Anda di halaman 1dari 11

UJI KUALITATIF Pb DALAM MAKANAN

Siti Nurrohmah,83 Ai Siti Rika,84 Nisa Maulani,85 Tiffany Sabilla,86 Adam


Renaldi,90 Doni Dermawan107
Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang

Abstrak

Timbal (Pb) merupakan suatu logam berat yang berbahaya, beracun, dan dapat
berdampak buruk terhadap kesehatan tubuh. Timbal (Pb) dapat mengontaminasi
makanan yang terpapar cemaran seperti gas emisi kendaraan bermotor atau makanan
dalam kemasan kaleng. Tujuan praktikum ini yakni untuk identifikasi adanya
cemaran logam berat Pb dalam sampel makanan sarden kaleng dengan menggunakan
metode uji batas logam berat menggunakan prinsip destruksi basah dengan
penambahan asam kuat terhadap sampel kemudian dioksidasi. Larutan uji
dibandingkan tingkat intensitas kekeruhannya terhadap larutan baku dan larutan
monitor. Hasil menunjukkan bahwa sampel makanan sarden kaleng yang dianalisis
negatif mengandung cemaran Pb dikarenakan intensitas kekeruhan larutan uji lebih
kecil dibanding larutan baku dan larutan monitor.
Kata Kunci : Destruksi basah, Sarden, Timbal (Pb)

Abstract

Lead (Pb) is a heavy metal that is hazardous, toxic, and can adversely affect the
health of the body. Lead (Pb) can contaminate the food was exposed to contaminants
such as motor vehicle gas emission or food in cans. The purpose of this research is to
identify the presence of heavy metal (Pb) contamination in food samples sardine cans
using heavy metals limit test using the principle of wet destruction by the addition of
a strong acid to the sample then oxidized. Test solution compared to the intensity
level of turbidity of the standard solution and the monitors solution. The results
showed that the samples analyzed sardine canned foods contain negative Pb
contamination due to the intensity of the turbidity of the test solution is smaller than
the standard solution and the monitor solution.
Keywords: Lead (Pb), Sardine, Wet destruction
PENDAHULUAN pada kaleng bagian dalam. Hal
Makanan yang dikonsumsi saat tersebut dapat diakibatkan pematrian
ini banyak dibuat dalam bentuk praktis tutup kaleng dengan badan kaleng
dan instan termasuk ikan yang dikemas yang menggunakan logam timbal (Pb)
dalam kemasan kaleng. Kemasan serta interaksi bahan makanan dengan
kaleng dipilih karena sifatnya yang logam pembentuk kaleng. Korosi dan
kedap udara, mudah dibentuk, dan kelarutan logam pada badan kaleng
tidak akan mudah pecah. Hal inilah dalam makanan terutama yang bersifat
yang membuat produk olahan ini asam dapat mempengaruhi kualitas
menjadi prduk yang digemari makanan.
masyarakat. Namun, telah ditemukan Kontaminasi timbal pada
hasil dari beberapa penelitian yang makanan yang dikonsumsi akan
menunjukkan bahwa ikan kemasan terserap oleh tubuh. Timbal merupakan
kaleng baik produksi Indonesia logasm yang tak dapat dicerna di
maupun luar negeri telah tercemar dalam tubuh sehingga sedikit demi
logam berat. Dari penelitian tersebut sedikit timbal yang masuk lama
diketahui logam berat yang kelamaan akan terakumulasi sehingga
mengontaminasi produk olahan sangat membahayakan bagi kesehatan
tersebut salah satunya adalah timbal (Purnomo dan Muchyiddin, 2007).
(Pb) pada sampel ikan kaleng di Pemeriksaan kualitatif dilakukan
Indonesia (Tehebijuluw et al., 2003). sebagai pemeriksaan pendahuluan
Data dari Badan Standarisasi mengettahui adanya cemaran logam
Nasional yang mengacu pada SK timbal di dalam sampel yang akan
Dirjen BPOM No. 03725/B/SK/VII/89 dianalisis secara kuantitatif (Gustina,
mengenai batas maksimum cemaran 2012).
logam dalam makanan menetapkan Terdapat dua cara preparasi
batas maksimum cemaran logam untuk sampel yang dapat dilkakuan dalam
timbal (Pb) adalah 0,3 ppm. Menurut analisis timbal yaitu preparasi sampel
Julianti (2006) lama penyimpanan yang dilakukan dengan metode
dapat mempengaruhi terjadinya korosi destruksi basah dan destruksi kering.
Ada tiga macam cara kerja destruksi penambahan asam asetat 1 N, encerkan
basah yaitu menggunakan HNO3 dan dengan air hingga 40 ml.
H2SO4 (Apriyanto, A., 1989). 2) Larutan uji

