Anda di halaman 1dari 10

DEFINSI

Triage adalah sistem seleksi pasien yang datang berobat ke Instalasi Gawat Darurat
dalam keadaan sehari-hari dan/atau dalam keadaan bencana. Dalam hal ini dalam
triage juga meliputi cara mendiagnosis serta memilah penderita berdasarkan
kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia.

Kegiatan triage sangat diperlukan dalam pelayanan gawat darurat karena Instalasi
Gawat Darurat sebagai pusat pelayanan kesehatan yang melayani selama 24 jam
penuh seharusnya berfungsi untuk melayani kesehatan pada pasien yang bersifat
gawat dan darurat serta membutuhkan pertolongan segera untuk menghindari
perkembangan penyakit yang lebih parah dan dapat mengancam jiwa pasien.
Namun dalam misi sosialnya, Instalasi Gawat Darurat tidak diperkenankan untuk
menolak pasien yang datang dan membutuhkan pertolongan kesehatan, meskipun
pada kenyataannya bukan termasuk dalam kriteria gawat dan/atau darurat.

Untuk itu diperlukan tata laksana triase yang lebih baik sehingga pelayanan
kesehatan untuk kasus-kasus gawat dan darurat tidak terganggu oleh pelayanan
kasus-kasus yang tidak gawat dan/atau darurat.

Petugas triage harus dapat menyeleksi pasien sesuai dengan kondisi


kegawatdaruratannya sebagai prioritas pertama pelayanan kepada pasien sesuai
dengan ketentuan yang ada untuk pelayanan pasien gawat darurat yang berlaku dan
tidak berdasarkan urutan kedatangan pasien.
RUANG LINGKUP
Pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat diseleksi berdasarkan kondisi
kegawatdaruratannya dengan menggunakan Australian Triage Scale (ATS)
sebagai berikut :
1. ATS 1 adalah kondisi yang mengancam jiwa (atau resiko besar mengalami
kemunduran) dan perlu intervensi yang cepat dan agresif.
2. ATS 2 adalah :
pasien dengan kondisi yang cukup serius atau mengalami
kemerosotan secara cepat yang apabila tidak ditangani dalam 10 menit dapat
mengancam
jiwa atau mengakibatkan kegagalan organ.
pasien yang dengan pemberian obat yang dimana hasil ahkirnya
sangat tergantung dari seberapa cepat obat itu diterima oleh pasien
( misalnya : trombolisis, antiracun)
3. ATS 3 adalah pasien yang datang dengan kondisi yang mungkin akan
bekembang menjadi mengancam nyama atau menimbulkan kecacatan bila tidak
ditangani dalam waktu 30 menit
4. ATS 4 adalah pasien dengan kondisi yang dapat mengalami kemerosotan
atau akan menghasilkan outcome yang berbeda bila dalam 1 jam pasien belum
ditangani. Gejala berkepanjangan.
5. ATS 5 adalah kondisi pasien yang sudah kronis dengangejala yang minor,
dimana hasil ahkirnya tidak akan berbeda bila penanganan ditunda sampe 2 jam
setelah kedatangan.

