Anda di halaman 1dari 31

ANAMNESIS

Anamnesis Pasien

A. Identitas Pribadi

Nama : Suyani

Usia : 57 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Menikah

Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : Tamat SLTA

Alamat : Tempino

10

1
B. Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan Utama : Kebas-kebas pada kedua tangan

Telaah : Hal ini dialami OS dalam 3 minggu ini, OS juga

merasakan tubuhnya sering lemas walau tidak beraktifitas

dan mengeluhkan tidur terganggu akibat sering buang air

kecil pada malam hari. Penurunan berat badan juga

dirasakan OS.

BAK (+) lebih dari 3x/ pada malam hari.

BAB (+) Normal.

C. Riwayat Penyakit Terdahulu

Tidak Dijumpai

D. Riwayat Penyakit Keluarga

Ibu os menderita kencing manis

E. Riwayat Pemakaian Obat

Obat-obatan herbal

PEMERIKSAAN FISIK

2
Hasil Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Tampak sakit


Kesadaran : Compos mentis
Vital sign : TD : 120/70 mmHg
HR : 88x/menit
RR : 22 x/menit
Temperatur : 36,5 Celcius
BB: 55 kg TB: 160 cm. IMT: 21.4 kg/m2
Kesan: Normal

Status Generalisata
1. Pemeriksaan Kepala
- Bentuk kepala : Normocephal

Pemeriksaan Mata
- Palpebra : Edema (-/-)
- Konjungtiva : Anemis (-/-)
- Sklera : Ikterik (-/-)
- Pupil : Reflek cahaya (+/+), isokor

Pemeriksaan Telinga
- Deformitas (-/-), Nyeri tekan (-/-)

Pemeriksaan Hidung :
- Nafas cuping hidung (-/-), Deformitas (-/-)

Pemeriksaan Mulut
- Bibir sianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), tepi hiperemis (-), tremor (-).

2. Pemeriksaan Leher:
- Trakea : Deviasi trakea (-)
- Kelenjar limfe : Membesar (-)
- Kelenjar Tiroid : Tidak membesar
- JVP : Tidak meningkat

3. Pemeriksaan Thoraks
a. Paru-paru
Inspeksi : Simetris, retraksi dinding dada (-)
Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : SP: vesikuler, ST: ronkhi (-), wheezing (-)

4. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Simetris

3
Palpasi : Soepel, Nyeri tekan (-)
Hepar tak teraba
Lien tak teraba
Ginjal ballotement (-), nyeri ketok costovertebral(-)
Perkusi : Tympani, pekak alih (-)
Auskultasi : Peristaltik usus (+) normal

5. Pemeriksaan Ektsremitas
- Superior : Atrofi (-/-), deformitas (-), oedem (-), sianosis (-), ikterik
(-)
Reflek fisiologis (N/N), reflek patologis (-/-), akral
dingin (-/-)

- Inferior : Atrofi (-/-), deformitas (-), oedem (-), sianosis (-)ikterik(-)


Reflek fisiologis (N/N), reflek patologis(-/-), akral dingin
(-/-)

HASIL LABORATORIUM

KGD ad Random : 285 mg/dL

Diagnosis Banding

Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes Mellitus Tipe I

Diabetes Melitus Tipe lain

Diagnosis Kerja : Diabetes Melitus Tipe 2

. Terapi yang diberikan pada OS

A. Non-Farmakologis

1. Edukasi

Materi Edukasi yang diberikan pada OS adalah mengenai:

- Meningkatkan pengetahuan mengenai penyakit DM

- Mengubah gaya hidup

- Meningkatkan kepatuhan

4
- Meningkatkan kualitas hidup

2. Perencanaan diet atau kebutuhan kalori

Perencanaan diet yang diberikan pada OS adalah:

Pada penderita dengan berat badan 55 kg, tinggi badan 160 cm sebagai

berikut:

Berdasarkan Indeks Massa Tubuh ( IMT ) yaitu : BB(kg)/ TB(m2)

