Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagian unsur terbentuk bersamaan dengan terbentuknya alam semesta ini. Kita sering
menemui unsur di sekitar kita. Apabila kita sebutkan satu per satu akan sulit karena sekarang
telah ditemukan kurang lebih 118 unsur baik alami atau buatan. Jika kita mempelajari satu demi
satu alangkah sulitnya. Hal inilah yang mendorong para ahli kimia berusaha mengelompokkan
unsur-unsur berdasarkan kemiripan sifat, kenaikan massa atom ataupun kenaikan nomor atom
agar unsur-unsur tersebut mudah dipelajari.
Pengelompokan unsur pun mengalami perkembangan dari pengelompokan unsur yang
dilakukan oleh para ahli Arab dan Persia, Lavoisier, Dalton, Dobereiner, Newlands,
Mendeleyev, Lothar Meyer, Moseley hingga sistem periodik modern yang kita pakai hingga
sekarang. Puncak dari usaha tersebut adalah terciptanya suatu tabel unsur yang disebut sistem
periodik unsur. Mengenai sistem periodik unsur, akan dibahas lebih lanjut pada bab pembahasan
berikut.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, kita bisa menentukan rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini, yaitu :
1. Bagaimanakah perkembangan sistem periodik unsur dari masa ke masa?
2. Bagaimanakah sifat keperiodikan unsur tersebut?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan karya ilmiah ini, yaitu :
1. Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti mata kuliah Kimia.
2. Menambah wawasan tentang sistem keperiodikan unsur.
3. Mengetahui perkembangan sistem periodik unsur berikut dengan sifat-sifat unsur dan sifat
sistem keperiodikan unsur itu sendiri.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dalam penulisan karya ilmiah ini, yaitu :
1. Sebagai pedoman untuk menambah pengetahuan dalam membuat suatu karya ilmiah.
2. Sebagai referensi bagi penulis dalam pembuatan makalah berikutnya.
3. Sebagai bahan bacaan.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Perkembangan Sistem Periodik Unsur


Pada awalnya unsur-unsur dipelajari secara terpisah. Ketika jumlah unsur yang
ditemukan cukup banyak, hal ini menyulitkan para ilmuwan untuk mempelajari. Kimiawan dari
Arab dan Persia mulai mengelompokkan unsur berdasarkan sifat kelogamannya.

Sifat Fisika Logam Sifat Fisika Non-Logam


Mengilap Tidak mengilap
Berwujud padat Dapat berwujud padat, cair, atau gas
Mudah ditempa/dibentuk Rapuh dan sulit dibentuk
Penghantar listrik yang baik Bukan penghantar listrik yang baik
Lavoisier masih menganggap cahaya dan kalori sebagai zat/unsur dan beberapa senyawa
sebagai unsur. Oleh Lavoisier berdasarkan sifat kimia zat-zat dibagi menjadi unsur gas, logam,
nonlogam, dan tanah.
Menurut Dalton, atom dari unsur yang berbeda mempunyai sifat dan massa atom yang
berbeda. Massa atom adalah perbandingan massa atom unsur tersebut terhadap massa atom unsur
hidrogen. Dalton kemudian mengelompokkan 36 unsur yang ada berdasarkan kenaikkan massa
atomnya. Meskipun kemudian penentuan massa atom tersebut salah. Berikut perkembangan
sistem periodik unsur.
1.1 Triade Dobereiner
Upaya untuk mengelompokkan unsur-unsur ke dalam kelompok-kelompok tertentu
sebenarnya sudah dilakukan para ahli sejak dulu, tetapi pengelompokan masa itu masih
sederhana. Pengelompokan yang paling sederhana ialah membagi unsur ke dalam kelompok
logam dan nonlogam.
Seiring perkembangan ilmu kimia, usaha pengelompokan unsur-unsur yang semakin
banyak tersebut dilakukan oleh para ahli dengan berbagai dasar pengelompokan yang berbeda-
beda, tetapi tujuan akhirnya sama, yaitu mempermudah dalam mempelajari sifat-sifat unsur.
Pada tahun 1829, Johan Wolfgang Dobereiner melihat adanya kemiripan sifat di antara
beberapa unsur, lalu mengelompokkannya menurut kemiripan sifat yang ada. Ternyata tiap
kelompok terdiri atas tiga unsur, sehingga disebut Triade.
Ternyata terdapat kecenderungan di mana massa atom unsur yang di tengah merupakan rata-rata
massa atom 2 unsur yang mengapit.

