A. PENDAHULUAN
XVIII/3
Di bidang kesehatan; dalam rangka
meningkatkan cakupan dan pemerataan pelayanan
kesehatan, selama dua tahun pertama Repelita VI,
melalui Inpres Bantuan Sarana Kesehatan telah
dibangun sejumlah puskesmas baru dan puskesmas
pembantu, serta pengadaan puskesmas keliling yang
dilengkapi dengan pengadaan peralatan medis dan
nonmedis. Di samping itu, pemberian bantuan obat
per kapita disempurnakan dengan cara memberikan
bantuan yang lebih besar terhadap penduduk di
desa tertinggal. Dengan pola alokasi bantuan obat
yang telah disempurnakan ini, maka bantuan obat
rata-rata per kapita di Kawasan Timur Indonesia
(KTI) menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan
rata-rata per kapita di Kawasan Barat Indonesia
(KBI). Bantuan obat rata-rata per kapita di KTI
adalah sebesar Rp788 per kapita, sedangkan di KBI
sebesar Rp711 per kapita. Kegiatan lainnya untuk
lebih meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan
khususnya di daerah-daerah terpencil dilakukan
melalui percepatan penempatan tenaga dokter,
dokter gigi dan bidan dengan pola pegawai tidak.
tetap (PTT). Dengan pola penempatan PTT ini maka
penyebaran tenaga bagi daerah terpencil dapat
lebih cepat dan merata, karena kepada mereka
diberikan tunjangan khusus sesuai dengan tingkat
keterpencilannya.
XVIII/5
khususnya dalam empat keahlian dasar tersebut. Setelah lulus
pendidikan mereka diwajibkan untuk menjalankan masa baktinya di
rumah sakit kabupaten. Di samping itu untuk meningkatkan kualitas
dan pemerataan pelayanan kesehatan rumah sakit, kepada para calon
lulusan dokter ahli dibidang empat keahlian dasar tersebut diwajibkan
magang dirumah-rumah sakit kelas C.
XVIII/6
universitas daerah. Untuk itu pembinaan masyarakat terasing pada
tahun 1995/96 dilakukan bagi 5.993 KK.
XVIII/7
dan bermutu. Pembangunan keluarga sejahtera
diarahkan untuk mewujudkan kehidupan keluarga
yang berlandaskan nilai-nilai agama dan nilai-nilai
luhur budaya bangsa serta menumbuhkan dan
mengembangkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya norma keluarga kecil, bahagia, dan
sejahtera.
B. KESEHATAN
XVIII/9
pelayanan kesehatan yang makin menjangkau seluruh
lapisan masyarakat. Dalam rangka itu, sasaran yang
akan dicapai adalah meningkatnya angka harapan
hidup waktu lahir menjadi sekitar 64,6 tahun,
menurunnya angka kematian kasar menjadi sekitar
7,5 per seribu penduduk; menurunnya angka
kematian bayi menjadi 50 per seribu kelahiran
hidup; dan menurunnya angka kematian ibu
melahirkan menjadi 225 per seratus ribu kelahiran
hidup.
XVIII/ l0
meningkatkan peran serta masyarakat dan organisasi
profesi; meningkatkan mobilisasi dana masyarakat
untuk pembiayaan kesehatan; meningkatkan
manajemen upaya kesehatan; serta
mengoptimasikan penyediaan, pengelolaan, dan
pendayagunaan tenaga kesehatan.
a. Program Pokok
XVIII/11
kan derajat kesehatan yang optimal. Kegiatan pokok
yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut,
antara lain meliputi penyebarluasan informasi
kesehatan, pengembangan dan pembinaan
pengelolaan penyuluhan, dan pengembangan
potensi swadaya masyarakat di bidang kesehatan.
XVIII/12
pusat, propinsi, kabupaten dan kecamatan serta
desa-desa di seluruh Indonesia, sehingga
melampaui sasaran yang ditetapkan.
XVIII/13
peningkatan peran serta lembaga swadaya masyarakat
(LSM), dan peningkatan upaya kesehatan kerja.
XVIII/1'6
dan pemulihan kesehatan di puskesmas dan/atau rumah sakit secara
cuma-cuma. Manfaat kartu sehat ini tidak hanya untuk berobat saja,
namun juga untuk menggugah mereka yang menerimanya agar lebih
banyak memperhatikan kesehatan diri dan keluarganya.
XVIII/17
ditempatkan tercatat sekitar 49 ribu orang, sehingga
diharapkan sesudah penempatan tahun ketiga
Repelita VI, seluruh kebutuhan bidan desa sebanyak
54 ribu orang sudah dapat terpenuhi. Dengan
demikian selanjutnya setiap desa akan mempunyai
sekurang-kurangnya seorang bidan desa. Untuk
mendukung kegiatan mereka diberikan bantuan alat
transpor, biaya pemondokan, biaya operasional dan
peralatan untuk bidan.
