Anda di halaman 1dari 7

PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2008

ISSN : 1411 4216

CATALYTIC CRACKING ON HEAVY FRACTION OF CRUDE OIL


BY ALUMINIUM PILLARED MONTMORILLONITE: EFFECT OF
TEMPERATURE ON PRODUCT DISTRIBUTION

Is Fatimah*, Bayu Wiyantoko*, Arfahrudin Sanip*, Arif Hidayat**


Program Studi Ilmu Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
Kampus Terpadu UII, Jl. Kaliurang Km.14, Besi, Yogyakarta 55581,
email :isfatimah@fmipa.uii.ac.id
Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Kampus Terpadu UII, Jl.Kaliurang Km.14, Besi, Yogyakarta 5581.

Abstract

Research on heavy fraction of crude oil (HFCO cracking) by using


aluminium pillared montmorillonite has been investigated. Metal oxide of
aluminium has proposed to be effective catalyst in HFCO cracking based on its
surface acidity, thermal stability and specific surface area. Evaluation on cracking
reaction was performed in fixed bed reactor at the mass ratio of catalyst to
feed=1:5 and varied temperature of 200, 300 and 500oC. Activity of catalyst
determine by distribution of cracking product into three phase ( liquid, gas and
coke) and also composition of liquid product based on GC-MS analysis.
Result show that aluminium pillared montmorlilonite has activity in HFCO
cracking as shown by decreasing temperature needed to produce liquid product.

Key Words: Cracking, Pillarization, Crude Oil

Pendahuluan

Minyak bumi sebagai sumber energi utama yang saat ini digunakan merupakan
sumber energi yang tak terbarukan dan merupakan sumberdaya alam yang memberikan
kontribusi sangat besar pada perekonomian di Indonesia. Fraksi ringan minyak bumi
meliputi produk gas tercairkan dan fraksi gasolin hingga saat ini masih menjadi produk
yang memiliki nilai ekonomis yang besar karena cadangan minyak bumi dunia semakin
menurun. Berdasar tingginya kadar fraksi berat pada minyak mentah Indonesia (60%
berat), proses perengkatan katalitik diperlukan untuk memperoleh konversi tinggi. Katalis
heterogen berupa logam atau oksida logam teremban pada padatan pendukung menjadi
populer untuk keperluan ini. Faktor utamanya adalah pentingnya aktivitas, selektifitas
dan stabilitas termal katalis pada temperatur yang tinggi. Dalam hal ini, peranan logam
dan pengemban sama pentingnya salahsatunya untuk mencegah terjadinya sintering
logam selama proses(Gil et a.l, 2000).
Lempung smektit adalah salah satu jenis mineral yang memiliki potensi sebagai
katalis sekaligus sebagai pengemban katalis logam atau oksida logam. Montmorillonit

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK C-051-1


UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2008
ISSN : 1411 4216

alam yang dikenal dengan nama bentonit merupakan salah satu mineral yang potensial di
Indonesia merupakan salah satu tipe lempung smektit dan berdasar strukturnya dapat
dilakukan modifikasi melalui proses pilarisasi menggunakan logam transisi. Pada antar
lapis silika dapat dilakukan dispersi oksida logam sehingga struktur lebih kuat dan luas
permukaan serta stabilitas termal tinggi. Teknik yang umum digunakan meliputi
interkalasi agen pemilar (kation yang akan disisipkan) berupa kation polihidroksi,
dilanjutkan dengan proses pembentukan oksida logam (oksidasi) dan kalsinasi (Gil et.al,
2000).
Diantara beberapa logam, oksida logam aluinium (Al2O3) adalah jenis oksida
yang paling banyak dipelajari sebagai oksida pemilar. Perubahan luas permukaan spesifik
material serta stabilitas termal yang relatif tinggi dibandingkan montmorillonit alam
secara teoritis mampu menaikkan aktivitasnya pada reaksi-reaksi bertemperatur tinggi,
termasuk di dalamnya reaksi perengkahan hidrokarbon rantai panjang (Moreno et al.,
1997). Berdasar potensinya untuk memberikan solusi sintesis material katalis
perengkahan dengan kinerja tinggi disertai peningkatan efisiensi ekonomis, sintesis
lempung terpilar oksida aluminium (selanjutnya disebut Al2O3-montmorillonit) dan
aplikasinya sebagai katalis perengkahan fraksi berat minyak bumi merupakan kajian yang
menarik untuk dilakukan. Fokus penelitian yang dipaparkan pada makalah ini adalah
pada aktivitas Al2O3-montmorillonit didasarkan pada parameter distribusi produk
perengkahan dan komposisi produk cair. P
Metode Penelitian
Alat dan Bahan : Bahan utama yang digunakan dalam penelitian meliputi
montmorillonit bentonit alam asal Boyolali Jawa Tengah, AlCl3.6 H2O buatan E.Merck,
gas O2 dan gas N2 untuk proses kalsinasi dan oksidasi. Alat dan Instrumen utama
meliputi: reaktor uji aktivitas katalis, reaktor kalsinasi dan oksidasi, serta instrumen
analisis meliputi surface area analyzer NOVA 1000 dan Gas Chromatography-Mass
Spectrometer(GC-MS).
Jalannya Penelitian : Setelah mengalami preparasi, terhadap lempung dilakukan sintesis
Al2O3-montmorillonit sesuai prosedur yang telah dilaporkan (Fatimah et al., 2008).
Kondisi spesifik untuk penelitian ini adalah mmol Al/massa lempung 5 mmol/gram dan
rasio -OH/Al dalam sintesis ion Keggin = 1,0.
Uji aktivitas katalis dilakukan menggunakan fixed bed reactor pada variasi
temperatur (200, 300 dan 400oC), rasio massa katalis: umpan= 1 : 5, kolom pendingin air
es dengan panjang 5 m dan N2 sebagai gas pembawa diset pada laju alir 3 mL/detik.
Umpan diperoleh dari distilasi fraksinasi terhadap minyak mentah pada tekanan tekanan
300 mmHg dan temperatur >250oC.
Hasil dan Pembahasan
Prinsip pilarisasi lempung smektit adalah interkalasi suatu agen pemilar berupa
polioksokation logam ke dalam antar lapis struktur silika melalui mekanisme pertukaran
ion dilanjutkan dengan pembentukan oksida dari logam pemilar dengan cara kalsinasi.
Karena pilar oksida berukuran lebih besar dan lebih stabil, efek dari pilarisasi adalah
melebarnya jarak antar lapis struktur silika (basal spacing d001) disertai adanya kenaikan
luas permukaan spesifik material serta keasaman padatan dari material(Hutson et.al,
1998). Untuk kepentingan ini, karakterisasi dilakukan menggunakan XRD, BET surface

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK C-051-2


UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2008
ISSN : 1411 4216

area analyzer dan gravimetri terhadap kemampuan penyerapan piridin. Data XRD dari
mineral montmorillonit alam (MA) serta Al2O3-montmorillonit hasil sintesis disajikan
pada Gambar 1, dan data pengukuran luas permukaan spesifik serta keasaman padatan
yang diperoleh disajikan pada Tabel 1.

Gambar 1. Difraktogram Montmorillonit Alam (MA) dan Al2O3-montmorillonit

Tabel 1. Data karakter fisikokimiawi Montmorillonit Alam dan Al2O3-montmorillonit


Parameter MA Al2O3-Mont
Luas permukaan 74,70 90,837
2
spesifik (m /g)
Keasaman 0,382 0,414
Permukaan (mmol
piridin/gram)
SiO2 26,14 5,68
Al2O3 25,06 6,89

Data XRD dan luas permukaan spesifik dari ketiga material menunjukkan peranan
penting proses aktivasi dan pilarisasi terhadap kristalinitas padatan serta perubahan
distribusi ukuran pori padatan. Meskipun perbandingan data XRD montmorillonit dengan
montmorillonit teraktivasi tidak menunjukkan peranan aktivasi secara signifikan, namun
kenaikan luas permukaan spesifik material menunjukkan adanya perubahan distribusi
ukuran pori/porositas material. Hal ini dikarenakan proses aktivasi pada dasarnya
bertujuan mereduksi mineral pengotor dari dalam sampel sehingga tidak dapat terlihat
dari adanya pergeseran difraktogram yang berkorelasi dengan basal spacing d001. Lain
halnya dengan proses pilarisasi, kenaikan luas permukaan spesifik padatan diikuti dengan

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK C-051-3


UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2008
ISSN : 1411 4216

pergeseran difraktogram spesifik pada sekitar 2=6,8o yang bersesuaian dengan basal
spacing d001 ke arah kiri menunjukkan masuknya oksida logam aluminium ke dalam antar
lapis struktur silika dari montmorillonit. Perubahan kedua karakter fisikokimiawi tersebut
berpengaruh pada keasaman permukaan sampel yang ditunjukkan dengan kenaikan
serapan NH3 pada permukaan padatan.Karakter keasaman inilah yang penting dalam
kontribusi peningkatan aktivitas katalitik reaksi perengkahan.
Aktivitas Katalitik
Uji aktivitas katalis pada perengkahan terhadap fraksi berat minyak bumi
direpresentasikan dari distribusi produk perengkahan disajikan melalui histogram pada
Gambar 2. Penyajian data distribusi produk (% produk) dari variasi kondisi reaksi, T-
menyatakan kondisi termal (tapa katalis), MA menunjukkan penggunaan montmorillonit
alam dan Al2O3-montmrillonit menunjukkan penggunaan montmorillonit terpilar oksida
aluminium sebagai katalis. Temperatur reaksi divariasi pada dua kondisi : 200oC dan
300oC.

100

75
% produk

50

25

0
T-200 T-300 MA-200 MA-300 Al2O3- Al2O3-
liquid Mont-200 Mont-300
gas
(katalis-temperatur)
coke
Gambar 2. Distribusi Produk Perengkahan Fraksi Berat Minyak Bumi dengan Variasi
Katalis dan Temperatur

Berdasar data pada Gambar 2, dapat disimpulkan bahwa perengkahan termal tidak
mampu menghasilkan fasa liquid. Hal ini sesuai dengan mekanisme termal dimana pada
tahapan reaksinya yang memegang peranan dalam reaksi inisiasi dan propagasi adalah
radikal bebas. Hal ini mendukung terjadinya reaksi -scicion (pemutusan ) seperti
berikut:

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK C-051-4


UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2008
ISSN : 1411 4216

R-CH CH CH R-CH + CH
2 2 3 CH
2 2 2 +H
Dari mekanisme yang terjadi, dalam reaksi perengkahan termal yang dominan
dihasilkan umumnya adalah etena yang dalam tekanan normal berada dalam fasa gas.
Sedangkan, pada mekanisme reaksi katalitik, adanya keasaman pada permukaan padatan
katalis mengendalikan terbentuknya karbokation yang stabil dan menstabilkan diri sesuai
dengan kemungkinan hiperkonjugasi dalam struktur. Mekanisme inilah yang akan
menentukan aktifitas sekaligus selektifitas dalam proses katalitik.
Selanjutnya dilakukan analisis komposisi liquid hasil perengkahan menggunakan
GC-MS. Kromatogram hasil perengkahan dibandingkan umpan disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Kromatogram (A) umpan (b)-(d) Hasil perengkahan pada 200oC, 300oC
dan 400oC

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK C-051-5


UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2008
ISSN : 1411 4216

Secara visual dari Gambar 3 terlihat efek perengkahan terhadap pola distribusi
senyawa hidrokarbon. Hasil perengkahan menunjukkan puncak-puncak dominan di
waktu retensi lebih kecil yang bersesuaian dengan komponen hidrokarbon pada titik didih
yang relatif lebih rendah. Artinya, distribusi menunjukkan peningkatan komponen fraksi
rendah lebih banyak. Namun demikian peranan kenaikan temperatur tidak dapat terlihat
dari kromatogram ini. Untuk memperlihatkan perbedaan komposisi sebagai fungsi dari
temperatur, analisis komponen fase liquid berdasar fraksi senyawa hidrokarbon
menghasilkan data berupa histogram pada Gambar 4.

120.00
99.64
100.00
78.35 76.89
Selektifitas (%)

80.00
C13-17
60.00
C>18
40.00
21.65 23.10
20.00
0.36
0.00
200 300 400
Temperatur Perengkahan (oC)

Gambar 4. Selektifitas Produk Perengkahan Sebagai Fungsi Dari Temperatur

Berdasar pola yang disajikan pada histogram dapat ditarik simpulan bahwa
mekanisme perengkahan terjadi sebagai fungsi dari temperatur. Hal ini ditunjukkan
dengan kenaikan selektifitas produk dalam range C13-C17 pada kenaikan temperatur.
Namun demikian, terlihat bahwa hasil reaksi yang diperoleh sejauh kondisi reaksi ini
tersusun dari komponen hidrokarbon C13 ke atas dan tidak memuat komponen
hidrokarbon pada fraksi bensin atau fraksi gas.
Hal ini berbeda dengan yang dilaporkan Agus (1999) dan Darwanta (2002)
dimana produk perengkahan memuat fraksi bensin meskipun dengan nilai selektifitas
yang tidak tinggi. Selain oleh jenis umpan yang digunakan (fraksi berat), kondisi reaksi
berlangsung pada tekanan normal menjadi penyebab hal ini.

Simpulan

Berdasar penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa simpulan sebagai
berikut:

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK C-051-6


UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2008
ISSN : 1411 4216

a. Sintesis Al2O3-montmorillonit berhasil dilakukan ditunjukkan dengan kenaikan luas


permukaan spesifik padatan diikuti dengan pergeseran difraktogram spesifik pada sekitar
2=6,8o yang bersesuaian dengan basal spacing d001 ke arah kiri menunjukkan masuknya
oksida logam aluminium ke dalam antar lapis struktur silika dari montmorillonit
b. Secara umum pilarisasi montorillonit membentuk Al2O3-montmorillonit menyebabkan
kenaikan aktivitas katalitiknya pada mekanisme perengkahan ditunjukkan dengan
kenaikan distribusi produk dalam fasa liquid relatif terhadap penggunaan montmorillonit
alam. Peranan katalis juga diperlihatkan dengan kenaikan selektifitas produk pada range
C13-C17 dari cairan sebagai efek dari kenaikan temperatur.

Pustaka
Agus, A., 1999. Penggunaan Katalis Lempung Bentonit pada Perengkahan Minyak
Bumi, Tesis S2, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Darwanta, 2004, Sintesis Lempung Terpilar Al2O3 sebagai Katalis pada Perengkahan
Fraksi berat Minyak Bumi, Tesis S2, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Fatimah, I., Narsito, Wijaya, K., 2008b, Peranan Teknik Preparasi Smektit Terpilar
Oksida Aluminium Terhadap Karakter Fisikokimiawi Material , Prosiding
Seminar Nasional Kimia XVIII, Diselenggarakan oleh Jurusan Kimia FMIPA
UGM 2008, Yogyakarta.
Gil, A., Vicente, A., Gandia, M., 2000, Main Factor Controlling the Texture of Zirconia
and Alumina Pillared Clay, Microporous and Mesoporous materials, 34, 115-
125.
Huston, N.D., Gualsoni, D.J. dan Yang, R.T., 1998, Synthesis and Characterization of
The Microporosity of Ion-Exchange Al2O3-Pillared Clays, Chem. Mater ., 10,
3707-3715
Moreno, S Kou,R., Molina, R. dan Poncelet, G., 1999, Al-, Al,Zr-, and Zr-Pillared
Montmorillonites and Saponites: Preparation, Characterization, and Catalytic
Activity in Heptane Hydroconversion, Journal of Catalysis 182, 174185

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK C-051-7


UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Anda mungkin juga menyukai