Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ketika kita membicarakan tentang pendidikan, kita merasa bahwa kita sedang
membicarakan permasalahan yang kompleks dan sangat luas. Mulai dari masalah
peserta didik, pendidik, manajemen pendidikan, kurikulum, fasilitas, proses belajar
mengajar, dan lain sebagainya. Salah satu masalah yang banyak dihadapi dalam dunia
pendidikan kita adalah lemahnya kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan
guru di sekolah. Dalam proses pembelajaran di dalam kelas hanya diarahkan kepada
kemampuan anak untuk menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat
dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang
diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya
banyak peserta didik yang ketika lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis,
akan tetapi mereka miskin aplikasi.
Dalam Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dijelaskan bahwa Pendidikan
Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. (UU Sisdiknas, 2003).
Sesuai fungsi pendidikan nasional tersebut terletak juga tanggung jawab guru
untuk mampu mewujudkannya melalui pelaksanaan proses pembelajaran yang
mampu bermutu dan berkualitas. Salah satu strategi yang dapat dipergunakan guru
untuk memperbaiki mutu dan kualitas proses pembelajaran adalah dengan
menerapkan strategi pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

1.2 Rumusan Masalah


(1) Apa yang dimaksud dengan Contextual Teaching and Learning (CTL)?

Makalah Contextual Teaching and Learning | 1


(2) Bagaimana latar belakang Contextual Teaching and Learning (CTL)?
(3) Bagaimana karakteristik Contextual Teaching and Learning (CTL)?
(4) Apa sajakah komponen Contextual Teaching and Learning (CTL)?
(5) Bagaimana aplikasi Contextual Teaching and Learning (CTL)?
(6) Bagaimana perbedaan pendekatan kontekstual dengan pendekatan tradisional?
(7) Apa kelebihan dan kelemahan Contextual Teaching and Learning (CTL)?

1.3 Tujuan
(1) Mengetahui pengertian dari Contextual Teaching and Learning (CTL)
(2) Mengetahui latar belakang Contextual Teaching and Learning (CTL)
(3) Mengetahui karakteristik Contextual Teaching and Learning (CTL)
(4) Mengetahui komponen Contextual Teaching and Learning (CTL)
(5) Mengetahui aplikasi Contextual Teaching and Learning (CTL)
(6) Mengetahui perbedaan pendekatan kontekstual dengan pendekatan tradisional
(7) Mengetahui kelebihan dan kelemahan Contextual Teaching and Learning
(CTL)

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)


Kata kontekstual (contextual) berasal dari kata context yang berarti hubungan,
konteks, suasana dan keadaan (konteks). (KUBI, 2002). Contextual Teaching and
Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada
proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Pembelajaran kontekstual atau CTL bukan merupakan suatu konsep baru.
Penerapan pembelajaran kontekstual di kelas-kelas Amerika pertama-tama diusulkan

Makalah Contextual Teaching and Learning | 2


oleh Dawey pada tahun 1961, Dawey (dalam Sumiati dan Asra, 2009) mengusulkan
suatu kurikulum dan metodologi pengajaran yang berkaitan dengan minat dan
pengalaman siswa, sehingga munculah berbagai teori mengenal model pembelajaran
CTL.
CTL sebuah sistem yang menyeluruh yang terdiri dari bagian-bagian yang
saling berhubungan. Jika bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan
dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara
terpisah. Komalasari (2010) mendefinisikan pembelajaran kontekstual adalah
pembelajaran yang mengaitkan materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa
sehari-hari, baik dalam lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga
negara dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupan.
Suprijono (2009) CTL merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pengetahuan dan
keterampilan siswa diperolah dari usaha siswa mengkonstruksikan sendiri
pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar Nurhadi (dalam Muslich, 2011).
Pembelajaran kontekstual terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa
yang sedang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah dunia nyata yang
berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga
warga negara, siswa dan tenaga kerja (Trianto, 2009: 105). CTL adalah pembelajaran
yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan
nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
mereka (Sanjaya, 2006).
Dari konsep tersebut, ada tiga hal yang harus kita pahami. Pertama, CTL
menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya
proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar
dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan
tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Kedua, CTL