XVIII/19
mutu, dan efisiensi pelayanan kesehatan di setiap rumah sakit serta
mengembangkan dan memantapkan pelayanan rujukan yang
dilaksanakan dari puskesmas ke rumah sakit kabupaten, rumah sakit
propinsi dan rumah sakit di tingkat pusat.
XVIII/20
ditempatkan 244 tenaga dokter ahli baru dari
empat keahlian dasar yaitu ahli bedah, ahli anak,
ahli penyakit dalam serta ahli kebidanan dan
kandungan, Untuk mempercepat penempatan para
dokter ahli di rumah sakit kabupaten terutama di
daerah-daerah terpencil, sejak tahun 1994/95
prioritas pemberian beasiswa pendidikan dokter
ahli diberikan. kepada dokter yang ditempatkan atau
akan ditempatkan di kabupaten, khususnya untuk. 4
keahlian dasar dan 3 keahlian penunjang yaitu ahli
radiologi, anestesi, dan patologi klinik. Agar para
dokter ahli tersebut dapat menjalankan masa
baktinya di rumah sakit kabupaten secara optimal,
disediakan berbagai paket peralatan sesuai
kebutuhan. Pada tahun 1995/96 antara lain
disediakan 121 paket peralatan keahlian dasar; 42
paket peralatan keahlian penunjang seperti ahli
anestesi, radiologi, dan patologi klinik, serta 50
paket peralatan dokter spesialis lainnya. Di
berbagai rumah sakit telah dilakukan pula
penggantian atau penambahan peralatan medik
sebanyak 610 unit, peralatan non-medik 1.326 unit
dan 73 unit kendaraan atau ambulans. Selain itu,
diberikan pula bantuan obatobatan dan peralatan
medik kepada 9 rumah sakit swasta, terutama yang
berlokasi di luar pulau Jawa dan Bali.
XVIII/21
pelayanan di seluruh rumah sakit pemerintah baik
pusat maupun daerah. Pada tahun anggaran 1995/96
untuk 407 rumah sakit telah disediakan biaya OPRS
sebanyak Rp60 milyar.
XVIII/23
Penyakit menular yang masih banyak diderita oleh masyarakat
berpenghasilan rendah dan terutama tinggal di daerah perdesaan
adalah penyakit Tuberkulosa Paru (TB-Paru). Perhatian terhadap
penyakit ini meningkat sejalan dengan meluasnya penyebaran penyakit
Acquired Immuno Deficiency Syndrome. (AIDS), karena penyakit ini
menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh penderita, sehingga
pederita menjadi lebih mudah terjangkit penyakit TB-Paru. Sejak
tahun pertama Repelita VI telah dilaksanakan upaya penyempurnaan
dalam penanggulangan penyakit ini yang meliputi cara penemuan
penderita, dan cara pengobatannya. Peralatan untuk diagnosa
penderita yang sebelumnya menggunakan mikroskop monokuler,
diganti menjadi mikroskop binokuler. Di samping itu upaya
pemberantasan TB-Pam yang dilaksanakan melalui puskesmas
juga terintegrasi dengan sarana pelayanan kesehatan lainnya seperti
balai pengobatan penyakit pare (BP4) dan rumah sakit. Sementara itu,
kerjasama dengan perkumpulan pemberantasan tuberkulosa Indonesia
(PPTI) terus ditingkatkan. Pada tahun 1995/96 telah dilaksanakan
pemeriksaan bakteriologis yang meliputi sekitar 335,3 ribu sediaan
dahak dan pengobatan terhadap sekitar 30,2 ribu penderita (Tabel
XVIII-3). Dengan demikian pada tahun kedua Repelita VI jumlah
pemeriksaan dan pengobatan penderita TB-paru masing-masing
meningkat sebesar 14.8 persen dan 13.5 persen dibandingkan tahun
1994/95.
XVIII/24
lalui media massa terus diintensifkan. Pada tahun
kedua Repelita VI, kegiatan sero survai AIDS dan
sifilis mencakup 910.250 sampel. Selain itu,
dilaksanakan pula pemeriksaan (skrining)
terhadap 850.000 kolf darah yang akan
ditransfusikan. Dengan demikian darah yang akan
ditransfusikan dijaga agar terbebas dari virus HIV.
XVIII/2
5
tahun 1995/96 masih cukup tinggi yaitu sekitar
18,4 per seratus ribu penduduk, sehingga perlu
dilakukan pemantauan dan pengobatan penderita
secara dini yang didukung oleh kegiatan
pemberantasan penyakit menular secara terpadu
dan efektif melalui berbagai sarana pelayanan
kesehatan yang ada. Di samping itu kegiatan
pemberantasan penyakit DBD juga dilaksanakan
melalui peningkatan peran serta masyarakat dalam
bentuk pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
dengan cara menguras, mengubur dan menutup
sarang nyamuk.