Adapun berikut ini adalah berbagai kondisi yang dapat dikategorikan


termasuk sebagai kasus emergency, antara lain :
1. ATS 1 :
Henti Jantung
Henti Napas
Resiko sumbatan jalan napas
Frekuensi pernapasan (RR) < 10x/menit
Distress / Kesukaran pernapasan yang sangat berat (extreme)
Tekanan darah < 80 (dewasa) atau syok pada anak/bayi
Tidak respon atau hanya respon nyeri (GCS < 9)
Kejang terus menerus atau berkepanjangan
Overdosis IV dan tidak responsif atau hipoventilasi
Gangguan perilaku berat dengan ancaman segera terhadap kekerasan
yang berbahaya
2. ATS 2 :
Resiko Jalan Napas Stridor berat atau produksi air liur berlebih yang
membahayakan
Distress / kesukaran pernapasan berat
Gangguan Sirkulasi :
Kulit berkeringat atau berubah warna karena perfusi yang buruk
Detak jantung < 50 atau > 150 (dewasa)
Hipotensi dengan gangguan hemodinamik Kehilangan darah
hebat
Nyeri dada kardiak
Nyeri sangat hebat apapun penyebabnya
Kadar Gula Darah < 2 mmol/l
Mengantuk, penurunan respon (GCS < 13)
Hemiparesis / disfasia akut
Demam dengan tanda-tanda letargi (semua umur)
Terkena zat asam atau basa pada mata membutuhkan irigasi
Multitrauma mayor (membutuhkan respon cepat dari tim terorganisasi)
Trauma lokal berat Fraktur mayor, amputasi
Riwayat penyakit resiko tinggi
Konsumsi obat penenang atau zat toksik lainnya secara signifikan
Envenomation (tergigit hewan beracun) yang signifikan / berbahaya
Nyeri hebat yang memberi kesan adanya Pre eklampsia, AAA
(Abdominal Aortic Aneurysm) / Aneurisma Aorta Abdominalis, atau Kehamilan
ektopik
Perilaku / Psikiatrik: Kasar atau agresif
Ancaman langsung terhadap diri sendiri atau orang lain Membutuhkan
pengekangan
Agitasi atau agresi berat

3. ATS 3 :
Hipertensi berat
Kehilangan cukup banyak darah apapun penyebabnya
Sesak napas sedang
Saturasi O2 90 95
Kadar Gula Darah > 16 mmol/l
Riwayat kejang (saat ini sadar)
Semua demam pada pasien imunosupresi misalnya pasien onkologi,
Rx steroid
Muntah terus menerus
Dehidrasi
Cedera kepala dengan kehilangan kesadaran yang singkat saat ini
sadar
Nyeri sedang sampai berat apapun penyebabnya, yang
membutuhkan analgesik
Nyeri dada non-kardiak dengan tingkat keparahan sedang
Nyeri perut tanpa ciri-ciri resiko tinggi tingkat keparahan sedang atau
pasien usia > 65 tahun
Trauma ekstremitas sedang deformitas, laserasi yang parah,
Ekstremitas Perubahan sensasi, tidak ada pulsasi
Trauma Riwayat penyakit resiko tinggi tanpa resiko tinggi lainnya
Neonatus stabil
Anak beresiko
Perilaku / Psikiatrik:
Sangat tertekan, resiko menyakiti diri sendiri Psikotik akut atau
gangguan pikiran
Krisis situasional, sengaja menyakiti diri sendiri Agitasi / menarik
diri / berpotensi agresif.

4. ATS 4 :
Perdarahan ringan
Aspirasi benda asing, tanpa distress pernapasan
Cedera dada tanpa nyeri pada tulang iga atau distress pernapasan
Kesulitan menelan, tanpa distress pernapasan
Cedera kepala ringan, tidak kehilangan kesadaran
Nyeri sedang, dengan beberapa faktor resiko
Muntah atau diare tanpa dehidrasi
Inflamasi atau benda asing pada mata penglihatan normal
Trauma ekstremitas minor pergelangan kaki terkilir, kemungkinan
patah tulang, laserasi tidak terkomplikasi yang membutuhkan investigasi atau
intervensi tanda vital normal, nyeri ringan / sedang
Gips terlalu ketat, tanpa kerusakan neurovaskuler
Sendi bengkak dan panas
Nyeri perut tidak spesifik
Perilaku / Psikiatrik :
Masalah kesehatan mental semi-urgent
Dalam observasi dan/atau tidak ada resiko langsung terhadap diri
sendiri maupun orang lain

5. ATS 5 :
Nyeri minimal tanpa ciri-ciri beresiko tinggi
Riwayat penyakit resiko rendah dan saat ini asimtomatik
Gejala minor dari penyakit stabil yang ada
Gejala minor dari kondisi dengan resiko rendah
Luka minor lecet kecil, laserasi ringan (tidak membutuhkan jahitan)
Dijadwalkan kontrol misalnya pada kontrol luka, perban kompleks
Imunisasi
Perilaku / Psikiatrik :
Pasien yang dikenal dengan gejala kronis Krisis sosial, pasien
baik secara klinis
Untuk pasien anak-anak digunakan standard yang berbeda,
karena kondisi pada anak jauh lebih berbahaya daripada dewasa