Triad Ar Rata-Rata Ar Unsur Pertama dan Ketiga Wujud


Klorin 35,5 = 81,2 Gas
Bromin 79,9 Cair
Iodin 127 Padat
Adapun daftar unsur triade sebagai berikut.

Triade 1 Triade 2 Triade 3 Triade 4 Triade 5


Li Ca S Cl Mn
Na Sr Se Br Cr
K Ba Te I Fe
Sistem triad ini ternyata ada kelemahannya. Sistem ini kurang efisien karena ternyata ada
beberapa unsur lain yang tidak termasuk dalam satu triad, tetapi mempunyai sifat-sifat mirip
dengan triad tersebut.
1.2 Teori Oktaf Newlands
Tahun 1864, ahli Kimia asal Inggris bernama John Alexander Reina Newlands
mengumumkan penemuannya yang disebut hukum Oktaf. Unsur-unsur tersebut disusun
berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya. Newlands mengamati ada pengulangan secara
teratur keperiodikan sifat unsur. Unsur ke-8 mempunyai sifat mirip dengan unsur ke-1. Begitu
juga unsur ke-9 mirip sifatnya dengan unsur ke-2.
Kecenderungan tersebut dinyatakan sebagai hukum Oktaf Newland, yaitu: Jika unsur-
unsur disusun berdasarkan kenaikan massa atom maka sifat unsur tersebut akan berulang setelah
unsur kedelapan. Hukum ini juga mempunyai kelemahan karena hanya berlaku untuk unsur-
unsur ringan. Jika diteruskan, ternyata kemiripan sifat terlalu dipaksakan. Misalnya, Zn
mempunyai sifat yang cukup berbeda dengan Be, Mg, dan Ca.
Do Re Mi Fa Sol La Si
1 2 3 4 5 6 7
H Li Be Ba C N O
F Na Mg L Si P S
Cl K Ca Cr Ti Mn Fe
Co,Ni Cu Zn Y In As Se
Br Rb Sr Ce,La Zr Di,Mo Ro,Ru
Pd Ag Cd U Sn Sn I
Te Cs Ba,V Ta W Nb Au
Pt,Ir Os Hg Tl Pb Bi Th
Pada saat daftar Oktaf Newlands disusun, unsur-unsur gas mulia (He, Ne, Ar, Kr, Xe, dan
Rn) belum ditemukan. Ternyata pengelompokan ini hanya sesuai untuk unsur-unsur ringan (Ar
rendah). Pada kenyataannya pengulangan sifat unsur tidak selalu terjadi pada unsur ke-8. Hal ini
ditunjukkan oleh Lothar Meyer (1864) yang melakukan pengamatan hubungan antara kenaikkan
massa atom dengan sifat unsur. Meyer melihat pengulangan sifat unsur tidak selalu terjadi
setelah 8 unsur. Berdasarkan kurva tersebut ia melihat adanya keteraturan unsur-unsur dengan
sifat yang mirip.
1.3 Hukum Mendeleyev
Sesuai kegemarannya bermain kartu, seorang sarjana asal Rusia bernama Dmitri
Ivanovich Mendeleyev (1869) mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang unsur,
kemudian ia menulis pada kartu-kartu. Kartu-kartu unsur tersebut disusun berdasarkan kenaikan
massa atom dan kemiripan sifat. Kartu-kartu unsur yang sifatnya mirip terletak pada kolom yang
sama yang kemudian disebut golongan. Sedangkan pengulangan sifat menghasilkan baris yang
disebut periode. Berdasarkan pengamatannya terhadap 63 unsur yang sudah dikenal ketika itu,
menyimpulkan bahwa sifat-sifat unsur adalah fungsi periodik dari massa atom relatifnya dan
persamaan sifat.

GOLONGAN

1 2 3 4 5 6 7 8
Periode
H
1
Periode
Li Be B C N O F
2
Periode
Na Mg Al Si P S Cl
3
Periode
K Cu Ca Zn ? ? Ti ? V As Cr Se Mn Br FeCoNi
4
Periode
Rb Ag Sr Cd Y Ir Zn Sn Nb Sb Mo To ? I RuRhRd
5
Dalam mengelompokkan unsur-unsur, Mendeleyev lebih menekankan pada persamaan
sifat unsur dibandingkan dengan kenaikan massa atom relatifnya, sehingga terdapat tempat-
tempat kosong dalam tabel periodik tersebut. Tempat-tempat kosong ini yang kemudian
diramalkan akan diisi unsur-unsur yang waktu itu belum ditemukan. Di kemudian hari ramalan
itu terbukti dengan ditemukannya unsur-unsur yang mempunyai sifat-sifat yang mirip sesuai
ramalannya, seperti ekasilikon.

SIFAT EKA SILIKON GERMANIUM (Ge)


Massa Atom (Ar) 72 72,59
Kerapatan (gram cm-3) 1,9 1,88
Titik Lebur (0C) Tinggi 947
Sifat Fisik pada Suhu Abu-abu Abu-abu putih
Kamar
Reaksi dengan Asam Sangat lemah Bereaksi dengan asam
pekat
Reaksi dengan Basa Sangat lemah Bereaksi dengan alkali
pekat
Jumlah Ikatan dalam 4 4
Senyawa
Rumus Klorida EsCl4 GeCl4
Titik Didih Kloridanya 100 84
Mendeleyev menyajikan hasil kerjanya pada Himpunan Kimia Rusia pada awal tahun 1869,
dan tabel periodik Julius Lothar Meyer baru muncul pada bulan Desember 1869. Sistem periodik
Mendeleev pertama kali diterbitkan dalam jurnal ilmiah Annalen der Chemie pada tahun 1871.
Hal penting yang terdapat dalam sistem periodik Mendeleev antara lain sebagai berikut:
a. dua unsur yang berdekatan, massa atom relatifnya mempunyai selisih paling kurang dua atau
satu satuan;
b. terdapat kotak kosong untuk unsur yang belum ditemukan, seperti 44, 68, 72, dan 100;
c. dapat meramalkan sifat unsur yang belum dikenal seperti ekasilikon;
d. dapat mengoreksi kesalahan pengukuran massa atom relatif beberapa unsur, contohnya Cr = 52,0
bukan 43,3.
Sistem periodik Mendeleev ini mempunyai kelemahan dan juga keunggulan.
Kelebihan Sistem Periodik Mendeleyev:
a. Dapat meramalkan tempat kosong untuk unsur yang belum ditemukan (diberi tanda ?).
b. Menyajikan data massa atom yang lebih akurat, seperti Be dan U.
c. Periode 4 dan 5 mirip dengan Sistem Periodik Modern. Contoh: K dan Cu sama-sama berada di
periode 4 golongan I. Dalam Sistem Periodik Modern K digolongan IA dan Cu di golongan IB.
d. Penempatan gas mulia yang baru ditemukan tahun 18901900 tidak menyebabkan perubahan
susunan Sistem Periodik Mendeleyev.
Kelemahan Tabel Periodik Mendeleyev sebagai berikut:
a. Panjang periode tidak sama dan sebabnya tidak dijelaskan.
b. Beberapa unsur tidak disusun berdasarkan kenaikan massa atomnya, contoh : Te (128) sebelum I
(127).
c. Selisih massa unsur yang berurutan tidak selalu 2, tetapi berkisar antara 1 dan 4 sehingga sukar
meramalkan massa unsur yang belum diketahui secara tepat.
d. Valensi unsur yang lebih dari satu sulit diramalkan dari golongannya.
e. Anomali (penyimpangan) unsur hidrogen dari unsur yang lain tidak dijelaskan.

1.4 Sistem Periodik Modern


Tahun 1914, Henry G. J. Moseley menemukan bahwa urutan unsur dalam tabel periodik
sesuai kenaikan nomor atom. Moseley berhasil menemukan kesalahan dalam tabel periodik
Mendeleev, yaitu ada unsur yang terbalik letaknya. Penempatan Telurium dan Iodin yang tidak
sesuai dengan kenaikan massa atom relatifnya, ternyata sesuai dengan kenaikan nomor atom.
Telurium mempunyai nomor atom 52 dan iodin mempunyai nomor atom 53.
Tabel periodik modern yang disebut juga tabel periodik bentuk panjang, disusun menurut
kenaikan nomor atom dan kemiripan sifat. Tabel periodik modern ini dapat dikatakan sebagai
penyempurnaan Tabel Periodik Mendeleyev.
Tabel periodik bentuk panjang terdiri atas lajur vertikal (golongan) yang disusun menurut
kemiripan sifat dan lajur horizontal (periode) yang disusun berdasarkan kenaikan nomor
atomnya.
A. Golongan
Golongan adalah unsur-unsur dalam SPU ke arah tegak (vertikal) ditulis dalam angka
Romawi terdiri atas 18 golongan. Secara garis besar unsur-unsur dalam Tabel Periodik Modern
dibagi dalam 2 golongan, yaitu:
1) Golongan Utama (A)
a) Golongan IA disebut alkali
b) Golongan IIA disebut alkali tanah
c) Golongan IIIA disebut golongan boron/aluminium
d) Golongan IVA disebut golongan karbon/silikon
e) Golongan VA disebut golongan nitrogen/fosfor
f) Golongan VIA disebut golongan oksigen/sulfur
g) Golongan VIIA disebut golongan halogen
h) Golongan VIIIA/O disebut golongan gas mulia/inert
2) Golongan Tambahan/Transisi (B)
a) Golongan Transisi terdiri dari golongan IIIB, IVB, VB, VIB, VIIB,
VIIIB, VIIIB (VIII), IB, dan IIB.
b) Golongan Transisi Dalam ada dua deret yaitu Deret Lantanida dan
Deret Aktinida.
Pada periode 6 golongan IIIB terdapat 14 unsur yang sangat mirip sifatnya, yaitu unsur-
unsur Lantanida. Demikian juga pada periode 7 yaitu unsur-unsur Aktinida. Supaya tabel tidak
terlalu panjang, unsur-unsur tersebut ditempatkan tersendiri pada bagian bawah sistem periodik.
Golongan B terletak di antara Golongan IIA dan IIIA. Unsur-unsur yang berada dalam
satu golongan mempunyai persamaan sifat karena mempunyai elektron valensi (elektron di kulit
terluar) yang sama.
B. Periode
Periode adalah susunan unsur-unsur SPU dalam bentuk horizontal yang terdiri atas :
1. Periode 1 sebanyak 2 unsur
2. Periode 2 sebanyak 8 unsur
3. Periode 3 sebanyak 8 unsur
4. Periode 4 sebanyak 18 unsur
5. Periode 5 sebanyak 18 unsur
6. Periode 6 sebanyak 32 unsur
7. Periode 7 belum lengkap

2. Hubungan Konfigurasi Elektron dengan Sistem Periodik


Konfigurasi elektron merupakan susunan elektron-elektron dalam kulit-kulit atau
subkulit-subkulit. Pengisian elektron dimulai dari tingkat energi (kulit) yang paling rendah yaitu
kulit K. Tiap kulit maksimum mampu menampung 2n2 elektron, n adalah nomor kulit.
Kulit K (n = 1) maksimum menampung elektron 2 x 12 = 2
Kulit L (n = 2) maksimum menampung elektron 2 x 22 = 8
Kulit M (n = 3) maksimum menampung elektron 2 x 32 = 18
Kulit N (n = 4) maksimum menampung elektron 2 x 42 = 32
Perhatikanlah konfigurasi elektron IA dan IIA berikut :
Golongan IA
Periode Unsur Nomo Kulit
K L M N O P Q
r Atom
1 Hidrogen 1 1
2 Litium 3 2 1
3 Natrium 11 2 8 1
4 Kalium 19 2 8 8 1
5 Rubidium 37 2 8 18 8 1
6 Sesium 55 2 8 18 18 8 1
7 Fransium 87 2 8 18 32 18 8 1
Golongan IIA
Nomo Kulit
Periode Unsur r
K L M N O P Q
Atom
-
1 -
Berilium 2 2
2 4
Magnesiu 2 8 2
3 12
m 2 8 8 2
4 20
Kalsium 2 8 18 8 2
5 38
Strontium 2 8 18 18 8 2
6 56
Barium 2 8 18 32 18 8 2
7 88
Radium
Maka dari tabel di atas, dapat dilihat hubungan antara konfigurasi elektron dengan letak
unsur (nomor periode dan golongan) dalam sistem periodik sebagai berikut:
Jumlah kulit = nomor periode
Jumlah elektron valensi = nomor golongan

Hal yang sama berlaku untuk semua golongan utama (golongan A), kecuali Helium (He)
yang terletak pada golongan VIIIA tetapi mempunyai elektron valensi 2. Adapun untuk unsur-
unsur golongan transisi (golongan B) tidak demikian halnya. Jumlah kulit memang sama dengan
nomor periode, tetapi jumlah elektron valensi (elektron terluar) tidak sama dengan nomor
golongan. Unsur-unsur golongan transisi mempunyai 1 atau 2 elektron valensi.
2.1 Unsur Utama (Representatif)
Unsur-unsur utama adalah unsur-unsur yang pengisian elektronnya berakhir pada subkulit
s atau subkulit p.
Aturan penomoran golongan unsur utama adalah:
a. Nomor golongan sama dengan jumlah elektron di kulit terluar.
b. Nomor golongan dibubuhi huruf A (sistem Amerika).
2.2 Unsur Transisi (Peralihan)
Unsur-unsur transisi adalah unsur-unsur yang pengisian elektronnya berakhir pada
subkulit d. Berdasarkan prinsip Aufbau, unsur-unsur transisi baru dijumpai mulai periode 4. Pada
setiap periode kita menemukan 10 buah unsur transisi, sesuai dengan jumlah elektron yang dapat
ditampung pada subkulit d. Diberi nama transisi karena terletak pada daerah peralihan antara
bagian kiri dan kanan sistem periodik. Aturan penomoran golongan unsur transisi adalah:
a. Nomor golongan sama dengan jumlah elektron pada subkulit s ditambah d.
b. Nomor golongan dibubuhi huruf B.
2.3 Unsur Transisi Dalam
Unsur-unsur transisi dalam adalah unsur-unsur yang pengisian elektronnya berakhir pada
subkulit f. Unsur-unsur transisi-dalam hanya dijumpai pada periode keenam dan ketujuh dalam
sistem periodik, dan ditempatkan secara terpisah di bagian bawah. Sampai saat ini, unsur-unsur
transisi-dalam belum dibagi menjadi golongan-golongan seperti unsur utama dan transisi. Unsur-
unsur ini baru dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu unsur lantanida dan unsur aktinida.
Unsur-unsur lantanida (seperti lantanum), adalah unsur-unsur yang elektron terakhirnya mengisi
subkulit 4f dan unsur-unsur aktinida (seperti aktinum), adalah unsur-unsur yang elektron
terakhirnya mengisi subkulit 5f.
2.4 Pembagian Unsur-Unsur Menurut Blok s, p, d, dan f
Berdasarkan kesamaan konfigurasi elektron, terluar dapat dikelompokan unsur-unsur
tersebut dalam blok berikut :
a. Blok s
Unsur yang mempunyai konfigurasi elektron terluar pada orbital s terletak pada golongan IA dan
IIA, kecuali unsur H dan He. Unsur-unsur ini merupakan logam yang reaktif. Misal konfigurasi
elektron terluar adalah nsx, maka unsur tersebut terletak pada golongan xA.
b. Blok p
Unsur yang mempunyai konfigurasi elektron terluar pada orbital p, terdapat dalam golongan
IIIA, IVA, VA, VIA, VIIA, dan VIII. Golongan unsur-unsur ini meliputi logam, metaloid, dan
non logam. Misal konfigurasi elektron terluar adalah npy, maka unsur tersebut terletak pada
golongan (2 + y) A.
c. Blok d
Konfigurasi elektron terluar d terdapat dalam unsur-unsur transisi, yaitu golongan IIIB, IVB, VB,
VIB, VIIB, VIIIB, IB, dan IIB. Misal konfigurasi elektron terluar adalah ns x (n-d)z, maka unsur
tersebut terletak pada golongan (x + z) B. Jika x + z = 8, x + z = 9, dan x + z = 10, maka unsur
terletak pada golongan VIIIB; x + z = 11, maka unsur terletak pada golongan IB; x + z = 12,
maka unsur terletak pada golongan IIB.
d. Blok f .
Blok f merupakan golongan unsur lantanida dan aktinida. Golongan ini disebut juga golongan
transisi dalam.

