Anda di halaman 1dari 34

FISIOLOGI PERNAPASAN

OLEH :
KELOMPOK IV

MONALISA ( C12115304 )
NURFAIDAH ( C12115004 )
MUSFIKA HADISSE ( C12115014 )
HASNI ( C12115024 )
IRMAWATI ( C12115034 )
MEGAWATI SYAM ( C12115314 )
WAODE UMI KALSUM ( C12115324 )
NURWANTI MAULINDASARI ( C12115508 )
SITI HARDIANTI BASRI ( C12115518 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN AKADEMIK 2015/2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat dan Karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya. Kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam makalah ini baik dari segi bentuk,
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan segala
saran dan kritik dari para pembaca agar kami dapat memperbaiki dalam penyusunan makalah
selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dalam memahami
materi yang berhubungan denganFisiologi Pernapasan.

Makassar, 22 Maret 2016

Penyusun,

Kelompok IV

DAFTAR ISI
2
HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
A. Definisi Sistem Pernapasan.............................................................................................3
B. Fungsi Sistem Pernapasan...............................................................................................3
C. Saluran-Saluran dan Organ-Organ dalam Sistem Pernapasan........................................4
1. Saluran Pernapasan......................................................................................................4
2. Organ Pernapasan........................................................................................................8
D. Mekanisme Pernapasan.................................................................................................10
E. Fisiologi Pernapasan.....................................................................................................12
F. Kontrol/ Pengendalian Pernapasan...............................................................................23
G. Volume dan Kapasitas Paru-Paru..................................................................................28
BAB III....................................................................................................................................30
PENUTUP...............................................................................................................................30
A. Kesimpulan...................................................................................................................30
B. Saran..............................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................31

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap makhluk hidup memiliki alat untuk bernapas yang disesuaikan dengan
proses pernapasan makhluk hidup tersebut. Seperti halnya pada manusia, sistem
pernapasan terjadi melalui penhantar udara yaitu alat-alat pernapasan yang terdapat dalam
tubuh yang memiliki fungsi berrbeda-beda selama proses respirasi. Alat pernapasan ini
membawa oksigen ke darah gunamenopang reaksi kimia proses metabolisme dalam tubuh
untuk menghasilkan energi dan mengeluarkan zat sisa metabolisme seperti karbon
dioksida dan uap air dari tubuh. Energi ini yang nantinya penting untuk mempertahankan
berbagai aktivitas sel yang menunjang kehidupan, misalnya sintesis protein dan transpor
aktif menembus membran plasma.
Akan tetapi, dari berbagai macam alat-alat pernapasan tersebut baik dari segi organ
maupun saluran udara yang berperan (bagaimana bentuk dan fungsinya) serta bagaimana
proses-proses dalam sistem respirasi (mekanisme dan fisiologi pernapasan), sebagian dari
kita tidak begitu mengetahuinya secara spesifik. Oleh karena itu, dengan terselesaikannya
makalah ini diharapkan kita dapat mengetahui alat-alat pernapasan yang ikut berperan
dan bagaimana proses-proses yang berlangsung dalam sistem pernapasan.

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam makalah ini terdiri dari:


1. Apa yang dimaksud dengan sistem pernapasan?
2. Apa fungsi dari sistem pernapasan?
3. Apa saja saluran-saluran dan organ-organ yang terlibat dalam sistem pernapasan?
4. Bagaimana mekanisme pernapasan?
5. Bagaimana fisiologi pernapasan?
6. Bagaimana kontrol/pengendalian pernapasan?
7. Bagaimana volume dan kapasitas paru-paru?

1
C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah untuk:


1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem pernapasan.
2. Mengetahui fungsi dari sistem pernapasan.
3. Mengetahui saluran-saluran dan organ-organ yang terlibat dalam sistem pernapasan.
4. Mengetahui mekanisme pernapasan.
5. Mengetahui fisiologi pernapasan.
6. Mengetahui kontrol/pengendalian pernapasan.
7. Mengetahui volume dan kapasitas paru-paru.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A Definisi Sistem Pernapasan

Sistem pernapasan (respirasi) adalah keseluruhan proses yang melaksanakan


pemindahan pasif O2 dari atmosfer ke jaringan untuk menunjang metabolisme sel, serta
pemindahan pasif terus-menerus CO2yang dihasilkan oleh metabolisme dari jaringan ke
atmosfer. Sistem pernapasan berperan dalam homeostasis dengan mempertukarkan O2 dan
CO2 antara atmosfer dan darah. Darah mengangkut O2dan CO2 antara sistem pernapasan dan
jaringan. (Sherwood, 2013)

B Fungsi Sistem Pernapasan


Fungsi utama sistem pernapasan adalah memperoleh O2 dari atmosfer yang kemudian
digunakan oleh sel tubuh dan untuk mentranspor CO 2yang diproduksi oleh sel-sel tubuh
kembali ke atmosfer.
Organ-organ respiratorik berfungsi dalam:
1. Produksi bicara, membantu proses dalam berbicara
2. Keseimbangan asam basa dalam darah dan jaringan tubuh manusia
3. Pertahanan tubuh melawan organisme/benda asing yang masuk melalui proses
pernapasan ke dalam tubuh
4. Mengatur hormonal tekanan darah dan keseimbangan hormon dalam darah.
(Syaifuddin, 2013)

Proses-proses yang terlibat dalam pernapasan adalah:


1. Ventilasi pulmonar (pernapasan) adalah jalan masuk dan keluar udara dari saluran
pernapasan dan paru-paru
2. Respirasi eksternal adalah difusi O2 dan CO2 antara udara dalam paru dan kapiler
pulmonal
3. Respirasi internal adalah difusi O2 dan CO2 antara sel darah dan sel-sel jaringan
4. Respirasi seluler adalah penggunaan O2 oleh sel-sel tubuh untuk produksi energi
dan pelepasan produk oksidasi CO2 dan air oleh sel-sel tubuh.
(Syaifuddin, 2013)

3
C Saluran-Saluran dan Organ-Organ dalam Sistem Pernapasan
Sistem pernapasan pada manusia tersusun atas saluran udara dan organ
pernapasan (paruparu). Udara masuk ke dalam tubuh melalui strukturstruktur berikut
ini :
a) Rongga hidung
b) Faring atau tekak
c) Laring
d) Trakea atau tenggorokan masuk kedalam paru- paru
e) Bronkus (cabang tenggorokan) dan bronkiolus
f) Alveolus

1. Saluran Pernapasan

a) Rongga hidung
Udara masuk ke dalam hidung melalui lubang hidung depan dan sampai kedalam
rongga hidung. Didalam lubang ini terdapat rambut hidung yang berfungsi menyaring
debu yang masuk bersama udara.
Rongga hidung terbagi menjadi dua belahan oleh dinding sekat hidung (septum).
Dinding ini tersusun atas tulang keras dan tulang rawan; bagian bawah tersusun atas
tulang rawan, sedangkan bagian atas tersusun atas dua buah tulang, yaitu tulang
etmoideal di bagian paling atas dan tulang vomer di bawahnya. Setiap belahan juga
terbagi menjadi empat bagian oleh tonjolan- tonjolan konka (prosessus turbinata).
Lantai rongga hidung tersusun atas lelangit keras, bumbungnya tersusun dari tulang
frontalis, sfenoideal, dan etmoideal serta dinding sampingnya tersusun atas tulang
rahang atas (maksila superior).
Rongga hidung berhubungan dengan semua sinus udara melalui lubanglubang
khas yang terbuka kedalamnya, yaitu dengan dua sinus udara frontalis dan dua sinus
udara rahang atas ( yang juga dikenal sebagai Antrum Highmore). Seluruh rongga
hidung dilapisi oleh membran mukosa yang tersusun atas jaringan epitel kolumner
bersilia dan terdapat banyak pembuluh darah untuk menghangatkan dan
melembabkan udara yang masuk ke dalam hidung. Lubang hidung belakang
menghubungkan rongga hidung dengan bagian atas faring yang terletak
dibelakangnya.