Makalah Contextual Teaching and Learning | 3


mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari
dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap
hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini
sangat penting sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan
kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional
akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa,
sehingga tidak akan mudah dilupakan. Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa
dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran
itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran CTL siswa bukan hanya sekedar mendengarkan dan
mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung. Melalui
pengalaman itu diharapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh yang tidak hanya
berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek afektif dan juga psikomotor.
Selain itu, materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan
kemudian dilupakan akan tetapi segala bekal mereka dalam mengarungi kehidupan
nyata.
2.2 Latar Belakang Contextual Teaching and Learning (CTL)
a) Latar Belakang Filosofis
CTL banyak dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme yang mulai digagas
oleh Mark Baldwin dan selanjutnya dikembangkan oleh Jean Piaget. Aliran
filsafat konstruktivisme berangkat dari pemikiran epistemology Giambatista Vico
(Suparno, 1997). Vico mengungkapkan: Tuhan adalah pencipta alam semesta
dan manusia adalah tuan dari ciptaannya. Mengetahui menurut Vico berarti
mengetahui bagaimana membuat sesuatu, artinya seseorang dikatakan mengetahui
manakala ia dapat menjelaskan unsur-unsur apa yang membangun sesuatu itu.
Oleh karena itu menurut Vico, pengetahuan itu tidak lepas dari orang (subyek)
yang tahu. Pengetahuan merupakan struktur konsep dari subyek yang mengamati.
Selanjutnya teori filsafat konstruktivisme tentang hakikat pengetahuan
mempengaruhi konsep tentang proses belajar bahwa belajar bukanlah sekedar

Makalah Contextual Teaching and Learning | 4


menghafal, tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman.
Pengetahuan bukanlah hasil pemberian dari orang lain seperti guru, tetapi hasil
dari proses mengkonstruksi yang dilakukan oleh setiap individu. Pengetahuan
hasil dari pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna bagi
siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka
harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya,
berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari kerja
Piaget, Vygotzky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif
yang lain, seperti teori Bruner (Slavin dalam Nur, 2002).
Piaget berpendapat bahwa sejak kecil setiap anak sudah memiliki struktur
kognitif yang kemudian dinamakan skemata. Skemata terbentuk karena
pengalaman. Belajar bagi anak adalah proses penyempurnaan skema yang telah
ada (asimilasi) atau proses pembentukan skema baru (akomodasi). Pandangan
Piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu terbentuk dalam struktur
kognitif anak sangat berpengaruh terhadap beberapa model pembelajaran
kontekstual. Menurut pembelajaran kontekstual pengetahuan itu akan bermakna
manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa. Pengetahuan yang
diperoleh dari hasil pemberitahuan orang lain, tidak akan menjadi pengetahuan
yang bermakna. Pengetahuan yang demikian akan mudah dilupakan dan tidak
fungsional.
a) Latar Belakang Psikologis
Sesuai dengan filsafat yang mendasarinya bahwa pengetahuan terbentuk
karena peran aktif subjek, maka dipandang dari sudut psikologis, CTL berpijak
pada aliran psikologis kognitif. Menurut aliran ini proses belajar terjadi karena
pemahaman individu akan lingkungan. Belajar bukanlah peristiwa mekanis
seperti keterkaitan Stimulus dan Respons. Belajar tidak sesederhana itu. Belajar
melibatkan proses mental yang tidak tampak seperti emosi, minat, motivasi dan
kemampuan atau pengalaman. Apa yang tampak, pada dasarnya adalah wujud
dari adanya dorongan yang berkembang dalam diri seseorang. Sebagai peristiwa
mental perilaku manusia tidak semata-mata merupakan gerakan fisik saja, akan