3. Sifat-Sifat Periodik Unsur


Sifat keperiodikan unsur adalah sifat-sifat yang berubah secara beraturan sesuai dengan
kenaikan nomor atom unsur. Sifat periodik yang akan dibahas di sini meliputi sifat atom yang
berhubungan langsung dengan struktur atomnya, mencakup jari-jari atom, energi ionisasi,
afinitas elektron, dan keelektronegatifan.
3.1 Jari-Jari Atom
Jari-jari atom adalah jarak dari inti atom sampai kulit terluar. Bagi unsur-unsur yang
segolongan, jari-jari atom makin ke bawah makin besar sebab jumlah kulit yang dimiliki atom
makin banyak, sehingga kulit terluar makin jauh dari inti atom.
Unsur-unsur yang seperiode memiliki jumlah kulit yang sama. Akan tetapi, tidaklah
berarti mereka memiliki jari-jari atom yang sama pula. Semakin ke kanan letak unsur, proton dan
elektron yang dimiliki makin banyak, sehingga tarik-menarik inti dengan elektron makin kuat.
Akibatnya, elektron-elektron terluar tertarik lebih dekat ke arah inti. Jadi, bagi unsur-unsur yang
seperiode, jari-jari atom makin ke kanan makin kecil.
Dalam satu golongan, k onfigurasi unsur-unsur satu golongan mempunyai jumlah
elektron valensi sama dan jumlah kulit bertambah. Akibatnya, jarak elektron valensi dengan inti
semakin jauh, sehingga jari-jari atom dalam satu golongan makin ke bawah makin besar.
Berikut adalah jari-jari atom () dari beberapa unsur:
Li 1,55 Be 1,12 B 0,98 C 0,77 N 0,75 O 0,74 F 0,72
Na 1,90 Mg 1,60 Al 1,43 Si 1,11 P 1,06 S 1,02 Cl 0,99
K 2,35 Ca 1,98 Ga 1,22 Ge 1,22 As 1,19 Se 1,16 Br 1,14
Rb 2,48 Sr 2,15 In 1,41 Sn 1,41 Sb 1,38 Te 1,35 I 1,33
Cs 2,67 Ba 2,21 Tl 1,75 Pb 1,75 Bi 1,46
3.2 Energi Ionisasi
Energi ionisasi (kJ/mol) adalah energi minimum yang diperlukan untuk melepaskan
elektron dari suatu atom netral dalam wujud gas. Energi yang diperlukan untuk melepaskan
elektron kedua disebut energi ionisasi kedua dan seterusnya. Bila tidak ada keterangan khusus
maka yang disebut energi ionisasi adalah energi ionisasi pertama. Dapat disimpulkan
keperiodikan energi ionisasi sebagai berikut.
a. Dalam satu golongan dari atas ke bawah energi ionisasi semakin berkurang.
b. Dalam satu periode dari kiri ke kanan energi ionisasi cenderung bertambah.
Dalam satu golongan energi ionisasi dari atas ke bawah cenderung makin kecil, karena
jari-jari atom bertambah besar. Meskipun jumlah muatan positif dalam inti bertambah tetapi gaya
tarik inti terhadap elektron terluar makin lemah karena jari-jari makin panjang. Akibatnya energi
ionisasi makin berkurang. Dalam satu periode energi ionisasi unsur dari kiri ke kanan makin
besar. Bertambahnya jumlah muatan positif dalam inti dan jumlah kulit tetap menyebabkan gaya
tarik inti makin kuat. Akibatnya energi ionisasi makin bertambah.
3.3 Afinitas Elektron
Afinitas elektron adalah besarnya energi yang dibebaskan satu atom netral dalam wujud
gas pada waktu menerima satu elektron sehingga terbentuk ion negatif. Afinitas elektron
(kJ/mol) adalah energi yang terlibat (dilepas atau diserap) ketika satu elektron diterima oleh atom
suatu unsur dalam keadaan gas.
Dalam satu golongan dari atas ke bawah afinitas elektron semakin kecil. Muatan inti
bertambah positif, jari-jari atom makin besar, dan gaya tarik inti terhadap elektron yang
ditangkap makin lemah. Akibatnya afinitas elektron berkurang.
Adapun afinitas elektron dalam satu periode afinitas elektron unsur dari kiri ke kanan
cenderung bertambah. Muatan inti bertambah positif sedang jumlah kulit tetap menyebabkan
gaya tarik inti terhadap elektron yang ditangkap makin kuat. Akibatnya afinitas elektron
cenderung bertambah.
Apabila ion negatif yang terbentuk stabil, energi dibebaskan dinyatakan dengan tanda
negatif (-). Apabila ion negatif yang terbentuk tidak stabil, energi diperlukan/diserap dinyatakan
dengan tanda positif (+). Kecenderungan dalam afinitas elektron lebih bervariasi dibandingkan
dengan energi ionisasi. Unsur-unsur halogen (Gol. VII A) mempunyai afinitas elektron paling
besar/paling negatif yang berarti paling mudah menerima elektron.
3.4 Keelektronegatifan
Keelektronegatifan adalah kecenderungan/kemampuan atom untuk menarik elektron
dalam suatu ikatan kimia. Semakin besar keelektronegatifan suatu atom berarti dalam ikatan
kimia atom tersebut cenderung menarik elektron dari atom yang lain. Sebagai contoh dalam
ikatan H dan Cl, atom Cl cenderung menarik elektron dari H, jadi Cl lebih elektronegatif dari H.
Unsur-unsur golongan VIIIA (Gas Mulia) sulit membentuk ikatan kimia/tidak reaktif, jadi
keelektronegatifannya sangat rendah. Menurut Pauling, keelektronegatifan unsur gas mulia