4
b) Faring atau Tekak

Faring merupakan suatu


saluran bagian dari sistem
pernapasan dan sistem
pencernaan yang bermula dari
dasar tengkorak dan berakhir di
belakang laring di ruas
vertebrata servikal keenam.
Faring berbentuk seperti corong,
bagian atas lebih besar dari pada
bagian bawah. Faring dapat
dibagi menjadi tiga bagian :
1) Nasofaring (faring dibelakang hidung) dari dasar tengkorak hingga dasar anak
tekak atau ovula. Bagian depan menyambung terus dengan lubang hidung
belakang. Di dinding belakang terdapat suatu kumpulan jaringan limfa yang
dikenal dengan jaringan adenoid. Di dinding sampingnya terdapat dua lubang
untuk tuba Eutachius yang menghubungkan nasofaring dengan telinga bagian
tengah untuk menyeimbangkan tekanan udara di dalam telinga bagian
tengahdengan udara luar. Biasanya lubang tuba Eutachius selalu tertutup, kecuali
pada saat menguap atau menelan.
2) Orofaring (faring dibelakang mulut) bagian ini ini terletak di belakang rongga
mulut, yaitu mulai uvula hingga epiglotis. Walaupun orofaring memungkinkan
udara beredar di dalamnya, struktur ini sebenarnya merupakan bagian dari sistem
pencernaan yang berperan pada saat menelan. Tonsil terdapat di dinding
sampingnya; setiap tonsil terletak di antara selaput mulut depan dan belakang.
3) Faring-laringeal (faring dibelakang laring) bagian ini terletak di belakang
(posterior) laring dan di bawah orofaring. Di ruas vertebra servikal keenam
saluran faring berakhir dan saluran esofagus dimulai.

5
c) Laring
Laring merupakan suatu alat bersaluran yang terletak di bawah faring dan di atas
trakea. Organ ini terdapat di depan ruas tulang servikal keempat,kelima dan keenam.
Laring ini memiliki dua fungsi. Fungsi pertama berkaitan dengan peredaran udara
untuk pernafasan dan fungsi kedua adalah untuk mengeluarkan suara.
1) Struktur
Laring tersusun atas beberapa rawan hialin yang bertumpuk-tumpuk hingga
menyerupai kotak. Tulang rawan ini diikat antara yang satu dan yang lain oleh
ligamen.Tulang rawan penting yang terdapat di laring adalah sebagai berikut:
o Tulang rawan tiroid- Tulang rawan ini berpasangan dan merupakan tulang
rawan terbesar di laring. Tulang rawan ini bermula dari belakang laring
sebagai kornu superior dan inferior, mengarah ke depan dan berakhir sebagai
jakun.
o Tulang rawan krikoid- Tulang rawan ini menyerupai cincin mohor .
dibelakang laring tulang rawan ini berbentuk segi empat. Dari sini, tulang
rawan krikoid melilit ke depan di bawah tulang rawan tiroid.
o Epiglotis- tulang rawan ini berbentuk daun, dengan pangkal tertanam di dalam
lekukan tulang rawan tiroid, sedangkan bagain tepinya bebas.
o Tulang rawan aritenoid- tulang rawan ini berbentuk kecil, berpasangan,
berbentuk piramid, dan terdapat dipermukaan belakang laring . pita suara
melekat di tulang rawan ini . otot aritenoid yaitu ototyangmengatur suara, juga
melekat oada tualang rawan ini.
o Tulang rawan hioid tulang rawan ini berbentuk tapal kuda dan terletak
dibagain atas laring , di bawah mandibula.

2) Pita suara
Pita suara terdapat dalam laring terdiri atas dua jenis serabut.
o Pita suara sejati: tersusun atas jaringan berserabut yang elastis. Ujung
belakang melekat ke tulang rawan aritenoid dan ujung depan melekat ke
belakang jakun.
o Pita suara palsu: lipatan dari membran mukosa yang melapisi permukaan
dalam laring dan pita ini tidak berperan dalam pengeluaran suara.

6
3) Pengeluaran suara
Ketegangan pita suara sejati di dalam laring menentukan sifat suara yang
dihasilkan. Jika pita suara itu tegang dan pendek, nada suara yang di hasilkan
tinggi. Jika pita suara panjang dan kendur, nada suara yang dihasilkan rendah.

d) Trakea

Trakea merupakan suatu saluran dengan


panjang 11,5 cm pada orang dewasa. Struktur
ini tersusun atas tulang rawan berbentuk C.
Permukaan belakang saluran ini tidak
memiliki tulang rawan dan dilengkapi dengan
membran. Diantara tulang rawan tersebut
terdapat otot bebas . Tulang rawan ini
menguatkan dinding trakea dan
memungkinkan peredaran udara terus
menerus di dalamnya tanpa ada penghalang.
Halangan didalamnya akan mengakibatkan
rasa lemas dan dapat menyebabkan kematian.

e) Bronkus dan Bronkiolus


Dibagian bawah, didepan vetebrata torekalis keempa, trakea terbagi dua dan
membentuk bronkus kanan dan kiri. Bronkus kanan sedikit lebih besar dan lebih lurus
dibanding dengan bronkus kiri.
Setiap bronkus masuk ke dalam paru paru dan terbagi menjadi bronkus lobus
(atas, tengah dan bawah). Bronkus lobus ini bercabang-cabang lagi hingga
membentuk ranting kecil yang dikenal dengan nama bronkiolus. Ujung bronkiolus
berakhir sebagai saluran alveolus dan saluran ini membuka didalam alveolus. Kapiler
darah mengelilingi semua alveolus di dalam paru paru.

Laring, trakea, bronkus dan bronkus lobus dilapisi oleh membran mukosa yang
tersusun atas jaringan epitel bersilia (Saputra & Dwisang).

7
2. Organ Pernapasan

Manusia memiliki dua paru-paru yang terdapat di dalam rongga toraks dan
dilindungi oleh tulang rusuk dan otot interkostalis. Setiap paru-paru merupakan
sebuah organ berbentuk kerucut, bagian dasar atau permukaan bawah terletak diatas
otot diafragma dan bagian puncaknya berakhir di atas klavikula. Permukaan sisi
dalam cekung untuk meletakkan jantung. Cekungan paru-paru kiri terlihat lebih jelas
dibandingkan dengan bagian kanan dan bagian ini disebut takuk jantung. Di
permukaan sisi dalam terdaat suatu celah atau fisura yang disebut hilum. Bronkus,
pembuluh darah, urat saraf, dan pembuluh limfa masuk ke dalam paru-paru melalui
hilum ini.
Bidang diantara permukaan-permukaan sisi dalam paru-paru disebut rongga
mediastinum. Jantung terletak di bagian ini. Kedua paru-paru diselaputi oleh
membran paru-paru (pleura). Membran ini melipat ke dalam dan membentuk celah
atau fisura yang membagi paru-paru menjadi beberapa lobus (atas, tengah, dan
bawah) dan paru-paru kiri memiliki dua lobus ( atas dan bawah).
Setiap lobus tersusun atas beberapa lobula dan lobula ini disuplai dengan
struktur-struktur sebagai berikut :
a) Bronkus lobus
b) Bronkiolus
c) Alveolus
d) Pembuluh darah :Arteri pulmonalis utama dari bilik kanan jantung terbagi menjadi
dua dan setiap cabang masuk ke dalam paru-paru, memecah dan menjadi kapiler
di sekeliling alveolus. Setelah itu kapiler bersatu kembali membentuk vena
pulmonalis yang kembali ke serambi kiri jantung (dua vena pulmonalis dari setiap
paru-paru).
e) Pembuluh limfa dan urat saraf

Jaringan paru-paru memiliki sifat-sifat sebagai berikut :


a) Elastis dan kenyal
b) Dapat dilalui oleh gas karena memiliki banyak pori

Jika paru-paru orang sehat dikeluarkan setelah orang tersebut meninggal,


kemudian direndam di dalam air, paru-paru tersebut tidak tenggelam. Hal ini terjadi

8
karena jaringan paru-paru mengandung banyak pori. Namun, paru-paru orang yang
sakit, seperti radang paru-paru (pneumonia), tenggelam jika direndam dalam air.
Membran paru-paru (pleura) merupakan suatu membran tipis jernih yang
tersusun atas jarringan epitel skuamosa. Membran ini terdiri atas dua lapisan dan
diantara lapisan-lapisan ini terdapat suatu cairan jernih yang dihasilkan oleh membran
paru-paru tersebut. Cairan ini mencegah gesekan pada saat paru-paru mengembang
dan menguncup ketik kita bernapas.
Lapisan luar melapisi permukaan dalam rongga toraks dan permukaan atas
otot diafragma, sedangkan lapisan dalam melapisi seluruh paru-paru, kecualibagian
hilum.Lapisan dalam melipat ke dalam paru-paru lalu membentuk fisura yang
membagi paru-paru menjadi beberapa lobus.
(Saputra & Dwisang)