Makalah Contextual Teaching and Learning | 5


tetapi yang lebih penting adalah adanya faktor pendorong yang ada dibelakang
gerakan fisik itu. Mengapa demikian? Sebab manusia selamanya memiliki
kebutuhan yang melekat dalam dirinya. Kebutuhan itulah yang mendorong
manusia untuk berperilaku. Dari asumsi dan latar belakang yang mendasarinya,
maka terdapat beberapa hal yang harus dipahami tentang belajar dalam konteks
CTL menurut Sanjaya (2005) antara lain sebagai berikut.
1) Belajar bukanlah menghafal, akan tetapi proses mengonstruksi
pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki. Oleh karena
itulah, semakin banyak pengalaman maka akan semakin banyak pula
pengetahuan yang mereka peroleh.
2) Belajar bukan sekadar mengumpulkan fakta yang lepas-lepas.
Pengetahuan itu pada dasarnya merupakan organisasi dari semua yang
dialami, sehingga dengan pengetahuan yang dimiliki akan berpengaruh
terhadap pola-pola perilaku manusia, seperti pola berpikir, pola bertindak,
kemampuan memecahkan persoalan termasuk penampilan atau
performance seseorang. Semakin pengetahuan seseorang luas dan
mendalam, maka akan semakin efektif dalam berpikir.
3) Belajar adalah proses pemecahan masalah, sebab dengan memecahkan
masalah anak akan berkembang secara utuh yang bukan hanya
perkembangan intektual akan tetapi juga mental dan emosi. Belajar secara
kontekstual adalah belajar bagaimana anak menghadapi persoalan.
4) Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang secara
bertahap dari sederhana menuju yang kompleks. Oleh karena itu belajar
tidak dapat sekaligus, akan tetapi sesuai dengan irama kemampuan siswa.
5) Belajar pada hakikatnya adalah menagkap pengetahuan dari kenyataan.
Oleh karena itu, pengetahuan yang diperoleh adalah pengetahuan yang
memiliki makna untuk kehidupan anak (Real World Learning).
2.3 Karakteristik Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa karakteristik yang khas yang
membedakan dengan pendekatan pembelajaran yang lain. Pembelajaran kontekstual

Makalah Contextual Teaching and Learning | 6


mengembangkan level kognitif tingkat tinggi yang melatih peserta didik untuk
berpikir kritis dan kreatif. Terdapat enam karakteristik penting dalam proses
pembelajaran CTL, yaitu sebagai berikut.
1) Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
(activing knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari
pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan
diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu
sama lain.
2) Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan
menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru ini
diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan
mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.
3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan
yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini,
misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan
yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu
dikembangkan.
4) Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge),
artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat
diaplikasikan dalam kehidupan siswa sehingga tampak perubahan perilaku
siswa.
5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan
pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan
dan penyempurnaan strategi.
6) Bekerjasama (collaborating) untuk membantu siswa bekerja secara efektif
dalam kelompok, membantu mereka untuk mengerti bagaimana
berkomunikasi/berinteraksi dengan yang lain dan dampak apa yang
ditimbulkannya (Budiningsih, 2005).

Makalah Contextual Teaching and Learning | 7


Menurut Muslich (2011) karakteristik pembelajaran dengan model pembelajaran CTL
sebagai berikut.
1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang
diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata
atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah
(learning in real life setting).
2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan
tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning).
3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna
kepada siswa (learning by doing).
4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling
mengoreksi antar teman (learning in a group).
5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk mencipatakan rasa
kebersamaan, bekerja sama, saling memahami antar satu dengan yang lain
secara mendalam (learning to know each other deeply).
6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif,kreatif, produktif, dan mementingkan
kerja sama (learning to ask, to inquri, to work together).
7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as an
enjoy activity).
2.4 Komponen Contextual Teaching and Learning (CTL)
Komponen-komponen dari CTL (Contextual Teaching and Learning) ada tujuh,
antara lain sebagai berikut.
(1)Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme (Constructivism) adalah proses membangun atau menyusun
pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
Menurut pengembang filsafat konstruktivisme Mark Baldawin dan diperdalam
oleh Jean Piaget menganggap bahwa pengetahuan itu terbentuk bukan hannya
dari objek semata, tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang
menangkap setiap objek yang diamatinya.
(2)Menemukan (Inquiry)