adalah nol. Artinya, gas mulia tidak mempunyai kemampuan untuk menarik elektron.
Dalam satu golongan dari atas ke bawah keelektronegatifan semakin berkurang. Dalam
satu periode dari kiri ke kanan keelektronegatifan semakin bertambah. Tidak ada sifat tertentu
yang dapat diukur untuk menetukan/membandingkan keelektronegatifan unsur-unsur. Energi
ionisasi dan afinitas elektron berkaitan dengan besarnya daya tarik elektron. Semakin besar daya
tarik elektron semakin besar energi ionisasi, juga semakin besar (semakin negatif) afinitas
elektron. Jadi, suatu unsur (misalnya fluor) yang mempunyai energi ionisasi dan afinitas elektron
yang besar akan mempunyai keelektronegatifan yang besar.
Semakin besar keelektronegatifan, unsur cenderung makin mudah membentuk ion
negatif. Semakin kecil keelektronegatifan, unsur cenderung makin
sulit membentuk ion negatif, dan cenderung semakin mudah membentuk ion positif.
3.5 Sifat-Sifat Unsur
Dengan mengetahui letak periode dan golongan suatu unsur dalam tabel periodik, kita
dapat mengetahui sifat-sifat unsur tersebut. Nomor atom menentukan jumlah elektron dan jumlah
elektron menentukan konfigurasi elektron yang menentukan periode dan golongan unsur.
Sementara itu, periode dan golongan menentukan sifat-sifat unsur.
Sifat unsur dibedakan menjadi dua, yaitu unsur logam dan nonlogam. Unsur logam dan
nonlogam menempati posisi yang khas di dalam tabel periodik. Unsur-unsur logam terdapat di
sebelah kiri sedangkan unsur-unsur nonlogam terdapat di sebelah kanan tabel periodik. Ditinjau
dari konfigurasi elektron, unsur logam cenderung melepaskan elektron (energi ionisasi kecil),
sedangkan unsur nonlogam menangkap elektron (keelektronegatifan besar).
Dalam satu golongan sifat logam unsur bertambah dari atas ke bawah. Dari atas ke bawah
energi ionisasi unsur berkurang sehingga makin mudah melepas elektron, sifat logam bertambah.
Demikian juga nilai afinitas elektron makin berkurang sehingga makin sulit bagi unsur untuk
menangkap elektron. Sifat nonlogam berkurang. Dalam satu periode sifat logam berkurang dari
kiri ke kanan. Energi ionisasi unsur bertambah dari kiri ke kanan, sehingga makin sulit bagi
unsur untuk melepas elektron. Berarti sifat logam makin berkurang. Nilai afinitas elektron
bertambah dari kiri ke kanan, sehingga makin mudah bagi unsur untuk menarik elektron.
Akibatnya sifat nonlogam makin berkurang. Kecenderungan ini tidak berlaku bagi unsur-unsur
transisi.
Unsur bagian kiri tabel periodik (IA dan IIA) memiliki sifat logam paling kuat,
sedangkan unsur-unsur paling kanan (VIIA) mempunyai sifat nonlogam paling kuat. Antara
unsur logam dan nonlogam terdapat unsur peralihan yang mempunyai sifat logam dan nonlogam
sekaligus. Unsur-unsur peralihan mempunyai sifat ganda. Be dan Al merupakan logam yang
memiliki beberapa sifat bukan logam dan disebut unsur amfoter. Di samping itu, B dan Si
merupakan unsur bukan logam yang memiliki beberapa sifat logam, disebut unsur metaloid.
Selain itu, sifat logam juga berhubungan dengan kereaktifan suatu unsur. Reaktif artinya
mudah bereaksi. Unsur-unsur logam pada sistem periodik unsur makin ke bawah semakin reaktif
(makin mudah bereaksi) karena semakin mudah melepaskan elektron. Sebaliknya, unsur-unsur
bukan logam pada sistem periodik makin ke bawah makin kurang reaktif (makin sukar bereaksi)
karena semakin sukar menangkap elektron. Jadi, unsur logam yang paling reaktif adalah
golongan IA (logam alkali) dan unsur nonlogam yang paling reaktif adalah golongan VIIA
(halogen).
3.6 Massa Atom Relatif (Ar)
Massa satu atom unsur atau massa satu molekul zat memiliki satuan massa atom (sma).
Penentuan massa atom dilakukan dengan cara membandingkan massa atom yang akan
ditentukan terhadap massa atom unsur yang massanya telah ditetapkan (massa atom acuan).
Dengan cara ini, massa setiap atom dapat ditentukan.
Pada tahun 1825, Jons Jacob Berzelius mendefinisikan massa atom suatu unsur sebagai
perbandingan massa satu unsur tersebut terhadap massa satu atom hidrogen. Jika ada pernyataan
bahwa massa atom karbon = 12, maka bisa diartikan bahwa massa satu atom karbon 12 kali lebih
besar daripada massa satu atom hidrogen.
Atom karbon isotop merupakan atom paling stabil dibandingkan atom-atom lain,
sehingga paling cocok digunakan sebagai standar bagi penentuan harga massa atom unsur-unsur.
Sejak tahun 1961 IUPAC mendefinisikan massa atom relatif (Ar) suatu unsur adalah
perbandingan massa satu atom unsur tersebut terhadap 1/12 kali massa satu atom karbon-12 (C-
12). Hubungan tersebut dapat dinyatakan:
Ar X =

