Anda di halaman 1dari 18

6

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Skabies

2.1.1 Definisi

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan

sensitisasi terhadap tungau sarcoptes scabiei varietas hominis dan bermanifestasi

sebagai lesi papular, pustul, vesikel, kadang-kadang erosi serta krusta dan

terowongan berwarna abu-abu yang disertai keluhan subjektif sangat gatal,

ditemukan terutama pada daerah celah dan lipat paha27.

Skabies disebut juga dengan the itch (Inggris), gale (Prancis), kratze

(Jerman)27. Di Indonesia skabies lebih dikenal dengan nama gudik, kudis, buduk,

kerak, penyakit ampere dan gatal agogo6. Dalam masyarakat Aceh, penyakit

skabies dikenal dengan sebutan kudee buta14.

2.1.2 Epidemiologi

Skabies telah menyebar ke seluruh dunia, terutama pada daerah beriklim

tropis dan subtropis. Penyakit ini dapat mempengaruhi semua jenis ras di dunia,

meskipun demikian gambaran akurat insidensinya sulit ditentukan dengan pasti

oleh karena berbagai laporan yang ada hanya berdasarkan catatan kunjungan

pasien rawat jalan di rumah sakit27. Skabies dapat terjadi pada kedua jenis

kelamin, pada semua umur, pada semua ras dan pada semua tingkatan sosial

ekonomi dan sering pada tempat yang padat penduduknya dengan hygiene yang

jelek3. Penyakit ini banyak dijumpai pada anak dan dewasa muda, tetapi dapat

mengenai semua umur. Insiden sama pada pria dan wanita23.

6
7

Di beberapa negara berkembang, penyakit ini dapat menjadi endemik

secara kronik pada beberapa kelompok. Sebagai contoh, survei di sepanjang

sungai Ucayali, Peru tahun 1983 menemukan bahwa di beberapa desa semua anak

penduduk asli telah mengidap skabies. Penelitian lain di India tahun 1985

menemukan bahwa prevalensi skabies pada anak-anak di banyak desa sebesar

100%. Hasil survei di Kuna tahun 1986 menemukan 61% dari 756 penderita

skabies berusia 1-10 tahun dan 84% pada bayi kurang 1 tahun. Di daerah Malawi,

suatu penelitian memperlihatkan bahwa insiden tertinggi terdapat pada usia 0-9

tahun27. Hasil penelitian di Fiji pada tahun 2006 dan 2007 didapatkan prevalensi

skabies 18,5% pada anak sekolah dasar dan 14% pada bayi25.

2.1.3 Etiologi

Skabies ditularkan oleh tungau betina sarcoptes scabiei yang telah dibuahi

melalui kontak fisik yang erat30. Sarcoptes scabiei var.hominis termasuk filum

Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, super famili Sarcoptes. Pada

manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Secara morfologik merupakan

tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata.

Tungau ini translusen, berwarna putih kotor dan tidak bermata 27. Ukurannya, yang

betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan

lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron30. Bentuk dewasa

mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan

2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang

jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan

alat perekat20.
8

Perkembangan penyakit ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain

keadaan sosial-ekonomi yang rendah, kondisi perang, kepadatan penghuni yang

tinggi, tingkat hygiene yang buruk, kurangnya pengetahuan dan kesalahan dalam

diagnosis serta penatalaksanaan skabies27.

2.1.4 Transmisi

Transmisi atau perpindahan skabies antara penderita dapat berlangsung

melalui kontak langsung (kontak kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama

dan hubungan seksual. Selain itu juga dapat melalui kontak tidak langsung

(melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal dan lain-lain 6. Tungau

dapat bertahan hidup selama 24 sampai 36 jam pada suhu kamar dan kelembaban

rata-rata dan tetap mampu melakukan infestasi28.

2.1.5 Siklus hidup

Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan

mati, kadang-kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan

yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali

terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan

sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau

50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan

menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang mempunyai 3

pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar.

Setelah 2-4 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan

betina, dengan 4 pasang kaki26.


9

Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa

memerlukan waktu antara 8-12 hari6. Pada suhu kamar 21C dengan kelembaban

relatif 40-80% tungau masih dapat hidup di luar pejamu selama 24-36 jam9.

2.1.6 Patogenesis

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi

juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh

sensitisasi terhadap sekreta dan ekskreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira

sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis

dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika, dan lain-lain. Dengan garukan dapat

timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder6. Sekret dan eksreta yang

dikeluarkan tungau betina bersifat toksik atau antigenik27.

2.1.7 Gejala klinis

Gambaran klinis khas skabies adalah gatal 21. Gatal biasanya muncul dalam

enam minggu setelah pajanan pertama. Gatal paling hebat terjadi pada malam

hari1. Terdapat dua tipe utama lesi kulit pada skabies, yaitu terowongan dan ruam 2.

Lokasi kulit yang sering mengalami infestasi sarcoptes adalah daerah sela jari,

axilla, sekitar umbilicus dan daerah aerola mammae24.

Menurut Handoko (2007)6, ada 4 tanda kardinal:

1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena

aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.

2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah

keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam

sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang


10

berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan

hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun

mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini

bersifat sebagai pembawa (carrier).

3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna

putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1

cm pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul

infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi dan lain-

lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum

korneum yang tipis, yaitu: sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian

volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita),

umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi

dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.

4. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan

satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal

tersebut.

2.1.8 Bentuk-bentuk skabies

Menurut Tabri (2005)27, terdapat bentuk-bentuk khusus antara lain:

a. Skabies pada orang bersih

Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit

jumlahnya hingga sangat sukar ditemukan. Kutu biasanya hilang akibat mandi

secara teratur.
11

b. Skabies in cognito

Bentuk ini timbul pada skabies yang diobati dengan kortikosteroid

sehingga gejala dan tanda klinis membaik. Tetapi tungau tetap ada dan penularan

masih bisa terjadi.

c. Skabies nodularis

Merupakan manifestasi yang unik pada bayi dan anak-anak. Lesi berupa

nodus berwarna cokelat kemerahan dan gatal yang terdapat pada daerah tertutup,

terutama genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Tungau jarang ditemukan pada

nodus. Nodulus dan noduli mungkin timbul akibat reaksi hipersensitivitas, lesi ini

dapat bertahan beberapa bulan hingga satu tahun walaupun penderita telah

diberikan obat skabies.

d. Skabies dihidrosiform

Jenis ini ditandai oleh lesi berupa kelompok vesikel dan pustul pada

tangan dan kaki yang sering berulang dan selalu sembuh dengan obat antiskabies

topikal. Tidak dapat ditemukan tungau pada lesi dan dapat sembuh sendiri secara

bertahap dalam beberapa bulan sampai lebih dari satu tahun. Skabies jenis ini

umumnya ditemukan pada anak-anak yang diadopsi di Negara-negara Asia

(Vietnam dan Korea).

e. Skabies krustosa (skabies Norwegia)

Bentuk skabies ini ditandai dengan dermatosis berkrusta pada tangan dan

kaki, kuku yang distrofik dan squama yang generalisata. Bentuk ini sangat

menular, tapi rasa gatalnya sangat sedikit. Tungau dapat ditemukan dalam jumlah

yang sangat banyak.


12

2.1.9 Diagnosis

2.1.9.1 Anamnesis

Menurut Paramitha (2010)19, beberapa hal yang perlu ditanyakan dalam

anamnesis antara lain:

a. Biodata

b. Keluhan utama

c. Riwayat penyakit sekarang

d. Riwayat penyakit terdahulu

e. Riwayat penyakit keluarga

f. Psikososial

g. Pola kehidupan sehari-hari

2.1.9.2 Pemeriksaan fisik

Menurut Harahap (2000)7, dari pemeriksaan fisik didapatkan kelainan

berupa:

1. Terowongan berupa garis hitam, lurus, berkelok, atau terputus-putus, berbentuk

benang.

2. Papula, urtika, ekskoriasi dalam perubahan eksematous ialah lesi-lesi sekunder

yang disebabkan sensitisasi terhadap parasit, serta ditemukan eksantem.