Makalah Contextual Teaching and Learning | 8


Menemukan (Inquiry) adalah proses pembelajaran didasarkan pada
pencapaian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan
bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses
menemukan sendiri. Dalam model inquiry dapat dilakukan melalui beberapa
langkah sistematis, yaitu:
a. Merumuskan masalah
b. Mengajukan hipotesis
c. Mengumpulkan data
d. Menguji hipotesis berdasarkan data yang dikumpulkan
e. Membuat kesimpulan
(3)Bertanya (Quesrioning)
Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya
dapat dipandang sebagai refleksi dari keingin tahuan setiap individu. Sedangkan
menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir.
Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk:
Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi
pelajaran
Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar
Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu
Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang diinginkan
Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sendiri
Menggali pemahaman siswa
(4)Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar (Learning Community) dalam CTL menyarankan
agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Kerja
sama itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar
secara formal maupun dalam lingkungan yang terjadi secara alamiah. Hasil
belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain, antarteman atau
antarkelompok; yang sudah tahu memberi tahu kepada yang belum tahu atau yang
pernah memiliki pengalaman membagi pengalamannya kepada orang lain. Inilah
hakekat dari masyarakat belajar yaitu masyarakat yang saling membagi.
(5)Pemodelan (Modeling)
Yang dimaksud dengan asas modeling adalah proses pembelajaran dengan
memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Proses
modeling tidak sebatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga memanfaatkan siswa

Makalah Contextual Teaching and Learning | 9


yang dianggap memiliki kemampuan. Modeling merupakan asas yang cukup
penting dalam pembelajaran CTL sebab melalui modeling siswa dapat terhindar
dari pembelajaran yang teoristis-abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya
verbalisme.
(6)Refleksi (Reflection)
Refleksi (Reflection) adalah cara berpikir tentang apa yang baru di pelajari
atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Refleksi
merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengalaman yang baru di
terima. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam
struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan
yang dimilikinya.

(7)Penilaian Nyata (Authentic Assessment)


Penilaian nyata (Authentic Assessment) adalah proses yang dilakukan oleh
guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang
dilakukan oleh siswa. Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui apakah siswa
benar-benar belajar atau tidak; apakah pengalaman belajar siswa memiliki
pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental
siswa. Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses
pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus-menerus selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada proses
belajar bukan kepada hasil belajar.
2.5 Aplikasi Contextual Teaching and Learning (CTL).
Secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas adalah sebagai
berikut.
1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan
dan ketrampilan barunya.
2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok)
5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

Makalah Contextual Teaching and Learning | 10


6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Pelaksanaan pembelajaran dengan mengunakan model pembelajaran CTL dapat
dilaksanakan dengan baik apabila memperhatikan langkah-langkah yang tepat
(Trianto, 2009). Secara garis besar, mengemukakan langkah-langkah pembelajaran
CTL adalah sebagai berikut :
1) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang dipilih secara acak
dengan menciptakan masyarakat belajar serta menemukan sendiri dan
mendapatkan keterampilan baru dan pengetahuan baru.
2) Siswa membaca dan mengidentifikasi LKS serta media yang diberikan oleh
guru untuk menemukan pengetahuan baru dan menambah pengalaman siswa.
3) Perwakilan kelompok membacakan hasil diskusi dan kelompok lain diberi
kesempatan mengomentari.
4) Guru memberikan tes formatif secara individual yang mencakup semua materi
yang telah dipelajari.
Indikator ketercapaian dalam penelitian ini yaitu siswa diharapkan mampu saling
bekerja sama dalam diskusi atau belajar kelompok, membaca dan mempelajari materi
yang diberikan guru untuk menemukan informasi, bertanggung jawab atas materi
yang mereka pelajari dan juga bertanggung jawab untuk menyampaikan hasil diskusi,
mengerjakan tes formatif secara individual yang mencakup semua materi yang telah
dipelajari.
2.6 Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional
1. Pendekatan Kontekstual
- Menyandarkan pada pemahaman makna.
- Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa.
- Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
- Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/masalah yang
disimulasikan.
- Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki
siswa.

Makalah Contextual Teaching and Learning | 11


- Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang.
- Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali,
berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan
masalah (melalui kerja kelompok).
- Perilaku dibangun atas kesadaran diri
- Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.
- Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri yang bersifat subyektif.
- Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut
merugikan.
- Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik.
- Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks, dan setting.
- Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik.
2. Pendekatan Tradisional
- Menyandarkan pada hafalan.
- Pemilihan informasi lebih banyak ditentukan oleh guru.
- Siswa secara pasif menerima informasi, khususnya dari guru.
- Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, tidak bersandar pada realitas
kehidupan.
- Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya
diperlukan.
- Waktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan
buku tugas, mendengar ceramah, dan mengisi latihan (kerja individual).
- Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu
- Perilaku dibangun atas kebiasaan.
- Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan.
- Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai rapor.
- Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman.
- Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik.
- Pembelajaran terjadi hanya terjadi di dalam ruangan kelas.
- Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk
tes/ujian/ulangan.
2.7 Kelebihan dan Kelemahan Contextual Teaching and Learning (CTL)
Kelebihan dari model pembelajaran CTL adalah sebagai berikut.
1) Memberikan kesempatan pada sisiwa untuk dapat maju terus sesuai dengan
potensi yang dimiliki sisiwa sehingga sisiwa terlibat aktif dalam PBM.

Makalah Contextual Teaching and Learning | 12


2) Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami
suatu isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif.
3) Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.
4) Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru.
5) Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
6) Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok.
7) Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.
Kelemahan dari model pembelajaran CTL adalah sebagai berikut.
1) Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada kebutuhan
siswa padahal,dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda
sehinnga guru akan kesulitan dalam menetukan materi pelajaran karena
tingkat pencapaianya siswa tadi tidak sama.
2) Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam PBM.
3) Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas antara
siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan
kurang, yang kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang
kurang kemampuannya.
4) Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL ini akan
terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model
pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri
jadi siswa yang dengan baik mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini
tidak akan menunggu teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan.
5) Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan
mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan model CTL
ini.
6) Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki kemampuan
intelektual tinggi namun sulit untuk mengapresiasikannya dalam bentuk lesan
akan mengalami kesulitan sebab CTL ini lebih mengembangkan ketrampilan
dan kemampuan soft skill daripada kemampuan intelektualnya.
7) Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak
merata.
8) Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam CTL ini peran guru
hanya sebagai pengarah dan pembimbing, karena lebih menuntut siswa untuk
aktif dan berusaha sendiri mencari informasi, mengamati fakta dan
menemukan pengetahuan-pengetahuan baru di lapangan.

Makalah Contextual Teaching and Learning | 13


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut di atas maka dapat disimpulkan
beberapa hal berikut.
(1) Pembelajaran kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang menekankan
pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta
didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan
menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.
(2) Terdapat enam karakteristik penting dalam proses pembelajaran CTL, yaitu:
pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada

Makalah Contextual Teaching and Learning | 14


(activing knowledge), pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam
rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge),
pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), mempraktikkan
pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge), melakukan
refleksi (reflecting knowledge),dan bekerjasama (collaborating).
(3) Komponen-komponen dari CTL (Contextual Teaching and Learning) ada
tujuh antara lain: konstruktivisme (constructivism), menemukan (inquiry),
bertanya (quesrioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan
(modeling), refleksi (reflection) dan penilaian nyata (authentic assessment).
(4) Langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas adalah sebagai berikut:
mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan
cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan ketrampilan barunya, kemudian melaksanakan sejauh
mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik dan dikembangkan sifat ingin
tahu siswa dengan bertanya, menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam
kelompok-kelompok) lalu menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
Melakukan refleksi di akhir pertemuan dan penilaian yang sebenarnya dengan
berbagai cara.
(5) Perbedaan pendekatan kontekstual dengan pendekatan tradisional secara
umum yaitu pendekatan kontekstual lebih menekankan pada pemahaman
makna, hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik.Sedangkan
pendekatan tradisional menyandarkan pada hafalan, hasil belajar diukur
melalui test/ujian saja.
(6) Kelebihan pendekatan CTL secara umum yaitu pembelajaran menjadi lebih
bermakna, riil , lebih produktif serta siswa dituntut berfikir kritis dan kreatif.
Sedangkan kelemahannya yaitu kurang efisien karena membutuhkan waktu
yang lama serta peran guru tidak terlalu penting lagi.
3.2 Saran
Dari makalah yang telah disusun, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut.

Makalah Contextual Teaching and Learning | 15


(1) Dalam proses belajar mengajar, guru hendaknya memperhatikan metode,
strategi, dan model pembelajaran yang inovatif sehingga siswa mudah
memahami pelajaran/materi yang disampaikan.
(2) Tidak hanya guru yang aktif dalam pembelajaran, namun siswa juga harus
aktif dalam mencari pengetahuan melalui pengalaman siswa itu sendiri serta
penerapan pada keterampilan.

DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih, C. Asri, DR. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Johnson, Elaine B. 2007. Contextual Taeching and Learning: Menjadikan Kegiatan
Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: MLCKomalasari
Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Rafika
Aditama
Muslich, Mansur. 2011. Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.
Jakarta: Bumi Aksara
Nuryani, R. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press

Makalah Contextual Teaching and Learning | 16


Paul, Suparno. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Kanisius
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Surabaya:
Pustaka Pelajar
Sumiati, dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Kencana
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Jakarta: Kencana
Prenada Medioa Group

KRITERIA PENILAIAN MAKALAH


MATAKULIAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
SEMESTER GENAP 2016-2017
No. Elemen Skor Penilaian
Maks
I. Identitas Makalah
1 Judul makalah 4
2 Keperluan ditulisnya makalah 2
3 Nama penulis makalah 2
4 Tempat dan waktu penulisan makalah 2

II. Sistematika Makalah


5 Makalah terorganisasi dengan baik dan lengkap:
Ada Kata Pengantar dan Daftar Isi/Tabel/Gambar 5

Makalah Contextual Teaching and Learning | 17


Pendahuluan berisi: latar belakang penulisan makalah, masalah 5
beserta batasannya, dan tujuan penulisan makalah
Bagian inti berisi paparan topik-topik bahasan 5
Bagian penutup berisi kesimpulan dan saran 5
Memuat daftar rujukan/pustaka dan lampiran (jika ada) 5

III. Bagian Teks Utama Makalah


6 Latar Belakang memaparkan::
Hal-hal yang melandasi perlunya ditulis makalah (secara teoritis
maupun praktis), 10
Masalah yang memerlukan pemecahan/penjelasan/pendeskrip-
sian /penegasan, 5
Tujuan penulisan makalah 5
7 Topik-topik Bahasan pada bagian inti:
Relevan dengan masalah yang dipaparkan pada bagian penda-
huluan (isi dan kuantitas) 10
Beragam konsep dieksplor dari banyak sumber (> 5 sumber bu-
ku atau artikel) 10
Gambar/diagram/foto yang disertakan sesuai dengan pembahasan 5
8 Penutup memaparkan:
Kesimpulan atau penegasan atau ringkasan pembahasan 10
Saran/rekomendasi sehubungan dengan masalah yang dibahas 5

IV. Lain-Lain
9 Ketepatan waktu mengumpulkan makalah 5

Jumlah Skor Maksimal 100

KRITERIA PENILAIAN DISKUSI PRESENTASI


MATAKULIAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
SEMESTER GENAP 2016-2017

No. Elemen Skor Penilaian


Maks
I. Keadaan Presenter
1 Anggota presenter lengkap 2
2 Ada koordinasi tugas (moderator, notulen, penyaji) 3
3 Persiapan presentasi (ketepatan waktu, dan makalah) 5

II. Proses Diskusi Presentasi

Makalah Contextual Teaching and Learning | 18


4 Penyajian dilakukan dengan memperhatikan prinsip efisiensi dan 10
efektivitas
5 Pembahasan masalah dilakukan berdasar kajian teoritis/praktis 30
dan rasional, dan tanggung jawab
6 Berjalan multi arah (penyaji peserta penyaji) 10
7 Semua anggota terlibat secara aktif 10
8 Penyajian materi dilengkapi dengan media power point yang 30
menarik (video, bagan, gambar, dll)
Skor 100

III. Moderator dan Notulen


1 Menunjukkan upaya agar diskusi terus berlangsung 20
2 Menjaga agar diskusi tidak menyimpang dari pokok masalah 20
3 Mencegah dominasi anggota presenter/peserta 10
4 Menghargai semua sumbangan pikiran 10
5 Merangkum hasil pembicaraan 20
6 Mengumpulkan hasil notulensi 20
Skor 100

Instrumen penilaian dikembangkan oleh Indriwati, S.E. (2003), direvisi


Gasal14-15

Makalah Contextual Teaching and Learning | 19

Anda mungkin juga menyukai