Paru-paru berfungsi sebagai :


a) Paru-paru adalah suatu lokasi untuk pertukaran gas dengan lingkungan yang
eksternal.
b) Mengatur keseimbangan asam-basa.
c) Paru-paru adalah suatu mekanisme pertahanan.
d) Paru-paru adalah suatu reservoir darah.
e) Melayani suatu fungsi biosintetik
(Seidel, 2002)

D Mekanisme Pernapasan

9
Dalam keadaan normal, paru-paru dan dinding dada dipisahkan oleh lapisan cairan tipis
sehingga tidak terdapat perlengketan antara keduanya dan memiliki struktur yang elastis yang
memungkinkan paru-paru untuk mengembang dan mengempis selama proses pernapasan.
Lapisan cairan tipis ini berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas bagi gerakan
paru-paru dalam rongga dada selama proses pernapasan sehingga dengan mudah bergeser
paru-paru pada dinding dada namun tidak saling bergesekan. Tekanan pada ruangan antara
paru-paru dan dinding dada berada dibawah tekanan atmosfer.
Gerakan pernapasan termasuk ke dalam gerakan otomatis karena terjadi akibat
terstimulasinya pusat pernapasan di medula oblongata. Gerakan bernapas di bagi menjadi
dua, yaitu menarik napas dan menghembuskan napas.
Pada saat menarik napas, otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma mengarah ke
bawah dan terjadi perluasan rongga toraks dari atas ke bawah. Begitupun dengan otot-otot
interkostalis eksterna juga berkontraksi sehingga tulang rusuk tertarik ke arah luar dan atas.
Akibatnya, rongga dada menjadi lebih luas dari sisi ke sisi dan dari depan ke belakang.
Kontraksi baik dari otot diafragma maupun otot interkostalis menyebabkan rongga toraks
menjadi luas dan paru-paru membesar. Hal ini berkaitan dengan struktur elastis dan lapisan
luar membran pleura yang melekat dibawah tulang dada dan di atas otot diafragma dari paru-
paru. Hal ini mengakibatkan tekanan udara di dalam paru-paru menjadi lebih rendah daripada
tekanan udara biasa, sehingga udara dari luar masuk ke dalam paru-paru melalui saluran
udara.(Saputra & Dwisang).
Sebaliknya, pada saat kita menghembuskan napas, rongga dada mengecil karena otot
diafragma berelaksasi dan difragma naik ke atas serta tulang rusuk tertarik ke bawah oleh otot
interkostalis interna. Tekanan udara didalam paru-paru menjadi lebih tinggi daripada tekanan
udara biasa sehingga udara terdesak keluar dari paru-paru.(Saputra & Dwisang).

10
Adapun otot-otot yang berperan selama sistem pernapasan adalah M.
Sternoklaidomastoideus, M. Sklaneus, M. Interkostalis eksternal, M. Interkostalis internal, m.
Abdominal, dan otot diafragma. (Sherwood, 2013)

Inspirasi
Inspirasi adalah proses aktif kontraksi otot-otot inspirasi menaikkan volume
intratoraks. Selama bernapas tenang, tekanan intrapleura 2,5 mmHg (relatif terhadap
atmosfer). Pada permulaan inspirasi menurun sampai -6 mmHg dan paru-paru ditarik ke arah
posisi yang lebih mengembang, tertanam dalam jalan udara menjadi sedikit negatif dan udara
mengalir ke dalam paru-paru. Pada akhir inspirasi, recoil menarik dada kembali ke posisi
ekspirasi dimana tekanan recoil (gerakan) paru-paru dan dinding dada seimbang. Tahanan
dalam jalan pernapasan seimbang menjadi sedikit positif udara mengalir keluar paru-paru.
Pada saat inspirasi, pengaliran udara ke pleura kavitis dan paru-paru berhenti sebentar
ketika tekanan dalam paru-paru bersamaan bergerak mengelilingi atmosfer. Pada waktu
penguapan, volume pernapasan sebuah paru-paru berkurang karena naiknya tekanan udara
untuk memperoleh dorongan keluar pada sistem pernapasan.(Syaifuddin, 2013)

Ekspirasi
Selama pernapasan tenang, otot berada dalam keadaan pasif yang berarti bahwa tidak
ada otot-otot yang menurunkan volume untuk toraks saat berkontraksi. Pada permulaan
ekspirasi, kontraksi ini menimbulkan kerja yang menahan kekuatan recoil dan melambatkan
ekspirasi. Inspirasi yang kuat berusaha mengurangi tekanan intrapleura sampai serendah 30
mmHg dan menimbulkan pengembangan paru-paru dengan derajat yang lebih besar. Bila
ventilasi meningkat maka luasnya deflasi paru-paru meningkat dengan kontraksi otot-otot
pernapasan yang menurunkan volume intratoraks.

Tekanan intrapleura adalah besarnya tekanan dalam antara lapisan pleura luar
(pleura parietal) dan lapisan pleura dalam (pleura viseral), dipisahkan oleh selaput tipis pleura
yang berisi zat air dan gas.

Jalan udara: pada waktu inspirasi, setelah udara melewati hidung dan faring, udara
akan dihangatkan dan diambil uap airnya. Setelah itu, udara berjalan melalui trakea, bronkus,
bronkiolus, respiratorius, dan duktus alveolaris ke alveoli. Alveoli dikelilingi oleh kapiler-
kapiler paru-paru. Pada sebagian besar struktur antara udara dan kapiler, darah O 2 dan CO2

11
berdifusi sangat tipis. Pada paru-paru manusia terdapat 300 juta alveoli dan total luasnya
dinding paru-paru yang bersentuhan dengan kapiler-kapiler pada kedua paru-paru 70 m2.
Aktivitas bernapas merupakan dasar yang meliputi gerak tulang rusuk sewaktu
bernapas dalam volume udara bertambah inspirasi gerakan datang menjadi luas dan berakhir
akibat kombinasi dari pernapasan dangkal. Pada waktu istirahat, pernapasan dangkal akibat
tekanan perut dan yang terkumpul membatasi gerakan diafragma.

Tekanan pleura selama pernapasan adalah tekanan cairan dalam ruangan sempit
antara pleura paru-paru dengan pleura dinding dada. Secara normal terdapat sedikit isapan
suatu tekanan negatif yang ringan. Selama inspirasi, pengembangan rangka dada akan
mendorong permukaan paru-paru dengan kekuatan sedikit lebih besar dan selama ekspirasi
peristiwa yang terjadi adalah sebaliknya.

Tekanan alveolus adalah tekanan bagian dalam alveoli paru. Saat itu glotis terbuka
dan tidak ada udara yang mengalir ke dalam maupun ke luar paru-paru, maka tekanan pada
semua jalan napas sampai alveoli semua sama dengan atmosfer yaitu 0 mmHg.
Selama inspirasi, tekanan dalam alveoli turun sampai dibawah tekanan atmosfer atau
tekanan negatif yang cukup untuk mengalirkan sekitar 0,5 liter udara ke dalam paru-paru
dalam waktu 2 detik. Selama ekspirasi, terjadi perubahan yang berlawanan, tekanan ini
mendorong 0,5 liter udara keluar paru-paru selama 2-3 detik.
Pada waktu inspirasi, setelah udara melewati hidung dan faring, udara akan
dihangatkan dan diambil uap airnya. Udara berjalan melalui trakea, Setelah itu, udara
berjalan melalui trakea, bronkus, bronkiolus, respiratorius, dan duktus alveolaris ke alveoli.
Alveoli dikelilingi oleh kapiler-kapiler paru-paru. Pada sebagian besar struktur antara udara
dan kapiler, darah O2 dan CO2 berdifusi sangat tipis. Pada paru-paru manusia terdapat 300
juta alveoli dan total luasnya dinding paru-paru yang bersentuhan dengan kapiler-kapiler pada
kedua paru-paru 70 m2.
(Syaifuddin, 2013)

E Fisiologi Pernapasan

Paru-paru berfungsi untuk pertukaran gas. Oksigen dari udara dibawa ke darah dan
karbon dioksida serta uap air dari darah disingkirkan keluar. Pernapasan dapat dibagi menjadi
dua jenis, yaitu:

12
1. Pernapasan Interna (pernapasan jaringan)
Pernapasan interna biasa, terjadi di dalam semua jaringan tubuh.Oksigen yang
terdapat di dalam darah digunakan untuk metabolisme jaringan, sedangkan karbon
dioksida dan uap air yang dihasilkan oleh jaringan tersebut dikeluarkan ke dalam
darah.
2. Pernapasan eksterna (pernapasan paru-paru)
Pernapasan eksterna terjadi di paru-paru.Oksigen yang terdapat di udara
dibawah ke darah dan karbon dioksida serta uap air disingkirkan keluar. Pertukaran
gas terjadi dengan cara difusi. Udara yang sampai di dalam alveolus kaya akan
oksigen. Oksigen dari alveolus masuk ke dalam darah, kemudian berikatan dengan
hemoglobin dari sel darah merah.Karbon dioksida dan uap air keluar dari darah,
kemudian masuk ke dalam alveolus dan dilepaskan keluar.Sebagian besar karbon
dioksida terdapat di dalam pembuluh darah dalam bentuk asam karbonat dan natrium
hydrogen karbonat. Walaupun karbon dioksida merupakan salah satu limbah tubuh,
hanya 10% yang dikeluarkan dari tubuh. Sisanya tetap terdapat di dalam darah untuk
menyegarkan pusat pernapasan di medulla oblongata.

1. Pertukaran Gas
Tujuan bernapas adalah secara kontinu memasok O2 segar untuk diserap oleh
darah dan secara konstan mengeluarkan CO2 dari darah. Darah bekerja sebagai sistem
transpor untuk O2 dan CO2 antara paru dan jaringan, dengan sel jaringan
mengekstraksi O2 dari darah dan mengeliminasi CO2 ke dalamnya.
a) Gas Mengalir Menuruni Gradien Tekanan Parsial
Pertukaran gas ditingkat kapiler paru dan kapiler jaringan berlangsung secara
difusi pasif sederhana O2 dan CO2 menuruni gradient tekanan parsial. Tidak
terdapat mekanisme transport aktif untuk gas-gas ini. Apa yang dimaksud dengan
gradient tekanan parsial dan bagaimana gradient tersebut terbentuk.
1) Tekanan parsial
Udara atmosfer adalah campuran gas; udara kering tipikal mengandung
sekitar 79% nitrogen (N2) dan 21% O2, dengan persentase CO2, uap H2O, gas
lain, dan polutan hampir dapat diabaikan. Secara keseluruhan gas-gas ini
menimbulkan tekanan atmosfer total sebesar 760 mmHg di permukaan laut.
Tekanan total ini sama dengan jumlah tekanan yang disumbangkan oleh tiap-
tiap gas dalam campuran.

13
Tekanan yang ditimbulkan oleh gas tertentu berbanding lurus dengan
persentase gas tersebut dalam campuran udara total. Setiap molekul gas,
berapa pun ukurannya, menimbulkan tekanan yang sama; sebagai contoh,
sebuah molekul N2 menimbulkan tekanan yang sama dengan sebuah molekul
O2. Karena 79% udara terdiri dari molekul N2, 79% dari 760 mmHg tekanan
atmosfer atau 600 mmHg, ditimbulkan oleh molekul-molekul N2. Demikian
juga, karena O2 membentuk 21% atmosfer, 21% dari 760 mmHg tekanan
atmosfer, atau 160 mmHg ditimbulkan oleh O2. Tekanan yang ditimbulkan
secara independen oleh tiap-tiap gas dalam suatu campuran gas dikenal
sebagai tekanan parsial, yang dilambangkan oleh P gas. Karena itu, tekanan
parsial O2 dalam udara atmosfer, PO2, normalnya adalah 160 mmHg .tekanan
parsial CO2 atmosfer, PCO2, hamir dapat diabaikan (0,23 mmHg).
Gas-gas yang larut dalam cairan misalnya darah atau cairan tubuh lain
juga menimbulkan tekanan parsial. Semakin besar tekanan parsial suatu gas
dalam cairan, semakin gas banyak tersebut larut.
2) Gradien tekanan parsial
Perbedaan dalam tekanan parsial antara darah kapiler dan struktur
sekitr dikenal sebagai gradien tekanan parsial.Terdapat gradient tekanan
parsial antara udara alveolus dan darah kapiler paru.Demikian juga, terdapat
gradien tekanan parsial antara darah kapiler sistemik dan jaringan
sekitar.Suatu gas selalu berdifusi menuruni gradient tekanan parsialnya dari
daerah dengan tekanan parsial tinggi ke daerah dengan tekanan parsial yang
lebih rendah, serupa dengan difusi menuruni gradien konsentrasi.
( Sherwood, 2013 )

b) O2 masuk dan CO2 keluar dari darah di paru secara pasif menuruni gradient
tekanan parsial.
1) PO2dan PCO2 alveolus
Komposisi udara alveolus tidak sama dengan komposisi udara
atmosfer karena dua alasan. Pertama, segera setelah udara atmosfer masuk ke
saluran apas, pajanan ke saluan napas yang lembap menyebabkan udara
tersebut jenuh dengan H2O.seperti gas lainnya, uap air menimbulkan tekanan
parsial uap H2O adalah 47 mmHg. Humidifikasi udara yang dihirup ini pada
hakikatnya mengencerkan tekanan parsial harus sama dengan tekanan

14
atmosfer 760 mmHg. Dalam udara lembap, P H2O=47 mmHg, PN2=563 mmHg,
dan PO2=150 mmHg.
Kedua, PO2 alveolus juga lebih rendah daripada PO2 atmosfer karena
udara segar yang masuk (setara dengan rata-rata 350 mL dari bagian volume
tidal 500 mL) bercampur dengan sejumlah besar udara lama yang tersisa di
paru dan ruang mati pada akhir ekspirasi sebelumnya (kapasitas residual
fungsional paru rerata setara dengan 2200 mL). pada akhir inspirasi, hanya
sekitar 13% udara alveolus yang merupakan udara segar. Akibat pelembapan
dan pertukaran udara alveolus yang rendah ini, P O2 alveolus rerata adalah 100
mmHg, dibandingkan dengan PO2 atmosfer yang 160 mmHg.
2) Gradien PO2 dan PCO2 melintasi kapiler paru
Sewaktu melewati paru, darah mengambil O 2 dan menyerahkan CO2
dengan difusi menuruni gradient tekanan parsial yang terdapat antara darah
dan alveolus.Ventilasi secara terus menerus mengganti O2 alveolus dan
mengeluarkan CO2 sehingga gradient tekanan parsial antara darah alveolus
dipertahankan.Darah yang masuk ke kapiler paru melalui arteri-arteri
paru.Darah ini, yang baru kembali dari jaringan tubuh, relative kekurangan O 2,
dengan PO2 40 mmHg.Sewaktu mengalir melalui kapiler paru, darah ini
terpajan ke udara alveolus. Karena P O2 alveolus pada 100 mmHg adalah lebih
tinggi daripada PO2 40 mmHg di darah yang masuk ke paru, O2 berdifusi
menuruni gradien tekanan parsialnya dari alveolus ke dalam darah hingga
tidak lagi terdapat gradient. Sewaktu meninggalkan kapiler paru, darah
memiliki PO2sama dengan PO2 alveolus, yaitu 100 mmHg.
( Sherwood, 2013 )

c) Faktor-faktor di luar gradient tekanan parsial memengaruhi kecepatan


pemindahan gas
Menurut hukum difusi Fick, kecepatan difusi suatu gas melalui suatu lembaran
jaringan juga bergantung pada luas permukaan dan ketebalan membrane yang
harus dilewati oleh gas yang berdifusi serta konstanta difusi gas tersebut.

15
Tabel 1. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kecepatan Transfer Gas Menembus Membrane
Alveolus
Pengaruh pada kecepatan
Faktor Transfer gas menembus Catatan
Membrane alveolus
Gradient tekanan Kecepatan pemindahan Penentu utama kecepatan transfer
parsial O2 dan CO2 seiring dengan gradient
tekanan parsial
Luas permukaan Kecepan pemindahan Luas permukaan tetap konstan
membrane alveolus seiring dengan luas selama kondisi istirahat.
permukaan Luas permukaan selama olahraga
karena semakin banyak kapiler paru
yang terbuka ketika curah jantung
meningkat dan alveolus
mengembang seiring dengan
semakin dalamnya bernapas.
Luas permukaan pada keadaan
patologis misalnya emfisema dan
kolaps paru
Ketebalan sawar Kecepatan pemindahan Dalam keadaan normal ketebalan
yang memisahkan seiring dengan ketebalan tidak berubah.
udara dan darah di Ketebalan pada keadaan
membrane alveolus patologis mislanya edema paru,
fibrosis paru, dan pneumonia
Konstansi Difusi Kecepatan pemindahan Konstanta difusi untuk CO2 adalah
seiring dengan konstanta 20 kali lipat daripada untuk O2,
difusi mengatasi gradient tekanan parsial
yang lebih kecil untuk CO2; karena
itu, jumlah CO2 dan O2 yang
dipindahkan menembus membrane
hampir sama

a. Efek luas permukaan pada pertukaran gas

16
Laju pertukaran gas berbanding lurus dengan dengan luas permukaan tempat
pertukaran gas tersebut terjadi.Selama olahraga, luas permukaan yang tersedia
untuk pertukaran dapat ditingkatkan untuk meningkatkan pemindahan gas.Dalam
keadaan istirahat, sebagian kapiler paru biasanya tertutup karena tekanan sirkulasi
paru yang rendah biasanya tidak dapat menjaga semua kapiler agar tetap
terbuka.Selama olahraga, saat tekanan darah paru meningkat karena bertambahnya
curah jantung, banyak kapiler paru yang semula tertutup menjadi terbuka.Hal ini
meningkatkan luas permukaan darah yang tersedia untuk pertukaran.Selain itu
membran alveolus lebih teregang daripada normal selama olahraga karena volume
tidal yang lebih besar (bernapas dalam).Peregangan ini menambah luas
permukaan alveolus dan mengurangi ketebalan membrane alveolus.Secara
kolektif, perubahn-perubahan ini mempercepat pertukaran gas selama
olahraga.Namun, beberapa keadaan patologis dapat sangat mengurangi luas
permukaan paru dan pada gilirannya menurunkan kecepatan pertukaran
gas.Keadaan yang paling jelas adalah pada emfisema, alveolus yang lenyap
sehingga ruang-ruang udara menjadi lebih besar tetapi lebih sedikit.Berkurangnya
luas permukaan untuk pertukaran juga berkaitan dengan kolapsnya sebagian paru
serta juga ditimbulkan oleh pengangkatan sebagian jaringan paru secara bedah,
misalnya dalam mengobati kanker paru.

b. Efek ketebalan pada pertukaran gas


Kurang adekuatnya pertukaran gas juga dapat terjadi akibat ketebalan sawar
yang memisahkan udara dan darah bertambah secara patologis. Dengan
bertambahnya ketebalan, kecepatan pemidahan gas berkurang karena gas
memerlukan waktu yang lebih lama untuk berdifusi pada (1) edema paru, yaitu
akumulasi berlebihan cairan interstisium antara alveolus dan kapiler paru akibat
peradangan paru atau gagal jantung kongestif sisi kiri, (2) fibrosis paru, yaitu
penggantian jaringan paru oleh jaringan ikat tebal sebagai respons terhadap iritasi
kronik tertentu; dan (3) pneumonia, yang ditandai oleh akumulasi cairan
peradangan didalam atau sekitar alveolus. Pneumonia umumnya disebabkan oleh
infeksi bakteri atau virus pada paru, tetapi hal ini juga dapat disebabkan oleh
aspirasi tak-sengaja (tersedak) makanan atau muntahan.

c. Efek konstanta difusi pada pertukaran gas


17
Kecepatan pemindahan gas berbanding lurus dengan konstanta difusi, yaitu
suatu konstanta yang berkaitan dengan kelarutan gas tertentu di jaringan paru dan
dengan berat molekulnya.Konstanta difusi untuk CO2 adalah 20 kali lipat daripada
untuk O2 karena CO2 jauh lebih mudah larut dalam jaringan tubuh dibandingkan
O2. Karena itu, kecepatan difusi CO2, menembus membrane pernapasan 20 kali
lebih cepat dibandingkan dengan O2 untuk gradient tekanan parsial yang sama.
Perbedaan dalam konstanta difusi ini dalam keadaan normal mengimbangi
perbedaan dalam gradient tekanan parsial yang terdapat untuk O2 dan CO2
menembus membrane kapiler alveolus. Gradient tekanan parsial CO 2 adalah 6
mmHg (PCO2 di darah 46 mmHg; PCO2 di alveolus 40 mmHg), dibandingkan
dengan gradient O2 sebesar 60 mmHg (PO2 di alveolus 100 mmHg; PO2 di darah 40
mmHg).
Dalam keadaan normal, jumlah O2 dan CO2 yang dipertukarkan hampir
sama-senilai respiratory quotient.Meskipun darah dalam volume tertentu
menghabiskan waktu tiga perempat detik melewati jaringan kapiler paru, P O2 dan
PCO2 telah mengalami penyeimbangan dengan tekanan parsial alveolus pada saat
darah tersebut baru melintasi sepertiga panjang kapiler paru.Hal ini berarti bahwa
dalam keadaan normal memiliki cadangan difusi yang besar, suatu kenyataan yang
menjadi sangat penting selama berolahraga berat.Waktu yang dihabiskan oleh
darah dalam transit di kapiler paru berkurang seiring dengan meningkatnya aliran
darah paru akibat peningkatan curah jantung yang menyertai olahraga. Bahkan
dengan waktu yang lebih sedikit untuk pertukaran, PO2 dan PCO2 darah dalam
keadaan normal dapat seimbang dengan kadar alveolus karena cadangan difusi
paru tersebut.
( Sherwood, 2013 )

d) Pertukaan gas menembus kapiler sistemik juga terjadi dengan menuruni


gradient tekanan parsial
1) Gradient PO2 dan PCO2 melintasi kapiler sistemik
Sel-sel secara terus menerus mengonsumsi O2 dan menghasilkan CO2
melalui metabolism oksidatif. PO2 sel rerata adalah sekitar 40 mmHg dan PCO2
sekitar 46 mmHg, meskipun angka-angka ini sangat bervariasi, bergantung
pada tingkat aktivitas metabolic sel. Oksigen berpindah melalui difusi
mengikuti penurunan gradient tekanan parsialnya dari darah kapiler sistemik
18
(PO2=100 mmHg) ke dalam sel sekitar (PO2=40 mmHg) hingga tercapai
keseimbangan. Karena itu, dengan PO2 jaingan sebesar 40 mmHg.
2) Difusi neto o2 dan co2antara alveolus dan jaringan
Difusi bersih O2 terjadi pertama-tama antara alveolus dan darah lalu
antara darah dan jaringan karena adanya gradient tekanan parsial O 2 yang
tercipta oleh penyaluran terus menerus O2segar yang disediakan oleh jaringan.
Difusi bersih CO2 terjadi dalam arah berlawanan, pertama antara jaringan dan
darah lalu antara darah dan alveolus karena adanya gradient tekanan parsial
CO2 yang tercipta berkat pembentukan terus-menerus CO 2 di sel dan
pengeluaran terus-menerus CO2 alveolus melalui proses ventilasi alveolus.
( Sherwood, 2013 )

2. Transpor Gas
a) Transpor Gas antara Paru-paru dan Jaringan
Selisih tekanan parsial antara O2 dan CO2 merupakan kunci dari pergerakan
O2 yang mengalir masuk dari alveoli ke dalam jaringan melalui darah, sedangkan
CO2 mengalir dari jaringan ke alveoli melalui pembuluh darah.Akan tetapi,
jumlah kedua gas yang ditranspor ke jaringan dan dari jaringan secara keseluruhan
tidak cukup bila seandainya O2 tidak larut dalam darah dan bergabung dengan
protein pembawa O2 hemglobin. Demikian juga CO2 yang larut masuk ke dalam
serangkaian reaksi kimia reversible (kembali seperti semula) yang mengubah
menjadi senyawa lain. Adanya hemoglobin menaikkan kapasitas pengangkutan O 2
dalam darah sampai 70 kali dan reaksi CO2 menaikkan kadar CO2 dalam darah
menjadi 17 kali.
Alveolus paru di dekat suatu kapiler memperlihatkan difusi molekul O2 di
antara udara alveolus dan daerah paru. Meskipun demikian, PO 2 darah vena yang
sedang memasuki kapiler hanya 40 mmHg. Sejumlah O 2 telah dikeluarkan dari
darah ketika mengalir melalui kapiler jaringan. PO2 di dalam alveolus adalah 104
mmHg 40 mmHg = 64 mmHg, jauh lebih banyak O 2 yang berdifusi ke dalam
kapiler paru daripada dalam darah. Peningkatan progresif PO 2 terjadi dalam darah
ketika sedang mengalir melalui kapiler. Udara alveolus sebelum mencapai titik
tengah kapiler menjadi 104 mmHg, tetapi sejumlah kecil vena paru yang melintasi
alveoli gula darah yang terkandung tercampur dengan darah yang teroksigenasi
dalam jantung kiri sehingga PO2 dalam aorta menjadi sekitar 95 mmHg.
19
b) Difusi O2 dari Kapiler ke Cairan Interstisial
Pada kapiler jaringan O2 berdifusi di dalam jaringan dengan suatu proses
yang pada dasranya sama dengan yang terjadi dalam paru-paru. PO 2 dalam cairan
interstisial tepat di luar suatu kapiler berubah sekitar 40 mmHg, sedangkan dalam
arteri 95 mmHg da nada ujung kapiler 55 mmHg. Hal ini menyebabkan difusi O 2
saat darah mengalir telah berdifusi dalam jaringan dan PO2 kapiler telah mendekati
tekanan O2 di dalam cairan jaringan yaitu sebesar 40 mmHg. Akibatnya, darah
vena yang meninggalkan kapiler jaringan mengandung O 2 dengan tekanan yang
sama dengan tekanan di luar kapiler jaringan yaitu 40 mmHg.
c) Difusi O2 dari Cairan Interstisial ke dalam Sel
Oleh karena O2 selalu digunakan oleh sel, maka PO 2 intrasel tetap lebih
rendah daripada PO2 cairan interstisial.O2 berdifusi melalui membrane sel dengan
sangat cepat. Jarak yang cukup besar antara kapiler dan sel PO2 intersel normlanya
5-60 mmHg, diperlukan tekanan oksigen 1-3 mmHg untuk menyokong proses
metabolic sel.
1) Pengangkutan O2 ke jaringan
Sistem pengangkutan O2 dalam tubuh terdiri atas paru-paru dan sistem
kardiovaskular.O2 yang masuk ke jaringa tergantung pada jumlah O 2 yang
masuk ke dalam paru-paru, pertukaran gas yang cukup pada paru-paru, aliran
darah ke jaringan, dan kapasistas pengangkutan O2 oleh darah.Aliran darah
tergantung pada derajat konsentrasi (vascular bed) dalam jaringan dan curah
jantung (cardiac output).Jumlah O2 dalam darah ditentukan oleh jumlah O 2
yang larut, hemoglobin, dan affinitas (ikatan kimia) hemoglobin.
Transpor oksigen melalui beberapa tahap berikut ini.
o Tahap I.
O2 atmosfer dapat masuk ke dalam paru-paru dan pada waktu kita menarik
napas.Tekanan parsial oksigen dalam atmosfer 159 mmHg.Dalam alveoli
komposisi udara berbeda dengan komposisi udara atmosfer.Tekanan
parsial O2 dalam alveoli sebesar 105 mmHg.

o Tahap II.

20
Darah mengalir dari paru-paru menuju ke jantung untuk mengambil O2
yang berada daalm alveoli.Dalam darah ini terdapat O 2 yang mempunyai
tekanan parsial 40 mmHg.Karena adanya perbedaan tekanan parsial itu,
apabila tiba pada pembuluh darah kapiler yang berhubungan dengan
membrane alveoli, maka O2 yang berada dalam alveoli dapat berdifusi
masuk ke dalam pembuluh kapiler. Setelah terjadi proses difusi, tekanan
parsial O2 dalam pembuluh darah menjadi 100 mmHg.
o Tahap III.
O2 yang telah berada dalam pembuluh darah diedarkan ke seluruh
tubuh.Ada dua mekanisme peredaran O2 dalam darah yaitu O2 yang larut
dalam plasma darah yang merupakan bagian terbesar dan sebagian kecil
O2 yang terikat pada hemoglobin dalam darah.Derajat kejenuhan
hemoglobin dengan O2 tergantung pada tekanan parsial CO2 atau pH dan
jumlah O2 yang diangkut ke jaringan serta tergantung pada jumlah
hemoglobin dalam darah.
o Tahap IV.
Sebelum sampai pada sel yang membutuhkan O 2, darah dibawa melalui
cairan interstisial terlebih dahulu.Tekanan parsial O2 dalam cairan
intrestisial adalah 20 mmHg.Perbedaan tekanan parsial O 2 dalam
pembuluh darah arteri (100 mmHg) dengan tekanan pasial O2 dalam cairan
interstisial (20 mmHg) menyebabkan terjadinya difusioksigen yang cepat
dari pembuluh kapiler ke dalam cairan interstisial.
o Tahap V.
Tekanan parsial O2 dalam sel berkisar antara 0-20 mmHg.O2 dari cairan
interstisial berdifusi masuk ke dalam sel. Saat berada dalam sel O 2 ini
digunakan untuk reaksi metabolisme yaitu reaksi oksidasisenyawa yang
berasal dari makanan (karbohidrat, lemak, dan protein) menghasilkan H 2O,
CO2, dan energy. Penggunaan oksigen oleh sel dan transport CO2 keluar
dari sel lalu masuk ke dalam pembuluh vena.
2) Reaksi hemoglobin dan oksigen
Dinamika reaksi hemoglobin sangat cocok untuk mengangkut
O2.Hemoglobin adalah protein yang terikat pada rantai polipeptida yang
dibentuk oleh profirin dan satu atom besi ferro.Masing-maisng atom besi

21
dapat mengikat secara reversible (kembali pada keadaan semula) dengan satu
molekul O2.Besi berada dalam bentuk ferro (mengandung zat besi) sehingga
reaksinya adalah oksigenasi (proses penambahan O2) bukan oksidasi (reaksi
O2).
3) Transpor CO2
Kelarutan CO2 dalam darah 20 kali kelarutan O2 sehingga terdapat
lebih banyak CO2 daripada O2.Dalam larutan sederhana, CO2 berdifusi dalam
sel darah merah dengan cepat mengalami hidrasi menjadi H2CO3 sebab adanya
anhydrase (berkurangnya sekresi keringat) karbonat yang berdifusi ke dalam
plasma.Penurunan kejenuhan hemoglobin terhadap O2 pada darah melalui
kapiler-kapiler jaringan memperbaiki kapasitas dapar sebab deoxigeneted
hemoglobin mengikat lebih banyak H+ lebih daripada oxyhemoglobin.Sebagian
dari CO2 dalam sel darah merah bereasi dengan gugus amino dari protein,
hemoglobin membentuk senyawa karbamino hemoglobin (kombinasi CO 2
dengan hemoglobin).
Besarnya kenaikan kapasitas darah mengangkut CO2 ditunjukkan oleh
selisih antara garis kalarutan CO2 dan garis kadar total CO2. Di antara 49 ml
CO2 dalam darah arterial, 2,6 ml adalah senyawa karbamino dan 43,8 ml
dalam HCO3. Dalam jaringan 3,7 ml CO2 + 0,4 ml berada dalam larutan, 0,8
ml membentuk karbamino dan 2,5 ml membentuk HCO 3, pH darah turun dari
7,4 menjadi 7,36. Dalam paru-paru proses dibalik 3,7 ml CO 2 dilepaskan ke
dalam alveoli. Dalam bentuk ini, 200 ml CO 2 per menit dihasilkan pada waktu
istirahat dan jumlah ini lebih banyak daripada waktu bekerja, kemudian
ditranspor dari jaringan ke paru-paru dan diekskresikan.
4) Transpor CO2 ke dalam Paru-paru
CO2 akan terus dibentuk dalam jumlah besar di dalam sel, PO 2 intersel
cenderung meningkat. Akan tetapi, difusi CO 2 20 kali lebih mudah daripada
difusi O2 sehingga CO2 berdifusi dari sel dengan sangat cepat ke dalam cairan
interstisial dan masuk ke dalam darah kapiler.
Darah arteri yang sedang memasuki kapiler jaringan mengandung CO 2
dengan tekanan 40 mmHg. Ketika darah mengalir melalui kapiler PCO2, darah
tersebut meningkat mendekati PCO2. Tekanan cairan interstisial sebesar 45
mmHg terjadi karena koefisien (konstan) difusi CO2 sangat besar. PCO2 darah

22
yang meninggalkan kapiler dan masuk ke vena 45 mmHg untuk mencapai
keseimbangan sempurna dengan PCO2 cairan interstisial.
Pengeluaran karbon dioksida dari paru: ketika tiba di paru-paru PCO2
darah vena kira-kira 45 mmHg, sedangkan PCO 2 alveolus 40 mmHg.
Perbedaan tekanan awal untuk difusi hanya 5 mmHg jauh lebih kecil daripada
difusi O2 yang melintasi membrane tersebut. Namun demikian, koefisien
difusi CO2 di dalam darah cepat dipindahkan ke dalam alveoulus sehingga
PCO2 darah kapiler paru hampir sama dengan PCO 2 alveolus dari perjalanan
darah melalui kapiler paru.
(Syaifuddin, 2013)