3. Terlihat infeksi bakteri sekunder dengan impetiginasi dan furunkulosis.

Lokasi biasanya pada tempat dengan stratum korneum yang tipis seperti:

sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat

ketiak bagian depan dan belakang, areola mammae (wanita), umbilikus, bokong,

genitalia eksterna (pria), perut bagian bawah, pantat bagian bawah dan lipat
13

pantat. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan kaki bahkan diseluruh

permukaan kulit, sedangkan pada remaja dan dewasa dapat timbul pada kulit

kepala dan wajah7.

Sifat-sifat lesi kulit berupa papula dan vesikel milier sampai lentrikuler

disertai ekskoriasi. Bila terjadi infeksi sekunder tampak pustul lentrikuler. Lesi

yang khas adalah terowongan (kanalikulus) milier, tampak berasal dari salah satu

papula atau vesikel, panjang kira-kira 1 cm, berwarna putih abu-abu. Ujung

kanalikuli adalah tempat persembunyian dan bertelur Sarcoptes scabiei23.

2.1.9.3 Pemeriksaan mikroskopis

Menurut27, diagnosis pasti ditegakkan dengan ditemukannya tungau pada

pemeriksaan mikroskopis yang dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:

1. Kerokan kulit

Minyak mineral diteteskan di atas papul atau terowongan baru yang masih

utuh, kemudian dikerok dengan menggunakan skalpel steril untuk mengangkat

atap papul atau terowongan, lalu diletakkan di atas gelas objek, di tutup dengan

gelas penutup dan diperiksa di bawah mikroskop. Hasil positif apabila tampak

tungau, telur, larva, nimfa atau skibala.

2. Mengambil tungau dengan jarum

Jarum dimasukkan ke dalam terowongan pada bagian yang gelap, lalu

digerakkan secara tangensial. Tungau akan memegang ujung jarum dan dapat

diangkat keluar.
14

3. Epidermal shave biopsi

Mencari terowongan atau papul yang dicurigai pada sela jari antara ibu jari

dan jari telunjuk, lalu dengan hati-hati diiris pada puncak lesi dengan skalpel

no.16 yang dilakukan sejajar dengan permukaan kulit. Biopsi dilakukan sangat

superficial sehingga tidak terjadi perdarahan dan tidak memerlukan anestesi.

Spesimen kemudian diletakkan pada gelas objek, lalu ditetesi minyak mineral dan

periksa di bawah mikroskop.

4. Tes tinta Burrow

Papul skabies dilapisi dengan tinta pena, kemudian segera dihapus dengan

alkohol. Jejak terowongan akan tampak sebagai garis yang karakteristik berbelok-

belok karena adanya tinta yang masuk.

5. Kuretasi terowongan

Kuretasi superfisial sepanjang sumbu terowongan atau pada puncak papul,

lalu kerokan diperiksa dibawah mikroskop setelah ditetesi minyak mineral.

6. Tetrasiklin tropikal

Larutan tetrasiklin dioleskan pada terowongan yang dicurigai, setelah 5

menit dikeringkan dengan menggunakan isopropyl alcohol. Tetrasiklin akan

berpenetrasi ke dalam kulit melalui kerusakan stratum korneum sehingga

terowongan tampak dengan penyinaran lampu Wood sebagai garis lurus berwarna

kuning kehijauan.
15

7. Apusan kulit

Kulit dibersihkan dengan eter, kemudian dengan gerakan cepat selotip

dilekatkan pada lesi dan diangkat. Selotip lalu diletakkan di atas gelas objek dan

diperiksa di bawah mikroskop.

8. Menggunakan epiluminescence dermatoscopy

Teknik ini memeriksa kulit secara rinci mulai dari lapisan atas sampai ke

papila dermis. Hasil pemeriksaan dapat diketahui dalam beberapa menit.

2.1.10 Penatalaksanaan

Menurut Tabri (2005)27 penatalaksanaan skabies dibagi menjadi 2 bagian :

a. Penatalaksanaan secara umum

Pada pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi teratur setiap

hari. Semua pakaian, sprei dan handuk yang telah digunakan harus dicuci secara

teratur dan bila perlu direndam dengan air panas. Demikian pula halnya dengan

anggota keluarga yang beresiko tinggi untuk tertular, terutama bayi dan anak-

anak, juga harus dijaga kebersihannya dan untuk sementara waktu menghindari

terjadinya kontak langsung. Secara umum tingkatkan kebersihan lingkungan

maupun perorangan dan tingkatkan status gizinya.