TRIASE ANAK < 6 BULAN

RESIKO TINGGI RESIKO SEDANG


Pemberian makanan < normal 1/2 2/3 normal
Arousal / Tingkat kewaspadaan (SSP) Sering mengantuk Penurunan aktivitas
Konvulsi
Tangisan lemah Kadang mengantuk
Pernapasan Apnea atau Sianosis Sesak napas
Sirkulasi Kulit pucat dan panas Kulit pucat
Output cairan Muntah kehijauan
< 4 x popok basah / hari >5 x muntah dalam 24 jam Kencing kurang dari
biasanya
Feses Tinja berdarah

TATALAKSANA
Instalasi Gawat Darurat RS. yang menyelenggarakan pelayanan gawat darurat
selama 24 jam melaksanakan kegiatan triage yang ditujukan untuk menyeleksi dan
melayani pasien berdasarkan kondisi kegawatandaruratannya dan bukan
berdasarkan urutan kedatangan pasien sesuai dengan prosedur. Triase harus
dilakukan awal sejak pasien tiba di IGD oleh seorang petugas yang terlatih dan
berpengalaman. Petugas ini harus memastikan adanya penilaian ulang terhadap
pasien yang masih menunggu dan apabila keadaan berubah, dapat melakukan
triase ulang.
Area Triase haruslah mudah dijangkau dan bertanda jelas. Untuk ukuran tempat
harus memungkinkan untuk memeriksa pasien, memberi privasi dan dapat dengan
jelas melihat ke arah pintu masuk, selain itu juga aman bagi petugas.

Setiap dilakukan triase harus ada dokumentasinya. Pencatatan ini mencakup :

1. Tanggal dan jam pemeriksaan


2. Nama petugas triase
3. Diagnose utama yang ada
4. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan problem yang ada sekarang
5. Alokasi berdasar kategori triase
6. Waktu dan alasan dilakukan re-triase ulang
7. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan :
Setelah diseleksi, dilakukan tindakan sebagai berikut :
Ditangani di tempat periksa/tempat tindakan sesuai dengan kondisi
klinisnya (bedah/non-bedah/obstetriginekologi).
Jika didapatkan kegawatdaruratan yang mengarah pada kondisi
cardiac arrest dan/atau respiratory arrest segera ditangani di ruang resusitasi.
Jika pasien yang datang termasuk ATS 4 dan ATS 5 datang pada jam
kerja maka diarahkan ke Instalasi Rawat Jalan untuk mendapatkan
penanganan sesuai dengan kondisi klinisnya dan bilamana perlu dianjurkan
untuk mendapatkan pemeriksaan oleh dokter spesialis. Jika pasien datang di
luar jam kerja maka dilakukan penanganan sesuai dengan kondisi klinisnya
setelah kasus-kasus gawat darurat terlayani.
Pasien datang dalam keadaan sudah meninggal dunia (death on
arrival). Dipastikan terlebih dahulu bahwa pasien memang sudah meninggal
dunia, untuk kemudian bilamana perlu dibawa ke kamar jenazah.
Kategori Waktu respon maximum :

ATS 1 : Segera
ATS 2 : 10 menit
ATS 3 : 30 menit
ATS 4 : 60 menit
ATS 5 : 120 menit

Transport dan rujukan pasien gawat darurat

TUJUAN
Mengenal penderita trauma yang harus dilakukan rujukan
Melakukan persiapan yang optimal untuk dilakukan rujukan dengan cara transport
yang sesuai
Mengetahui RS rujukan yang mampu menangani penderita trauma
MENENTUKAN PERLUNYA RUJUKAN
Kebanyakan penderita trauma dapat dilakukan tindak di RS setempat
Dalam menentukan rujukan penting diketahui kemampuan dokter dan RS
yang akanmenerima rujukan
Bila sudah diputuskan dirujuk jangan menunda-nunda rujukan dengan melakukan tinda
kandiagnostik (misal:DPL CT Scan dsb)
Waktu sangatlah penting dari mulai kejadian sampai dilakukan terapi difinitif
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN RUJUKAN
Jarak antara RS Pusat rujukan
Kesiapan tenaga terampil untuk mendampingi penderita
Peralatan ambulans
Keadaan penderita sebelum dan selama transport
FAKTOR-FAKTOR YANG MENJADI DASAR UNTUK RUJUKAN
Kriteria fisiologis penderita syock yang sulit diatasi dengan penurunan keadaan neuro
logis
Pola perlukaan
Biomekanik trauma
Masalah khusus
Sebaiknya stabilkan dulu keadaan penderita kemudian dilakukan rujukan
KESULITAN DALAM MELAKUKAN RUJUKAN
Penderita dalam keadaan gelisah dengan tidak kooperatif akan sangat sulit, kadang-
kadangpenderita diikat kuat
Pemberian sedativa pada penderita tersebut sebaiknya dilakukan intubasi
KESULITAN DALAM MELAKUKAN RUJUKAN
Sebelum memberikan sedativa sebaiknya :
Masalah ABCDE sudah teratasi
Mengurangi rasa nyeri dengan memasang pada penderita fraktur dan pemberiannark
otik dengan dosis kecil
Menghentikan pendarahan dengan balutan
Usahakan menenangkan penderita
PATUT DI INGAT
Pemberian benzo-diazopam, fentanyl,propofol dengan ketamin berbahaya bila diberika
n padapenderita dengan syock intoksikasi dan trauma kapitis
Bila ragu-ragu serahkan pada ahlinya
Pemakai alkohol/obat-obatan lain sering ditemukan pada penderita trauma harus dike
nalikarena mungkin dapat mengurangi rasa nyeri dan menghilangkan gejala
Perubahan tingkat kesadaran dapat dipengaruhi oleh alkohol dan obat-obatan
CARA RUJUKAN
Dokter/perawat yang mengirim bertanggung jawab untuk memulai rujukan yaitu :
- cara transport harus dipilih yang sesuai
- perawatan dalam perjalanan
- komunikasi dengan RS dirujuk
- penderita dalam keadaan stabil saat akan dirujuk
- laporkan prosedur tindakan yang telah dilakukan
CARA RUJUKAN
Dokter/perawat yang dirujuk
Yakinkan bahwa RS mampu menerima penderita
Bersedia untuk menerima
Sebaiknya dapat membantu memilih cara transport
Komunikasi dapat membantu keamanan dalam transport penderita
CARA TRANSPORT
Prinsip DO NO Further Harm sangat berperan
Udara-darat,laut dapat dilakukan dengan aman
Stabilkan penderita sebelum dilakukan transport
Persiapkan tenaga yang terlatih agar proses transport berjalan dengan aman
PROTOKOL RUJUKAN
Sebelum melakukan rujukan harus melakukan komunikasi dengan memberikan informasi
ke RS rujukan tentang :
Identitas penderita ;nama, umur, kelamin,dll
Hasil anamnesa penderita dan termasuk data pra RS
Penemuan awal pemeriksaan dengan respon terapi
PROTOKOL RUJUKAN
2. Informasi untuk petugas pendamping
Pengelolaan jalan nafas
Cairan yang telah/akan diberikan
Prosedur khusus yang mungkin diperlukan
GCS, resusitasi, dan perubahan-perubahan yang mungkin terjadi dalamperjalanan.
PROTOKOL RUJUKAN
3. Dokumentasi
Harus disertakan dengan penderita :
-Permasalahan penderita
-Terapi yang telah diberikan
-Keadaan penderita saat akan dirujuk
-Sebaiknya dengan fax agar data lebih cepat sampai
PROTOKOL RUJUKAN
4.Sebelum rujukan
Sebelum dirujuk stabilkan dulu penderita, yaitu :
Airway : pasang OPA bila perlu intubasi
Breathing : tentukan laju pernafasan, oxygen bila perlu ventilasi mekanik

Circulation : Kontrol pendarahan
Pasang infus bila perlu 2 jalur
Tentukan jenis cairan
Perbaiki kehilangan darah, bila perlu teruskan selama transportasi
Pemasangan kateter urin
Monitor kecepatan dan irama jantung
Berikan diuretik bila diperlukan