F Kontrol/ Pengendalian Pernapasan

Jumlah gerak pernapasan pada orang dewasa adalah 16 hingga 18 kali setiap satu
menit. Jumlah ini lebih besar pada masa kanak-kanak dan bayi serta pada saat menderita
penyakit tertentu. Beberapa faktor dapat memperlambat laju pernapasan.
Seperti denyut jantung, bernapas harus berlangsung dalam pola yang kontinu dan
siklik untuk mempertahankan proses-proses kehidupan. Otot jantung harus berkontraksi dan
berelaksasi secara ritmis untuk secara bergantian mengosongkan jantung dari darah dan
mengisinya kembali. Demikian juga, otot-otot inspirasi harus secara berirama berkontraksi
dan berelaksasi untuk secara bergantian mengisi paru dengan udara dan mengosongkannya.
Kedua aktivitas ini berlangsumg secara otomatis, tanpa upaya sadar. Namun, mekanisme dan
kontrol yang mendasari kedua sistem ini sangat berbeda.
Ada dua faktor yang mengendalikan pernapasan yaitu pengendalian oleh saraf dan
pengendalian secara kimiawi.
1. Pengendalian oleh saraf
Walaupun gerak pernapasan dapat diatur oleh kemauan untuk waktu yang
pendek, biasanya gerak ini merupakan suatu gerakan otomatis di bawah kendali
sistem saraf.
Di medula oblongata terdapat suatu kumpulan sel saraf yang dikenal dengan
nama pusat pengendalian pernapasan. Dari pusat ini, impuls saraf mengalir melalui
serabut-serabut saraf khas dan sampai ke otot diafragma dan otot-otot pernapasan lain.

23
2. Pengendalian secara kimiawi
Pusat pengendalian pernapasan sangat peka (sensitif) terhadap kehadiran
karbon dioksida (asam karbonat) dalam darah. Jika produksi Karbon dioksida
bertambah, misalnya pada saat otot bergerak secara berlebihan, pusat pengendalian
pernapasan menjadi terangsang.
Hal ini mengakibatkan pengaliran impuls saraf ke otot-otot pernapasan untuk
mempercepat dan memanjangkan gerakan pernapasan agar karbon dioksida yang
berlebihan itu dapat dikeluarkan dari tubuh. Pusat pengendalian pernapasan
menentukan jumlah karbon dioksida di dalam darah serta menentukan jumlah dan
lama pernapasan.
(Saputra & Dwisang)

1. Pusat pernapasan di batang otak membentuk pola bernapas yang ritmik.


Sementara jantung dapat menghasilkan irama sendiri melalui aktivitas pemacu
intrinsiknya, otot-otot pernapasan, karena otot rangka, berkontraksi hanya jika di
rangsang oleh saraf mereka.Pola bernapas ritmik dihasilkan oleh aktivitas sraf siklik
ke otot-otot pernapasan. Dengan kata lain, aktivitas pemacu yang menciptakan irama
napas terletak di pusat kontrol pernapasan di otak, bukan di paru atau otot pernapasan
itu sendiri. Saraf yang menuju ke system pernapasan sangat esensial untuk
mempertahankan bernapas dan secara refleks menyesuaikan tingkat ventilasi untuk
menyamai kebutuhan terhadap penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 yang berubah-
ubah, selain itu, tidak seperti aktivitas jantung, yang tidak berada di bawah kontrol
kesadaran, aktivitas pernapasan dapat dimodifikasi secara sadar agar kita dapat
berbicara, bernyanyi, bersiul, bermain alat musik tiup, atau menahan napas selagi
berenang
a. Komponen kontrol saraf pada respirasi.
Saraf pada respirasi melibatkan tiga komponen berbeda:
1) Faktor yang menghasilkan irama inspirasi/ ekspirasi secara bergantian,
2) Faktor yang mengatur besar ventilasi (yaitu kecepatan dan kedalaman
bernapas) untuk memenuhi kebutuhan tubuh, dan
3) Faktor yang memodifikasi aktivitas pernapasan untuk tujuan lain. Modifikasi
yang terakhir ini mungkin bersifat volunteer, misalnya dalam mengontrol
napas untuk berbicara, atau involunter, misalnya maneuver pernapasan yang
berkaitan dengan batuk.
24
Pusat kontrol pernapasan yang tedapat di batang otak menghasilkan pola
bernapas yang berirama. Pusat kontrol pernapasan primer, pusat repirasi di
madula, terdiri dari beberapa agregat badan saraf didalam medulla yang
menghasilkan sinyal ke otot-otot pernapasan. Selain itu, dua pusat pernapasan lain
terletak lebih tinggi di batang otak di pons pusat pneumotaksik dan pusat
apneustik. Kedua pusat di proses di pons ini memengaruhi sinyal keluaran dari
pusat pernapasan di medulla.

b. Neuron inspirasi dan ekspirasi di pusat di medula


Kita menghirup dan menghembuskan napas secara ritmis karena kontraksi
dan relaksasi bergantian otot-otot inspirasi, yaitu diafragma dan otot interkostalis
ekternal. Kontraksi dan relaksasi otot-otot ini diperintah oleh pusat respirasi di
medula, yang mengirimkan sinyal ke badan sel (yang terletak di medulla spinalis)
neuron ,otorik yang mensyarafi otot ini.
Pusat pernapasan di medulla terdiri dari dua kelompok neuron yang di kenal
sebagai kelompok respiratorik dorsal dan kelompok respiratorik ventral.
1) Kelompok respiratorik dorsal (KDR) terutama terdiri dari neuron-neuron
inpiratorik yang serat-serat desendennya berakhir di neuron motorik yang
mensyarafi otot inspirasi.
2) Kelompok respiratorik ventral (KRV) terdiri dari neuron-neuron inspiratorik
dan ekspiratorik, yang kedeuanya tetap inaktif selama bernapas normal
tenang.

c. Pembentukan irama pernapasan


Berlawanan ndengan yang diketahui sebelumnya, KDR tidak menghasilkan
irama dasar ventilasi.Pembentukan irama pernapasan sekarang secara luas di
percayai terletak di kompleks pra-Botzinger, suatu region yang terletak dekat
dengan ujung atas (kepala) KRV.
1) Irama bernapas dihasilkan oleh kompleks pra-Botzinger , yang
memperlihatkan aktivitas pemacu dan mengaktifkan neuron-neuron inspirasi
yang terletak di kelompok respirasi dorsal (KDR) pusat kontrol pernapasan di
medulla. Ketika neuron-neuron inspirasi ini melepaskan muatan, impuls
akhirnya mencapai otot-otot inspirasi ntuk menimbulkan inspirasi.

25
2) Ketika neuron-neuron inspirasi berhenti melepaskan muatan, otot-otot
inspirasi melemas dan terjadi ekspirasi. Jika akan terjadi ekspirasi aktif maka
otot-otot ekspirasi di aktifkan oleh impuls dari neuron ekspirasi di kelompok
respirasi ventral pusat kontrol pernapasan medulla.

d. Pengaruh dari pusat pneumotaksik dan apneustik


Pusat pernapasan di pons melakukan penyesuaian halus terhadap pusat di
medula untuk membantu menghasilkan inspirasi dan ekspirasi yang normal dan
halus.Pusatpneumotaksik mengirim impuls ke KDR yang membantu
memadamkan neuron-neuron inspiratorik sehingga durasi inspirasi
dibatasi.Sebaliknya, pusat apneustik mencegah neuron-neuron inspiratorik
dipadamkan, sehingga dorongan inspirasi meningkat.Dengan sistem periksa-dan-
seimbangkan, pusat pneumotaksik mendominasi pusat apneustik, membantu
menghentikan inspirasi dan membiarkan ekspirasi terjadi secara normal. Tanpa
rem pneumotaksik ini, pola bernapas akan berupa tarikan napas panjang yang
terputus mendadak dan singkat oleh ekspirasi.

e. Refleks hering-breuer
Ketika volume tidal besar (lebih dari 1 liter), misalnya sewaktu olahraga,
refleks Hering-Breuer terpicu untuk mencegahinflasi paru berlebihan.Reseptor
regang parudi lapisan otot polos saluran napas diaktifkan oleh pergangan paru
pada volume tidal yang besar.

2. Kekuatan ventilasi disesuaikan sebagai respons terhadap tiga faktor kimiawi


(PO2, PCO2 dan H+).
Seberapapun O2 yang diekstraksi dari darah atau CO2 yang ditambahkan ke
dalamnya di tingkat jaringan, Po2dan Pco2 darah arteri sistemik yang meninggalkan
paru dijaga konstan, yang menunjukkan bahwa kandungan gas darah arteri diatur
secara akurat. Gas-gas darah arteri di pertahankan dalam kisaran normal yang sempit
dengan memvariasikan besar ventilasi (kecepatan dan kedalaman bernapas) untuk
menyamai kebutuhan tubuh terhadap ambilan O2 dan pengeluaran CO2. Jika lebih
banyak O2 yang diektraksikan dari alveolus dan lebih banyak CO 2 yang dikeluarkan
oleh darah karena jaringan melakukan metabolisme yang lebih aktif, ventilasi

26
meningkat untuk membawa masuk lebih banyak O 2 segar dan mengeluarkan lebih
banyak CO2.
a. Faktor dominan dalam regulasi ventilasi yang sedang berlangsung adalah Pco 2
arteri. Peningkatan Pco2 arteri adalah rangsangan kimiawi paling kuat untuk
meningkatkan ventilasi. Perubahan Pco2 arteri mengubah ventilasi dengan
menimbulkan perubahan setara pada konsentrasi H+ CES otak , yang terhadapnya
kemoreseptor sentral sangat peka.
b. Kemoreseptor perifer responsif terhadap peningkatan konsentrasi H+ arteri, yang
juga secara refleks menyebabkan peningkatan ventilasi. Penyesuaian CO 2
penghasil asam di darah arteri penting untuk mempertahankan keseimbangan
asam-basa di tubuh.

3. Penurunan PO2 arteri meningkat ventilasi hanya sebagai mekanisme darurat.


Po2 arteri dipantau kemoreseptor perifer yang dikenal sebagai badan karotis
dan badan aorta, yang masing-masing terletak di percabangan arteri karotis komunis
(yang mendarahi otak) di sisi kanan dan kiri di arkus aorta.Komoreseptor ini berespon
terhadap perubahan spesifik kandungan kimiawi darah arteri yang membasahi
mereka. Komoreseptor ini berbeda dari baroreseptor sinus karotis dan arkus aorta
yang terletak di daerah yang sama.

4. H+ yang dihasilkan oleh karbon dioksida di otak dalam keadaan normal adalah
pengatur utama ventilasi.
Berbeda dari PO2 arteri, yang tidak berkontribusi terhadap regulasi respirasi
dari menit ke menit, Pco2 arteri adalah masukan terpenting yang mengatur tingkat
ventilasi dalam keadaan istirahat. Peran ini sesuai karena perubahan pada ventilasi
alveolus memiliki dampak yang segera dan besar pada Pco 2 arteri. Sebaliknya,
perubahan pada ventilasi berefek kecil pada % saturasi Hb dan ketersediaan O2 bagi
jaringan hingga Po2 arteri turun lebih dari 40%. Bahkan penyimpangan kecil Pco 2
arteri dari nilai normal akan memicu reflex signifikan pada ventilasi. Peningkatan
Pco2 arteri secara refleks merangsang, pusat pernapasan, meningkatkan ventilasi
untuk mengeliminasi kelebihan CO2 ke atmosfer.Sebaliknya, penurunan Pco2 arteri
secara refleks mengurangi dorongan bernapas.Penurunan ventilasi yang kemudian
terjadi menyebabkan CO2 produk metabolik menumpuk sehingga Pco2 dapat kembali.
(Sherwood, 2013)

27
G Volume dan Kapasitas Paru-Paru
1. Volume paru-paru
Ada empat volume paru-paru yang bila semua dijumlahkan maka akan sama
dengan jumlah volume maksimal paru pada saat mengembang.
a) Volume tidal merupakan volume udara yang diinspirasikan dan diekspirasikan di
setiap pernapasan normal. Jumlah volume tidal adalah 500 ml.
b) Volume cadangan inspirasi merupakan volume tambahan udara yang dapat
diinspirasikan di atas volume tidal. Jumlah volume cadangan inspirasi adalah
3000 ml.
c) Volume cadangan ekspirasi merupakan jumlah udara yang masih dapat
dikeluarkan dengan ekspirasi tidal yang jumlah normalnya 1100 ml.
d) Volume sisa (volume residu) yaitu volume udara yang masih tersisa di dalam
paru-paru setelah ekspirasi kuat. Jumlah volume sisa adalah 1200 ml.
(Syaifuddin, 2013)

Gambar

2. Kapasitas Paru
28
Dalam peristiwa siklus paru-paru diperlukan untuk menyatukan dua volume
atau lebih. Kombinasi seperti ini disebut kapasitas paru-paru. Jenis kapasitas paru-
paru yaitu kapasitas inspirasi, kapasitas residu fungsional, kapasitas vital, dan
kapasitas total paru.
a) Kapasitas inspirasi
Kapasitas inspirasi merupakan volume tidal yang dijumlahkan dengan
volume cadangan inspirasi, jumlahnya 3500 ml. Kapasitas inspirasi
merupakan jumlah udara yang dapat dihirup oleh seseorang mulai pada tingkat
inspirasi normal dan mengembangkan paru-parunya sampai pada jumlah yang
maksimum.
b) Kapasitas residu fungsional (Kapasitas sisa fungsional)
Kapasitas residu fungsional merupakan volume cadangan ekspirasi yang
dijumlahkan dengan volume sisa. Dengan kata lain, jumlah udara yang tersisa di
dalam paru-paru pada akhir ekspirasi normal yang jumlahnya 2300 ml.
c) Kapasitas vital
Kapasitas vital merupakan volume cadanganinspirasi yang ditambah
dengan volume tidal dan volume cadangan ekspirasi.Kapasitas vital merupakan
jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan dari paru-paru setelah diisi
sampai batas maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-
banyaknya.Jumlah kapasitas vital adalah 4600 ml.
d) Kapasitas total paru
Adalah volume maksimum pengembangan paru-paru dengan usaha
inspirasi yang sebesar-besarnya kira-kira 5800 ml. Dengan kata lain, kapasitas
total paru-paru adalah jumlah dari keseluruhan volume paru-paru.
(Syaifuddin, 2013)

29
BAB III
PENUTUP

A Kesimpulan

Sistem pernapasan (respirasi) adalah keseluruhan proses yang melaksanakan


pemindahan pasif O2 dari atmosfer ke jaringan untuk menunjang metabolisme sel, serta
pemindahan pasif terus-menerus CO2yang dihasilkan oleh metabolisme dari jaringan ke
atmosfer, guna berperan dalam homeostasis. Fungsi utama sistem pernapasan adalah
memperoleh O2 dan untuk mentranspor CO2 yang diproduksi oleh sel-sel tubuh kembali ke
atmosfer.
Selama proses respirasi udara masuk ke dalam tubuh melalui strukturstruktur seperti
rongga hidung, faring, laring, trakea atau tenggorokan masuk kedalam paru- paru, bronkus
(cabang tenggorokan) dan bronkiolus, serta alveolus. Proses ini dikendalikan oleh saraf dan
secara kimiawi yang berpusat di hipotalamus.

B Saran

Demikianlah makalah yang dapat kami buat semoga dapat menjadi bahan
pembelajaran bagi kita semua agar kita dapat mengetahui segala sesuatu yang berhubungan
dengan fisiologi sistem pernapasan, khususnya apa-apa saja alat-alat pernapasan yang terlibat
dan bagaimana proses-proses berlangsungnya sistem pernapasan. Selain itu kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu kami meminta saran kepada
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian dan terima kasih.

30
DAFTAR PUSTAKA

Saputra, L., & Dwisang, E. L. (n.d.). Anatomi & Fisiologi untuk Perawat dan Paramedis.
Pamulang-Tangerang Selatan: Binapura Aksara.

Seidel, C. (2002). Basic concepts in physiology a students survival guide 1st ed. United States
of America : Mc Graw Hill.

Sherwood, L. (2013). Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem Ed.6. Jakarta: EGC.

Syaifuddin. (2013). Fisiologi Tubuh Manusia :untuk mahasiswa keperawatan ed 2. Jakarta:


Salemba Medika.

31

Anda mungkin juga menyukai