Beberapa syarat pengobatan yang harus diperhatikan :

1. Semua anggota keluarga harus diperiksa dan mungkin semua harus diberi

pengobatan secara serentak.

2. Hygiene perorangan : penderita harus mandi bersih, bila perlu menggunakan

sikat untuk menyikat badan. Sesudah mandi pakaian yang akan dipakai harus

disetrika.
16

3. Semua perlengkapan rumah tangga seperti bangku, sofa, sprei, bantal, kasur,

selimut harus dibersihkan dan dijemur dibawah sinar matahari selama beberapa

jam.

b. Penatalaksanaan secara khusus

Menurut Handoko (2007)6, obat-obat anti skabies yang tersedia dalam

bentuk topikal antara lain:

1. Belerang endap (sulfur presipitatum), dengan kadar 4-20% dalam bentuk salap

atau krim. Kekurangannya ialah berbau dan mengotori pakaian dan kadang-

kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2

tahun.

2. Emulsi benzil-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan

setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi

dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.

3. Gama benzena heksa klorida (gameksan=gammexane) kadarnya 1% dalam

krim, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah

digunakan dan jarang memberi iritasi. Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika

masih ada gejala diulangi seminggu kemudian.

4. Krotamiton 10% dalam krim juga merupakan obat pilihan, mempunyai dua

efek sebagai anti skabies dan anti gatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut dan

uretra.

5. Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik dibandingkan

gameksan, efektifitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10


17

jam. Bila belum sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak dilanjutkan pada

bayi di bawah umur 12 bulan.

2.1.11 Prognosis

Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakain obat, serta syarat

pengobatan dapat menghilangkan faktor predisposisi (antara lain hygiene), maka

penyakit ini dapat diberantas dan memberikan prognosis yang baik6,7.

2.1.12 Pencegahan

Menurut Muzakir (2007)14, penyakit skabies sangat erat kaitannya dengan

kebersihan dan lingkungan yang kurang baik, oleh karena itu untuk mencegah

penyakit skabies dapat dilakukan dengan cara:

a. Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun.

b. Mencuci pakaian, sprei, sarung bantal, selimut dan lainnya secara teratur

minimal 2 kali dalam seminggu.

c. Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali.

d. Tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain.

e. Hindari kontak dengan orang atau kain serta pakaian yang dicurigai

terinfeksi tungau skabies.

f. Menjaga kebersihan rumah dan ventilasi yang cukup.

2.2 Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang (overt behavior)16.


18

2.2.1 Tingkat pengetahuan dalam domain kognitif

Menurut Notoatmodjo (2005)16, pengetahuan yang dicakup di dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasi materi tersebut

secara benar.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.


19

Dengan kata lain, sintesis itu merupakan suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.

2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang12 :

a. Pendidikan, berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain

terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Makin tinggi

pendidikan semakin mudah pula seseorang memahami informasi dan pada

akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya dan

sebaliknya.

b. Pekerjaan, lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak

langsung.

c. Umur, dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada

aspek fisik dan psikologis (mental). Pada aspek psikologis atau mental

taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa.

d. Minat, minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu

hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

e. Pengalaman, ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang

akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek

tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang


20

sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya dan akhirnya

dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya.

f. Kebudayaan lingkungan sekitar

g. Informasi, kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat

membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang

baru.

2.3 Penyuluhan

2.3.1 Definisi

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan

cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja

sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang

ada hubungannya dengan kesehatan4.

2.3.2 Perencanaan penyuluhan

Langkah-langkah dalam perencanaan penyuluhan:

1. a. Mengenal masalah

Untuk mengenal masalah, kegiatan yang dilakukan diantaranya :

1. Mengenal program yang akan ditunjang penyuluhan.

2. Mengenal masalah yang akan ditanggulangi oleh program tersebut.

3. Dasar-dasar pertimbangan apa yang dipergunakan untuk menentukan

masalah yang akan dipecahkan.