Ke dalam tabung pembanding warna


METODE
50 ml dimasukkan 25 ml Larutan uji
Destruksi Sampel
hingga atau dilarutkan hingga 25 ml.
Destruksi sampel dilakukan dengan
Atur pH antara 3,0 dan 4,0 dengan
menmbang sejumlah 2 gram sampel
penambahan asam asetat 1 N atau
ikan kemasan kaleng sebanyak dua
amoniumhidroksida 6 N, encerkan
kali sehingga dilakukan destruksi
dengan air hingga 40 ml, campur
sampel sebanyak 4 grama dalam dua
3) Larutan monitor
kurs terpisah. Salah satu sampel dalam
Masukan 25 ml larutan yang dibuat
kurs dijadikan control positif sehingga
sama seperti larutan uji ke dalam
dispike dengan standard Pb sebanyak
tabung pembanding warna 50 ml, dan
0,1 mg/kg. Kemudian ditambahka
ditambahkan 2 ml larutan baku timbal.
secara berurutan 5 10 ml HNO3 65%
Atur pH antara 3,0 dan 4,0 dengan
dan H2O2 sebanyak 2 mL dan sampel
penambahan asam asetat 1 N.
didestruksi dalam tanur. Sampel
Ditambah larutan baku Pb sebanyak 2
menjadi abu setelah didesruksi dalam
mL 1 ppm, encerkan dengan air hingga
tanur.
40 ml.
Penentuan Uji Batas dengan Tabung
4) Prosedur pengujian
Nessler
Ke dalam tiap tabung dari 3 tabung
1) Larutan baku
yang masing-masing berisi Larutan
Memipet sebanyak 2 ml Larutan baku baku, Larutan uji dan Larutan monitor
timbal (20 g Pb) ke dalam tabung ditambahkan 10 ml hydrogen sulfide
pembanding warna 50 ml (1), dan yang dibuat segar, campur, diamkan
encerkan dengan air hingga 25 ml. selama 5 menit. Dilakukan pengmatan
Atur pH antara 3,0 dan 4,0 dengan dari atas pada dasar putih: Warna yang
terjadi pada Larutan uji tidak lebih
gelap dari warna yang terjadi pada pada larutan monitor sama atau lebih
Larutan baku. Dan intensitas warna kuat dari larutan baku.

HASIL
Kiri : Tabung Uji
Kanan : Larutan Baku Pb
Kandungan standard Pb dalam
larutan baku 20 g/40 mLj