Seperti halnya penyakit TB-Pam, infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit menular
lain yang penting. Penyakit yang mencakup saluran
nafas bagian atas dan bagian bawah ini merupakan
penyebab utama tingginya angka kesakitan dan
kematian bagi bayi dan anak. Kegiatan pemberantasan
penyakit ISPA meliputi penemuan dan pengobatan
penderita yang dilaksanakan melalui puskesmas dan
jaringannya, serta rujukan ke rumah sakit untuk
penanganan kasus ISPA yang berat. Pada tahun
1995/96 kegiatan pemberantasan ISPA telah
dilaksanakan di seluruh propinsi, mencakup 304
kabupaten. Sedangkan jumlah penderita yang
ditemukan dan diobati adalah sekitar 1,745 juta
orang.
XVIII/27
(PIN). Kegiatan. ini dilaksanakan melalui pemberian vaksinasi polio
kepada seluruh anak balita dalam dua putaran, September 1995 dan
Oktober 1995. Pada PIN putaran pertama dan kedua telah
dilaksanakan pemberian vaksinasi polio masing-masing kepada 22, 1
juta dan 23,1 juta anak balita. Dengan demikian jumlah anak balita
yang diberikan vaksinasi polio baik pada PIN putaran pertama
maupun putaran kedua telah berhasil melebihi target yang
direncanakan.
XVIII/28
Penyuluhan gizi masyarakat bertujuan untuk
memasyarakatkan pengetahuan gizi secara luas, guna
menanamkan sikap dan perilaku yang mendukung
kebiasaan hidup sehat dengan makanan yang
bermutu gizi seimbang bagi masyarakat. Untuk-
melaksanakan penyuluhan gizi telah disusun
pedoman umum gizi seimbang (PUGS). Pedoman ini
merupakan pegangan bagi petugas kesehatan dan
petugas sektor terkait lainnya serta masyarakat luas
tentang perilaku gizi yang baik dan benar. Untuk
menyebarluaskan informasi tentang PUGS, dalam
tahun 1995/96 telah dilaksanakan pelatihan untuk
pelatih PUGS sebanyak 69 orang terdiri dari 15 orang
dari pusat dan 54 orang dari 27 propinsi, pelatihan
tentang peningkatan penggunaan air susu ibu (ASI)
secara eksklusif terhadap 161 orang petugas. Selain
itu disediakan bahan penyuluhan yang terdiri dari
buku Pedoman Umum Gizi Seimbang sebanyak
24.000 buku, buku pedoman pelatihan PUGS
sebanyak 5.000 buku, dan leaflet petunjuk makanan
bayi sebanyak 10.000 lembar. Pesan-pesan gizi
dilakukan melalui media TVRI sebanyak 52 kali
tayangan dan melalui RRI sebanyak 52 kali siaran
berbentuk drama serf dan kuis. Penyuluhan juga
dilaksanakan melalui pameran pembangunan dan
hari-hari besar seperti Hari Kesehatan Nasional,
Hari Gizi Nasional, dan Hari Pangan Sedunia.
XVIII/29
yang melaksanakan penyuluhan gizi adalah sebanyak
263.769 posyandu, meningkat dari keadaan tahun
1994/95 yaitu sebanyak 250.262 posyandu. Pelaksana
penyuluhan adalah para kader di bawah bimbingan
petugas kesehatan dan petugas sektor lainnya seperti
petugas pertanian, BKKBN, agama, pamong desa dan
penggerak PKK. Selain di posyandu, penyuluhan gizi
juga dilaksanakan di luar posyandu dengan
menggunakan pendekatan kelompok antara lain
melalui kelompok pengajian, arisan, kelompok wanita
tani, PKK dan kelompok pendengar, pembaca dan
pemirsa (Kelompencapir).
XVIII/32
bertujuan: pertama, tersedianya obat dan alat
kesehatan yang merata dan terjangkau oleh
masyarakat yang didukung oleh industri farmasi;
kedua, terlindungnya masyarakat dari penggunaan
sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan yang
tidak memenuhi ketentuan standar dan persyaratan
kesehatan lainnya; ketiga, terlindungnya masyarakat
dari bahaya penyalahgunaan dan kesalahgunaan
obat, narkotik, dan zat aditif,
serta bahan berbahaya lainnya; dan keempat, meningkatnya pengguna-
an obat tradisional yang terbukti bermanfaat untuk pelayanan kesehat-
an sejalan dengan program pengembangan pengobatan tradisional.
