Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN ABORTUS INSIPENS

A. Definisi Abortus
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks
uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kual
perdarahan bertambah. Pengeluaran hasil konsepsi dapat
dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum,
disusul dengan kerokan.
Perdarahan saat awal kehamilan di mana walaupun belum
ada jaringan yang keluar namun mulut rahim sudah terbuka.
Pada keadaan seperti ini, kehamilan ini tidak dapat
dipertahankan. Jaringan di dalam rahim harus dibersihkan, baik
dengan pemberian obat ataupun dengan cara kuret. Perdarahan
tersebut ringan hingga sedang pada kehamilan muda dimana
hasil konsepsi masih berada dalam kavum uteri kondisi ini
menunjukkan proses abortus sedang berlangsung dan akan
berlanjut menjadi abortus inkomplit atau komplit selain itu
Abortus Insipien. Ialah buah kehamilan yang mati di dalam
kandungan-lepas dari tempatnya- tetapi belum dikeluarkan.
Hampir serupa dengan itu, ada yang dikenal missed Abortion,
yakni buah kehamilan mati di dalam kandungan tetapi belum
ada tanda-tanda dikeluarkan.
B. Etiologi
Delapan puluh persen kejadian abortus terjadi pada usia
kehamilan sebelum 12 minggu. Risiko terjadinya abortus
meningkat dengan meningkatnya jumlah kehamilan, umur ibu
dan umur ayah. Risiko ini juga meningkat jika seorang ibu
langsung hamil kembali 3 bulan setelah melahirkan. Penyebab
abortus dapat dibagi menjadi 3 faktor yaitu
a) Faktor janin
Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik,
dan ini terjadi pada 50%-60% kasus keguguran.
b) Faktor ibu
1) kelainan endokrin (hormonal) misalnya kekurangan tiroid,
kencing manis.
2) faktor kekebalan (imunologi), misalnya pada penyakit
lupus, Anti phospholipid syndrome
3) infeksi, diduga akibat beberapa virus seperti cacar air,
campak jerman, toksoplasma , herpes, klamidia.
4) kelemahan otot leher Rahim
5) Kelainan bentuk rahim.
c) Faktor Bapak
Kelainan kromosom dan infeksi sperma diduga dapat
menyebabkan abortus
C. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis,
diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan
hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.
Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing
tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis
belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi
dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14
minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak
dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan.
Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih
dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk
seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas
bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup,
mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
D. Tanda dan Gejala
a) Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
b) Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah
kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun,
denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal
atau meningkat
c) Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya
jaringan hasil konsepsi
d) Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering
nyeri pingang akibat kontraksi uterus
E. Komplikasi
a) Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi
b) Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi
dapat terjadi kelainan pembekuan darah
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes Kehamilan
Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah
abortus
b. Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah
janin masih hidup
c. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
G. Penanganan
Penanganan Abortus Insipiens meliputi :
1) Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi
uterus dengan aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak
dapat, segera lakukan:
2) Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang
setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per
oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).
3) Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi
dari uterus.
4) Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
5) Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa
hasil konsepsi.
6) Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan
intravena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat dengan
kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil
konsepsi.
7) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah
penanganan
H. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk
mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga dapat
diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi
klien. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang
meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- lamanya
perkawinan dan alamat
Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan
adanya perdarahan pervaginam berulang
Riwayat kesehatan , yang terdiri atas : Riwayat kesehatan
sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah
Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan
pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih
besar dari usia kehamilan. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang
pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh
siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya
penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM ,
jantung , hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit
endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya.
Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui
genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi
mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang
terdapat dalam keluarga.
Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe,
siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau,
warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan
menopause terjadi, gejala serta keluahan yang
menyertainya
Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana
keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga
saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien,
jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang
menyertainya.
Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-
obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat
lainnya.
Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan
elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene,
ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
Pemeriksaan fisik, meliputi :
1) Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang
tidak hanya terbatas pada penglihatan tetapi juga
meliputi indera pendengaran dan penghidung. Hal yang
diinspeksi antara lain :
mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna,
laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan
terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh,
pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas,
adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya
2) Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan
luar tubuh dengan jari.
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan,
mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur
kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
Tekanan : menentukan karakter nadi,
mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin
atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus
otot atau respon nyeri yang abnormal
3) Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak
langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk
memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang
ada dibawahnya.
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan
dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya
cairan , massa atau konsolidasi.
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati
ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah,
memeriksa refleks kulit perut apakah ada
kontraksi dinding perut atau tidak
4) Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh
dengan bentuan stetoskop dengan menggambarkan
dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar.
Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk
tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru
abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.
(Johnson & Taylor, 2005 : 39) Pemeriksaan
laboratorium :
Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang :
rontgen, USG, biopsi, pap smear.
Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan
klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah
klien menggunakan kontrasepsi, dan
menggunakan KB jenis apa.
Data lain-lain : Kaji mengenai perawatan dan
pengobatan yang telah diberikan selama dirawat
di RS.Data psikososial.
Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola
komunikasi dalam keluarga, hal yang menjadi
beban pikiran klien dan mekanisme koping yang
digunakan.
Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien
Data spiritual : Kaji tentang keyakinan klien
terhadap Tuhan YME, dan kegiatan keagamaan
yang biasa dilakukan.
2. Diagnosa Keperawatan
Devisit Volume Cairan s.d perdarahan
Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi
Gangguan rasa nyaman: Nyeri s.d kerusakan jaringan
intrauteri
Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva
lembab
Cemas s.d kurang engetahuan
3. Intervensi Keperwatan
a. Devisit Volume Cairan b.d Perdarahan
Tujuan : Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang
antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.
Intervensi :
1. Kaji kondisi status hemodinamika
Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai
akibat abortus memiliki karekteristik bervariasi
2. Ukur pengeluaran harian
Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah
kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan
yang hilang pervaginal
3. Berikan sejumlah cairan pengganti harian
Rasional : Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi
perdarahan massif
4. Evaluasi status hemodinamika
Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara harian
melalui pemeriksaan fisik
b. Gangguan Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
Tujuan :
Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya
komplikasi
Intervensi
1. Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
Rasional : Mungkin klien tidak mengalami perubahan
berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai
untuk menccegah kondisi klien lebih buruk
2. Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi
uterus/kandungan
Rasional : Aktivitas merangsang peningkatan
vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi
3. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas
sehari-hari
Rasional : Mengistiratkan klilen secara optimal
4. Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan
kemampuan/kondisi klien
5. Rasional : Mengoptimalkan kondisi klien, pada
abortus imminens, istirahat mutlak sangat diperlukan
6. Evaluasi perkembangan kemampuan klien
melakukan aktivitas
Rsional : Menilai kondisi umum klien
c. Gangguan rasa nyaman : Nyeri b.d Kerusakan jaringan
intrauteri
Tujuan :
Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
Intervensi :
1) Kaji kondisi nyeri yang dialami klien
Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat
dilakukan dengan skala maupun dsekripsi.
2) Terangkan nyeri yang diderita klien dan
penyebabnya
Rasional : Meningkatkan koping klien dalam
melakukan guidance mengatasi nyeri
3) Kolaborasi pemberian analgetika
Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat
dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun
sistemik dalam spectrum luas/spesifik
d. Resiko tinggi Infeksi b.d perdarahan, kondisi vulva lembab
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
Intervensi :
1) Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah,
warna, dan bau
Rasional : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji
setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih
gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan
tanda infeksi
2) Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva
selama masa perdarahan
Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya
kebersihan genital yang lebih luar
3) Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart
Rasional : Berbagai kuman dapat teridentifikasi
melalui dischart
4) Lakukan perawatan vulva
Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang
relatif cepat dapat menyebabkan infeksi.
5) Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda
inveksi
Rasional : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi
tanda nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan
rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi
6) Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan
hubungan senggama se;ama masa perdarahan
Rasional : Pengertian pada keluarga sangat penting
artinya untuk kebaikan ibu; senggama dalam kondisi
perdarahan dapat memperburuk kondisi system
reproduksi ibu dan sekaligus meningkatkan resiko
infeksi pada pasangan.
e. Cemas b.d kurang pengetahuan
Tujuan :
Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan
keluarga terhadap penyakit meningkat
Intervensi :
1) Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga
terhadap penyakit
Rasional : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar
peningkatan rasa cemas
2) Kaji derajat kecemasan yang dialami klien
Rasional : Kecemasan yang tinggi dapat
menyebabkan penurunan penialaian objektif klien
tentang penyakit
3) Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan
Rasional : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan
keperawatan merupakan support yang mungkin
berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri
klien
4) Asistensi klien menentukan tujuan perawatan
bersama
Rasional : Peningkatan nilai objektif terhadap
masalah berkontibusi menurunkan kecemasan
5) Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu
diketahui oleh klien dan keluarga
Rasional : Konseling bagi klien sangat diperlukan
bagi klien untuk meningkatkan pengetahuan dan
membangun support system keluarga; untuk
mengurangi kecemasan klien dan keluarga.
4. Evaluasi
Tidak terjadi deficit volume cairan, seimbang antara intake
dan output baik jumlah maupun kualitas.
Klien dapat melakukan aktifitas tanpa adanya komplikasi
Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
Tidak terjadinya kecemasan klien dan keluarga dan dapat
meningkatkan pengetahuan tentang penyakit yang ada.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Hamilton, C. Mary, 1995, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi
6, EGC, Jakarta
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media
Aesculapius. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai