atau upaya kesehatan meliputi upaya promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif. Analisis ini menghasilkan data tau informasi
tentang input, proses, out put dan dampak dari pelayanan kesehatan.
Sumber-sumber data yang ada untuk analisis ini adalah system
pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP), system pencatatan
dan pelaporan rumah sakit (SP2RS), survey sosial ekonomi nasional
(SUSENAS), survey kesehatan rumah tangga (SKRT) dan lain-lain.
Analisis program dan pelayanan kesehatan dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan sistem, yaitu dengan memperhatikan
komponen input-proses-output. Namun karena aspek proses dalam
program dan pelayanan kesehatan sangat banyak dan berbeda-beda antar
program maka analisis lebih ditekankan pada komponen input dan
output.
1) Analisis input
Ada berbagai input upaya kesehatan, seperti tenaga, dana, fasilitas dan
sarana, kebijakan, teknologi dan lain-lain. Langkah dalam analisis
input adalah merinci secara jelas input yang ada untuk setiap jenis
input baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
2) Analisis output upaya kesehatan
Dari berbagai pelaksanaan program , dapat dilakukan analisis
tentang hasil yang dicapai dengan upaya kesehatan tersebut. Dalam
analisis perlu dibedakan antara pencapaian program dengan output
program. Pencapaian program lebih bersifat statis , yaitu hanya
menggambarkan keadaan sampai suatu saat tertentu, misalnya angka

10
pencapaian imunisasi campak yang dinyatakan dalam % ( jumah bayi
yang diimunisasi campak dibagi dengan jumlah target populasi
imunisai campak yaitu seluruh populasi bayi).
Output program lebih bersifat dinamis, yang menggambarkan
berapa banyak outpu (hasil) yang diproduksi per satuan waktu,
misalnya per bulan. Dengan mengetahui output imunisasi campak
perbulan misalnya, maka akan bisa dilihat pola/ trend output selama
setahun. Trend ini pada dasarnya menggambarkan kapasitas upaya
kesehatan dan akan berguna untuk penetapan sasaran pada masa yang
akan datang.
3) Analisis peran serta masyarakat
Peran serta masyarakat sering kali menjadi faktor penting dalam
keberhasilan program kesehatan. Kesulitannya adalah bahwa belum
adanya ukuran standar peran serta masyarakat dalam program
kesehatan, sehingga indikatornya tidak dapat dibandingkan dengan
pengukuran pada daerah atau waktu yang lain. Contoh analisis peran
serta masyarakat ini adalah tingkat partisipasi masyarakat dalam
mengikuti posyandu, rasio kader kesehatan yang aktif dan lain-lain.
5) Analisis kebijakan pembangunan kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional
yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut
merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat,
swasta maupun pemerintah. Perlu juga dilakukan analisis terhadap
kebijakan pembangunan kesehatan, yang sesuai dengan tingkat
analisisnya masing-masing.
5. Sumber Data Analisis Situasi
Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi
mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang
dikumpulkan sendiri dari sumber pertama atau tempat objek penelitian
dilakukan. Sedangkan data sekunder merupakan data yang telah

11
dikumpulkan untuk maksud selain menyelesaikan masalah yang sedang
dihadapi. Data ini dapat ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini yang
menjadi sumber data sekunder adalah literatur, artikel, jurnal serta situs di
internet yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan.
6. Metode Analisis Situasi
Masalah yang ada harus dikelompokkan menjadi masalah yang spesifik
sehingga mudah dikenal. Masalah dengan pendekatan segitiga pelayanan
dibedakan atas aspek penyelenggara pelayanan (provider), aspek
masayarakat (perilaku dan status kesehatan) dan lingkungan
(fisik,biologis,kimiawi,sosio-budaya dan ekonomi).
a. Provider (Penyelenggara Pelayanan)
Masalah yang ditemukan di sini adalah masalah yang ada kaitannya
dengan masalah manajemen, khususnya masalah pelayanan kesehatan
(health sevices).
b. Masyarakat
Masalah di masyarakat dikaitkan dengan kesenjangan terhadap indicator
kesehatan seperti indikator terhadap derajat kesehatan (health status;
mortalitas, morbiditas, disabilitas dan masalah perilaku masyarakat untuk
hidup sehat).
c. Lingkungan
Masalah lingkungan umunya merupakan pengaruh tidak langsung
terhadap terjadinya masalah di provider maupun di masyarakat.
lingkungan dibedakan atas masalah lingkungan fisik , biologis, kimiawi,
sosial, ekonomi dan budaya.
d. Pendekatan Sistem (Unsur Organisasi)
Pada pendekatan sistem, maka masalah ada di tujuan (rencana) yang
tidak tercapai.

D. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku tertentu dari
dua atau lebih alternatif yang ada (Geogrge R. Terry)
Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap
hakekat suatu masalah dengan pengumpulan fakta-fakta dan data, menentukan
alternatif yang matang untuk mengambil suatu tindakan yang tepat
Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan :
1. Dalam proses pengambilan keputusan tidak terjadi secara kebetulan.

12
2. Pengambilan keputusan tidak dilakukan secara sembrono tapi harus
berdasarkan pada sistematika tertentu :
a. Tersedianya sumber-sumber untuk melaksanakan keputusan yang akan
diambil.
b. Kualifikasi tenaga kerja yang tersedia
c. Falsafah yang dianut organisasi.
d. Situasi lingkungan internal dan eksternal yang akan mempengaruhi
administrasi dan manajemen di dalam organisasi.
3. Masalah harus diketahui dengan jelas.
4. Pemecahan masalah harus didasarkan pada fakta-fakta yang terkumpul
dengan sistematis.
5. Keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai
alternatif yang telah dianalisa secara matang.

E. Studi Kasus Dengan Pemecahan Persoalan Mutu dan Peningkatan Proses


Layanan Kebidanan dengan Pendekatan Quality Assurance
Studi kasus ini diangkat dari laporan tertulis yang disampaikan oleh sebuah
puskesmas daalaam lingkungan proyek kesehatn IV, sebagai wujud upaya
puskesmas menerapkan siklus pemecahan masalah dalam memecahkan mutu
layanan kesehatan terjadi dalam wilayah kerjanya. Kasus memberi gambaran
bahwa petugas puskesmas ternyata kurang cermat dalam menerapkan langkah-
langkah dari siklus pemecahan masalah. Kondisi tersebut disebabkan oleh
antara lain :
1. Jarak waktu antara pelaksanaan pelatihan dengan penerapan hasil pelatihan
terlalu panjang
2. Lama pelatihan terlalu singkat
3. Hanya tiga petugas puskesmas yang mengikuti pelatihhan
4. Metodelogi pelatihan yang terlalu padat dengan kuliah dengan metodelogi
pendidikan orang dewasa yang lazim, seperti studi kasus, simulasi dan
bermain peran. Kareana kuliah terlalu banyak, waktu yang tersedia untuk
pelatihan peningkatan keterampilan menjadi sedikit sehingga pesertaa
menjadi kurang berperan aktif
5. Karena pelatihan keterampilan sangat kurang, contoh penggunaan perangkat
peningkatan mutu dalam siklus pemecahan masalah yang ada dalam buku

13
materi pelatihan, banyak disalahtafsirkan oleh petugas puskesmas saat akan
diterapkan dalam pemecahan masalah mutu layanan kesehatan puskesmas.

kesalahan-kesalahan itu dilakukan pada saat yang dini. Hal ini mebuktikan
bahwa peetugas puskesmas tidak perlu terlalu disalahkan karena jelas buka
keasalahan mereka. Umumnya kesalahan yang dilakukan petugas puskesmas,
antara lain :
1. Masalah yang dipilih adalah masalah yang sepele dari kelompok masalah
yang sempit. Dalam studi kasus, masalah hanya mengenai target yang tidak
tercapai dan kebanyakan dari lingkungan layanan kesehatan ibu saja.
2. Adanya kekeliruan dalam menggunakan perangkat peningkatan mutu
(quality tools)
3. Tidak mengumpulkan atau memanfaatkan data dalam penggunaan siklus
pemecahan masalah
4. Ketidakmampuan kelompok jaminan mutu layanan kesehatan puskesmas
untuuk mengajak kepala puskesma ikut dalam kegiatan peningkatan mutu
layanan kesehatan, meskipun kelompok telah berupaya berbuat sesuatu.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Masalah kebidanan merupakan suatu kesenjangan atau diskongruensi antara
kenyataan dan harapan di bidang kebidanan.
2. Dalam Proses pemecahan masalah pelayanan kebidanan ditingkat pelayanan
kesehatan primer dapat kita gunakan siklus PDCA
3. Analisis situasi merupakan langkah awal proses penyusunan (rencana
operasional) RO Puskesmas yang bertujuan untuk identifikasi masalah.
4. Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku tertentu dari
dua atau lebih alternatif yang ada.
5. Studi kasus dengan pemecahan persoalan mutu dan peningkatan proses
layanan kebidanan dengan pendekatan quality assurance dapat disebakan
karena pemilihan masalah yang kurang tepat dan penggunaan siklus
pemecahan masalah yang belum maksimal.

B. Saran
Dalam setiap mengerjakan suatu tugas makalah diperlukan banyak referensi
agar materi yang disajikan lengkap pada saat akan mempresentasikan materi
perlu banyak belajar agar dapat menguasai materi yang dibawakan.

15

Anda mungkin juga menyukai