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari bab pembahasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa sistem periodik
unsur adalah suatu tabel unsur-unsur yang membentuk suatu sistem untuk mempermudah
mempelajari ke-118 unsur di alam, yang telah di kelompokkan menurut persamaan sifat,
kenaikan massa maupun jari atom. Sistem periodik unsur juga mengalami perkembangan seperti
halnya struktur atom, mulai dari munculnya Triade Dobereiner, Teori Oktaf Newlands, Hukum
Mendeleyev, hingga sistem periodik unsur saat ini. Sistem periodik unsur memiliki keterkaitan
dengan konfigurasi elektron, di mana konfigurasi elektron ini akan menentukan periode dan
golongan suatu unsur. Sistem periodik unsur juga memiliki sifat-sifat seperti jari-jari atom,
energi ionisasi, afinitas elektron, dan keelektronegatifan.

B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan dalam penulisan karya ilmiah ini yaitu :
1. Sebaiknya pihak perpustakaan universitas lebih banyak menyediakan literatur mengenai sistem
periodik unsur, baik dalam Bahasa Indonesia maupun dalam Bahasa Inggris.
2. Sebaiknya pihak universitas membatasi mahasiswa dalam pengambilan materi penulisan karya
ilmiah melalui internet agar mahasiswa lebih termotivasi dalam menemukan bahan atau materi
lewat beberapa buku di perpustakaan dan agar mahasiswa lebih termotivasi untuk membaca
buku.
3. Sebaiknya mahasiswa lebih mendalami pemahaman materi sistem periodik unsur karena materi
ini merupakan materi dari salah satu mata kuliah umum yang perlu diluluskan untuk
pengambilan SKS berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Harnanto, Ari dan Ruminten. 2009. Kimia untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Partana, Crys Fajar dan Antuni Wiyars. 2009. Mari Belajar Kimia Jilid 2 untuk
SMA-MA Kelas XI IPA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Permana, Irvan. 2009. Memahami Kimia 1 untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Rahardjo, Sentot Budi. 2008. Kimia Berbasis Eksperimen 2 untuk kelas XI SMA
dan MA. Jawa Tengah: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Setyawati, Arifatun Arifah. 2009. Mengkaji Fenomena Alam untuk Kelas X
SMA/MA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Utami, Budi, Agung Nugroho Catur Saputro, Lina Mahardiani, Sri Yamtinah dan
Bakti Mulyani. 2009. Kimia untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
Utami, Budi, Agung Nugroho Catur Saputro, Lina Mahardiani, Sri Yamtinah dan
Bakti Mulyani. 2009. Kimia untuk SMA dan MA Kelas XI Program Ilmu Alam. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai