PENGERTIAN
Sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis
yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme.
Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan
melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta
menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika
sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga
berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang
menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam
tubuh.Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel
tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan
meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.
d) Pertahanan seluler
Fagosit/makrofag dan sel NK berperanan dalam sistem imun non
spesifik seluller.
Fagosit
Meskipun berbagai sel dalam tubuh dapat melakukan fagositosis
tetapi sel utama yang berperaan dalam pertahanan non spesifik
adalah sel mononuclear (monosit dan makrofag) serta sel
polimorfonuklear seperti neutrofil.
Dalam kerjanya sel fagosit juga berinteraksi dengan komplemen dan
sistem imun spesifik. Penghancuran kuman terjadi dalam beberapa
tingakt sebagai berikut:
Kemotaksis, menangkap, memakan (fagosistosis), membunuh dan
mencerna. Kemotaksis adalah gerakan fagosit ketempat infekis
sebagai respon terhadap berbagai factor sperti produk bakteri dan
factor biokimiawi yang dilepas pada aktivasi komplemen.Antibody
seperti pada halnya dengan komplemen C3b dapat meningkatkan
fagosistosis (opsonisasi). Antigen yang diikat antibody akan lebih
mudah dikenal oleh fagosit untuk kemudian dihancurkan. Hal
tersebut dimungkinkan oleh adanya reseptor untuk fraksi Fc dari
immunoglobulin pada permukaan fagosit.
Natural Killer cell (sel NK)
Sel NK adalah sel limfoid yang ditemukan dalam sirkulasi dan tidak
mempunyai cirri sel limfoid dari siitem imun spesifik, maka karenan
itu disebut sel non B non T (sel NBNT) atau sel poplasi ketiga.
Sel NK dapat menghancurkan sel yang mengandung virus atau sel
neoplasma dan interveron meempunyai pengaruh dalam
mempercepat pematangan dan efeksitolitik sel NK.
Buatan
Pasif
Imunitas buatan pasif dilakukan dengan memberikan serum,
antibody, antitoksin misalnya pada tetanus, difteri, gangrengas,
gigitan ular dan difesiensi imun atau pemberian sel yang sudah
disensitisasi pada tuberkolosis dan hepar.
Aktif
Imunitas buatan aktif dapat ditimbulkan dengan vaksinasi melalui
pemberian toksoid tetanus, antigen mikro organism baik yang mati
maupun yang hidup.
RESPONS IMUN
Tahap :
Deteksi dan mengenali benda asing, Komunikasi dengan sel lain
untuk berespons, Rekruitmen bantuan dan koordinasi respons dan
estruksi atau supresi penginvasi
b) Letak Antigen
Antigen ditemukan di permukaan seluruh sel, tetapi dalam keadaan
normal, sistem kekebalan seseorang tidak bereaksi terhadap sel-nya
sendiri.Sehingga dapat dikatakan antigen merupakan sebuah zat
yang menstimulasi tanggapan imun, terutama dalam produksi
antibodi.Antigen biasanya protein atau polisakarida, tetapi dapat
juga berupa molekul Iainnya.Permukaan bakteri mengandung
banyak protein dan polisakarida yang bersifat antigen, sehingga
antigen bisa merupakan bakteri, virus, protein, karbohidrat, sel-sel
kanker, dan racun.
c) Karakteristik
Karakteristik antigen yang sangat menentukan imunogenitas respon
imun adalah sebagai berikut:
Asing (berbeda dari self )
Pada umumnya, molekul yang dikenal sebagai self tidak bersifat
imunogenik, jadi untuk menimbulkan respon imun, molekul harus
dikenal sebagai nonself.
Ukuran molekul
Imunogen yang paling poten biasanya merupakan protein berukuran
besar.Molekul dengan berat molekul kurang dari 10.000 kurang
bersifat imunogenik dan yang berukuran sangat kecil seperti asam
amino tidak bersifat imunogenik.
Kompleksitas kimiawi dan struktural
Jumah tertentu kompleksitas kimiawi sangat diperlukan, misalnya
homopolimer asam amino kurang bersifat munogenik dibandingkan
dengan heteropolimer yang mengandung dua atau tiga asam amino
yang berbeda.
Determinan antigenic (epitop)
Unit terkecil dari antigen kompleks yang dapat dikat antibody
disebut dengan determinan antigenic atau epitop.Antigen dapat
mempunyai satu atau lebih determinan. Suatu determinan
mempunyai ukuran lima asam amino atau gula.
Tatanan genetic penjamu
Dua strain binatang dari spesies yang sama dapat merespon secara
berbeda terhadap antigen yang sama karena perbedaan komposisi
gen respon imun.
Dosis, cara dan waktu pemberian antigen
Respon imun tergantung kepada banyaknya natigen yang diberikan,
maka respon imun tersebut dapat dioptmalkan dengan cara
menentukan dosis antigen dengan cermat (termasuk jumlah dosis),
cara pemberian dan waktu pemberian (termasuk interval diantara
dosis yang diberikan)
d) Pembagian Antigen
Secara fungsional
Imunogen, yaitu molekul besar (disebut molekul pembawa).
Hapten, yaitu kompleks yang terdiri atas molekul kecil.
Pembagian antigen menurut epitop
Unideterminan, univalent yaitu hanya satu jenis determinan atau
epitop pada satu molekul.
Unideterminan, multivalent yaitu hanya satu determinan tetapi dua
atau lebih determian tersebut ditemukan pada satu molekul.
Multideterminan, univalent yaitu banyak epitop yang bermacam-
macam tetapi hanya satu dari setiap macamnya (kebanyakan
protein).
Multideterminan, multivalent yaitu banyak macam determinan dan
banyak dari setiap macam pada satu molekul (antigen dengan
berat molekul yang tinggi dan kompleks secara kimiawi).
(Baratawidjaja 1991: 14)
2. Antibodi
a) Pengertian
Antibodi adalah protein immunoglobulin yang disekresi oleh sel B
yang teraktifasi oleh antigen.Antibodi merupakan senjata yang
tersusun dari protein dan dibentuk untuk melawan sel-sel asing
yang masuk ke tubuh manusia.Senjata ini diproduksi oleh sel-sel B,
sekelompok prajurit pejuang dalam sistem kekebalan. Antibodi akan
menghancurkan musuh-musuh penyerbu.
b) Fungsi
Untuk mengikatkan diri kepada sel-sel musuh, yaitu antigen.
Membusukkan struktur biologi antigen tersebut lalu
menghancurkannya.
c) Sifat Antibodi
Antibodi mempunyai sifat yang sangat luar biasa, karena untuk
membuat antibodi spesifik untuk masing-masing musuh merupakan
proses yang luar biasa, dan pantas dicermati. Proses ini dapat
terwujud hanya jika sel-sel B mengenal struktur musuhnya dengan
baik. Dan, di alam ini terdapat jutaan musuh (antigen).Dia
mengetahui polanya berdasarkan perasaan. Sulit bagi seseorang
untuk mengingat pola kunci, walau cuma satu, Akan tetapi, satu sel
B yang sedemikian kecil untuk dapat dilihat oleh mata, menyimpan
jutaan bit informasi dalam memorinya, dan dengan sadar
menggunakannya dalam kombinasi yang tepat.
e) Klasifikasi Antibodi
IgG (Imuno globulin G)
IgG merupakan antibodi yang paling umum. Dihasilkan hanya dalam
waktu beberapa hari, ia memiliki masa hidup berkisar antara
beberapa minggu sampai beberapa tahun. IgG beredar dalam tubuh
dan banyak terdapat pada darah, sistem getah bening, dan usus.
Mereka mengikuti aliran darah, langsung menuju musuh dan
menghambatnya begitu terdeteksi.Mereka mempunyai efek kuat
anti-bakteri dan penghancur antigen.Mereka melindungi tubuh
terhadap bakteri dan virus, serta menetralkan asam yang
terkandung dalam racun.
Selain itu, IgG mampu menyelip di antara sel-sel dan menyingkirkan
bakteri serta musuh mikroorganis yang masuk ke dalam sel-sel dan
kulit.Karena kemampuannya serta ukurannya yang kecil, mereka
dapat masuk ke dalam plasenta ibu hamil dan melindungi janin dari
kemungkinan infeksi. Jika antibodi tidak diciptakan dengan
karakteristik yang memungkinkan mereka untuk masuk ke dalam
plasenta, maka janin dalam rahim tidak akan terlindungi melawan
mikroba. Hal ini dapat menyebabkan kematian sebelum lahir.
Karena itu, antibodi sang ibu akan melindungi embrio dari musuh
sampai anak itu lahir.
IgA (Imuno globulin A)
Antibodi ini terdapat pada daerah peka tempat tubuh melawan
antigen seperti air mata, air liur, ASI, darah, kantong-kantong udara,
lendir, getah lambung, dan sekresi usus.Kepekaan daerah tersebut
berhubungan langsung dengan kecenderungan bakteri dan virus
yang lebih menyukai media lembap seperti itu. Secara struktur, IgA
mirip satu sama lain. Mereka mendiami bagian tubuh yang paling
mungkin dimasuki mikroba.Mereka menjaga daerah itu dalam
pengawasannya layaknya tentara andal yang ditempatkan untuk
melindungi daerah kritis.
Antibodi ini melindungi janin dari berbagai penyakit pada saat
dalam kandungan. Setelah kelahiran, mereka tidak akan
meninggalkan sang bayi, melainkan tetap melindunginya. Setiap
bayi yang baru lahir membutuhkan pertolongan ibunya, karena IgA
tidak terdapat dalam organisme bayi yang baru lahir. Selama
periode ini, IgA yang terdapat dalam ASI akan melindungi sistem
pencernaan bayi terhadap mikroba. Seperti IgG, jenis antibodi ini
juga akan hilang setelah mereka melaksanakan semua tugasnya,
pada saat bayi telah berumur beberapa minggu.
IgM (Imuno globulin M)
Antibodi ini terdapat pada darah, getah bening, dan pada
permukaan sel B. Pada saat organisme tubuh manusia bertemu
dengan antigen, IgM merupakan antibodi pertama yang dihasilkan
tubuh untuk melawan musuh.Janin dalam rahim mampu
memproduksi IgM pada umur kehamilan enam bulan. Jika musuh
menyerang janin, jika janin terinfeksi kuman penyakit, produksi IgM
janin akan meningkat. Untuk mengetahui apakah janin telah
terinfeksi atau tidak, dapat diketahui dari kadar IgM dalam darah.
IgD (Imuno globulin D)
IgD juga terdapat dalam darah, getah bening, dan pada permukaan
sel B. Mereka tidak mampu untuk bertindak sendiri-sendiri.Dengan
menempelkan dirinya pada permukaan sel-sel T, mereka membantu
sel T menangkap antigen.
IgE (Imuno globulin E)
IgE merupakan antibodi yang beredar dalam aliran darah.Antibodi
ini bertanggung jawab untuk memanggil para prajurit tempur dan
sel darah lainnya untuk berperang.Antibodi ini kadang juga
menimbulkan reaksi alergi pada tubuh. Karena itu, kadar IgE tinggi
pada tubuh orang yang sedang mengalami alergi.
2.7 SISTEM KOMPLEMEN
Sistem komplemen adalah suatu sistem yang terdiri dari
seperangkat kompleks protein yang satu dengan lainnya sangat
berbeda.Pada kedaan normal komplemen beredar di sirkulasi darah
dalam keadaan tidak aktif, yang setiap saat dapat diaktifkan melalui
dua jalur yang tidak tergantung satu dengan yang lain, disebut jalur
klasik dan jalur alternatif.Aktivasi sistem komplemen menyebabkan
interaksi berantai yang menghasilkan berbagai substansi biologik
aktif yang diakhiri dengan lisisnya membran sel antigen.Aktivasi
sistem komplemen tersebut selain bermanfaat bagi pertahanan
tubuh, sebaliknya juga dapat membahayakan bahkan
mengakibatkan kematian, hingga efeknya disebut seperti pisau
bermata dua. Bila aktivasi komplemen akibat endapan kompleks
antigen-antibodi pada jaringan berlangsung terus-menerus, akan
terjadi kerusakan jaringan dan dapat menimbulkan penyakit.
Komplemen
Unsur pokok sistem komplemen diwujudkan oleh sekumpulan
komponen protein yang terdapat di dalam serum.Protein-protein ini
dapat dibagi menjadi protein fungsional yang menggambarkan
elemen dari berbagai jalur, dan protein pengatur yang menunjukkan
fungsi pengendalian.
Komplemen sebagian besar disintesis di dalam hepar oleh sel
hepatosit, dan juga oleh sel fagosit mononuklear yang berada dalam
sirkulasi darah. Komplemen C l juga dapat di sintesis oleh sel epitel
lain diluar hepar. Komplemen yang dihasilkan oleh sel fagosit
mononuklear terutama akan disintesis ditempat dan waktu
terjadinya aktivasi.
Sebagian dari komponen protein komplemen diberi nama dengan
huruf C: Clq, Clr, CIs, C2, C3, C4, C5, C6, C7, C8 dan C9 berurutan
sesuai dengan urutan penemuan unit tersebut, bukan menurut cara
kerjanya
Komponen C3 mempunyai fungsi sangat penting pada aktivasi
komplemen, baik melalui jalur klasik maupun jalur alternatif.
Konsentrasi C3 jauh lebih besar dibandingkan dengan fraksi lainnya,
hal ini menempatkan C3 pada kedudukan yang penting dalam
pengukuran kadar komplemen di dalam serum. Penurunan kadar C3
di dalam serum dapat dianggap menggambarkan keadaan
konsentrasi komplemen yang menurun. Juga penurunan kadar C3
saja dapat dipakai sebagai gambaran adanya aktivasi pada sistem
komplemen.
AKTIVASI KOMPLEMEN
Sistem komplemen dapat diaktifkan melalui dua jalur, yaitu jalur
klasik dan jalur alternatif. Aktivasi tersebut melalui suatu proses
enzimatik yang terjadi secara berantai, berarti produk yang timbul
pada satu reaksi akan merupakan enzim untuk reaksi berikutnya.
Caranya ialah dengan dilepaskannya sebagian atau mengubah
bangunan kompleks protein tersebut (pro enzim) yang tidak aktif
menjadi bentuk aktif (enzim). Satu molekul enzim yang aktif
mampu mengakibatkan banyak molekul komplemen berikutnya.
Cara kerja semacam ini disebut the one hit theory.
Secara garis besar aktivasi komplemen baik melalui jalur klasik
maupun jalur alternatif terdiri atas tiga mekanisme, a) pengenalan
dan pencetusan, b) penguatan (amplifikasi), dan c) pengakhiran
kerja berantai dan terjadinya lisis serta penghancuran membran sel
(mekanisme terakhir ini seringkali juga disebut kompleks serangan
membran) (lihat Gambar 5-1) .
Aktivasi jalur klasik dicetuskan dengan berikatannya C1 dan
kompleks antigen-antibodi, sedangkan aktivasi jalur alternatif
dimulai dengan adanya ikatan antara C3b dengan berbagai zat
aktivator seperti dinding sel bakteri. Kedua jalur bertemu dan
memacu terbentuknya jalur serangan membran yang akan
mengkibatkan lisisinya dinding sel antigen (lihat Gambar 5-2).
Aktivasi komplemen jalur klasik
Seperti telah dibutkan diatas, aktivasi komplemen melalui jalur
klasik atau disebut pula jalur intrinsik, dibagi menjadi 3 tahap.
Sel Neutrofil
Neutrofil merupakan sel fagosit yang berasal dari sel bakal myeloid
dalam sumsum tulang.Jumlahnya sekitar 60-70% dari semua sel
darah putih (leukosit).Neutrofil adalah fagosit pertama yang tiba,
diikuti oleh monosit darah, yang berkembang menjadi makrofaga
besar dan aktif.Sel-sel yang dirusak oleh mikroba yang menyerang
membebaskan sinyal kimiawi yang menarik neutrofil dari darah
untuk datang. Neutrofil itu akan memasuki jaringan yang terinfeksi,
lalu menelan dan merusak mikroba yang ada disana. (Migrasi
menuju sumber zat kimia yang mengundang ini disebut
kemotaksis).Di dalam neutrofil terdapat enzim lisozim dan laktoferin
untuk menghancurkan bakteri atau benda asing lainnya yang telah
difagositosis.Setelah memfagositosis 5-20 bakteri, neutrofil mati
dengan melepaskan zat-zat limfokin yang mengaktifasi makrofag.
Biasanya, neutrofil hanya berada dalam sirkulasi kurang dari 48 jam
karena neutrofil cenderung merusak diri sendiri ketika mereka
merusak penyerang asing.
Sel Eusinofil
Sama seperti sel fagosit lainnya, sel eosinofil berasal dari sel bakal
myeloid.Ukuran sel ini sedikit lebih besar daripada neutrofil dan
berfungsi juga sebagai fagosit.Eosinofil berjumlah 2-5% dari sel
darah putih.Peningkatan eosinofil di sirkulasi darah dikaitkan dengan
keadaan-keadaan alergi dan infeksi parasit internal (contoh, cacing
darah atau Schistosoma mansoni). Walaupun kebanyakan parasit
terlalu besar untuk dapat difagositosis oleh eosinofil atau oleh sel
fagositik lain, namun eosinofil dapat melekatkan diri pada parasit
melalui molekul permukaan khusus, dan melepaskan bahan-bahan
yang dapat membunuh banyak parasit. Selain itu, eosinofil juga
memiliki kecenderungan khusus untuk berkumpul dalam jaringan
yang memiliki reaksi alergi.Kecendrungan ini disebabkan oleh faktor
kemotaktik yang dilepaskan oleh sel mast dan basofil yang
menyebabkan eosinofil bermigrasi kearah jaringan yang meradang.
Sel fagosit terutama makrofag dan neutrofil; memiliki peran besar
dalam proses peradangan. Untuk melaksanakan fungsi tersebut sel
fagosit juga berinteraksi dengan komplemen dan sistem imun
spesifik lainnya.
b) Sel Nol
Sel Natural Killer (Sel NK) merupakan golongan limfosit tapi tidak
mengandung petanda seperti pada permukaan sel B dan sel T. Oleh
karena itu disebut sel nol. Sel ini beredar dalam pembuluh darah
sebagai limfosit besar yang khusus, memiliki granular spesifik yang
memiliki kemampuan mengenal dan membunuh sel abnormal,
seperi sel tumor dan sel yang terinfeksi oleh virus. Sel NK berperan
penting dalam imunitas nonspesifik pada patogen intraseluler.Sel
jenis khusus mirip limfosit yang diproduksi di dalam sumsum tulang
ini juga tersedia di limpa, nodus limfa, dan timus dan merupakan 10
% 20 % bagian dari limfosit perifer.Bentuknya lebih besar dari
limfosit B dan limfosit T.
c) Sel Mediator
Sel yang termasuk sel mediator adalah sel basofil, sel mast, dan
trombosit.Sel tersebut disebut sebagai mediator dikarenakan
melepaskan berbagai mediator yang berperan dalam sistem imun.
Sel basofil dan sel mast
Basofil adalah jenis leukosit yang paling sedikit jumlahnya dan
diduga juga dapat berfungsi sebagai fagosit.Sel basofil secara
struktural dan fungsional mirip dengan sel mast, yang tidak pernah
beredar dalam darah tapi tersebar di jaringan ikat di seluruh
tubuh.Awalnya sel basofil dianggap berubah menjadi sel mast
dengan bermigrasi dari sistem sirkulasi, tapi para peneliti
membuktikan bahwa basofil berasal dari sumsum tulang sedangkan
sel mast berasal dari sel prekursor yang terletak di jaringan ikat.Ada
dua macam sel mast yaitu terbanyak sel mast jaringan dan sel mast
mukosa.Yang pertama ditemukan di sekitar pembuluh darah dan
mengandung sejumlah heparin dan histamine.Sel mast yang kedua
ditemukan di slauran cerna dan napas.Proliferasinya dipacu IL-3 dan
IL-4 dan ditingkatkan pada infeksi parasit.Baik sel basofil maupun
sel mast memiliki reseptor untuk IgE dan karenanya dapat
diaktifkan oleh alergen spesifik yang berkaitan dengan antibodi
IgE.Kemudian bila terdapat alergen spesifik berikutnya yang
bereaksi dengan antibodi, maka perlekatan keduanya menyebabkan
sel mast atau basofil rupture dan melepaskan banyak sekali
histamin, bradikinin, serotonin, heparin, substansi anafilaksis yang
bereaksi lambat, dan sejumlah enzim lisosomal.Bahan-bahan inilah
yang menyebabkan manifestasi alergi.Selain itu keduanya pun
dapat membentuk dan menyimpan heparin dan histamin.
Trombosit
Trombosit adalah fragmen sel yang berasal dari megakariosit besar
di sumsum tulang belakang. Trombosit berperan dalam pembatasan
daerah yang meradang, dimana apabila terpajan ke tromboplastin
jaringan di jaringan yang cedera maka fibrinogen, yang telah
diaktifkan melalui proses berjenjang yang melibatkan pengaktifan
suksesif faktor-faktor pembekuan, diubah menjadi fibrin. Fibrin inilah
yang membentuk bekuan cairan interstitiumdi ruang-ruang di
sekitar bakteri dan sel yang rusak.
Subpopulasi sel T
Ketika sel T terpajan ke kombinasi antigen spesifik, sel-sel dari sel
klon sel T komplementer berproliferisai dan berdiferensiasi selama
beberapa hari, menghasilkan sejumlah besar sel T teraktivasi yang
melaksanakan berbagai respons imunitas seluler.Terdapat tiga
subpopulasi sel T, tergantung pada peran mereka setelah diaktifkan
oleh antigen.
Sel Tc (cytotocic)
Sel T yang menghancurkan sel penjamu yang memiliki antigen
asing, misalnya sel tubuh yang dimasuki oleh virus, sel kanker, dan
sel cangkokan.
Sel Th (helper)
Berperan menolong sel B dalam memproduksi antibodi,
memperkuat aktivitas sel T sitotoksik dan sel T penekan (supresor)
yang sesuai, dan mengaktifkan makrofag.
Sel Ts (supperssor)
Sel T yang menekan produksi antibodi sel B dan aktivitas sel T
sitotoksik dan penolong.Sebagian besar dati milyaran Sel T
diperkirakan tergolong dalam subpopulasi penolong dan penekan,
yang tidak secara langsung ikut serta dalam destruksi patogen
secara imunologik.Kedua subpopulasi tersebut disebut sel T
regulatorik, karena mereka memodulasi aktivitas sel B dan Sel T
sitotoksik serta aktivitas mereka sendiri dan aktivitas makrofag.
Sel Tdh (delayed hypersensitivity)
Merupakan sel yang berperan pada pengerahan makrofag dan sel
inflamasi lainnya ketempat terjadinya reaksi hipersensitivitas tipe
lambat.Dalam fungsinya, sel Tdh sebenarnya menyerupai sel Th.
Limfokin
Dalam biakan sel limfosit T dapat ditemukan berbagai bahan yang
mempunyai efek biologic.Bahan-bahan tersebut disebut limfokin
dan dilepas sel T yang disensitisasi. Beberapa jenis limfokin yaitu:
interleukin, interferon, factor supresor, factor penolong , dan
sebagainya.
b) Sel B
Sel B merupakan 5-15 % dari jumlah seluruh limfosit dalam
sirkulasi.Fungsi utamanya ialah memproduksi antibodi.Sel B ditandai
dengan adanya immunoglobulin yang dibentuk didalam sel dan
kemudian dilepas, tetapi sebagian menempel pada permukaan sel
yang selanjutnya berfungsi sebagai reseptor antigen.Kebanyakan
sel perifer mengandung IgM dan IgD dan hanya beberapa sel yang
mengandung IgG, IgA, dan IgE, pada permukaannya.Sel B dengan
IgA banyak ditemukan dalam usus.Antibody permukaan tersebut
dapat ditemukan dengan teknik imunofluoresen.
2.9 REAKSI HIPERSENSITIVITAS
Pada keadaan normal, mekanisme pertahanan tubuh baik humoral
maupun selular tergantung pada aktivasi sel B dan sel T. Aktivasi
berlebihan oleh antigen atau gangguan mekanisme ini, akan
menimbulkan suatu keadaan imunopatologik yang disebut reaksi
hipersensitivitas.
Menurut Gell dan Coombs, reaksi hipersensitivitas dapat dibagi
menjadi 4 tipe, yaitu tipe I hipersensitif anafilaktik, tipe II
hipersensitif sitotoksik yang bergantung antibodi, tipe III
hipersensitif yang diperani kompleks imun, dan tipe IV hipersensitif
cell-mediated (hipersensitif tipe lambat).Selain itu masih ada satu
tipe lagi yang disebut sentivitas tipe V atau stimulatory
hipersensitivity.Pembagian reaksi hipersensitivitas oleh Gell dan
Coombs adalah usaha untuk mempermudah evaluasi imunopatologi
suatu penyakit.Dalam keadaan sebenarnya seringkali keempat
mekanisme ini saling mempengaruhi. Aktivasi suatu mekanisme
akan mengaktifkan mekanisme yang lainnya.