Bila Curiga Ada Cedera Cervikal Dan Tulang Belakang

Luka : - hentikan pendarahan dengan balutan dan tehnik lainnya
- profilaksis tetanus
- antibiotik bila perlu
Fraktur : pasang bidai atau traksi

5. Pegelolaan selama transport
Petugas pendamping harus :
Monitor, tanda-tanda vital bila tersedia, pasang pulse oxymetry
Bantu kardio respirasi bila diperlukan
Pemberian darah bila diperlukan
Pemberian obat-obatan sesuai instruksi dokter atau sesuai protap
Melakukan komunikasi dengan dokter selama transportasi
Dokumentasi
PERMASALAHAN
Pemindahan penderita dari satu tempat ke tempat lain tanpa mempertimbangkan jarak
selalu berbahaya
Harus dipikirkan masalah yang akan timbul selama transportasi. Misal : ETT tercabut,
pemakai monitor jantung, penggunaan listrik yang tidak cocok
Terjadi penurunan tingkat kesadaran atau hemodinamika
Data dengan hasil pemeriksaan tertinggal
KESIMPULAN
Prinsip utama pelayanan trauma DO NO FURTHER HARM
Harus ada komunikasi antar RS yang merujuk dengan yang dirujuk
Petugas/perawat pendamping harus sudah terlatih dengan baik dibidang gawat darurat
PERSYARATAN AMBULANS
Suspensi lunak
Cukup tinggi
Ruangan cukup luas
Kalau bisa muat 2 penderita paling sedikit
Pakai pendingin/AC
Identitas jelas
ALAT-ALAT YANG DIPERLUKAN
Tempat tidur/blankard
Tandu scoop
Vacum matras/LSB SSB
Alat resusitasi
Alat monitor jantung
Obat-obat resusitasi
Dll
MASALAH DALAM EVAKUASI MEDIS
MASALAH YANG MUNGKIN TERJADI DALAM EVAKUASI
Dapat berupa :
- Darat
- Udara
- Laut / air
1.Melalui darat & laut tidak terlalu banyak masalah hanya waktu lebih lama
2.Melalui udara mempunyai masalah tersendiri yang harus dikuasai oleh tim medis yangmela
kukannya.
Sebelum Melakukan Evakuasi Harus Dipikirkan
Apakah pasien perlu dirujuk ?
Cara transportasinya ?
PASIEN-PASIEN YANG HARUS DIRUJUK
Bayi Prematur dengan komplikasi yang memerlukan fasilitas (NICU)
Pasien hamil dengan resiko tinggi
Infark miokard, terutama yang tidak stabil COPD keracunan obat, syok septik dengan
pasien HD
Pasien Trauma dengan kelaianan neurologi, luka bakar >30%
Pasien psikiatri dapat ditolak dipenerbangan
PENYAKIT YANG DAPAT TIMBUL DI UDARA
HIPOKSIA
Dapat terjadi karena :
1. Kadar oksigen menurun
2. Menurunnya suplay oksigen dalam darah
- COPD
- Odema paru
- Pneumoni
- Emboli paru

3. Menurunnya kemampuan darah mentransport O2.
- Anemia
- Keracunan CO, dll
4. Menurunnya suplay O2 ke jaringan
- Syok
- Nyeri
- Perfusi jaringan menurun karena
luka bakar Frostbite

5. Menurunnya kemampuan sel mempergunakan O2
- Keracunan sianida
- Mabuk alkohol
- Bahan hitotostik lain
TOTAL CARE
Dapat dipakai dalam persiapan atau selama transport :
1. Diagnosa
- Pemeriksa fisik
- Pemeriksa lab
2. Apakah harus di evakuasi
3. Kontra indikasi
4. Cara evakuasi
5. Timing evakuasi
6. Problem pra evakuasi
7. Problem selama evakuasi
8. Problem pasca evakuasi
9.Follow up setelah keluar RS

Stabilisasi pasien ???

Anda mungkin juga menyukai