XVIII/33
Untuk melindungi masyarakat dari penggunaan
produk farmasi, alat kesehatan dan makanan yang
tidak memenuhi ketentuan standar dan persyaratan
kesehatan lainnya, maka pemerintah melakukan
upaya pengendalian mutu produk secara ketat dan
menyeluruh. Upaya pengendalian mutu produk
tersebut meliputi; pertama, persyaratan bahwa setiap
produk obat yang beredar harus memenuhi cara-cara
pembuatan obat yang baik (CPOB); kedua, penilaian
produk sebelum dan sesudah beredar; ketiga,
penetapan standar mutu; keempat, pengujian
laboratorium dan kelima, dengan pemeriksaan sarana
produksi dan distribusi. Pada tahun 1995/96 telah
dilakukan penilaian registrasi data teknis terhadap
1.852 jenis obat, 4.637 jenis makanan, 5.490 jenis
kosalkes (alat kosmetika, alat kesehatan dan
peralatan kesehatan rumah tangga), dan 1.941 jenis
obat tradisional. Penetapan standar upaya
pengendalian mutu dilakukan dengan menyusun
buku monografi yang tiap tahun diterbitkan. Pada
tahun 1995/96 telah disusun buku yang mencakup
100 monografi bahan makanan tambahan, 200
monografi kosmetika, dan 100 monografi obat
tradisional.
XVIII/35
obat tradisional yang secara medis dapat dipertanggungjawabkan.
Untuk itu dibentuk sentra pengembangan dan penerapan pengobatan
tradisional (P3T). Pada tahun 1995/96 telah terbentuk 4 sentra P3T di
propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Jawa Timur dan Sulawesi Utara. Melalui sentra tersebut
dilakukan penyiapan sarana dan prasarana Berta pendataannya,
pembinaan petugas terlatih, dan penelitian potensi pengobatan
tradisional untuk dapat digunakan di pelayanan kesehatan formal.
XVIII/36
Untuk meningkatkan kegiatan pengkajian metode pengobatan
tradisional, pada tahun 1995/96 dilaksanakan pelatihan bagi 225
orang. Selain itu dilakukan pula penggalian/ dokumentasi pengobatan
dan obat tradisional warisan budaya bangsa pada empat propinsi yaitu
Sumatera Barat, Sumatera Utara, Kalimantan Barat dan Jambi.
b. Program Penunjang
XVIII/37
dasar atau gambaran mengenai keadaan sanitasi
sarana dan kualitas air. Pengadaan berbagai sarana
air dan pengawasan kualitasnya ditunjang dengan
upaya perbaikan kualitas air. Pada tahun 1995/96
telah dilaksanakan perbaikan kualitas air di 2.500
desa atau meningkat lebih dari 38 persen
dibandingkan dengan jumlah desa pada tahun
sebelumnya.
XVIII/39
tenaga kesehatan lingkungan di tingkat puskesmas, Dati
II dan Propinsi.
XVIII/41
Pada tahun 1995/96 telah dilaksanakan 29 kegiatan penelitian
yang meliputi penelitian di bidang ekologi kesehatan, penyakit
menular dan tidak menular, farmasi, gizi, pelayanan kesehatan, dan
pengkajian sumber daya kesehatan.
XVIII/42
TABEL XVIII 1 A
PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PUSKESMAS 1)
1993/94, 1994/95 1995/96
Repelita VI
No. Jenis Kegiatan Satuan 1993/94 1994/95 1995/9
6
1. Pembangunan Puskesmas unit 140 30 30
XVIII/43
GRAFIK XVIII - 1
PERKEMBANGAN JUMLAH PEMBANGUNAN
PUSKESMAS
1993/94, 1994/95 - 1995/96
XVIII/44
TABEL XVIII1B
PERKEMBANGAN JUMLAH PEMBANGUNAN PUSKESMAS
1993/94, 1994/95 1995/96
Repelita VI
No. Jenis Kegiatan Satuan 1993/94 1994/95 1995/96
XVIII/45
TABEL XVIII - 2
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (RS) DAN TEMPAT TIDUR (TT)
1993/94,1994/95 - 1995/96
Repelita VI
No Jenis Rumah Sakit 1993/94 1994/95 1995/96
Jumlah RS Jumlah Jumlah RS Jumlah Jumlah RS Jumlah
(gedung) TT (gedung) TT (gedung) TT
XVIII/46
GRAFIK XVIII - 2
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (RS)
1993/94, 1994/95 - 1995/96
XVIII/47
TABEL XVIII 3
PERKEMBANGAN USAHA PEMBERANTASAN DAN PENCEGAHAN
PENYAKIT MENULAR 1)
1993/94, 1994/95 1995/96
(ribuan)
1) Angka tahunan
XVIII/48
TABEL XVIII 4
PELAKSANAAN PENEMPATAN BEBERAPA JENIS TENAGA
KESEHATAN
1993/94,1994/95 1995/96
Repelita VI
No. Jenis Tenaga 1993/94 1994/95 1995/96
XVIII/49
Selain itu untuk menunjang pengembangan sistem informasi
dilaksanakan pula pengadaan peralatan komputer sebanyak 209 set.
Berbagai upaya tersebut telah menambah ketersediaan data yang
akurat dan tepat waktu, sehingga kemampuan perencanaan, pengelola-
an dan pengawasan pembangunan kesehatan pada berbagai tingkat
administrasi makin meningkat.
C. KESEJAHTERAAN SOSIAL
XVIII/50
kesejahteraan sosial fakir miskin, dan meningkatkan penyuluhan dan
bimbingan sosial, serta meningkatkan upaya penanggulangan bencana.
a. Program Pokok
XVIII/51
mewujudkan kondisi sosial masyarakat yang dinamis
untuk mendukung berkembangnya kesetiakawanan
dan tanggung jawab sosial masyarakat. Untuk itu
dilaksanakan kegiatan pokok yang meliputi
pembinaan kesejahteraan sosial masyarakat
terasing, pembinaan kesejahteraan sosial fakir
miskin, pembinaan nilai-nilai kepeloporan,
keperintisan, kepahlawanan, dan pembinaan kese-
jahteraan sosial para lanjut usia, serta pembinaan
kesejahteraan sosial anak yang terlantar.
XVIII/53
b) Pembinaan Kesejahteraan Sosial Fakir
Miskin
XVIII/55
Di samping itu telah direhabilitasi 10 panti lanjut usia (Panti Sosial
Tresna Werdha) milik pemerintah dan masyarakat.
XVIII/56
2) Program Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
XVIII/57
dengan tahun sebelumnya. Bila dibandingkan dengan target Repelita
VI untuk tahun yang sama 44.000 orang, maka jumlah ini telah
melampaui target. Disamping itu telah diberikan bantuan biaya asrama
bagi 3.620 murid sekolah dasar luar biasa (SDLB) di 186 SDLB milik
pemerintah daerah.
XVIII/58
Umum dan Kesenian, pada tahun 1995/96 juga memproduksi Al
Qur'an Braille, meskipun baru sampai pada beberapa juz.
XVIII/59
susila, 1.650 orang gelandangan dan pengemis, dan 1.759 orang
bekas narapidana. Meskipun jumlah tersebut lebih besar dari jumlah
yang dibina tahun 1994/95 yaitu sebanyak 3.943 orang tidak dapat
dikatakan bahwa masalah tunasosial meningkat pada tahun 1995/96.
Kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan intensitas
penjaringan terhadap para tunasosial. Kegiatan bimbingan sosial
khusus untuk pencegahan HIV/AIDS telah dilaksanakan di 170 lokasi
dengan sasaran 17.000 orang di 27 propinsi.
XVIII/60
masalahan sosial, pada tahun 1995/96 telah
dilaksanakan penyuluhan dan bimbingan sosial di
5.417 desa/kelurahan yang tersebar di semua
propinsi yang dilaksanakan oleh Orsos, LSM, tokoh
masyarakat, pemuda dan wanita, pemimpin formal
dan informal dengan memanfaatkan berbagai media
massa.
XVIII/61
dilakukan pula pelatihan bagi PSM yang baru bagi
sebanyak 4.050 orang (Tabel XVIII-9). Sementara itu
pembinaan bagi PSM satuan tugas sosial (SATGASOS)
yang ditugaskan di daerah-daerah terpencil dan di
daerah permukiman masyarakat terasing di 7
propinsi tetap dilanjutkan.
b. Program Penunjang
XVIII/63
TABEL XVIII 5
PEMBINAAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT TERASING
MENURUT DAERAH TINGKAT I 1)
1993/94, 1994/95 1995/96
(kepala keluarga)
1) Angka kumulatif
XVIII/64
TABEL XVIII 6
PENYANTUNAN DAN PENGENTASAN
FAKIR MISKIN MENURUT DAERAH TINGKAT I
1993/94, 1994/95 1995/96
(desa dan kepala keluarga)
XVIII/65
TABEL XVIII 7
PELAKSANAAN PENYANTUNAN KEPADA
PARA LANJUT USIA DAN ANAK TERLANTAR MENURUT DAERAH TINGKAT I
1993/94, 1994/95 1995/96
(orang)
XVIII/66
. TABEL XVIII - 8
PELAKSANAAN PENYANTUNAN DAN
PENGENTASAN PARA CACAT MENURUT DAERAH TINGKAT 1
1993/94.1994/95 - 1995/96
(orang)
XVIII/67
TABEL XVIII 9
PEMBINAAN PEKERJA SOSIAL
MASYARAKAT (PSM) MENURUT DAERAH TINGKAT I
199$/94,1994/95 1995/96 .
(orang)
XVIII/68
TABEL XVIII - 10
BANTUAN PANT SARANA
USAHA KARANG TARUNA MENURUT DAERAH TINGKAT I
1993/94, 1994/95 1995/96
(Karang Thrum)
1. DKI Jakarta 26 45 41
2. Jawa Barat 331 296 273
3. Jawa Tengah 331 242 261
4. DI Yogyakarta 36 44 41
5, Jawa Timur 341 307 338
6. Daerah Istimewa 171 126 150
7. Aceh
Sumatera Utara 202 168 170
8. Sumatera Barat 151 131 114
9. Riau 71 72 62
10. Jambi 56 69 81
11. Sumatera Selatan 125 115 103
12. Bengkulu 100 81 61
13. Lampung 81 75 .94
XVIII/69
Administrasi Tingkat Lanjutan (SEPALA) bagi 60
Orang. Di samping itu telah dilaksanakan
pendidikan S2 di dalam negeri untuk bidang ilmu
kesejahteraan sosial bagi 30 orang dan pendidikan
S3 di dalam negeri untuk bidang ilmu sosiologi bagi
2 orang. Untuk meningkatkan kemampuan
profesional pegawai telah diselenggarakan
pelatihan fungsional bagi 60 orang, pendidikan
dan, pelatihan teknis bagi 832 orang dan
pendidikan dan pelatihan tenaga kerja sosial
masyarakat (TKSM) sebanyak 1.520 orang.
D. PENANGGULANGAN BENCANA
XVIII/70
serta mekanisme penanggulangan bencana secara
nasional menyeluruh dan terpadu. Selanjutnya pada
Repelita VI dapat terwujud satuan-satuan linmas di
tingkat kecamatan dan ruang data pusat
pengendalian operasional penanggulangan bencana
di tingkat pusat. Undang-undang linmas
diharapkan telah dapat diundangkan pada akhir
Repelita VI.
Untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah
ditetapkan dalam Repelita VI, disusun kebijaksanaan
sebagai berikut. Dalam upaya penanggulangan
bencana, prioritas tinggi diberikan kepada
peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan
masyarakat dan jajaran pemerintah daerah setempat,
khususnya di daerah rawan bencana dalam meng-
hadapi terjadinya bencana. Dalam upaya pencarian,
penyelamatan dan pemberian pengobatan serta
perawatan korban, kemampuan petugas dan
masyarakat ditingkatkan baik dalam kecepatan
maupun ketepatan waktu penyelamatan dengan
dukungan peralatan yang memadai.
XVIII/71
Bencana alam yang terjadi pada tahun 1995/96
relatif lebih besar daripada tahun 1994/95. Pada
tahun 1995/96 bencana alam terjadi di enam propinsi
meliputi propinsi Bengkulu, DI Aceh, Sulawesi Utara,
DKI Jakarta, Jambi dan Irian Jaya. Bencana alam
yang relatif besar yang terjadi pada tahun 1995/96
meliputi bencana alam banjir yang melanda
kabupaten Rejang Lebong di propinsi Bengkulu,
kabupaten Aceh Utara dan Aceh Timur di propinsi DI
Aceh, kotamadya Manado di propinsi Sulawesi Utara
dan di DKI Jakarta, serta bencana alam gempa bumi
tektonik yang terjadi di kabupaten Kerinci di
propinsi Jambi, dan di kabupaten Biak Numfor,
Manokwari, Yapen Waropen, Jayapura di propinsi
Irian Jaya. Untuk membantu para korban bencana
alam tersebut bersama dengan masyarakat diberikan
berbagai bantuan baik pada saat terjadi maupun
setelah bencana terjadi. Bantuan pada saat
terjadinya bencana diberikan dalam bentuk
pelayanan gawat darurat berupa pertolongan
pertama pada saat terjadinya bencana, pemberian
bantuan darurat obat dan bahan kesehatan lainnya,
pengobatan dan perawatan kesehatan baik di
sekitar lokasi kejadian, di puskesmas-puskesmas
terdekat maupun di rumah-rumah sakit bagi korban
yang memerlukan perawatan khusus dokter ahli,
serta pengungsian dan penampungan korban
bencana di tempat yang lebih aman dengan didukung
penyediaan dapur umum. Bantuan. yang diberikan
setelah terjadinya bencana adalah berupa bantuan
rehabilitasi dan pembangunan rumah serta sarana
umum yang rusak akibat bencana.
XVIII/73
Upaya mendayagunakan dan menyiapkan tenaga
pertahanan sipil (hansip) dan satuan perlindungan
masyarakat (linmas) dalam penanggulangan
bencana terus dilanjutkan. Guna memelihara
kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat dalam
menghadapi bencana, pada tahun 1995/96 telah
dilatih sebanyak 160 orang instruktur
penanggulangan bencana, dan 640 orang satuan
tugas sosial penanggulangan bencana (SATGASOS -
PB).
XVIII/74
bencana melalui pemberian bantuan dan rehabilitasi
permukiman serta sarana umum lainnya seperti
tempat ibadah, gedung, sekolah, pasar dan air bersih.
Kedua, kepada para korban diberikan bimbingan dan
penyuluhan untuk mempercepat pemulihan
kehidupan dan penghidupan mereka didukung
dengan pemberian bantuan sarana usaha. Ketiga,
perbaikan sarana dan prasarana dasar serta dalam
keadaan tertentu pemindahan permukiman secara
darurat maupun pemindahan penduduk secara
permanen ke tempat atau daerah yang lebih aman
baik secara lokal maupun melalui transmigrasi.
E. KEPENDUDUKAN
XVIII/75
Dalam Repelita VI, beberapa kebijaksanaan telah digariskan
untuk mencapai sasaran pembangunan kependudukan yang meliputi
lima kebijaksanaan yaitu peningkatan kualitas penduduk; pengendalian
pertumbuhan dan kuantitas penduduk; pengarahan persebaran dan
mobilitas penduduk; penyempurnaan sistem informasi kependudukan;
dan pendayagunaan dan kesejahteraan penduduk usia lanjut.
XVIII/76
bidang, sektor, dan program. Kegiatan tersebut
dilakukan antara lain melalui peningkatan mutu dan
pemerataan pendidikan nasional, baik melalui jalur
pendidikan sekolah maupun pendidikan luar
sekolah. Selain derajat kesehatan ditingkatkan
melalui peningkatan kualitas dan pemerataan
pelayanan kesehatan yang makin menjangkau
seluruh lapisan masyarakat. Selanjutnya,
peningkatan kualitas penduduk dilakukan dengan
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan peran
aktif wanita dalam berbagai bidang pembangunan.
XVIII/77
pada penurunan angka kelahiran, baik angka
kelahiran total, maupun angka kelahiran kasar;
penurunan angka kematian bayi; serta peningkatan
usia kawin pertama.
XVIII/78
dengan daya dukung alam dan sesuai dengan tata
ruangnya. Upaya untuk mencapai tujuan tersebut
dilakukan oleh berbagai program pembangunan antara
lain melalui pembangunan daerah yang disertai
dengan peningkatan sarana dan prasarana
penunjang pertumbuhan ekonomi daerah;
pengarahan migrasi penduduk antardesa-kota, antar
daerah, antarpulau dan antar negara sesuai dengan
kesempatan kerja yang tersedia; dan perencanaan
tata ruang.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam
berbagai program dapat diikuti pada uraian di sektor
yang bersangkutan.
XVIII/79
Dalam upaya mendukung terciptanya
administrasi, pencatatan, dan statistik
kependudukan pada tanggal 17 Agustus 1995 telah
mulai diberlakukan kartu tanda penduduk (KTP)
Nasional yang baru dan bernomor induk
kependudukan (NIK). Untuk tahap pertama, pembua-
tan KTP Baru ber-NIK tersebut dilaksanakan di DKI
Jakarta, Kodya Bandung, Semarang, Surabaya,
Samarinda, dan Ambon, dengan sasaran utama adalah
bayi yang baru lahir, penduduk yang memasuki
usia 17 tahun, dan penduduk yang pindah alamat
atau yang KTP-nya hilang. NIK terdiri dari 16 digit,
antara lain masing-masing terdapat dua digit untuk
menjelaskan kode propinsi, kode
kotamadya-/kabupaten, kecamatan, kelurahan,
tanggal lahir, dan nomor pendaftaran. Dengan KTP
ber-NIK yang berlaku nasional, maka diharapkan
tidak akan ada lagi penduduk yang ber-KTP ganda.
XVIII/80
Pendayagunaan dan kesejahteraan penduduk
usia lanjut dimaksudkan untuk lebih
mendayagunakan dan mensejahterakan penduduk
usia lanjut baik yang masih produktif maupun yang
lemah fisik dan mental.
Bagi penduduk usia lanjut yang masih produktif diupayakan
untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan dan keahliannya,
sementara bagi mereka yang telah letih lemah disediakan fasilitas dan
sarana pelayanan antara lain berupa pemberian penyantunan.
Penyantunan diberikan bagi mereka yang tinggal di dalam dan di luar
panti lanjut usia. Pada tahun 1995/96 jumlah penduduk usia lanjut
yang telah menerima penyantunan adalah 47.012 orang, atau
meningkat sebanyak 3.539 orang bila dibandingkan dengan jumlahnya
pada tahun 1994/95 yaitu 43.473 orang.
F. KELUARGA SEJAHTERA
XVIII/81
Dalam rangka mencapai sasaran tersebut kebijaksanaan
pembangunan keluarga sejahtera ditempuh melalui, pengembangan
ketahanan dan peningkatkan kualitas keluarga, untuk mewujudkan
kehidupan keluarga sebagai wahana persemaian nilai-nilai agama dan
nilai-nilai luhur budaya bangsa; peningkatan kelembagaan gerakan
KB, dengan menggalakkan keperdulian dan peran serta pemuka
agama, pemuka masyarakat, organisasi kemasyarakatan serta lembaga
kemasyarakatan lainnya; dan pengembangan kerjasama internasional
program KB.
XVIII/82
a. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (ME)
XVIII/85
terus mengalami peningkatan. Pada tahun 1994/95
jumlah peserta KB aktif adalah sebesar 22,8 juta
PUS dan meningkat menjadi 24,2 juta PUS pada
tahun 1995/96 (Tabel XVIII-13). Dengan pencapaian
tersebut berarti sasaran akhir Repelita VI yaitu
sebesar 25,2 juta PUS sudah hampir tercapai.
XVIII/87
lapangan KI3 (PLKB) atau langsung dikonsultasikan ke bidan atau
klinik terdekat dan seterusnya. Di samping itu, baik PPKBD, Sub-
PPKBD, maupun kelompok peserta KB diberi wewenang untuk
mengadakan pelayanan ulang oral kontrasepsi seperti pil dan kondom.
Perkembangan jumlah PPKBD, Sub-PPKBD, dan kelompok peserta
KB terus mengalami perkembangan. Pada tahun 1994/95 telah
terbentuk 668,6 ribu kelompok KB dan pada tahun 1995/96 meningkat
menjadi 671,2 ribu.
XVIII/88
Pada tahun 1994/95 telah mengikuti pelatihan 2.705 orang dokter dan
5.370 orang bidan/pembantu bidan. Pada tahun 1995/96 dilaksanakan
pelatihan pengelolaan KB bagi penyuluh KB sebanyak 9.146 orang,
dokter sebanyak 4.535 orang, dan bidan/pembantu bidan sebanyak
8.124 orang. Selanjutnya untuk mendukung Inpres Nomor 3 Tahun
1996 telah dilaksanakan pelatihan pengelolaan tabungan keluarga
sejahtera (Takesra) dan kredit usaha keluarga sejahtera bagi penyuluh
KB, pembantu pembina KB desa (PPKBD), dan Sub-PPKBD
sebanyak 25.249 orang.
XVIII/89
derhanaan pencatatan dan pelaporan di tingkat lapangan. Dengan
sistem yang makin sempurna ini diupayakan untuk menyediakan data
dan informasi yang makin lengkap dan terpilih sesuai dengan
kebutuhan gerakan KB di wilayah setempat. Di samping itu juga
untuk mempermudah pekerjaan para pelaksana pencatatan dan
pelaporan di lapangan supaya lebih efisien dan tepat waktu.
XVIII/90
TABEL XVIII 11
PENCAPAIAN HASIL SASARAN PESERTA KB BARU
1993/94, 1994/95, 1995/96
( ribu orang )
Repelita VI
No. Wilayah 1993/9 1994/95 1995,9
4 6
1, Jawa Bali
Sasaran Repelita 2.755, 2.693,4 2.698,
Pencapaian 9
2.320, 2331;3 0
3.367,
Persentase 84,2% 94,0% 124,8
%
2. Luar Jawa Bali I
Sasaran Repelita 1:283, 1.173,8 1.199,
Pencapaian 8
1.420,4 1509,8 1386,4
Persentase 110,6% 128,6% 132,3
%
3. Luar Jawa -- Bali II
Sasaran Repelita 437,6 528,8 600,0
Pencapaian 474,6 527,4 589,9
Persentase 108,5% 99,7% 98,3%
4. Indonesia
Sasaran Repelita 4.477, 4.396,0 4.497,
Pencapaian 4215,93 4568,5- 5344,0
Persentase 94,2% 103,9% 123,3
%.
XVIII/91
TABEL XVIII - 12
JUMLAH PESERTA
KELUARGA BERENCANA BARU MENURUT METODE KONTRASEPSI
1993/94, 1994/95, 1995/96
( ribu orang )
Repelita VI
No. Metode 1993/94 1994/95 1995/96
Kontrasepsi
XVIII/92
TABEL XVIII 13
PENCAPAIAN HASIL SASARAN PESERTA KB AKTIF
1993/94,1994/95,.1995/96
( ribu orang )
Repelita VI
No. Wilayah 1993/94 1994/95 1995/96
1. Jawa Bali
Sasaran 14.179,2 14.578, 14.889,2
Pencapaian 14.371,0 15.066, 15.674,4
Persentase 101,4% 103,4% 105,3%
2. Luar Jawa
Bali I
Sasaran 5560,2 5.660,0 5.417,0
Pencapaian 5.075,7 5.467,4 6.040,1
Persentase 91,3% 96,6% 111,5%
3. Luar Jawa
Bali
Sasaran
H 1.720,6 2.261,7 2.370,6
Pencapaian 2.039,4 2.298,4 2.488,8
Persentase 118,5% 101,6% 105,0%
4. Indonesia
Sasaran 21.460,0 22.500, 22.676,8
Pencapaian 21.486,1 22.832, 24203,3
Persentase 100,1% 101,5% 106,7%
XVIII/93
TABEL XVIII 14
JUMLAH PESERTA KELUARGA BERENCANA
AKTIF
MENURUT METODE KONTRASEPSI
1993/94, 1994/95, 1995/96
( ribu orang )
Repelita VI
No. Metode 1993/94 1994/95 1995/96
Kontrasepsi
1. Pil 6.929,4 7.160,1 7.173,
6
32,3% 31,4% 29,6%
2. IUD 5.135,7 5.069,9 5.330,
23,9% 22,2% 22,0%9
XVIII/94
TABEL XVIII 15
REVISI SASARAN PESERTA KB BARU PESERTA KB AKTIF MENURUT METODE KONTRASEPSI
1995/96 1998/99
(ribu orang)
XVIII/95