Kota Jambi
Maret 2011
Disiapkan oleh Pokja Sanitasi Kota Jambi
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah berkenan melimpahkan
berkah serta karunia-Nya kepada kita semua, sehingga dokumen Draft Memorandum
Program Sektor Sanitasi (DMPSS) telah dapat disusun dan disajikan menjadi suatu dokumen
yang merupakan terminal dari seluruh dokumen perencanaan terkait sektor sanitasi Kota
Jambi tahun 2011-2014.
Dokumen Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi (DMPSS) disusun
berdasarkan Buku Putih dan Dokumen Strategi Sanitasi Kota (SSK) periode 2009 2013
serta dilakukan konsolidasi dan sinkronisasi program dan kegiatan dari berbagai sumber
dokumen strategi dan perencanaan yang ada dikota Jambi.
Dokumen Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi (DMPSS) ini disusun oleh
Pokja Sanitasi Kota Jambi yang difasilitasi oleh konsultan USDP (Urban Sanitation
Development Program) dan merupakan kesepakatan atau komitmen bersama dari berbagai
pihak terkait untuk mendukung Kota Jambi dalam menyusun rencana program investasi
pembangunan sektor sanitasi dalam rangka Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman
(PPSP). Dokumen ini berisi rincian program kegiatan sektor sanitasi yang dijabarkan dari
segi pendanaan yang secara teknis disusun berdasarkan hasil studi yang berkaitan dengan
kondisi permasalahan yang ada, hasil analisis kelembagaan, kemampuan keuangan daerah
dan data pendukung lainnya yang berkaitan dengan rencana implementasi.
Dokumen Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi perlu dilakukan pembahasan
lebih lanjut dan mendalam dengan pihak terkait yaitu Pokja AMPL Provinsi Jambi, SKPD
Provinsi dan Satker-Satker K/L sehingga mendapatkan kesepakatan/komitmen yang kuat
diantara pemangku kepentingan dalam rangka percepatan pembangunan sanitasi kota Jambi.
Dokumen ini akan dilakukan pemutakhiran setiap tahun yang disesuaikan dengan
kondisi dan kemajuan pembangunan sanitasi kota Jambi.
Semoga dokumen ini dapat dilaksanakan dengan komitmen penuh dan optimal serta
bermanfaat bagi semua pihak. Amin.
i
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. I
DAFTAR ISI..................................................................................................... II
DAFTAR TABEL............................................................................................... IV
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. V
DAFTAR SINGKATAN........................................................................................VI
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...................................................................................................... 1
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN................................................................................................1
1.3 LANDASAN HUKUM.................................................................................................... 2
1.4 KEDUDUKAN MEMORANDUM PROGRAM...........................................................................3
1.5 METODE PENYUSUNAN................................................................................................3
1.6 SISTIMATIKA DOKUMEN............................................................................................... 4
BAB 2 KERANGKA KERJA LOGIS PEMBANGUNAN SANITASI KOTA JAMBI...................6
2.7 UMUM.................................................................................................................... 6
2.8 SUB-SEKTOR AIR LIMBAH............................................................................................ 9
2.3 SUB-SEKTOR PERSAMPAHAN......................................................................................21
2.4 SUB-SEKTOR DRAINASE............................................................................................. 28
2.5 HIGIENE................................................................................................................ 36
BAB 3 KONSOLIDASI PROGRAM DAN KEGIATAN.................................................40
3.1 METODE KONSOLIDASI.............................................................................................. 40
3.2 PROSES DAN HASIL KONSOLIDASI................................................................................40
3.3 PROGRAM PRIORITAS................................................................................................ 41
BAB 4. STUDI DAN DESAIN LANJUTAN..............................................................43
3.1 UMUM.................................................................................................................. 43
3.2 MASTERPLAN......................................................................................................... 43
3.3 STUDI KELAYAKAN................................................................................................... 43
3.4 DETAILED ENGINEERING DESIGN..................................................................................44
3.5 PERLINDUNGAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN.....................................................................44
BAB 5. RENCANA IMPLEMENTASI....................................................................45
5.1 PENGELOLAAN PROGRAM........................................................................................... 45
5.2 RENCANA PENDANAAN.............................................................................................. 45
5.3 RENCANA JADWAL PELAKSANAAN................................................................................71
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN A:
USULAN PROGRAM DAN KEGIATAN 2011-2014...........................................................................L1
LAMPIRAN B:.
RENCANA PROGRAM INVESTASI SEKTOR SANITASI SUMBER PENDANAAN APBD KOTA, APBD PROVINSI DAN
APBN............................................................................................................................. L2
ii
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
LAMPIRAN C:
PRIORITAS PROGRAM DAN KEGIATAN.......................................................................................L3
LAMPIRAN D:
RINGKASAN EKSEKUTIF DOKUMEN PERENCANAAN YANG ADA........................................................L4
LAMPIRAN E:
RUANG LINGKUP PEKERJAAN KONSULTANSI PERENCANAAN STUDI DAN DESAIN.................................L5
LAMPIRAN F:
JADWAL KEGIATAN......................................................................................................... L6
iii
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
DAFTAR TABEL
iv
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
DAFTAR GAMBAR
v
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
DAFTAR SINGKATAN
vi
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
vii
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
viii
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
BAB. I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
2
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
3
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
Bagan alir metode dan mekanisme penyusunan Memorandum Program diilustrasikan sebagai
berikut ini:
Gambar 0-1
Bagan alir penyusunan Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi (DMPSS)
Bab 1. Pendahuluan, yang menggambarkan tentang latar belakang, maksud dan tujuan
penyusunan DMPSS, landasan hukum, metode penyusunan dan sistematika dokumen.
Bab 2. Kerangka Logis Pembangunan Sanitasi Kota Jambi, berisi tentang kerangka logis
pembangunan sanitasi kota untuk masing-masing sub-sektor air limbah, persampahan,
drainase dan aspek higienis.
4
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
Bab 3. Konsolidasi Program dan Kegiatan, yang berisi uraian tentang metode konsolidasi,
proses dan hasil konsolidasi, serta program prioritas Kota Jambi.
Bab 4. Studi dan Desain Lanjutan, menguraikan tentang kegiatan studi dan desain lanjutan
yang dibutuhkan oleh Kota dalam rangka pembangunan dan peningkatan layanan sanitasi.
Bab 5. Rencana Implementasi, yang berisi uraian yang berkaitan dengan Pengelolaan
Program, rencana anggaran dan sumber pendanaan / pembiayaan, dan rencana jadwal
Pelaksanaan.
Bab 6. Rekomendasi dan Tindak Lanjut, berisi mengenai rekomendasi dan rencana tindak
lanjut yang akan dilakukan Kota Jambi.
5
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
BAB. II
KERANGKA KERJA LOGIS PEMBANGUNAN SANITASI KOTA
JAMBI
2.1 Umum
Penduduk Kota Jambi pada tahun 2009 berjumlah 618.057 jiwa yang tersebar secara
tidak merata dimana kepadatan tertinggi di-kelurahan Murni, Kecamatan Telanai Pura dengan
kepadatan 143 jiwa per Ha dan kepadatan terendah di Kelurahan Bagan Pete, Kecamatan
Kota Baru dengan kepadatan 2 orang/Ha. Pertumbuhan penduduk 2,69 % per tahun. Luas
wilayah sebesar 205,38 km2, terbagi secara alamiah menjadi dua bagian oleh Sungai
Batanghari. Bagian selatan sungai Batanghari merupakan pusat kota Jambi (Jambi kota) yang
terdiri dari 6 Kecamatan yang dihuni oleh 95 % dari seluruh penduduk kota Jambi dan 5 %
penduduk bertempat tinggal disebelah utara sungai Batanghari (Jambi Seberang) terdiri dari 2
kecamatan.
Pengembangan Kota Jambi berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tahun
2010 -2030, pengembangan kota khususnya untuk permukiman diarahkan merata untuk
seluruh wilayah kota termasuk Jambi Seberang dengan kondisi topografi yang tidak
menguntungkan sebagai daerah permukiman sehingga diperlukan perhatian khusus dalam
penyediaan fasilias sanitasi untuk daerah ini. Segala kegiatan perekonomian akan terpusat di-
Jambi Kota (selatan sungai Batanghari) yang relatif ideal untuk permukiman sehingga
memiliki daya tarik tersendiri untuk memicu terhadap perkembangan permukiman pada
daerah tersebut. Hal ini menimbulkan konsekuensi bahwa wilayah pusat kota akan menjadi
kota yang memiliki kepadatan tinggi sehingga mendapatkan perhatian lebih dalam
penyediaan fasilitas sanitasi. Peta Rencana Pemanfaatan Ruang Kota Jambi seperti
ditunjukkan pada peta dibawah ini.
Gambar 0-2 Rencana Pemanfaatan Ruang Kota Jambi Tahun 2010 - 2030
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
7
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
c) Diare
Penyakit Diare pada tahun 2005 tercatat 14.399 kasus dan pada tahun 2008 sampai pada
tahun 2010 data Diare sebagai berikut :
a. Tahun 2008 terjadi 10.648 kasus ;
b. Tahun 2009 terjadi 14.460 kasus; dan
c. Tahun 2010 terjadi 14.020 kasus.
Pembangunan sanitasi Kota Jambi diharapkan berkontribusi dalam pencapaian visi misi kota
dan sanitasi yang telah disusun oleh Pemerintah Kota Jambi dan Tim Sanitasi Kota sebagai
berikut:
8
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
Catatan: Misi Kota nomor 3, Meningkatkan infrastruktur dan daya dukung lingkungan untuk
pembangunan berkelanjutan sangat terkait dengan komitmen pembangunan sanitasi
sebagaimana yang ada dalam visi misi sanitasi.
- Sistem pengelolaan air limbah setempat (on site system); yaitu sistem penanganan air
limbah domestik yang dilakukan secara individual dan/atau komunal dengan fasilitas dan
pelayanan dari satu atau beberapa bangunan yang pengolahannya diselesaikan secara
setempat atau di lokasi sumber.
Pengelolaan air limbah kakus rumah tangga (black water) yang diterapkan penduduk
Jambi adalah menggunakan sistem pengolahan setempat (on site) berupa tangki septi yang
sebagian besar tidak mengikuti kaidah konstruksi sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI).
Sedangkan untuk air limbah yang berasal dari mandi, cuci dan dapur (grey water), pada
umumnya dibuang langsung ke saluran drainase depan rumah, saluran irigasi dan badan air
(sungai dan rawa).
Sebagai penunjang sistem pengolahan setempat tersebut Pemerintah Kota Jambi
mengoperasikan unit Instalasi pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang berlokasi di Talang
Bakung yang berjarak 14 km dari pusat kota Jambi yang dikelola oleh Kantor Kebersihan dan
Pemakaman Kota Jambi. IPLT ini saat ini tidak berfungsi maksimal untuk dapat mengolah
lumpur tinja karena kapasitas listrik yang tidak mencukupi untuk mengoperasikan blower.
Pada saat ini IPLT hanya mengolah sekitar 16 % dari jumlah jamban (jumlah jamban total
91.084 buah) yang ada di Kota Jambi yang merupakan indikasi bahwa septik tank yang
dibangun warga tidak kedap air atau tidak memenuhi Standart (SNI).
9
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
Sebagaimana disebutkan di atas, sistem pengelolaan limbah secara off site belum
dimiliki oleh Kota Jambi. Sebagian besar warga kota membuang limbah kakus atau yang
dikenal sebagai black water ke dalam septik tank yang tidak dirancang dan dibangun dengan
baik (sesuai SNI) sehingga tidak memberikan pengolahan optimal kepada limbah tersebut.
Buangan dari septic tank ini di alirkan ke tanah dangkal dan atau badan air terbuka, sehingga
menyebabkan terjadinya pencemaran air. Dalam beberapa kasus, rumah tangga membuang
secara langsung limbah kakus mereka ke saluran air terbuka.
Hampir semua air limbah mandi, cuci dan masak (grey water) dibuang langsung ke
saluran drainase mikro maupun kesaluran lainnya tanpa melalui pengolahan terlebih dulu
yang berpotensi besar untuk mencemari lingkungan terutama sungai.
Kenyataan bahwa 22 % penduduk kota Jambi menggunakan jamban yang tidak memenuhi
persyaratan tetapi tidak diketahui jumlah septicktank yang memenuhi syarat teknik dan masih
banyak ditemukan rumah panggung pada daerah permukiman pada daerah rendah
memanfaatkan sungai dan saluran air sebagai tempat buang hajat. Terdapat 7 kelurahan
kumuh yang merupakan daerah prioritas penanganan air limbah.
Data kasus penderita sakit tahun 2005, penyakit Diaere tercatat pada urutan nomer 3
(tiga) sebesar 2,17 % setelah infeksi akut pernafasan atas 18 % dan gingivitis dan penyakit
periodontal 39 %. Hal ini mengidentifikasikan bahwa penyakit yang disebabkan oleh kondisi
lingkungan yang tidak baik (diare) cukup tinggi yaitu di-urutan ketiga.
Sasaran yang hendak dicapai pada pelayanan air limbah rumah tangga adalah menuju ke
Zero Defecation sesuai dengan SPM Bidang PLP, dengan target 112 ribu KK atau 73 %
KK mendapatkan pelayanan air limbah dengan baik.
Pengolahan limbah B3 dari poliklinik, puskesmas dan rumah sakit belum diolah
secara baik disebabkan oleh Incenerator limbah B3 tidak optimal karena suhu pembakaran
yang dihasilkan dari Incenerator tidak sesuai dengan yang disyaratkan.
Pelayanan air limbah rumah tangga mencapai 112 ribu KK atau 73 % dari KK
Pelayanan limbah medis B3 sesuai SNI untuk semua rumah sakit dan puskesmas di
Kota Jambi.
10
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
11
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
12
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
16
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
4 Pengolahan limbah Menghindari Melakukan Industri kecil Pengembangan Pembangunan Satu Terolahnya
medis (Incenerator) pembuangan pengelolaan dan menengah Infrastruktur instalasi instalasi Limbah
yang ada tidak limbah medis di limbah pencemar memiliki IPAL pengolahan air pengolahan Medis
dapat mengolah sembarang terpusat (point mandiri sesuai pengelolaan limbah rumah air limbah sesuai
limbah B3 secara tempat sources) SNI; limbah point sakit/medis/B3 medis dengan
sempurna karena termasuk di TPA soure di TPA. terbangun Standard
Incenerator yang di TPA. yang
ada hanya mampu ditetapkan.
memberikan
pemanasan 1000O
C, yang diharapkan
minimal 6000O C.
17
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
a) Pewadahan
Keluarga yang memiliki tong sampah sebanyak 9.2 %. Dan yang disediakan oleh
pemerintah 209 buah. Jumlah ini sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah keluarga.
b) Pengumpulan Sampah
Pengumpulan sampah dilakukan oleh keluarga masing-masing, petugas pribadi, petugas
kelompok, petugas RT/RW, petugas swasta dan petugas pemerintah kota yang meliputi
pemindahan sampah dari wadah (tempat sampah) keluarga atau umum ketempat
pembuangan sementara (TPS) dan penyapuan kota.
Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan gerobag dorong, gerobag motor atau
kendaraan lainnya. Jumlah TPS sebanyak 365 TPS dan kontainer 10 unit.
c) Pengangkutan
Pengangkutan dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kota
Jambi dan Swasta CV. USB sejak tahun 1998 s/d tahun 2008 yang menangani 6
kecamatan dan selebihnya (2 kecamatan) oleh Pemerintah Kota, sedangkan mulai tahun
2009 s/d sekarang pengangkutan dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan, Pertamanan dan
Kebersihan Kota Jambi dengan jumlah armada dumptruk kapasitas 7,0 m3 sebanyak 24
unit dan Arm-roll truk kapasitas 4 m3 sebanyak 2 unit.
d) Daur Ulang
Pemerintah kota memiliki sarana pengolah sampah kapasitas 10 m3/hari dengan hasil
produksi berupa sampah organik untuk dijadikan yang bersumber dari pasar dan rumah
tangga.
Tercatat ada 10 pengepul di kota Jambi yang telah melakukan pengumpulan sampah
untuk di daur ulang di pabrik yang berupa plastik, logam, alumunium, kertas dan gelas
dengan hasil 5 ton/hari/pengepul atau 50 ton/hari untuk 10 pengepul.
18
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
e) Pemusnahan / Pembakaran
Pemusnahan/pembakaran sampah dilakukan oleh masyarakat. Pemerintah kota memiliki
incenerator sebanyak 4 (empat) unit yang ditempatkan di TPA Talang Gulo 1 (satu) unit,
di Pasar Angso Duo 2 (dua) unit dan di TAC 1 (satu) unit tetapi tidak berfungsi sama
sekali.
Permasalahan
a. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam hal pemilahan sampah dan
membuang sampah pada tempatnya.
b. Kesulitan penempatan TPS, kontainer dan transfer depo karena tidak ada lahan dan
atau adanya penolakan oleh masyarakat sehingga penempatannya tidak merata.
c. Penggunaan sampah sebagai bahan kompos masih sangat terbatas.
d. Perusahaan/perorangan yang mengolah daur ulang sampah belum banyak dilakukan.
e. Kurangnya fasilitas tempat pembuangan sampah seperti tong sampah, kontainer, TPS
dan transfer depo.
f. Kurangnya jumlah armada pengangkut sampah.
2. Pengangkutan
a. Truck sampah dan gerobak sampah masih saling menunggu di transfer depo sehingga
tidak efektif.
b. Desain TPS yang ada kurang mendukung untuk mempercepat pemuatan keatas
kendaraan (masih perlu dicari desain yang sesuai kondisi lokasi dengan kapsaitas
yang sesuai).
19
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
a. Kota belum memiliki dokumen rencana induk dan rencana operasional pengelolaan
sampah skala kota, serta belum dilakukan pembagian tanggungjawab secara formal
antara pemerintah dan masyarakat.
b. Teknologi tepat guna dalam pembuangan, pemilahan, pemrosesan sampah belum
memasyarakat.
c. SDM yang ada tidak memadai dari segi ketrampilan.
d. Penerima manfaat belum sepenuhnya membayar retribusi sesuai Perda Kota Jambi No.
11 Tahun 2003 tentang Retribusi Persampahan dan sistem tarif belum diatur
sepenuhnya.
e. Belum adanya Peraturan Daerah yang mengatur tentang Pengelolaan Sampah.
20
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
Saat ini Pemerintah Kota Jambi akan memperoleh bantuan hibah sebesar 165,5 milyar
rupiah dari Pemerintah Jerman yang meliputi kegiatan penyusunan masterplan, studi
kelayakan, detail desain, studi pengelolaan sampah skala kota dan pelaksanaan
konstruksi.
21
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
25
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
Melakukan Kinerja
optimalisasi kinerja Kapasitas insinerator
Incenerator
insinerator baik lebih optimal
meningkat dari
dari sisi kapasitas segi kuantitas
maupun kualitas dan kualitas
pemroses pengolahan
Masih rendahnya Meningkatkan Menstimulasi Penguatan Sosialisasi Kampanye Peningkata Berkurangn Opeasional
26
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
Konsultasi Publik,
Pemeliharaan
Infrastruktur dan
Kampanye
Pembangunan
Infrastruktur
Sanitasi Terpadu
28
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
Sistim drainase Kota Jambi dibagi dalam beberapa daerah aliran sungai, yaitu
Sungai Kenali Kecil merupakan sungai paling barat di kota Jambi, mengalir ke danau
Kenali. Dari danau Kenali ada pengaliran menuju danau Sipin, dan dari danau Sipin
mengalir ke Sungai Batanghari.
Sungai Kenali Besar dengan catchment area di sebelah timur Sungai Kenali Kecil,
mengalir masuk ke sungai Kenali Kecil sebelum yang terakhir ini bermuara ke danau
Teluk Kenali.
Sungai Kambang merupakan sungai dengan daerah pengaliran yang lebih kecil
dibandingkan dengan Sungai Kenali Kecil atau Sungai Kenali Besar, mengalir langsung
ke danau Sipin.
Sungai Sri Sudewi dan Sungai Telanai, dua sungai yang pendek dengan daerah aliran
yang kecil, mengalir ke danau Sipin.
Sungai Asam mengalir dari selatan ke utara, kurang lebih di bagian pusat kota Jambi,
merupakan sungai dengan daerah pengaliran yang terbesar, mengalir ke Sungai
Batanghari. Sungai ini sudah dilengkapi dengan pintu air untuk menghalangi luapan dari
Sungai Batanghari masuk ke dalam sistim drainase kota.
Sungai Tembuku di bagian timur kota Jambi, mengalir ke arah utara ke sungai
Batanghari.
Sungai Selincah, sungai yang paling timur di kota Jambi. Dibagian hilirnya, sungai ini
masuk ke sungai Tembuku sebelum bermuara ke sungai Batanghari.
Perkiraan panjang saluran drainase primer dan sekunder kurang lebih 105 km dan baru 37 %
yang sudah terbangun permanen, sehingga masih ada kurang lebih 63 % atau 66,53 km yangt
belum terbangun.
Permasalahan
29
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
Daerah Genangan
Daerah tergenang meliputi jalan raya, permukiman, daerah bisnis dan daerah
30
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
pertanian.
Jumlah genangan kota Jambi adalah 21 titik genangan yang terbagi atas 2 (dua) penyebab
genangan yaitu:
Genangan akibat luapan sungai Batanghari dan Anak sungainya sebanyak 7 titik
genangan dengan luas genangan 4.515 Ha, kedalaman genangan 0,50 3 meter, lama
genangan 4 25 jam dan frekuensi genangan 2 kali/tahun.
Genangan akibat curah hujan sebanyak 14 titik lokasi genangan, luas genangan 32
Ha, kedalaman genangan 0,20 1,50 meter, lama genangan 3 10 jam dan frekuensi
genangan 4 17 kali/tahun.
Total luas genangan kota Jambi adalah 4.547 Ha. Perincian daerah genangan kota
Jambi dan Gambar lokasi genangan seperti di tunjukkan pada Tabel 2.3 dan Gambar 2-5.
Bila dilihat dari pola genangan yang terjadi di Kota Jambi maka genangan akibat luapan
sungai Batanghari dan anak sungainya menjadi dominan sehingga penanganan drainase
sistem makro merupakan suatu keharusan. Penanganan drainase sistem makro menjadi
tanggung jawab pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat.
32
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
33
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
35
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
dan kawasan bangunan liar. Peraturan IMB aliran dan Aliran air
komersial lainnya. shg terhambat
Kampanye dan Kampanye dan penurunan dan
Penyempitan Sosialisasi Sosialisasi elevasi Aliran mingkatkan
saluran oleh Timbulnya banjir lancar dan genangan.
bangunan kesadaran Penertiban Kampanye dan tidak
masyarakat. masyarakat bangunan liar Sosialisasi. Tidak ada ada/mengur
Saluran dibawah agar tidak (tanpa IMB). hambatan angi Saluran
rumah atau membuang aliran genangan. tersumbat.
dihalaman rumah sampah di didalam
pribadi sehingga saluran. saluran.
menyulitkan dalam Penerbitan
pemeliharaan. perda tentang
larangan
Permukiman diatas buang sampah
bantaran sungai. sembarangan
Rendahnya
kesadaran
masyarakat
didalam
pemeliharaan
sampah.