- Berat badan ideal : : 18,5 22,9 kg/m2

- Berat badan kurang : < 18, 5 kg/m2

- Berat badan lebih : 23,0 kg/m2

IMT penderita adalah 21, 4 termasuk kategori normal/ideal

Kebutuhan kalori pada pasien: BBI(Berat Badan Ideal), ( (TB-100)-10%

(160-100)-10%=54 kg

Kalori basal: BBI x 25 untuk wanita

54x25= 1350 kal

Koreksi berdasarkan umur, pekerjaan dan berat badan:

Umur pasien 40-59= -5%

Pekerjaan ibu rumah tangga kategori sedang = +20%

Berat badan normal berdasarkan IMT normal = 0%

= 1350+15%= 1350+203= 1553 kal

3. Latihan jasmani

Perencanaan latihan jasmani yang dianjurkan kepada OS adalah

dianjurkan latihan jasmani secara teratur ( 3-4 kali seminggu ) selama kurang

lebih 30 menit, yang sifatnya sesuai CRIPE ( Continous, Rhytmical, Interval,

Progressive, Endurance training). Untuk melakukan latihan jasmani sebaiknya

5
perlu diperhatikan juga beberapa hal sebagai berikut yaitu frekuensi merupakan

jumlah latihan per minggu sebaiknya dilakukan secara teratur 3- 5 kali per

minggu, intensitas berkisar antara 30-60 menit dan tipe ( jenis ) latihan non

pertandingan seperti jalan santai, senam jantung sehat dan senam DM

Terapi Farmakologis

Terapi farmakologis yang diberikan pada OS adalah sebagai berikut

- Metformin 3x1

- Vitamin B 12 1 x 1

A. Definisi Diabetes Melitus

6
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes

melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau

kedua-duanya. 1,2,3,4,5

B. Jenis-jenis Diabetes Melitus

Menurut Soegondo (2008) diabetes dibagi menjadi 4 yaitu :

1. Diabetes mellitus tipe I

Kebanyakan diabetes tipe I adalah anak-anak dan remaja yang pada

umumnya tidak gemuk. Setelah penyakit diketahui mereka harus langsung

menggunakan insulin. Pankreas sangat sedikit atau bahkan sama sekali tidak

menghasilkan insulin. Bila insulin tidak ada, maka glukosa dalam darah tidak

dapat masuk ke dalam sel dengan akibat kadar glukosa dalam darah meningkat.

Keadaan inilah yang terjadi pada diabetes mellitus tergantung insulin

2. Diabetes melitus tipe II

Diabetes ini sering terjadi pada orang dewasa atau berusia lanjut. Dalam

perjalanan penyakit diabetes tipe II tubuh pada mulanya tidak dapat menggunakan

insulin secara efektif . Ketika insulin t tidak dapat berfungsi dengan benar,

glukosa akan menetap dalam darah. Setelah cukup lama, glukosa akan bertambah

banyak di dalam darah .

3. Diabetes Gestasional (kehamilan)

7
Diabetes ini hanya terjadi pada saat kehamilan dan menjadi normal kembali

setelah persalinan.

4. Diabetes mellitus tipe lain

Kelainan pada diabetes tipe lain adalah akibat kerusakan atau kelainan fungsi

kelenjar pancreas yang dapat disebabkan oleh bahan kimia, obat-obatan atau

penyakit pada kelenjar tersebut.

C. Faktor Risiko Diabetes Melitus

Yang menjadi faktor risiko penyakit diabetes melitus adalah sebagai


berikut: 1,2,3,4,5

- Faktor keturunan/genetik

- Usia > 45 tahun

- Pola hidup dan makan yang salah

- Merokok

- Obesitas

- Riwayat TGT (Toleransi Glukosa Terganggu)

D. Patofisiologis

Pada penderita diabetes terdapat dua masalah utama yang berhubungan

dengan insulin dan gangguan skeresi insulin. Normalnya insulin akan

terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat

terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi

dalam metabolism glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes

disertai dengan penurunan reaksi intrasel Resistensi insulin pada diabetes

8
disertai dengan penurunan reaksi intrasel. Dengan demikian insulin

menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh

jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya

glukosa dalam darah, harus didapat peningkatan jumlah insulin yang

disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini

terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan

dipertahankan pada tingkat yang normal/sedikit meningkat. Namun

demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan

kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi

diabetes mellitus. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang

merupakan ciri khas diabetes mellitus, namun msih terdapat insulin

dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan

produksi keton yang menyertainya. Karena itu, ketoasidosis diabetik

jarang terjadi pada diabetes tipe II (Soewondo,2008).

E. Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus

Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes.

Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM

seperti di bawah ini: 1,2,3,4,5

Keluhan klasik DM berupa: poliuria, polidipsi, polifagia, dan penurunan

berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita

F. Pemeriksaan Penunjang

9
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis

penyakit DM antara lain: 1

- Glukosa darah puasa dan 2 jam post prandial

- A1C

- Profil lipid pada keadaan puasa (kolesterol total, HDL, LDL, dan trigliserida)

- Kreatinin serum

- Albuminuria

- Keton, sedimen, dan protein dalam urin

G .Diagnosis

Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah.

Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna

penentuan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan

adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma

vena. Penggunaan bahan darah utuh (whole blood), vena, ataupun kapiler

tetap dapat dipergunakan dengan memperhatikan angka-angka kriteria

diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Sedangkan untuk

tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan

menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer.

Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. 1,2,3,4

Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik

DM seperti di bawah ini:

Keluhan klasik DM berupa: poliuria, polidipsia, polifagia, dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

10
Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur,

dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita

Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara:

1. Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu >200

mg/dL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM

2. Pemeriksaan glukosa plasma puasa 126 mg/dL dengan adanya keluhan klasik.

3. Tes toleransi glukosa oral (TTGO). Meskipun TTGO dengan beban 75 g

glukosa lebih sensitif dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa plasma

puasa, namun pemeriksaan ini memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk

dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan karena

membutuhkan persiapan khusus. 1,2,3,4

Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM

bergantung pada hasil yang diperoleh, maka dapat digolongkan ke dalam

kelompok toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu

(GDPT). 1,2,3,4

1. TGT: Diagnosis TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO didapatkan

glukosa plasma 2 jam setelah beban antara 140 199 mg/dL (7,8-11,0 mmol/L).

2. GDPT: Diagnosis GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma

puasa didapatkan antara 100 125 mg/dL (5,6 6,9 mmol/L) dan pemeriksaan

TTGO gula darah 2 jam < 140 mg/dL. 1,2,3,4

11
Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus
H. Komplikasi

Menurut soegondo (2008) diabetes mellitus dapat mengalami komplikasi seperti

berikut :

a. Komplikasi Akut

1. Keoasidosis diabetik adalah keadaan yang disebabkan karena tidak adanya

insulin atau ketidakcukupan jumlah insulin, yang menyebabkan kekacauan

metabolism karbohidrat, protein, lemak. Ada tiga gambaran klinis ketoasidosis

diabetik yaitu dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis.

2.Koma hyperosmolar hyperglikemia non ketotik (HHNK), Sindrom HHNK

ditandai dengan Hiperglikemia,hiperosmolar tanpa ketosis

12
3. Hipoglikemi adalah penurunan kadar glukosa darah kurang dari 60 mg/dL.

Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang

berlebihan, asupan karbohidrat kurang atau aktivitas fisik yang berlebihan.

b. Komplikasi kronis

1. Mikroangiopati

Retinopati diabetikum disebabkan karena kerusakan pembuluh darah retina.

Faktor terjadinya retinopati diabetikum adalah lamanya menderita diabetes, umur

penderita, control gula darah, faktor sistematik (hipertensi)

Nefropati diabetikum yang ditandai dengan ditemukannya kadar protein yang

tinggi dalam urin yang disebabkan adanya kerusakan pada glomerulus, nefropati

diabetikum merupakan faktor resiko dari gagal ginjal kronik.

Neuropati diabetikum biasanya ditandai dengan hilangnya reflex. Selain ini juga

bisa terjadi poliradikulopati diabetikum yang merupakan suatu sindrom yang

ditandai dengan gangguan pada suatu atau lebih akar syaraf dan dapat disertai

dengan kelemahan motoric, biasanya dalam waktu 6-12 bulan.

2. Makroangiopati

Penyakit jantung koroner ditandai dengan diawali dari berbagai bentuk

dyslipidemia, hipertrigliseridemia dan penurunan kadar HDL. Pada diabetes

mellitus sendiri tidak meningkatan kadar LDL, namun sedikit kadar HDL

pada diabetes mellitussangat bersifat atherogemi karena mudah mengalami

glikolisasi dan oksidasi.

13
Penyakit Serebro vaskuler, pembuluh aterosklerotik dalam pembuluh darah

serebral atau pembentuk emboli ditempat lain dalam system pembuluh darah yang

kemudian terbawa aliran darah sehingga terjepit dalam pembuluh darah serebral

yang mengakibatkan serangan iskemik dan stroke.

Penyakit vaskuler perifer perubah aterosklerotik dalam pembuluh darah besar

pada ekstremis bawah menyebabkan okulasi arteri ekstremitas bawah. Tanda dan

gejalanya meliputi penurunan denyut nadi perifer dan klaudikatio intermiten

(nyeri pada betis pada saat berjalan).

I. Penatalaksanaan DM

1. Edukasi

2. Terapi Gizi Medis

3. Latihan Jasmani

4. Intervensi Farmakologis

Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani selama

beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai

sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral (OHO)

dan atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu, OHO dapat segera diberikan

secara tunggal atau langsung kombinasi, sesuai indikasi. Dalam keadaan

dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis, stres berat, berat badan

yang menurun dengan cepat, dan adanya ketonuria, insulin dapat segera diberikan.
1,2,3,4

14
Terapi Non Farmakologis

1. Edukasi

Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku

telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang diabetes memerlukan

partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi

pasien dalam menuju perubahan perilaku sehat. Untuk mencapai keberhasilan

perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya

peningkatan motivasi. 1,2,3,4

Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah mandiri, tanda dan gejala

hipoglikemia serta cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien. Pemantauan

kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat pelatihan

khusus. 1,2,3,4

Edukasi perubahan perilaku

Dalam menjalankan tugasnya, tenaga kesehatan memerlukan landasan

empati, yaitu kemampuan memahami apa yang dirasakan oleh orang lain.1

Prinsip yang perlu diperhatikan pada proses edukasi diabetes adalah:

- Memberikan dukungan dan nasehat yang positif serta hindari terjadinya

kecemasan

- Memberikan informasi secara bertahap, dimulai dengan hal-hal yang

sederhana

- Lakukan pendekatan untuk mengatasi masalah dengan melakukan simulasi

- Diskusikan program pengobatan secara terbuka, perhatikan keinginan

pasien. Berikan penjelasan secara sederhana dan lengkap tentang program

15
pengobatan yang diperlukan oleh pasien dan diskusikan hasil pemeriksaan

laboratorium

- Lakukan kompromi dan negosiasi agar tujuan pengobatan dapat diterima

- Berikan motivasi dengan memberikan penghargaan

- Libatkan keluarga/pendamping dalam proses edukasi

- Perhatikan kondisi jasmani dan psikologis serta tingkat pendidikan pasien

dan keluarganya

- Gunakan alat bantu audio visual

Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai

bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari

pengelolaan DM secara holistik.

Materi edukasi terdiri dari materi edukasi tingkat awal dan materi edukasi

tingkat lanjutan.1

a. Materi edukasi pada tingkat awal adalah:

- Materi tentang perjalanan penyakit DM Makna dan perlunya pengendalian

dan pemantauan DM secara berkelanjutan

- Penyulit DM dan risikonya

- Intervensi farmakologis dan non-farmakologis serta target pengobatan

- Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat hipoglikemik

oral atau insulin serta obat-obatan lain

- Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau

urin mandiri (hanya jika pemantauan glukosa darah mandiri tidak tersedia)

16
- Mengatasi sementara keadaan gawat darurat seperti rasa sakit, atau

hipoglikemia

- Pentingnya latihan jasmani yang teratur

- Masalah khusus yang dihadapi (contoh: hiperglikemia pada kehamilan)

- Pentingnya perawatan kaki

- Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.

b. Materi edukasi pada tingkat lanjut adalah :

- Mengenal dan mencegah penyulit akut DM

- Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM

- Penatalaksanaan DM selama menderita penyakit lain

- Makan di luar rumah

- Rencana untuk kegiatan khusus

- Hasil penelitian dan pengetahuan masa kinidan teknologi mutakhir tentang

DM

- Pemeliharaan/perawatan kaki.

Edukasi dapat dilakukan secara individual dengan pendekatan berdasarkan

penyelesaian masalah. Seperti halnya dengan proses edukasi, perubahan perilaku

memerlukan perencanaan yang baik, implementasi, evaluasi, dan dokumentasi.

c. Deteksi dini kelainan kaki risiko tinggi

Kaki yang berisiko tinggi antara lain:

- Kulit kaku yang kering, bersisik, dan retak-retak serta kaku, bulu-bulu

rambut kaki yang menipis

17
- Kelainan bentuk dan warna kuku (kuku yang menebal, rapuh, ingrowing

nail)

- Kalus (mata ikan) terutama di telapak

- Perubahan bentuk jari-jari dan telapak kaki dan tulang-tulang kaki yang

menonjol, bekas luka atau riwayat amputasi jari-jari

- Kaki baal, semutan, atau tidak terasa nyeri

- Kaki yang terasa dingin

2. Terapi Nutrisi Medis

Terapi Nutrisi Medis (TNM) merupakan bagian dari penatalaksanaan

diabetes secara total. Kunci keberhasilan TNM adalah keterlibatan secara

menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serta

pasien dan keluarganya). 1,2,3,4

Setiap penyandang diabetes sebaiknya mendapat TNM sesuai dengan

kebutuhannya guna mencapai sasaran terapi. 1,2,3,4

Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan

anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai

dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada penyandang

diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan,

jenis, dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat

penurun glukosa darah atau insulin. 1,2,3,4

Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari:1


Karbohidrat

- Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi.

- Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan

18
- Makanan harus mengandung karbohidrat terutama yang berserat tinggi.

- Gula dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang diabetes dapat

makan sama dengan makanan keluarga yang lain

- Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.

- Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti gula, asal tidak

melebihi batas aman konsumsi harian (Accepted Daily Intake)

- Makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan asupan karbohidrat dalam

sehari. Kalau diperlukan dapat diberikan makanan selingan buah atau

makanan lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.

Lemak

- Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori. Tidak

diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.

- Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori

- Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemak tidak jenuh

tunggal.

- Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung

lemak jenuh dan lemak trans antara lain: daging berlemak dan susu penuh

(whole milk).

- Anjuran konsumsi kolesterol < 200 mg/hari.

Protein

- Dibutuhkan sebesar 10 20% total asupan energi.

- Sumber protein yang baik adalah seafood (ikan, udang, cumi, dll), daging

tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-

kacangan, tahu, dan tempe.

19
- Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8

g/Kg BB perhari atau 10% dari kebutuhan energi dan 65% hendaknya

bernilai biologik tinggi.

Natrium

- Anjuran asupan natrium untuk penyandang diabetes sama dengan anjuran

untuk masyarakat umum yaitu tidak lebih dari 3000 mg atau sama dengan

6-7 gram (1 sendok teh) garam dapur. Mereka yang hipertensi, pembatasan

natrium sampai 2400 mg garam dapur.

- Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda, dan bahan

pengawet seperti natrium benzoat dan natrium nitrit.

Serat

- Seperti halnya masyarakat umum penyandang diabetes dianjurkan

mengonsumsi cukup serat dari kacang-kacangan, buah, dan sayuran serta

sumber karbohidrat yang tinggi serat, karena mengandung vitamin,

mineral, serat, dan bahan lain yang baik untuk kesehatan.

- Anjuran konsumsi serat adalah 25 g/hari.

Pemanis alternatif
- Pemanis dikelompokkan menjadi pemanis berkalori dan pemanis tak

berkalori. Termasuk pemanis berkalori adalah gula alkohol dan fruktosa.