4. Pelajari masalah tersebut serta kenali dari perilakunya.

b. Mengenal masyarakat
21

Pada tahap perencanaan penyuluhan yang harus sudah terkaji pada

masyarakat adalah sebagai berikut :

1. Jumlah penduduk.

2. Keadaan sosial budaya dan ekonomi masyarakat

3. Pola komunikasi di masyarakat

4. Sumber daya yang ada (sarana dan sumber daya tenaga)

5. Pengalaman masyarakat pada program-program sebelumnya

6. Pengalaman masyarakat di masa lalu sehubungan dengan program

penanggulangan yang pernah dilakukan di daerah tersebut

c. Mengenal wilayah

Berikut ini dua hal pengkajian yang perlu dilakukan dalam mengenal

wilayah.

1. Lokasi

2. Sifat

2. Menentukan prioritas

Prioritas dalam penyuluhan harus sejalan dengan prioritas masalah yang

ditentukan oleh program yang ditunjang10.

3. Menentukan tujuan penyuluhan

Tujuan dari penyuluhan kesehatan di antaranya adalah tujuan jangka

pendek, menengah dan jangka panjang. Tujuan jangka pendek adalah terciptanya

pengertian, sikap dan norma menuju kepada terciptanya perilaku sehat. Tujuan

jangka menengah adalah terjadinya perilaku sehat. Sedangkan tujuan jangka

panjang adalah terjadinya perubahan status kesehatan yang optimal13.


22

4. Menentukan sasaran penyuluhan

Sasaran adalah individu atau kelompok yang akan diberi penyuluhan.

Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat. Menentukan kelompok sasaran menyangkut pula strategi4.

5. Menentukan isi penyuluhan

Isi penyuluhan dan keuntungan terhadap kelompok sasaran harus

disebutkan. Isi penyuluhan harus dituangkan dengan bahasa yang mudah

dipahami oleh sasaran, pesan harus benar-benar bisa dilaksanakan oleh sasaran

dengan sarana yang dimiliki atau yang terjangkau oleh sasaran penyuluhan 10,12.

6. Menentukan metode penyuluhan yang akan dipergunakan

Metode penyuluhan bergantung pada tujuan penyuluhan yang akan

dicapai. Tujuan penyuluhan dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu

pengertian, sikap dan keterampilan. Jika tujuan yang ingin dicapai adalah ranah

pengertian, maka pesan cukup disampaikan dengan diucapkan atau disampaikan

secara tertulis. Jika tujuannya untuk mengembangkan sikap yang positif, sasaran

mengetahui bagaimana kejadian tersebut. Sedangkan untuk mengembangkan

ranah keterampilan, maka sasaran perlu diberikan kesempatan mencoba sendiri

pada keterampilan yang akan diharapkan12.

7. Memilih alat peraga atau media penyuluhan yang dibutuhkan

Metentukan media apa yang akan digunakan untuk menunjang pendekatan

program. Misalnya dengan menggunakan poster, leaflet, dan lain-lain12.


23

8. Menyusun rencana penilaian (evaluasi) menurut Maulana (2009)10

a. Pastikan dalam tujuan yang telah dijabarkan sudah secara khusus dan jelas

mencantumkan waktu evaluasi, tempat pelaksanaan evaluasi dan

kelompok sasaran yang aka dievaluasi.

b. Apa jenis indikator atau kriteria yang akan dipakai dalam penilaian.

c. Perlu dilihat kembali, apakah tujuan penyuluhan sudah sejalan dengan

tujuan program.

d. Kegiatan-kegiatan penyuluhan apa yang akan dievaluasi.

e. Metode dan instrumen apa yang akan digunakan untuk evaluasi tersebut.

f. Siapa yang akan melaksanakan evaluasi.

g. Sarana-sarana apa (alat, biaya, tenaga, dan lain-lain) yang diperlukan untuk

evaluasi, dan tempat sarana tersebut diperoleh.

h. Apakah terdapat fasilitas dan kesempatan untuk mempersiapkan tenaga-

tenaga yang akan melaksanakan evaluasi tersebut.

i. Bagaimana rencana untuk memberikan umpan balik hasil evaluasi ini

kepada para pimpinan program.

9. Menyusun rencana kerja/kegiatannya

Setelah menetapkan pokok-pokok kegiatan penyuluhan termasuk waktu,

tempat, dan pelaksanaan, buat jadwal pelaksanaanya yang dicantumkan dalam

suatu daftar12.

Anda mungkin juga menyukai