36
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
2.4 Higiene
Kondisi kesehatan penduduk kota Jambi tahun 2004 2008 yang berkaitan dengan
kondisi sanitasi adalah sebagai berikut:
Angka kesakitan (morbiditas) penyakit Diare di Kota Jambi pada tahun 2007 adalah
14.649 kasus atau 2.370/100.0000 penduduk, padahal angka morbiditas penyakit Diare
nasional yang masih ditoleris adalah pada batas 20/100.000 penduduk.
Target Realisasi
JUMLAH IR Per IR Per
NO. TAHUN
100.000 CFR 100.000 CFR
P M Pddk Pddk
1 2003 101 6 20 <2 23,56 5,94
2 2004 163 4 38 <2 38,0 2,45
3 2005 240 10 30 <2 55,27 4,17
4 2006 190 10 22 <2 42,18 5,2
5 2007 198 2 15 <2 42,07 1,01
6 2008 169 5 10 <2 35.04 2.95
7 2009 154 4 8 <2 31.16 2.59
8 2010 125 1 5 <1 22.85 0.8
Rata-rata/Tahun 18.5 36.27 0.79
Perkb rata-rata/tahun (%) 2,62 20,7 11,11
Keterangan : P = Penderita, M = Kematian, IR = Insidens rate (Angka Kesakitan),
CFR = Case Fatality Rate (Angka Kematian
Puncak kasus DBD terbesar terjadi pada tahun 2005 dengan jumlah Penderita 240
orang atau IR 55,27 per 100.000 penduduk, sedangkan Angka Kematian akibat DBD
terbesar terjadi di tahun 2003 yaitu 5,94 %. Bila dilihat dari rata-rata realisasi Angka
Kesakitan DBD yang dicapai 40,2 per 100.000 penduduk, hasilnya masih jauh dari target
yang diharapkan yaitu 18,5 per 100.000 penduduk. Begitu juga dengan rata-rata Angka
Kematian 3,8 % masih di atas CFR yang ditargetkan lebih kecil dari satu persen (< 1 %).
optimalnya Pokjanal dan Pokja DBD dalam upaya pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
DBD dan kondisi lingkungan khususnya penyedian air dan sanitasi masih sangat terbatas
(masih menampung air dimanamana) sehingga memberikan kontribusi tempat
perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti.
Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan di Kota Jambi, angka penyakit
ini dari tahun ke tahun berfluktuasi. Angka Annual Malaria Insidens atau Angka Kesakitan
Malaria tertinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu 35,94 per 1.000 penduduk dan terendah
tahun 2007 yaitu 15,34 per 1.000 penduduk. Namun demikian Angka Kesakitan Malaria
cendrung turun dalam dua tahun terakhir bahkan tahun 2007 Angka Kesakitan Malaria
mencapai 15,34 per 1.000 penduduk dibandingkan dengan target 18 per 1.000 penduduk. Hal
ini disebabkan antara lain pada akhir tahun 2006 ada bantuan kelambu dari UNICEF,
dibagikan secara cuma-cuma kepada masyarakat. Bila dilihat dari rata-rata kasus penyakit
malaria yang terjadi selama 5 tahun per 1.000 penduduk Angka Kesakitan Malaria terlihat
masih belum mencapai target yang diharapkan. Masih relatif tingginya angka penyakit
malaria ini disebabkan karena kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai pola hidup
sehat dan pentingnya perlindungan diri dari penularan malaria masih belum optimal serta
tingkat kepadatan dan mobilitas penduduk yang semakin tinggi.
38
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
1. Angka morbiditas penyakit Diare (Nasional) yang masih dapat diteleransi adalah
20/100.000 penduduk/tahun.
2. Target angka morbiditas penyakit DBD (Nasional) tahun 2015 adalah 1/1.000
penduduk/tahun.
3. Target angka morbiditas penyakit Malaria (Nasional) tahun 2015 adalah 1/1.000
penduduk/tahun.
Upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan dalam menekan angka kesakitan dan
kematian akibat penyakit malaria adalah : Diagnose cepat dan pengobatan dini, pemeriksaan
darah penderita klinis (positif case detection), melakukan penyuluhan, dan meningkatkan
kerja sama lintas program dan sektoral dalam penanggulangan malaria.
39
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
Penilaian Petugas
Tempat
Pengelolaan
Makanan dan
Minuman
40
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
BAB. III
KONSOLIDASI PROGRAM DAN KEGIATAN
41
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
Hasil konsolidasi dan sinkronisasi untuk pendanaan dari provinsi dan pusat sampai
saat ini masih dalam proses, sedangkan program dan kegiatan untuk masing-masing sumber
pendanaan (APBD Kota, APBD Provinsi dan APBN) versi Pokja Sanitasi Kota seperti pada
Lampiran B.
42
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
Daftar kegiatan prioritas sektor sanitasi secra detail dapat dilihat dalam Lampiran C.
43
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
BAB. IV
STUDI DAN DESAIN LANJUTAN
IV.1 Umum
Dari daftar program dan kegitan maka dapat diidentifikasi kebutuhan studi dan desain
lanjutan yang diperlukan sebelum kegiatan implementasi fisik pembangunan sanitasi dapat
dilakukan. Studi dan desain lanjutan ini diperlukan untuk dapat menjamin pembangunan yang
dilakukan tepat guna memenuhi persyaratan teknis yang berlaku.
IV.2 Masterplan
Masterplan adalah merupakan rencana jangka panjang skala kota setidaknya untuk
jangka waktu 20 tahun. Masterplan setidaknya berisi:
Penjelasan dan pemetaan tentang kondisi eksisting
Tinjauan terhadap aspek kelembagaan, social, ekonomi, finansiil dan teknis.
Prediksi kebutuhan prasarana dan sarana jangka pendek, jangka menengah dan jangka
panjang.
Pilihan penanganan dari permasalahan yang ada.
Pengembangan aspek kelembagaan.
Rencana pengembangan, perkiraan biaya serta jadwal inplementasi untuk jangka pendek,
jangka menengah da jangka panjang.
Kebutuhan Studi Kelayakan untuk masing-masing sub-sektor dapat dilihat pada Lampiran
E.
44
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
45
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
BAB. V
RENCANA IMPLEMENTASI
Untuk keperluan pembebasan lahan maka dikoordinasikan oleh Sekretaris Daerah (Setda).
46
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
c) Menyiapkan rekomendasi kepada pokja sanitasi atas prosedur serta persyaratan yang
dibutuhkan dalam pengusulan kegiatan sanitasi secara optimal, agar layak untuk dibiayai,
oleh sumber-sumber pendanaan, baik dari APBD kota, APBD Provinsi, APBN.
Prioritas pembangunan kota Jambi terkait sanitasi ada 4, dari seluruh priotitas kota
yang terdiri dari 6 prioritas yang ada dalam RPJMD 2008 2013 :
Prioritas 3 : Peningkatan kualitas infrastruktur dasar perkotaan,
Prioritas 4 : Peningkatan kualitas lingkungan hidup perkotaan,
Prioritas 5 : Pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kesejahteraan sosial.
Dalam periode 2004 hingga 2006, pendanaan pembangunan sanitasi di kota Jambi
nilainya rata-rata 3,5% dari total belanja pemda. Sedangkan untuk periode 2008 hingga 2011
rata besarnya alokasi pembangunan sanitasi dibandingkan total belanja APBD nya mengalami
peningkatan menjadi rata rata sebesar 4,7%.
Tabel 5.1 Data Historis Realisasi Belanja Sanitasi Kota Per Subsektor Kota Jambi 2004 - 2006
Prioritas kota Jambi adalah pengelolaan persampahan dimana kota jambi melakukan
kerjasama engan pihak swasta untuk pengelolaannya. Dimana belanja modal untuk subsektor
persampahan banyak digunakan untuk belanja modal untuk investasi dengan pihak swasta.
Hal ini terkait dengan visi dan misi serta prioritas kota Jambi yang mengedepankan
kebersihan disamping aspek lainnya.
47
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
Tabel 5.1 Data Historis Realisasi Belanja Sanitasi Kota Jambi 2008 - 2011
48
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
Sejak tahun 2007, kota Jambi memiliki potensi pendapatan dari: a) PAD (dimana
komponen terbesarnya adalah retribusi dan pajak daerah, yang diikuti oleh komponen lain-
lain pendapatan yang sah), b) dana perimbangan (DBH) dan c) lain-lain pendapatan daerah
yang sah (untuk kota Jambi, biasanya didominasi oleh DBH pajak dari provinsi dan bantuan
keuangan provinsi).
Pada tahun 2011 proyeksi pendapatan kota Jambi yang terdiri dari PAD, Dana
perimbangan , dan lain-lain pendapatan yang sah naik sebesar 14,2%. Apabila di breakdown ;
pendapatan daerah (PAD) kota Jambi mengalami kenaikan sebesara 13,5% dari target tahun
2010. Hal ini disebabkan adanya prediksi pada kenaikan pada komponen pajak daerah. Untuk
dana perimbangan, prediksi tahun 2011, naik di semua komponen sebesar 17,2%. Sedangkan
untuk lain-lain pendapatan yang sah belum lengkap datanya, dimana yang sudah dianggarkan
adalah pendapatan hibah WASAP-D.
Realisasi
Pendapatan 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011*)
(Rp. Miliar)
PAD 32,096 35,947 43,323 37,854 40,741 45,933 68,105 77,380
Dana 254,879 292,740 420,590 425,619 489,311 494,042 493,952 571,023
Perimbangan
Lain-lain 14,020 5,982 2,567 - 21,132 23,997 27,212 29,585
Pendapatan
yang sah
Total 300,995 334,669 466,480 463,474 551,184 563,972 603,350 684,228
Pertumb. Dgn
Metoda 12,45%
CAGR (%)
Sumber : APBD Kota Jambi dan Pokja Sanitasi Kota Jambi
Sementara itu dari sisi belanja dan pembiayaan, kota Jambi mengalami peningkatan
belanja dari tahun ke tahun dengan pertumbuhan belanja ratarata diatas 10% (walaupun ada
penurunan belanja di tahun 2005 dibandingkan dengan tahun 2004). Perbandingan antara
belanja tidak langsung (belanja operasional Pemda) dengan belanja langsung (belanja
pembangunan) dari tahun 2004 hingga tahun 2007 rata-rata adalah 41,5% berbanding 58,5%.
Perbandingan ini cukup menggembirakan, mengingat rata rata nasional, pemda rata rata
memiliki perbandingan belanja tidak langsung dengan belanja langsung adalah 38%
berbanding 62%. Hal ini berarti kota Jambi masih mengutamakan belanja untuk
pembangunan dimana didalamnya adalah belanja untuk pembangunan infrastruktur atau
fasilitas publik.
Tabel 5.2.2.4 Belanja dan Pembiayaan APBD Kota Jambi 2004 - 2011
Uraian (Rp. 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011*)
Miliar)
Total Belanja 349,240 368,128 439,315 564,683 620,507 651,315 619,303 687,048
B. Tdk. 220,031 227,743 154,565 - 334,470 381,497 433,262 437,509
Langsung
B. Langsung 129,210 140,385 284,749 - 286,037 269,818 186,041 249,539
Sumber : laporan pertanggungjawaban Kepala Daerah 2004 2007; Depkeu Realisasi APBD 2008, 2009 dan 2010 dari
Pokja Sanitasi ;*)Rencana
Dari sisi pembiayaan, pemda kota Jambi memiliki komponen penerimaan pembiayaan
hanya dari SILPA tahun sebelumnya, sedangkan pengeluaran pembiayaan kota Jambi
komponennya ada 3 yaitu ; penyertaan modal, pembayaran pokok hutang , dan SILPA tahun
berjalan.
Pemda kota Jambi, memiliki SILPA tahun sebelumnya yang besarnya rata rata
Rp. 47 miliar pada periode 2008 hingga 2011. Secara umum pembiayaan neto kota Jambi,
50
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
dapat menutup defisit APBD (pendapatan dikurangi belanja). Karena potensial, maka
pembiayan dari SILPA harus dapat diambil manfaatnya dalam pembiayaan pembangunan
sanitasi.
Pada tahun 2011 diharapkan dari SILPA kota Jambi tahun sebelumnya sebesar Rp.7,4
milyar dapat digunakan untuk membiayai kewajiban hutang lama dan hutang baru apabila
pinjaman untuk perluasan TPA dikabulkan oleh donor yang difasilitasi Ditjen CK
kemenPU.
Di masa mendatang pemda kota Jambi selain mengandalkan pendapatan daerah juga
harus mengoptimalkan penerimaan pembiayaan daerah. Dimana komponen yang harus
dioptimalkan adalah ; SILPA, pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah
yang dipisahkan, penerimaan pinjaman (karena DSCRnya memungkinkan) dan penerimaan
kembali penyertaan modal daerah. Terkait kemampuan membayar kewajibannya, kota jambi
memiliki DSCR dari tahun 2008 hingga 2010 berturut turut sebesar 41 kali, 16 kali, dan 12
kali. Artinya apabila kota jambi diasumsikan melakukan pinjaman sebesar Rp. 31 milyar
dengan bunga 5% pa. pada tahun 2011, maka DSCR nya masih diatas angka minimal yang
disyaratkan kementerian keuangan sebesar 2,5 kali.
51
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
Potensi sumber pembiayaan yang ada dimiliki kota Jambi, selain tentunya pembiayan
dari APBD nya sendiri, juga dari sumber lainnya baik dari pemerintah pusat, pemerintah
provinsi dan dari donor serta partisipasi masyarakat dan pihak swasta.
Secara umum, kota Jambi menggunakan 3 komponen pendapatan untuk membiayai
pembangunan sarana dan prasaranya. Komponen-komponen tersebut adalah ; 1) PAD
pendapatan asli daerah (kontribusinya sekitar 10%) ; 2) Dana perimbangan (kontribusinya
berkisar diatas 80%); dan lain-lain pendapatan yang sah ( kontribusinya berkisar 3% hingga
5% dari total pendapatan).
Potensi sumber pendanaan sarana dan prasarana lainnya yang potensial adalah adalah
komponen pembiayaan lainnya adalah :
1. Dari komponen dana perimbangan , yaitu DAK sanitasi, DAK Lingkungan
2. Dari komponen pendapatan , yaitu pada sub komponen pendapatan lain-lain yang sah
berupa ; a) Pendapatan Hibah, b) DBH pajak dari provinsi, c) bantuan keuangan
(biasanya dari provinsi).
3. Dari komponen pembiayaan, yaitu dari sub komponen penerimaan pembiayan
berupa : SILPA, pencairan dana cadangan, dan penerimaan pinjaman. Sedangkan dari
pengeluaran pembiayaan dalah pembentukan dana cadangan dan penyertaan modal
investasi.
Pinjaman
Saat ini Kota Jambi memiliki utang jangka panjang kepada Pemerintah Pusat
(Departemen Keuangan RI), berupa Penerusan Pinjaman (Sub Loan Agreement SLA) dari
Asian Development Bank. Besarnya plafond pinjaman sebesar Rp. 5.5 miliar, dengan Jangka
waktu pinjaman selama 20 tahun (2001 hingga 2020). Sehingga jumlah keseluruhan utang
Pemerintah Kota Jambi kepada Pemerintah Pusat sebesar Rp. 10,5 miliar (termasuk bunga
pokok pinjaman).
Kota Jambi memiliki kapasitas fiskal yang berubah ubah setiap tahun. Pada tahun
2008 dengan PMK 224/PMK.07/2008 indeks kapasitas fiskal kota jambi dikategorikan
Tinggi (1,0977). Sedangkan melalui PMK/174/PMK.07/2009 indeks kapasitas fiskal kota
Jambi menjadi rendah (0,4506).
Fasilitas pinjaman yang dimiliki kota jambi yang per Desember saldo nya sebesar Rp. 11,9
milyar pembayaran cicilan dan bunganya setiap tahunnya sekitar Rp.1,5 milyar.
Namun demikian apabila dilihat dari DSCR nya atau kemampuan dalam memenuhi
kewajiban kewajiban dari n APBD nya (PAD, pendapatan dari pajak, DAU, dll.) maka kota
52
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
Jambi memiliki DSCR yang tinggi. Berarti kemampuan kota Jambi membayar segala
kewajibannya menggunakan pendapatan yang dimilikinya, diatas kertas rata-rata dalam 3
tahun terakhir mencapai 20 kalinya. Nampaknya hingga 5-10 tahun kedepan kota jambi akan
menikmati fasilitas penerusan pinjaman yang jumlahnya sekitar Rp.94 milyar, sehingga tidak
akan dapat menambah fasilitas penerusan pinjaman, atau akan membebani keuangan kota
jambi.
Hibah
Kota Jambi sebelum tahun 2010, tidak memiliki fasilitas penerusan hibah, namun
sejak 2010 kota Jambi memiliki 2 fasilitas hibah dari donor, yaitu dari AusAID sebesar Rp.
1,42 miliar dan dari Negeri Beklanda (WASAP-D) sebesar Rp. 1,7 milyar (walaupun masih
dalam proses sejak tahun 2008). Dimana peruntukan fasilitas-fasilitas hibahtersebut adalah
guna pembangunan sarana dan prasarana air limbah.
Kedepan, potensi pendanaan dari hibah harus dioptimalkan dengan cara memahami secara
mendalam tatacara hibah dengan berkoordinasi dengan kementerian teknis, dimana kota
jambi harus secara aktif mencari sumber pendanaan hibah dengan difasilitasi pemerintah
pusat.
1
Sumber : DJPK _ kemenkeu
53
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
Pendanaan lain dari provinsi yang sifatnya rutin yaitu DBH pajak dari provinsi,
dimana sejak tahun 2008 trendnya naik dari Rp. 20,6 milyra pada 2008 menjasi 27,2 milyar
pada 2010 dan direncanakan Rp. 29,5 milyar pada 2011.
Tabel 5.2.2.5 Belanja dan Pembiayaan APBD Kota Jambi 2004 - 2011
Dari data yang didapat, apabila besarnya biaya pembangunan sanitasi tahun 2010
adalah sebesar Rp. 11.3 miliar, dengan asumsi jumlah penduduk kota Jambi tumbuh 3,37%
dari tahun 2005, sehingga diperkirakan jumlah penduduk pada tahun 2010 adalah 510 ribu
jiwa, maka biaya pembangunan sanitasi per kapita pada tahun 2010 adalah Rp. 21.564 /
perkapita / pertahun ( Rp. 11.3 milyar dibagi dengan 527.419 jiwa ).
Biaya pembangunan sanitasi per kapita ini, sebetulnya masih berada dibawah target
pembangunan sanitasi nasional sebesar Rp. 52.000/perkapita/pertahun2. Namun demikian
nilai pembangunan sanitasi per kapita tersebut, tidak dapat menjadi indikator satu-satunya
untuk menilai baik buruknya kondisi riil sarana dan prasarana sanitasi di kota Jambi. Kondisi
riil sarana dan prasara sanitasi dilapangan, hendaknya menjadi bahan pertimbangan pemda
dalam menyiapkan perencanaan pengusulan anggaran pembangunan sanitasi baik
pembangunan sarana dan prasarana fisik maupun non fisik.
Kondisi riil dilapangan seperti peningkatan sarana dan prasarana sanitasi (naiknya
akses masyarakat terhadap jamban; naiknya rasio pelayanan parasaran dan sarana
persampahan per area penduduk, dan berkurangnya area genangan), harus disertai indikator
indikator lainnya seperti berkurangnya masyarakat yang menderita penyakit penyakit yang
2
Angka ini acuan yang dikeluarkan Bank Dunia untuk pembangunan sanitasi dasar yang
dibutuhkan penduduk suatu kawasan perkotaan
54
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
berasosiasi dengan aspek sanitasi, misalnya naik atau turunnya angka kematian bayi akibat diare,
DBD, dll. Atau secara umum naik atau turunnya masyarakat yang menderita penyakit yang
berasosiasi dengan aspek sanitasi.
Apabila alokasi anggaran pembangunan sanitasi baik fisik maupun non fisik
mengalami peningkatan dengan disertai penurunan angka penderita penyakit berasosiasi
dengan sanitasi buruk, berarti pembangunan sanitasi di kota Jambi benar benar efektif.
Namun apabila yang terjadi adalah kondisi sebaliknya, maka ada hal yang salah dalam
pembangunan sarana dan parsarana sanitasi.
55
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
Ada tiga hal yang dikategorikan bersifat politik yang berpengaruh besar dalam
perencanaan anggaran, khususnya di kota Jambi. Pertama : Apabila KDH dengan pimpinan
DPRD berada dalam 1 partai, maka hal tersebut sudah dapat dikatakan menjamin 50%
lolosnya suatu usulan. Sementara itu, hal lain yang ikut menentukan adalah dukungan komisi-
komisi di DPRD (50% peluang). Kedua : Apabila ketua Bappeda yang notabene bertanggung
jawab atas usulan program dan kegiatan (dalam PPAS) memiliki hubungan kerja baik formil
maupun non formil yang harmonis dengan ketua DPRD, maka fraksi fraksi di DPR akan
mudah untuk menyetujui usulan sejauh usulan-usulan tersebut layak. Ketiga : Sekda memiliki
hubungan kerja yang harmonis dengan para ketua komisi di DPRD.
Ketiga hal diatas penting bagi kota/kabupaten apabila menghendaki usulan program
dan kegiatannya disetujui oleh DPRD. Tentu saja, dukungan studi multi disiplin yang baik
dapat mendukung mulusnya suatu usulan. Dengan kata lain, Pemda harus memiliki justifikasi
dalam mendukung setiap usulan kegiatan.
Setelah program dan kegiatan dalam SSK dan yang ada dalam dokumen perencaan
lain dikonsolidasikan (kedalam dokumen MP), maka hasil konsolidasi tersebut dijadikan
masukan dan referensi utama oleh TAPD dalam penyusunan PPAS setiap tahunnya (kecuali
program dan kegiatan yang akan dibiayai oleh sumber non-APBD kota/kabupaten). Mengapa
demikian?, karena hasil konsolidasi telah memperhitungkan sinkronisasi program dan
kegiatan antar SKPD beserta indikasi sumber pembiayaannya.
Masing-masing SKPD akan menggunakan PPAS yang harus mengakomodir hasil konsolidasi
(selain dokumen lain yang telah baku) dalam menyusun RKA tahun ke n+1. Namun sebelum
usulan program dan kegiatan dalam konsolidasi MP diberikan kepada kepala SKPD dan
disusun RKA nya, maka harus dilakukan rapat koordinasi antar stakeholder terlebih dahulu
agar RKA masing-masing SKPD, sinkron dan harmonis.
Setelah PPAS disetujui oleh DPRD, maka RKA dapat disiapkan, selanjutnya APBD
juga dapat disiapkan. Namun ada hal yang harus diperhatikan, misalnya pada tahun ke n ada
suatu program dan kegiatan (sudah ada dalam RKA atau dalam APBD) tidak atau belum
dilakukan kegiatannya atau belum dipakai dananya, dan selanjutnya pada tahun ke n+1 tidak
dianggarkan, maka dana yang ada dalam APBD tahun ke n akan hangus atau harus
dikembalikan kepada sumber dananya (jika tidak akan menjadi temuan BPK). Namun,
apabila pada tahun ke n suatu program dan kegiatan sudah dilaksanakan, namun belum
selesai dilaksanakan, atau walaupun belum dilaksanakan, namun pada tahun n+1 dianggarkan
kembali, maka SKPD yang mengusulkannya harus melaporkan terlebih dahulu kepada
TAPD, apabila akan melaksanakannya.
56
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
5.2.4. Pemetaan Sumber Pendanaan Sanitasi di Kota Jambi dan Rencana Pengusulan
Program dan Kegiatan
Sebelum kita bahas pemetaan sumber pendaaaan sanitasi, kita dapat melakukan
review terhadap pembangunan sanitasi kota Jambi pada tahun-tahun terdahulu. Dimana
besarnya belanja sanitasi kota Jambi selama kurun 6 tahun terakhir adalah sebagai berikut :
Sumber pembiayaan program sanitasi hampir seluruhnya berasal dari APBD murni, APBN
(DAK AMPL dan DAK Lingkungan, Belanja K/L : Kemen-PU, Kemen-LH, Kemenpera
melalui satkernya). Sedangkan pendanaan yang berasal dari donor, baru pada tahun 2010
efektif didapat untuk kegiatan di 2011, itupun terbatas membiayai sektor air limbah.
Sebenarnya masih banyak sumber pendanaan lain yang belum dimanfaatkan oleh kota Jambi,
misalnya kredit perbankan, skala besar maupun mikro, pemanfaatan dana cadanngan dan
SILPA, serta optimalisasi bantuan keuangan Provinsi dan retribusi.
Kedepan, terkait rencana pendanaan pembangunan sanitasi, selain diharapkan terjadi
peningkatan yang signifikan baik dalam jumlah nominal, jumlah program dan kegiatan
sanitasi, serta peningkatan jumlah sumber pendanaan. Hal ini optimis dapat dilakukan di kota
Jambi mengingat ada beberapa hal yang mendukung :
Iklim perencanaan penganggaran yang kondusif
Memiliki SSK yang tidak memerlukan revisi yang berarti, dan telah dikonsolidasikan
dengan dokumen perencanaan lainnya (RPIJM, Renja SKPD)
Daftar konsolidasi program dan kegiatan sangat lengkap dan valid.
Pemda memiliki SDM yang baik, sehingga dapat menggunakan sumber pendanaan
alternatif (selain yang konvensional).
Memiliki hubungan yang baik dengan pemerintah pusat, pemerintah Provinsi, dan
Donor. Bahkan potensi CSR di kota Jambi cukup tinggi mengingat banyak produsen
minuman di kota Jambi.
Melihat situasi yang ada saat ini, banyak donor yang tertarik terhadap sektor sanitasi.
Hal ini telah direspon secara cepat oleh pemerintah Kota Jambi, karena pemerintah kota
Jambi tidak ingin hanya mengandalkan sumber pendanaan dari APBN, APBD Provinsi
57
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
maupun APBD kota/kabupaten. Karena harus bersaing dengan sektor prioritas lainnya, maka
terlalu berisiko apabila mengandalkan pendanaan konvensional.
Sedangkan pengalaman mendapatkan hibah dari donor yang saat sekarang sedang
berjalan, akan digunakan kembali terutama dalam melakukan pendekatan pro-aktif terhadap
donor-donor lainnya (terutama yang memberikan fasilitas hibah). Namun tentu saja hal ini
harus didukung oleh proposal program yang didukung studi-studi multi disiplin.
Dari hasil konsolidasi SSK dan RPIJM, yang praktis merupakan dokumen-dokumen
yang menjadi referensi utama dalam penyusunan konsolidasi untuk menyusun dokumen MP,
hasilnya secara ringkas adalah sebagai berikut :
Rata-rata besarnya pembangunan sanitasi di kota Jambi adalah sebesar Rp.15,4 miliar
per tahun3 atau sekitar rata-rata 3,17% dari total belanja APBD. Dengan telah dimilikinya
dokumen perencanaan yang terintegrasi, maka diharapkan pembangunan sanitasi akan
meningkat. Peningkatan pembangunan sanitasi seharusnya tidak saja dari nilai totalnya
namun harus terjadi peningkatan di seluruh subsektor.
Belanja kota jambi dalam kurun 4 tahun terakhir mengalami pertumbuhan (CAGR)
3,45%, dimana belanja langsung yang didalamnya terdapat belanja modal serta belanja
barang dan jasa dan belanja pegawai terkait pembiayaan program dan kegiatan rata-rata
3
Rata-rata 2003 2008 = Rp.9 milyar, namun rata-rata 2003-2010 bisa lebih kecil dari Rp.9,ilyar karena realisasi belanja
sanitasi tahun 2009 = Rp.3,8 milyar dan tahun 2010=Rp. 5,2 milyar, maka rata-rata 2003-2010 menjadi sekitar Rp. 7,9
milyar
58
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
adalah 38% dari total belanjanya. Hal ini menunjukkan bahwa pemkot mengalokasikan
belanja aparatur lebih besar dari belanja pembangunannya.
Dari sisi pendapatan, secara total pertumbuhannya sebesar 7,5% selama 4 tahun terakhir,
dimana komposisi pendapatannya adalah 80%-90% disumbang oleh dana perimbangan
sedangkan PAD menyumbang 11% disusul oleh DBH dari propinsi yang merupakan
pendapatan lain-lain. Potensi pendapatan lain untuk pemkot jambi adalah ; bantuan keuangan
propinsi dan pedapatan hibah .
Sementara itu, dari sektor pembiayaan , pemkot jambi masih mengandalkan SILPA
tahun lalu dan pada 2011 sedang mengusahakan pembiayaan dari pinjaman LN (PHLN)
dari sisi penerimaan pembiayaan. Sedangkan dari sisi pengeluaran pembiayaan, sumber yang
potensial adalah pembentukan dana cadangan dan penyertaan modal pemda (untuk
bekerjasama dengan pihak swasta pada subsector persampahan).
Persampahan
Pembiayaan pembangunan susbsektor persampahan di kota Jambi, sebagian besar
masih mengandalkan APBD kota.
Pembiayaan subsektor persampahan digunakan untuk 2 hal, yaitu investasi dan operasional
dan pemeliharaan (OP). Pembiayaan untuk OP, 40% nya bersumber dari retribusi, sedangkan
sisanya dari APBD. Namun apabila ditinjau dari seberapa besar retribusi persampahan di
kota Jambi dapat membiayai pengelolaan persampahan di kota Jambi, maka menurut SSK
kota jambi, hanya 30% dari total biaya pengelolaan persampahan di kota Jambi dapat dibiayai
oleh besarnya retribusi.
Air Limbah
Belanja sanitasi selama 4 tahun terakhir untuk air limbah rata-rata sebesar 7% dari
total belanja sanitasi yang dialokasikan dalam APBD. Sedangkan perkembangannya,
4
Tidak termasuk angka aloksi tahun 2007 yang masih menunggu konfirmasi dari pokja sanitasi untuk besaran belanja
sanitasinya.
59
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
subsector air limbah mengalami pertumbuhan (CAGR) yang paling besar diantara subsector
lainnya, yaitu 85% dalam 4 tahun terakhir.
Sistem air limbah yang butuh pembiayaan adalah pengelolaan penyedotan kakus. Dari
retribusi yang diperoleh hanya dapat menutupi 40% dari seluruh biaya pengelolaan jasa
sedot kakus yang dikelola Dinas Kebersihan untuk mengangkut lumpur tinja dan operasi serta
pemeliharaan IPLT.
Drainase
Subsektor drainase yang merupakan pembangunan jaringan drainase maupun
pemeliharaan jaringan yang ada, merupakan subsector kedua terbesar setelah persampahan
yang menggunakan dana belanja sanitasi di kota Jambi, atau rata-rata dalam 4 tahun terakhir
rata-rata sebesar 35% dari seluruh belanja sanitasi. Biaya pembangunan digunakan untuk
investasi dan OP, dimana proporsinya secara umum adalah 60% untuk investasi , dan 40%
untuk biaya OP.
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa pemkot Jambi merencanakan pembangunan
sanitasi pada tahun 2011, anggarannya sebesar Rp.80,9 milyar. Berarti ada kenaikan sebesar
8,2 kali lipat jika dibandingkan belanja sanitasi kota Jambi pada tahun 2010.
Apabila kita lihat dari alokasi belanja sanitasi yang benar-benar bersumber dari APBD
kota, maka tabel berikut dapat menggambarkan perencanaan alokasi pembiayaannya.
Tabel 5.2.4.3 : Komitmen Pembiayaan sanitasi yang bersumber dari APBD Kota Jambi
60
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
Dari kedua tabel diatas, maka kita dapat mengetahui bahwa dari Rp.80,9 milyar anggaran
belanja sanitasi tahun 2011, maka porsi belanja sanitasi yang dibiayai APBD kota Jambi
hanya 20%. Sedangkan sisanya berasal dari pemerintah propinsi (2,44%), pemerintah pusat
(38,97%), dan berasal dari donor (43,12%).
Tabel 5.2.4.4 Proporsi Belanja sanitasi Kota Jambi Tahun 2011 (versi DMPSS)
Apabila kita kaitkan bahwa sanitasi merupakan urusan wajib pemda, maka porsi
pemkot Jambi dalam mengalokasikan anggaran sanitasinya sebesar hanya 20% dari total
rencana pembangunan sanitasi pada tahun 2011, kami menilainya masih terlalu kecil. Apalagi
jika mengingat belanja sanitasi kota jambi yang pernah dialokasikan pada 4 tahun kebelakang
(kecuali pada tahun 2010) sudah mendekati angka alokasi pemkot jambi pada tahun 2011
(Rp. 14,5 milyar pada 2008 dan Rp. 19,1milyar pada 2009).
Dengan alokasi belanja sanitasi yang murni berasal dari pemda sebesar Rp. 16,4
milyar, berarti prosentase terhadap total belanja APBD 2011 (dalam PPAS) nya adalah
sebesar 2,4%. Sedangkan rata-rata alokasi belanja sanitasinya dalam 7 tahun terakhir adalah
sebesar 3,6%. Atau jika melihat rata-rata belanja sanitasi pada periode sebelum dimilikinya
SSK oleh pemkot Jambi, adalah sebesar 2,56%. Dari angka-angka prosentasi belanja sanitasi
terhadap belanja APBD tersebut dari berbagai periode, maka belanja sanitasi pada tahun 2011
terbilang relatif kecil. Apalagi jika mengingat kota Jambi telah memiliki dokumen SSK sejak
3 tahun ke belakang.
Apabila kota sudah memiliki SSK dan stakeholder terinformasi dengan baik mengenai
sanitasi, maka alokasi anggaran sanitasinya berada pada kisaran 3% hingga 4%, bahkan
beberapa kota memiliki alokasi anggaran sanitasi diatas 5%.
61
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
Tabel 5.2.4.5 : Perbandingan Belanja Sanitasi antara PPAS dan DMPSS (Rp.Juta)
Sementara itu, perlu peningkatan yang signifikan atas alokasi belanja sanitasi yang
murni dibiayai oleh APBD kota. Karena apabila ditelaah lebih dalam, dimana kita
bandingkan dokumen konsolidasi SKPD (DMPSS) yang dituangkan dalam daftar
konsolidasi ada perbedaan signifikan.
Dimana alokasi biaya yang benar-benar dibiayai oleh APBD kota hanya 20% dari
kebutuhan pendanaan pada tahun 2011. Sedangkan antara PPAS dan DMPSS murni APBD
kota masih memiliki perbedaan signifikan (Rp.7miliar), dimana kedepan antara PPAS dan
DMPSS seharusnya tidak memiliki perbedaan yang signifikan
5.2.5 Analisis Rencana Pendanaan Program dalam Fasilitasi Pokja Sanitasi dan
fasilitasi : Rekomendasi dan fasilitasi kepada pokja
Ada 3 hal yang berkaitan dengan rencana pendanaan kota Jambi dan kota-kota lain
yang sedang menyusun dokumen MP pada umumnya, dalam mendanai program dan kegiatan
sanitasinya. Hal tersebut berkaitan erat dengan ; Availability sumber pendanaan, Staging
(Pentahapan) program,dan Packaging (pemaketan) program, yang perlu dipertimbangkan
sebagai dasar dari strategi pendanaan bagi pelaksanaan MP. Strategi pendanaan dimaksudkan
agar target MP dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Fund Availability
Kota jambi memiliki prioritas pendanaan untuk sub sektor persampahan,,drainase
lingkungan, disusul oleh sub sektor air limbah dan PHBS. Kota Jambi telah merencanakan
menggunakan akses kepada donor untuk fasilitas pinjaman LN untuk membangun TPA
Talang Gulo. Dimana fasilitas pinjaman akan digunakan untuk pemnyusunan studi kelayakan,
DED, serta biaya investasi perluasan TPA. Dari peencanaan kota, fasilitas pinjaman
digunakan untuk membiayai kegiatan multi tahun selama 3 tahun (2011-2013). Perluasan
TPA akan memakan biaya sebesar Rp. 94 milyar selama 3 tahun (61% dari total alokasi
pembangunan persampahan kota selama 4 tahun), dimana komposisi pembiayaannya adalah :
Tabel 5.2.5.1 : Komposisi Biaya Perluasan TPA Talang Gulo (Rp.Juta)
62
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
Sedangkan apabila kita tinjau secara keseluruhan untuk subsector persampahan saja,
maka porsi pendanaan masing masing pihak adalah sebagai berikut :
Tabel 5.2.5.2 : Komposisi Sumber Pembiayaan Perluiasan TPA Talang Gulo
Kota Jambi memiliki ketergatungan yang sangat tinggi dari fasilitas pinjaman, dimana
61% dari kebutuhan pendanaan persampahan diharapkan dibiayai dari pinjaman. Sementara
kota sendiri hanya 13%, provinsi 7%, dan pusat 19%. Oleh karenanya, perlu diperhatikan
bahwa mekanisme penyaluran pinjaman untuk sektor sanitasi masih sedikit dipraktekkan di
Indonesia, sehingga apabila prosesnya berlarut-larut maka dikhaatirkan akan mengganggu
implementasi pembangunan subsector persampahan di kota jambi. Sebagai antisipasinya,
maka ada baiknya pemko Jambi juga mencadangkan alternatif pembiayaan subsektor
persampahan dari sumber lain, baik dari APBD kota sendiri yang porsinya dinaikkan ataupun
dari provinsi dan pusat yang juga porsinya diusulkan untuk dinaikkan.
Pengusulan kenaikan dari pusat untuk pembangunan subsector persampahan dapat
dilakukan misalnya untuk pembangunan transfer depo, pembangunan TPST,maupun untuk
peningkatan dan pengadan pendukung program 3R. Sedangkan dari provinsi usulan
peningkatan alokasi pendanaan dapat dilakukan pada penambahan alat berat pendukung di
TPA dan di transfer depo serta TPST, alat kebersihan kota, maupun kegiatan-kegiatan non
fisik yang bersifat peningkatan kapasitas SDM bidang persampahan.
Kemampuan kota Jambi dalam menyelesaikan kewajiban-kewajibannya atau DSCR
(debt service coverage ratio) dalam 3 tahun terakhir sejak tahun 2008 hingga 2010 berturut
turut adalah ; 41 kali, 16 kali , dan 12 kali. Kecenderungan menurunnya DSCR bukan berarti
kemampuanya menurun dalam memenuhi kewajiban namun karena besarnya pembayaran
pokok hutang dan bunga, sementara Pendapatan asli daerah, dana bagi hasil, dan dana alokasi
63
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
umum cenderung meningkat. Sehingga apabila kota Jambi melakukan pinjaman yang
besarnya Rp. 31 milyar setiap tahunnya dalam 3 tahun (total pinjaman sebesar Rp.94 milyar
untuk membiayai perluasan TPA dan membangun composing plant) maka kota Jambi akan
mampu untuk memenuhi kewajibanyya
Tabel 5.2.5.3 : Rencana Sumber Pembiayaan Subsektor Air Limbah Kota Jambi (Rp. Juta)
64
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
TMMD (ABRI masuk desa), pembangunan infrastruktur perdesaan, dan kegiatan yang
sifatnya pemeliharaan jaringan drainase di kawasan-kawasan utama kota.
Tabel 5.2.5.4: Rencana Sumber Pembiayaan Subsektor Drainase Kota Jambi (Rp. Juta)
65
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
belanja APBDnya. Melalui MP, diharapkan dukungan-dukungan dari sumber pendanaan prov,
serta pusat akan semakin terbuka.
Maka apabila kota Jambi pada tahun-tahun selanjutnya memiliki belanja sanitasi yang
berada jauh diatas belanja rata-rata sanitasi selama ini, maka walaupun hal ini patut
dibanggakan, namun perlu mendapat perhatian. Karena menyangkut kesiapan stakeholder di
kota Jambi (persiapan tender, SKPD pelaksana, kontraktor, masyarakat) dalam melaksanakan
proses implementasinya.
Sebagai tinjauan utama maka alokasi pada tahun 2011, akan ditelaah lebih dalam.
Kota Jambi memiliki indikasi pendanaan APBD dalam hasil konsolidasi sebesar Rp. 80,9
milyar pada tahun 2011, yang merupakan gabungan dari berbagai sumber pendanaan.
Sedangkan yang berasal dari APBD murni saja adalah Rp. 13,9 milyar (menurut PPAS ,
pendanaan APBD murni Rp. 23,5 milyar) berarti Gap Pendanaan yang harus dibiayai oleh
sumber non APBD adalah sebesar Rp. 67 milyar. Strategi pentahapan program dan kegiatan
adalah agar dibuat suatu rencana pendanaan, dimana APBD kota telah optimal
mengalokasikan belanja sanitasinya, serta sumber lainnya juga telah optimal dengan
melakukan konfirmasi seksama kepada sumber masing-masing. Selanjutnya dari hasil
konfirmasi kepada sumber-sumber pendanaan, dievaluasi kembali list konsolidasi yang ada,
apakah memrlukan revisi, dimana program dan kegiatan yang pada tahun 2011 belum
terbiayai, akan menjadi prioritas pada tahun selanjutnya.
Misalnya untuk kegiatan air limbah pada tahun 2013, sebagian dapat dilakukan di
tahun 2014 sekiranya pada tahun 2013 kota masih harus melakukan kegiatan tahun 2012
yang tidak terbiayai. Begitu juga untuk kegiatan drainase lingkungan, kegiatan pada tahun
2012 dapat dilakukan pentahapan untuk dilakukan pada tahun 2013 dan 2014, dimana hal
tersebut juga berlaku bagi kegiatan pada tahun tahun selanjutnya.
Strategi pentahapan program dan kegiatan, tidak saja akan membuat kota bertindak
lebih realistis terhadap kesiapan masing-masing SKPD yang melaksanakan setiap kegiatan
(serta tim pengadaan UPL pemda) , namun juga guna mengantisipasi adanya perubahan-
perubahan skenario pendanaan oleh pihak-pihak diluar pemda (pusat, provinsi, donor, pihak
swasta), serta juga memberikan waktu bagi pemkot dalam melakukan konsolidasi sekiranya
ada banyak perubahan pada program dan kegiatan (perubahan prioritas, nilai, pendanaan)
yang sudah dicanangkan. Apalagi kota Jambi mengusulkan fasilitas pinjaman LN yang
melibatkan beberapa kementrian dalam mekanisme penyalurannya, dimana aroma
birokrasinya sudah pasti amat pekat, dan berisiko untuk tidak sesuai skedul.
66
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
Kota Jambi memiliki perbedaan yang relatif besar antara nilai nominal program
sanitasi yang ada didalam PPAS dengan nilai nominal program sanitasi yang dimasukkan
dalam konsolidasi. Dalam PPAS 2011, program sanitasi indikasi nilainya sekitar Rp.
23,4milyar (lihat tabel 5.2.5), sedangkan dalam hasil konsolidasi nilainya Rp. 13,9 milyar,
maka ada perbedaan antara PPAS dan hasil konsolidasi MP sebesar Rp. 10,5 milyar.
Namun demikian indikasi pendanaan dalam PPAS 2011 kota Jambi dapat dikatakan
masih relatif kecil, apalagi jika mengingat kota Jambi memiliki rasio rata rata belanja
sanitasi terhadap belanja APBD sebesar 3,6%, sementara nilai belanja APBD dalam PPAS
hanya mencerminnkan rasio belanja sanitasi terhadap belanja APBD (2011) sebesar 2,4%,
maka pemda masih memiliki peluang menaikkan alokasi anggarannya dalam PPAS. Hal ini
dapat dilakukan pada saat adanya perubahan APBD. Strategi pentahapan tidak saja
melakukan pergeseran tahun namun juga optimalisasi program dan kegiatan untuk setiap
tahunnya, tanpa mengganggu keutuhan/kelengkapan suatu program. Dengan kata lain apabila
pada tahun 2011 belanja sanitasi kota Jambi hanya 2,4% dari belanja APBD (dimana rata-rata
7 tahun sebelumnya 3,6%) maka pada APBD P 2011, sebaiknya belanja sanitasi ditambah,
atau pada tahun 2012 harus mengalami kenaikan sehingga belanja sanitasinya berada di
kisaran 4% dari belanja APBD.
Namun demikian, perlu diperhatikan pencapaian tahun sebelumnya, dimana angka
pencapaian tahun berjalan harus memperhitungkan rata-rata dana yang tidak terserap
(penyerapan riil dari setiap SKPD) di kota Jambi, jika hal ini tidak diakomodir, maka kota
Jambi akan menanggung beban target yang sangat berat, dan berakibat pada tidak tercapainya
target-target yang telah dibuat.
Walaupun PPAS menunjukkan program dan kegiatan yang hanya akan dibiayai oleh
APBD kota, namun PPAS dapat menjadi indikator kesiapan kota terhadap suatu sektor
(kemampuan mendesain suatu program dan kegiatan serta memprioritaskannya), khususnya
menyangkut kesiapan perencanaan pengusulan anggaran. Sehingga walaupun dalam PPAS,
tidak terdapat pengajuan usulan program dan kegiatan yang pendanaannya bersumber dari
pendanaan non-APBD kota, misalnya APBN, APBD Provinsi, atau Donor, namun PPAS
tetaap dapat dilihat sebagai bentuk kesiapan pemda dalam mengelola suatu program. Oleh
karena itu dalam perencanaan penganggaran, kota Jambi pada tahun-tahun mendatang dan
pada saat melakukan review daftar konsolidasi MP mempertimbangkan beberapa hal berikut
ini :
67
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
Kemampuan pendanaan kota (SKPD nya) dalam mengelola suatu program dan kegiatan.
Misalnya suatu dinas memiliki data historis anggaran yang besarnya Rp. X milyar,
karena proposal yang disiapkan dinilai fundable oleh donor, maka dinas tersebut
mendapatkan pendanaan yang besarnya misalnya Rp.5x, maka harus dipikirkan
kemampuan penyerapan dana, kemampuan aparat dalam implementasinya, dan
keberadan serta kesiapan kontraktor pelaksana. Untuk hal seperti ini, strategi pentahapan
akan sangat membantu baik bagi kota maupun SKPD dalam implementasi program dan
kegiatan sanitasi.
Apabila SKPD terkait menyadari akan adanya kenaikan yang sangat drastis atas nilai
nominal suatu program dan kegiatan dibandingkan tahun sebelumnya, maka
menangguhkan sebagian program untuk dilaksanakan pada tahun ke n+1 atau n+2 akan
sangat membantu stakeholder dalam melaksanakan APBD secara lebih akuntabel.
Alternatifnya, jumlah unit program dapat dikurangi (dari misalnya 2 unit menjadi 1 unit),
untuk dialihkan ke tahun berikutnya.
Suatu program atau beberapa program yang bergeser dari tahun ke n ke tahuntahun
berikutnya harus dijadikan catatan agar diakomodir oleh kota (TAPD khususnya) ketika
menyusun PPAS nya (untuk dijadikan prioritas, yang akan dibiayai APBD) dan RKA
SKPD. Hal ini tentu saja membutuhkan peranan anggota pokja sanitasi untuk
mempromosikan program dan kegiatan sanitasi (kepada kepala SKPD dan TAPD) agar
diakomodir dalam PPAS yang menjadi acuan dalam merevisi konsolidasi program dan
kegiatan yang disusun untuk tahun berikutnya. Selain itu, Pokja sanitasi juga akan
mempromosikan usulan program kepada stker APBN di provinsi serta dinas terkait di
provinsi, untuk mendapatkan akses pendanaan.
Program dan kegiatan sanitasi yang ada dalam PPAS harus dibuat seoptimal mungkin,
tidak saja program fisik namun juga program non-fisik, dengan memakai referensi utama
dari SSK dan dokumen perencanan lain (RPIJM). Kedepan kota Jambi akan lebih
mengoptimalkan program non fisiknya, terutama di kawasan yang akan dibangun sarana
fisik bernilai besar (TPA dan sewerage system).
68
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
5
Bagaimana akses kepada pusat melalui K/L dan APBD propinsi, dan tentu APBD kota
sendiri
6
Melakukan pemaketan untuk program persampahan dengan pendanaan dari pinjaman
69
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
5.2.6. Kesimpulan
1. Kota Jambi memiliki TAPD yang telah terinformasi dengan baik, atau dengan kata
lain telah mendapat masukan yang komprehensif mengenai aspek sanitasi dari pokja
sanitasinya, khususnya dalam menyiapkan usulan program dan kegiatan.
2. Adanya perbedaan antara PPAS dan hasil konsolidasi/DMPSS menunjukkan bahwa
hal positip telah terjadi di kota Jambi. Dimana dengan adanya DMPSS, usulan
program dan kegiatan menjadi lebih optimal. Hal ini karena setiap SKPD memiliki
forum diskusi tambahan guna mengkoordinasikan program dan kegiatan sanitasi,
disamping forum penganggaran yang telah baku.
3. Kota Jambi ada faktor lain diluar faktor teknis yang berpengaruh terhadap
diakomodasinya program sanitasi dalam APBD (faktor politis), namun faktor teknis
(proses perencanaan, dan dokumen perencanan) masih memiliki bobot paling besar
dalam menunjang keberhasilan suatu usulan program untuk diakomodir dalam
APBD.
4. Kemampuan keuangan kota Jambi sangat potensial untuk meningkatkan belanja
sanitasinya sampai kepada titik optimal yang dimilikinya. Saat ini belanja sanitasi
kota Jambi berkisar pada angka 4% dari total belanja APBD. Dengan dukungan
pertumbuhan ekonomi dan data-data ekonomi makro yang mendukung
(pertumbuhan ekonomi, kapasitas fiskal, dll), maka kota jambi dapat terus konsisten
menjalankan pembangunan sanitasi dari APBD nya dengan dukungan dari provinsi
dan pusat.
5. Faktor-faktor penting lainnya yang sangat menunjang proses pengusulan anggaran
di kota Jambi adalah adanya rapat-rakat koordinasi lintas SKPD sebelum (dan
sesudah) rapat TAPD, dan rapat rapat kerja dengan komisi di DPRD.
6. Belanja sanitasi kota Jambi berfluktuasi nilainya dari tahun-ketahun, bahkan ada
peningkatan hampir 8 kali padatahun 2011 dibandingkan tahun 2010. Namun karena
kesiapan aparat yang terlibat langsung sangat baik, maka risiko tidak terserapnya
dana-dana yang ada telah dimiliki mekanisme antisipasinya. Yaitu dengan terus
menerus meningkatkan kapasitas SDM dan hubungan kerja dengan pihak-pihak
penyedia dana. dan aparat serta masyarakat tidak siap menerima program yang
nilainya besar, sehingga program tidak dapat terselesaikan. Maka pentahapan
program menjadi penting dilakukan.
70
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
7. Ke depan, apabila melakukan revisi tahunan terhadap hasil konsolidasi, kota Jambi
akan memperhitungkan 3 hal penting dalam perencanaan pendanaannya yaitu,
availability sumber pendanaan, pentahapan terhadap jumlah program dan
besaranya / jumlah nominal program dan pemaketan program.
Secara detail rincian kegiatan dan perkiraan biaya dapat dilihat pada Lampiran A.
b. Sub-Sektor Persampahan
Masterplan Pengelolaan Persampahan skala kota direncaakan selesai pada akhir 2011.
Penyusunan AMDAL TPA Talang Gulo dijadwalkan pada tahun 2011.
Studi kelayakan, DED dan Perluasan TPA Talang Gulo (konstruksi) serta
pembangunan Green Waste Composting Plant akan dilaksanakan secara bertahap dan
direncanakan mulai tahun 2011 dan ber-operasi pada tahun 2013. Pelaksanan kegiatan
ini didanai oleh Pemerintah Jerman.
Peningkatan kinerja TPA Talang Gulo (lama) termasuk penutupan dan gasifikasi secara
bertahap dan terus menerus setiap tahun sampai dengan tahun 2014.
71
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
c. Sub-Sektor Drainase
Review Masterplan Drainase akan dijadwalkan pada tahun 2011
Perencanaan dan Pembangunan Saluran Drainase dilaksanakan secara bertahap dan
simultan setiap tahun mulai tahun 2011 2014.
d. Hiegene
Pelaksanaan kegiatan untuk mendukung program hiegene dilakukan rutin setiap tahun
dari tahun 2011 sampai dengan 2014.
72
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
BAB. VI
REKOMENDASI DAN TINDAK LANJUT
6.1 Rekomendasi
Dengan tersusunnya Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi (DMPSS) Kota
Jambi Tahun 2011-2014, maka dapat diketahui arah, prioritas dan target yang hendak
dicapai serta kebutuhan pendanaan yang diperlukan dari kegiatan pembangunan sektor
sanitasi yang meliputi subsektor air limbah, persampahan, drainase dan PHBS. Disamping itu
DMPSS akan digunakan sebagai rujukan dalam peng-anggran dari berbagai sumber
pendanaan baik pendanaan dari pemerintah yeng melalui mekanisme anggaran APBD Kota,
APBD Provinsi, dan APBN maupun pendanaan dari berbagai sumber pendanaan non
pemerintah seperti dari Loan, Hibah, swasta dan dari masyarakat.
Keterbatasan kemampuan kota Jambi dalam penyediaan anggaran dan pendanaan
merupakan kendala utama didalam percepatan pembangunan sektor sanitasi (PPSP),
sehingga diperlukan dukungan pendanaan dari berbagai sumber pendanaan dan pembiayaan
seperti tersebut diatas.
Kebutuhan biaya pembangunan Sanitasi Kota Jambi Tahun 2011 sampai dengan 2014
adalah Rp. 392.565.000.000,00 sedangkan kemampuan APBD Kota adalah Rp.
77.525.000.000,00 dan bantuan dari loan dan grant yang sudah disepakati adalah Rp.
98.775.000.000,00. Sehingga masih kekurangan pendanaan (Funding gap) sebesar Rp.
217.265.000.000,00. Untuk itu masih sangat diperlukan dukungan pendanaan dari luar APBD
Kota Jambi.
73
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
Kota Jambi
pembangunan sector sanitasi kota Jambi. Untuk mendapatkan akses pendanaan dari
masyarakat dapat dilakukan dengan memberikan stimulan-stimulan untuk pembangunan
sanitasi dan pemberdayaan masyarakat melalui KSM-KSM yang sudah dibentuk dalam
pembangunan, pengelolaan, pemeliharaan dan operasional sarana dan prasarana sanitasi.
Namun demikian apabila dari seluruh sumber pendanaan yang ada baik secara
keseluruhan maupun pada setiap tahun tidak dapat mencukupi seluruh kebutuhan biaya
pembangunan sanitasi maka pembangunan sector sanitasi berdasarkan skala prioritas dan
diperlukan penjadualan ulang.
Selain itu, DMPSS ini merupakan rujukan utama didalam pengajuan usulan
penganggaran sektor sanitasi setiap tahun melalui mekanisme baku peng-usulan anggaran
pembangunan tahunan. Review, evaluasi dan monitoring DMPSS akan dilakukan setiap tahun
sesuai dengan perkembangan pembangunan sanitasi Kota Jambi.
74
LAMPIRAN A:
Usulan Program dan Kegiatan 2011-2014
L1-1
L1-2
L1-3
L1-4
L1-5
L1-6
L1-7
L1-8
L1-9
L1-10
L1-11
L1-12
L1-13
L1-14
L1-15
L1-16
LAMPIRAN B:
Rencana Program Investasi Sektor Sanitasi Sumber
Pendanaan APBD Kota, APBD Provinsi dan APBN
LAMPIRAN C:
Prioritas Program dan Kegiatan
L2-1
L2-2
L2-3
L2-4
L2-5
L2-6
L2-7
L2-8
L2-9
L2-10
L2-11
LAMPIRAN D:
Ringkasan Eksekutif Dokumen Perencanaan yang ada
LAMPIRAN E:
Ruang Lingkup Pekerjaan Konsultansi Perencanaan
Studi dan Desain
I. STUDI MASTERPLAN
Kebutuhan studi untuk penyusunan masterplan di sektor sanitasi Kota Jambi adalah sebagai
berikut:
a. Sub-sektor air limbah
Judul studi Penyusunan Masterplan pengelolaan air limbah terpadu
Lingkup pekerjaan Masterplan ini mencakup:
- Kondisi eksisting pengelolaan air limbah yang meliputi aspek
teknis, kelembagaan, ekonomi dan keuangan, dan sosial.
- Perkiraan tentang dampak dan keuntungan/benefit dari
pembangunan sewerage system ini yang ditinjau dari Aspek
social, ekonomi, financial dan teknis.
- Perhitungan untuk produksi air limbah saat ini, karakteristik
air limbah yang ada, serta estimasi produksi air limbah hingga
20 tahun.
- Identifikasi dan pemetaan terhadap kegiatan yang
menimbulkan air limbah signifikan (point source pollution).
- Opsi sistem pengelolaan air limbah untuk wilayah padat
penduduk dan CBD yang secara bertahap mendukung
pengembangan sewerage system
- Opsi sistem pengelolaan air limbah untuk wilayah dengan
kepadatan penduduk rendah serta kemungkinan integrasi
dengan sewerage system yang akan dikembangkan
- Opsi sistem pengelolaan air limbah untuk wilayah spesifik
(rawa dan slum area)
- Opsi pengelolaan air limbah untuk point source pollution
- Indikasi kebutuhan biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan
pembangunan fasilitasi pengelolaan yang dibutuhkan serta
jadwal implementasi.
Luas area studi Keseluruhan wilayah administratif Kota Jambi seluas kurang
lebih 208 km2
L4-0
pelengkapnya.
- Pilihan teknologi untuk Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) rumah tangga beserta perhitungan awal dimensi yang
diperlukan dan kemungkinan dilakukan inter koneksi terhadap
sistem pengolahan air limbah terpusat (off-site sistem) skala
kota.
- Perkiraan biaya investasi.
- Rencana implementasi dan skala prioritas.
- Rencana sumber pendanaan dan pembiayaan.
- Studi kelembagaan untuk pengelolaan IPAL Komunal.
Luas area studi 208 km2
Perkiraan Seluruh kota Jambi.
beneficiaries
b. Sub-sektor persampahan
Judul studi Penyusunan Masterplan pengelolaan persampahan di Kota
Jambi
Lingkup pekerjaan Masterplan ini mencakup:
- Kondisi eksisting pengelolaan persampahan yang meliputi
aspek teknis, kelembagaan, ekonomi dan keuangan, dan sosial.
- Perhitungan untuk timbulan sampah saat ini, karakteristik
sampah yang ada, serta estimasi produksi air limbah hingga 20
tahun.
- Identifikasi dan pemetaan terhadap kegiatan yang
menimbulkan timbulan sampah.
- Opsi sistem pengelolaan sampah skala kota yang efektif dan
efisien.
- Indikasi kebutuhan peralatan seperti tempat sampah, TPS,
transfer depo, gerobag dsb berikut dengan penempatannya.
- Indikasi kebutuhan alat angkut dan alat berat serta
penempatannya.
- Indikasi kebutuhan biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan
pembangunan fasilitasi pengelolaan yang dibutuhkan serta
jadwal implementasi.
Luas area studi Keseluruhan wilayah administratif Kota Jambi seluas kurang
lebih 208 km2
L4-1
- Perhitungan untuk timbulan sampah saat ini, karakteristik air
limbah yang ada, serta estimasi produksi air limbah hingga 20
tahun.
- Identifikasi dan pemetaan terhadap kegiatan yang
menimbulkan timbulan sampah.
- Opsi sistem pengelolaan dan pengangkutan sampah skala kota
yang efektif dan efisien.
- Indikasi kebutuhan peralatan seperti tempat sampah, TPS,
transfer depo, gerobag dsb berikut dengan penempatannya.
- Indikasi kebutuhan alat angkut dan alat berat serta
penempatan/penyebarannya.
- Perkiraan biaya operasi dan pemeliharan sarana dan prasarana
persampahan.
- Perhitungan besaran retribusi.
Luas area studi Keseluruhan wilayah administratif Kota Jambi seluas kurang
lebih 208 km2
c. Sub-sektor drainase
Judul studi Review Masterplan pengelolaan drainase di Kota Jambi
Lingkup pekerjaan Review Masterplan ini mencakup:
- Masterplan yang ada dibuat tahun 2006, sudah tidak sesuai
lagi dengan kondisi banjir saat ini.
- Lingkup kegiatan meliputi sistem drainase makro (sungai) dan
sistem drainase mikro (Sal. Drainase primer dan Sal. drainase
sekunder).
- Kondisi eksisting sistem drainase dan pengelolaannya yang
meliputi aspek teknis, kelembagaan, ekonomi dan keuangan,
dan sosial.
- Identifikasi dan pemetaan titik-titik banjir dan penyebabnya.
- Perhitungan kapasitas saluran yang ada dan indikasi
penanganannya.
- Pemetaan dan pembagian sub-sistem drainase.
- Perhitungan kerugian yang ditimbulkan oleh adanya genangan
yang terjadi.
- Opsi penanganan genangan secara menyeluruh skala kota.
- Indikasi kebutuhan biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan
pembangunan fasilitasi pengelolaan yang dibutuhkan serta
jadwal implementasi.
- Saran dan rekomendasi
Luas area studi Keseluruhan wilayah administratif Kota Jambi seluas kurang
lebih 208 km2
L4-2
L4-3
II. STUDI KELAYAKAN
Kebutuhan studi untuk penyusunan studi kelayakan di sektor sanitasi Kota Jambi adalah
sebagai berikut:
a. Sub-sektor air limbah
Judul studi Penyusunan studi kelayakan Pengembangan sistem air limbah
skala kota (Sewerage system) dan Detail Desain
Lingkup pekerjaan Penyusunan studi kelayakan ini meliputi:
i. Studi kelayakan aspek teknis
ii. Studi kelembagaan pengelolaan sewerage system.
iii. Studi kelayakan yang ditinjau dari aspek social dan budaya.
iv. Studi kelayakan ditinjau dari aspek keuangan dan ekonomi.
pembangunan sewerage system di Jambi, termasuk studi
mengenai tarif dan mekanisme pengumpulannya.
v. Penyusunan DED sewerage system terpusat pada daerah
terpilih/prioritas termasuk daerah pengembangan instalasi
pengolah limbah terpadu perkotaan (3 kluster @ 5000 jiwa)
dan 4 kawasan yang mencakup:
Pengukuran topografi.
Prediksi produksi air limbah pada daerah perencanaan
setidaknya 30 tahun kedepan.
Penyelidikan karakteristik air limbah yang akan diolah.
Survey dan investigasi penggunaan jamban dan
septiktank oleh masyarakat.
Pemilihan lokasi pengolahan limbah (IPAL) yang tepat,
efektif dan efisien.
Sosialisasi pembangunan sewerage system terpusat
kepada masyarakat yang difasilitasi oleh Pemerintah
Kota. (minimal 2 kali).
Diskusi dengan pihak terkait: Inception, Interim dan
Draft Laporan Ahir.
Pemilihan teknologi pengolahan yang tepat, efektif dan
efisien.
Perencanaan detail dan penggambaran.
Perhitungan volume pekerjaan (BoQ).
Penyusunan rencana anggaran biaya (RAB).
Penyusunan dokumen tender
Luas area studi 1200 Ha
Perkiraan 92.000 penduduk ( 15 % dari total populasi Jambi tahun 2009)
beneficiaries
L4-4
b. Sub-sektor persampahan
Judul studi Studi kelayakan pembangunan TPA Baru / AMDAL dan Detail
Engineering Desain (DED).
Lingkup pekerjaan - Studi kelayakan TPA baru dan penutupan TPA lama Talang
Gulo yang ditinjau dari berbagai aspek yang meliputi aspek
teknis, aspek keuangan, ekonomi dan social termasuk studi
kelembagaan.
- Studi AMDAL yang meliputi:
a. Analisa dampak social
b. Analisa dampak terhadap lingkungan.
c. Rekomendasi terhadap pembangunan TPA baru dan
Penutupan TPA lama terhadap dampak lingkungan.
c. Sub-sektor drainase
Tidak ada kegiatan studi kelayakan
L4-5
III. DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
Kebutuhan Detail Engineering Design (DED) sektor sanitasi Kota Jambi adalah sebagai
berikut:
a. Sub-sektor Air Limbah
Judul studi Menyusun DED Septik tank komunal kawasan RSH
Lingkup pekerjaan Kegiatan penyusunan DED ini melipui:
Pengukuran topografi detail
Perhitungan produksi air limbah untuk wilayah
perencanaan serta karakteristik air limbahnya
Pilihan teknologi instalasi pengolahannya (komunal),
perhitungan dimensi untuk jaringan pengumpul dan
instalasi pengolahannya serta perhitungan struktur
Perencanaan dan penggambaran detail perpipaan.
Penyusunan gambar detail bangunan dan fasiltas
pendukungnya.
Perhitungan volume pekerjaan (BoQ).
Penyusunan rencana anggaran biaya yang diperlukan
Penyusunan dokumen tender
Luas area studi 5 kawasan ( @ 10 Ha)
Perkiraan 10.000 KK.
beneficiaries
L4-6
Perencanaan dan penggambaran detail perpipaan,
bangunan dan fasilitas pendukungnya.
Perhitungan volume pekerjaan (BoQ).
Penyusunan rencana anggaran biaya.
Penyusunan dokumen tender
Luas area studi 250 Ha
Perkiraan 20.000 jiwa
beneficiaries
Judul studi Penyusunan DED sistem air limbah industri rumah tangga
berbasis masyarakat.
Lingkup pekerjaan Penyusunan DED ini meliputi Perencanaan Prasarana dan
Sarana (PS) Air Limbah setempat dan komunal (untuk industry
rumah tangga, lokasi tersebar di beberapa tempat):
Pengukuran topografi.
Perhitungan produksi air limbah daerah perencanaan
serta karakteristik air limbahnya
Melibatkan masyarakat dalan perencanaan ini, melalui
sosialisasi dan diskusi dengan masyarakat pengguna
yang difasilitasi oleh pemerintah kota sehingga diketahui
keinginan masyarakat.
Survey investigasi industry rumah tangga kota Jambi
dengan melibatkan masyarakat pengguna termasuk
termasuk penentuan lokasinya IPAL.
Pilihan teknologi pengolahan yang tepat, efisien dan
efektif serta mudah dan murah didalam O dan P
Perencanaan dibuat sedemikian rupa agar dapat
dimungkinkan interkoneksi dengan sewer system skala
kota.
Perencanaan dan penggambaran detail perpipaan,
bangunan dan fasilitas pendukungnya.
Perhitungan volume pekerjaan (BoQ).
Penyusunan rencana anggaran biaya.
Penyusunan dokumen tender
Luas area studi Kurang lebih 10 Ha
Perkiraan unit industry rumah tangga.
beneficiaries
L4-7
Judul studi Studi dan desain pembangunan septic tank komunal kawasan
cagar budaya
Lingkup pekerjaan Pengukuran topografi.
Perhitungan produksi air limbah. serta karakteristik air
limbahnya dalam skala kawasan cagar budaya.
Pemilihan lokasi yang tepat.
Pilihan teknologi pengolahan yang tepat efektif dan
efisien.
Perencanaan detail perpipaan, bangunan dan fasilitas
pendukung lainnya.
Penyusunan Gambar Detail Bangunan dan fasilitas
pendukungnya.
Perhitungan volume pekerjaan (BoQ).
Penyusunan rencana anggaran biaya yang diperlukan
Penyusunan dokumen tender
Luas area studi Xxxx Ha
Perkiraan Semua pengunjung cagar budaya.
beneficiaries
L4-8
b. Sub-sektor Persampahan
Judul studi Penyusunan rencana teknis dan Pembuatan DED Proses
Pengomposan Sampah.
Lingkup pekerjaan Pengukuran situasi
Perencanaan bangunan utama berupa bangunan gedung,
gudang dan bangunan penunjangnya untuk mendukung
proses koposting yang efektif dan efisien.
Bangunan sipil yang mendukung untuk mekanikal
seperti pondasi genset, ayakan, incinerator (bila
diperlukan) dan bangunan pendukung lainnya.
Pemilihan teknologi composting yang efektif dan efisien
yang menghasilkan kompos baik.
Pemilihan teknologi composting yang sesuai dengan
jenis dan karakteristik sampah yang ada.
Memberikan rekomendasi tentang bahan kompos yang
digunakan sesuai jenis alat composting yang dipilih.
Menyusun buku pedoman dan biaya untuk operasi dan
pemeliharaan.
Pilihan teknologi pengolahan, perhitungan dimensi serta
perhitungan struktur
Melakukan training kepada pengelola.
Penyusunan Gambar Detail Bangunan dan fasilitas
pendukungnya.
Penyusunan rencana anggaran biaya yang diperlukan
Penyusunan dokumen tender
Volume 2 Lokasi
Perkiraan 2 kecamatan
beneficiaries
L4-10
c. Sub-sektor drainase
Judul studi Studi Investigasi Saluran Drainase Kawasan Kumuh
Lingkup pekerjaan a. Pengukuran topografi
b. Pengumpulan data permasalahan saluran drainase dan
genangan dengan melibatkan masyarakat setempat.
c. Survey identifikasi saluran drainase yang ada.
d. Penyusunan konsep dan layout penanganan saluran
drainase.
e. Melakukan konsultasi publik kepada masyarakat terhadap
konsep penanganan saluran yang diusulkan dan untuk
memperoleh masukan dari masyarakat.
f. Perhitungan hidrologi dan hidrolika.
g. Pemilihan teknologi yang tepat, efisien dan efektif.
h. Perencanaan detail.
i. Perhitungan volume pekerjaan (BoQ).
j. Penyusunan rencana anggaran
k. Penyusunan dokumen tender
Luas area studi 7 kawasan kumuh.
Perkiraan Xxxx jiwa
beneficiaries
L4-12
II. Perlindungan Sosial dan Lingkungan
a. Sub-sektor Air Limbah
b. Sub-sektor persampahan
Sudah termasuk kedalam kegiatan studi kelayakan pada sub bab sebelumnya
c. Sub-sektor Drainase
L4-13
LAMPIRAN F:
JADWAL KEGIATAN
L5-1
L5-2
L5-3
L5-4
L5-5