- Gula alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol, mannitol, sorbitol dan

xylitol.

- Dalam penggunaannya, pemanis berkalori perlu diperhitungkan

kandungan kalorinya sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.

20
- Fruktosa tidak dianjurkan digunakan pada penyandang diabetes karena

efek samping pada lemak darah.

- Pemanis tak berkalori yang masih dapat digunakan antara lain aspartam,

sakarin, acesulfame potassium, sukralose, dan neotame.

- Pemanis aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman (Accepted

Daily Intake / ADI)

Kebutuhan kalori

Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan

penyandang diabetes. Di antaranya adalah dengan memperhitungkan kebutuhan

kalori basal yang besarnya 25-30 kalori/kgBB ideal, ditambah atau dikurangi

bergantung pada beberapa faktor seperti: jenis kelamin, umur, aktivitas, berat

badan, dll. 1,2,3,4

Perhitungan berat badan Ideal (BBI) dengan rumus Brocca yang dimodifikasi

adalah sbb:

- Berat badan ideal = 90% x (TB dalam cm - 100) x 1 kg.

- Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150

cm, rumus dimodifikasi menjadi :

Berat badan ideal (BBI) = (TB dalam cm - 100) x 1 kg.

BB Normal : BB ideal 10 %, Kurus : < BBI - 10 % ; Gemuk : > BBI +

10 %

Perhitungan berat badan ideal menurut Indeks Massa Tubuh (IMT).

Indeks massa tubuh dapat dihitung dengan rumus: IMT = BB(kg)/

TB(m2)

21
Klasifikasi IMT*

- BB Kurang < 18,5

- BB Normal 18,5-22,9

- BB Lebih 23,0 (Dengan risiko 23,0-24,9, Obes I 25,0-29,9 dan Obes II >

30)

Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain : 1,2,3,4

- Jenis Kelamin

Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria. Kebutuhan kalori

wanita sebesar 25 kal/kg BB dan untuk pria sebesar 30 kal/ kg BB.

- Umur

Untuk pasien usia di atas 40 tahun, kebutuhan kalori dikurangi 5% untuk

dekade antara 40 dan 59 tahun, dikurangi 10% untuk dekade antara 60 dan

69 tahun dan dikurangi 20%, di atas usia 70 tahun.

- Aktivitas Fisik atau Pekerjaan

Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan intensitas aktivitas fisik.

Penambahan sejumlah 10% pada pasien dengan aktivitas ringan, 20%

dengan aktivitas sedang, dan 30% dengan aktivitas berat.

- Berat Badan

Bila kegemukan dikurangi sekitar 10- 20% tergantung kepada tingkat

kegemukan. Bila kurus ditambah sekitar 20 %. Untuk tujuan penurunan

berat badan jumlah kalori yang diberikan paling sedikit 1000-1200 kkal

perhari untuk wanita dan 1200-1600 kkal perhari untuk pria. Makanan

sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut di atas dibagi dalam 3

22
porsi besar untuk makan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%), serta 2-

3 porsi makanan ringan (10-15%) di antaranya. Untuk meningkatkan

kepatuhan pasien, sejauh mungkin perubahan dilakukan sesuai dengan

kebiasaan. Untuk penyandang diabetes yang mengidap penyakit lain, pola

pengaturan makan disesuaikan dengan penyakit penyertanya. 1,2,3,4

3. Latihan jasmani

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali

seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam

pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar,

menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan.Lihat pada tabel Latihan

jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan

memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa

darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat

aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan

jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Untuk

mereka yang relatif sehat, intensitas latihan jasmani bisa ditingkatkan, sementara

yang sudah mendapat komplikasi DM dapat dikurangi. Hindarkan kebiasaan

hidup yang kurang gerak atau bermalas-malasan. 1,2,3,4

23
4. Intervensi Farmakologis

Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan

jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral (Obat
1,2,3,4,6
Hipoglikemik Oral/OHO) dan bentuk suntikan (Insulin).

a. Obat Hipoglikemik Oral

1. Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue):

o Sulfonilurea

o Glinid

2.Penambah sensitivitas terhadap insulin

Biguanid/Metformin

3. Penghambat glukosidase alfa (Penghambat absorbsi glukosa)

4. Incretin mimetic, penghambat DPP-4 (DPP-IV inhibitor)

24
1. Pemicu sekresi insulin

Sulfonilurea

Obat golongan ini sudah dipakai pada pengelolaan diabetes sejak tahun

1957. Berbagai macam obat golongan ini umumnya mempunyai sifat

farmakologis serupa, demikian juga efek klinis dan mekanisme kerjanya. Obat

golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta

pankreas, dan merupakan pilihan utama untuk pasien dengan berat badan normal

dan kurang. Namun masih boleh diberikan kepada pasien dengan berat badan

lebih. Untuk menghindari hipoglikemia berkepanjangan pada berbagai keadaaan

seperti orang tua, gangguan faal ginjal dan hati, kurang nutrisi serta penyakit

kardiovaskular, tidak dianjurkan penggunaan sulfonilurea kerja panjang. 1,2,3,4,6

Glinid

Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea,

dengan penekanan pada peningkatan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini

terdiri dari 2 macam obat yaitu Repaglinid (derivat asam benzoat) dan Nateglinid

(derivat fenilalanin). Obat ini diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian secara

oral dan diekskresi secara cepat melalui hati. Obat ini dapat mengatasi

hiperglikemia post prandial. 1,2,3,4,6

b. Peningkat sensitivitas terhadap insulin

Metformin

25
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati

(glukoneogenesis), di samping juga memperbaiki ambilan glukosa perifer.

Terutama dipakai pada penyandang diabetes gemuk. Metformin

dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal (serum kreatinin

>1,5 mg/dL) dan hati, serta pasienpasien dengan kecenderungan hipoksemia

(misalnya penyakit serebro-vaskular, sepsis, renjatan, gagal jantung). Metformin

dapat memberikan efek samping mual. Untuk mengurangi keluhan tersebut dapat

diberikan pada saat atau sesudah makan. Selain itu harus diperhatikan bahwa

pemberian metformin secara titrasi pada awal penggunaan akan memudahkan

dokter untuk memantau efek samping obat tersebut. 1,2,3,4,6

c. Penghambat Glukosidase Alfa (Acarbose)

Obat ini bekerja dengan mengurangi absorpsi glukosa di usus halus,

sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan.

Acarbose tidak menimbulkan efek samping hipoglikemia. Efek samping yang

paling sering ditemukan ialah kembung dan flatulens. 1,2,3,4,6

d. DPP-IV inhibitor

Glucagon-like peptide-1 (GLP-1) merupakan suatu hormon peptida yang

dihasilkan oleh sel L di mukosa usus. Peptida ini disekresi oleh sel mukosa usus

bila ada makanan yang masuk ke dalam saluran pencernaan. GLP-1 merupakan

perangsang kuat penglepasan insulin dan sekaligus sebagai penghambat sekresi

glukagon. Namun demikian, secara cepat GLP-1 diubah oleh enzim dipeptidyl

peptidase-4 (DPP-4), menjadi metabolit GLP-1-(9,36)- amide yang tidak aktif.

26
Sekresi GLP-1 menurun pada DM tipe 2, sehingga upaya yang ditujukan untuk

meningkatkan GLP-1 bentuk aktif merupakan hal rasional dalam pengobatan DM

tipe 2. 1,2,3,4

Peningkatan konsentrasi GLP-1 dapat dicapai dengan pemberian obat yang

menghambat kinerja enzim DPP-4 (penghambat DPP-4), atau memberikan

hormon asli atau analognya (analog incretin=GLP-1 agonis). Berbagai obat yang

masuk golongan DPP-4 inhibitor, mampu menghambat kerja DPP-4 sehingga

GLP-1 tetap dalam konsentrasi yang tinggi dalam bentuk aktif dan mampu

merangsang penglepasan insulin serta menghambat penglepasan glukagon. 1,2,3,4,6

a. Cara Pemberian OHO, terdiri dari:

- OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap

sesuai respons kadar glukosa darah, dapat diberikan sampai dosis

optimal

- Sulfonilurea: 15 30 menit sebelum makan

- Repaglinid, Nateglinid: sesaat sebelum makan

- Metformin : sebelum / pada saat / sesudah makan

- Penghambat glukosidase (Acarbose): bersama makan suapan pertama

- Tiazolidindion: tidak bergantung pada jadwal makan.

- DPP-IV inhibitor dapat diberikan bersama makan dan atau sebelum

makan.

Suntikan

27
Insulin

- Insulin diperlukan pada keadaan:

- Penurunan berat badan yang cepat

- Hiperglikemia berat yang disertai ketosis

- Ketoasidosis diabetik

- Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik

- Hiperglikemia dengan asidosis laktat

- Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal

- Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)

- Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali

dengan perencanaan makan

- Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat

- Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO

Jenis dan lama kerja insulin

- Berdasar lama kerja, insulin terbagi menjadi empat jenis, yakni:

- Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)

- Insulin kerja pendek (short acting insulin)

- Insulin kerja menengah (intermediate acting insulin)

- Insulin kerja panjang (long acting insulin)

- Insulin campuran tetap, kerja pendek dan menengah (premixed insulin).

Efek samping terapi insulin

- Efek samping utama terapi insulin adalah terjadinya hipoglikemia.

28
- Efek samping yang lain berupa reaksi imunologi terhadap insulin yang

dapat menimbulkan alergi insulin atau resistensi insulin.

Terapi Kombinasi

Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah,

untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa

darah. Bersamaan dengan pengaturan diet dan kegiatan jasmani, bila diperlukan

dapat dilakukan pemberian OHO tunggal atau kombinasi OHO sejak dini. Terapi

dengan OHO kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-combination dalam bentuk

tablet tunggal), harus dipilih dua macam obat dari kelompok yang mempunyai

mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, dapat

pula diberikan kombinasi tiga OHO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi

OHO dengan insulin. Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana

insulin tidak memungkinkan untuk dipakai, terapi dengan kombinasi tiga OHO

dapat menjadi pilihan. (lihat bagan 2 tentang algoritma pengelolaan DM tipe

2).1,2,3,4,6

Untuk kombinasi OHO dan insulin, yang banyak dipergunakan adalah

kombinasi OHO dan insulin basal (insulin kerja menengah atau insulin kerja

panjang) yang diberikan pada malam hari menjelang tidur. Dengan pendekatan

terapi tersebut pada umumnya dapat diperoleh kendali glukosa darah yang baik

dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis awal insulin kerja menengah adalah

6-10 unit yang diberikan sekitar jam 22.00, kemudian dilakukan evaluasi dosis

tersebut dengan menilai kadar glukosa darah puasa keesokan harinya. Bila dengan

cara seperti di atas kadar glukosa darah sepanjang hari masih tidak terkendali,

29
maka OHO dihentikan dan diberikan terapi kombinasi insulin. Algoritma

pengobatan DM tipe 2 dapat dilihat pada bagan . 1,2,3,4,6

. Algoritma pengelolaan DM tipe 2

Algoritma pengelolaan DM tipe 2

30
DAFTAR PUSTAKA

KONSENSUS
1. PERKENI. Pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di
indonesia 2011. Diunduh dari: www.scribd.com. Diakses tanggal: 05
maret 2013.

2. Soegondo, S. Hidup Secara Mandiri Dengan Diabetes Melitus. 2008.


FKUI. Jakarta.

3. Soegondo S, dkk. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. 2011. Edisi


ke-2. FKUI. Jakarta

4. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI).


Diabetes Melitus dalam Panduan Pelayanan Medik. 2009.
InternaPublishing.Jakarta

5. Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Penyakit Dalam. 2006. Jilid III. Edisi IV. FK
UI Jakarta.

6. Tjay TH, Rahardja K. Obat-Obat Penting. 2008. Edisi ke-6. Gramedia.


Jakarta

7. Prasetyowati AE. Kedokteran Keluarga dan Wawasannya. Diunduh dari:


www.fk.uns.ac.id. Diakses tanggal: 09 maret 2013.

31

Anda mungkin juga menyukai