Kiri : Larutan Baku Pb


Tengah : Larutan Uji Spike
Kanan : Larutan Uji

PEMBAHASAN dapat menghambat aktifitas Enzim


Pada praktikum kali ini, aminolevulinat dehydrogenase (-
bertujuan untuk menganalisis apakah aminolevulinic acid dehydrogenase =
dalam suatu sampel uji (Sardines) -ALAD) dalam eritroblas sumsum
terkandung logam berat berupa Pb tualng dan eritrosit pada sintesis heme.
(timbal) atau tidak. Karena pada Walaupun tubuh dapat mengeksresi
dasarnya, timbal (Pb) merupakan zat timbal, namun hal itu tidak sebanding
yang dapat menyebabkan dengan absorpsinya sehingga dapat
hematotoksik. Hematotoksisitas Pb menimbulkan efek negative baik akut
maupunn kronis. Oleh karena itu menganalisa bahan lebih banyak dari
dibutuhkan analisis kandungan timbal pada pengabuan basah.
(Pb) pada makanan sehingga bisa Prinsip dari pengabuan kering
mengambil tindakan preventive guna adalah membakar habis bagian organic
menghindari bahaya dari timbal (Pb) dan meninggalkan residu anorganik
itu sendiri. sebagai abu untuk analisis lebih lanjut.
Prosedur yang pertama adalah Pada pengabuan kering suhu
preparasi sampel. Preparasi sampel pengabuan harus diperhatikan karena
sangat menentukan keberhasilan dalam banyak elemen abu yang dapat
suatu analisis, nyatanya preparasi menguap pada suhu tinggi, selain itu
sampel ini bertujuan untuk suhu pengabuan juga dapat
memisahkan zat yang akan dianalisis menyebabkan dekomposisi senyawa
dengan zat-zat organic maupun tertentu. Oleh karena itu suhu
anorganik lainnya yang dapat pengabuan untuk setiap bahan
mengganggu proses analisis ke berbeda-beda. Untuk analisis Pb suhu
depannya. Preparasi sampel untuk pengabuannya adalah sebesar 600oC.
analisis mineral terdiri dari dua Sebelum pengabuan dilakukan,
metode, yaitu metode pengabuan sampel diberikan HNO3 65% dan
kering (dry ashing) dan pengabuan H2O2. Tujuan ditambahkannya HNO3
basah (wet digestion). Pada praktikum adalah untuk melarutkan mineral Pb.
kali ini, metode yang digunakan untuk Karena Pb dapat larut dalam asam
preparasi sampel adalah pengabuan nitrit, asam asetat dan asam sulfat
kering (dry ashing), hal ini digunakan pekat. Larutan yang digunakan sebagai
karena metode ini adalah metode yang pelarutnya adalah HNO3, karena saat
paling umum digunakan dalam direaksikan dengan asam nitrat pekat,
menganalisis mineral. Hamper semua terbentuk lapisan pelindung berupa
analisa mineral kecuali merkuri dan timbal nitrat pada permukaan yang
arsen. Metode ini membutuhkan mencegah pelarutan lebih lanjut,
sedikit ketelitian sehingga mampu namun jika dilarutkan dengan asam
klorida atau asam sulfat mempunyai
pengaruh yang hanya sedikit, karena control positif ini berguna untuk
terbentuknya timblak klorida atau membuktikan bahwa pengujian yang
timbal sulfat yang tak larut pada digunakan menghasilkan perubahan
permukaan permukaan .Seperti pada positif pada sampel uji, sehingga bisa
reaksi berikut : diketahui perbandingan hasil positif
3Pb + 8HNO3 3Pb2+ + 6NO3- dan negatifnya dengan larutan yang
+ 2NO (tak berwarna) + 4H2O diuji. Berbeda dengan baku standar,
Ketika sampel yang dilarutkan dengan yang jelas jelas menghasilkan
HNO3, akan terbentuk gas NO yang pengaruh atau hasil yang positif tanpa
tidak berwarna, ketika gas NO diberi adanya pengaruh dari zat-zat organic
suatu oksidator, akan berubah menjadi ataupun anorganik dari sampel.
gas nitrogen yang berwarna merah. Dari hasil preparasi sampel,
Itulah fungsi penambahan H2O2. Dan didapatlah 2 larutan uji, yaitu larutan
ini juga sebagai penanda bahwa uji 1 dan larutan uji 2 (control positif).
sampel yang mengandung Pb sudah Selanjutnya kedua larutan uji tersebut
larut. Reaksi yang terjadi adalah : diencerkan dan ditambahkan asam
2NO (tidak berwarna) + O2 asetat sebagai buffer atau
2NO2 (merah) mempertahankan pH sekitar 3-4. Lalu
Setelah proses pelarutan setelah pH larutan sekitar 3-4, masing-
selesai, kemudian sampel masing larutan diberikan H2S sebagai
didestruksikan dengan cara indicator untuk pembentukan endapan.
dimasukkan ke dalam tanur bersuhu Pada metode tabung nessler ini
600oC. Setelah itu akan dihasilkan juga diperlukan larutan baku dan
sampel berupa abu, dimana abu ini larutan monitor juga, yang berfungsi
mengandung residu anorganik. sebagai pembanding sebagai
Selanjutnya dilakukan preparasi pembanding.
sampel yang sama namun ditambahkan Larutan baku ini berisi larutan
dengan baku timbal (Pb) dengan cara standard timbal (Pb), larutan baku
dispike. Preparasi sampel yang kedua yang digunakan sebanyak 2 ml 20 g
ini sebagai control positif, dimana Pb dan diad sampai 40 ml yang berarti
konsentrasinya adalah 0,5 ppm. ditetapkan berada pada rentang
Larutan baku ini dimasukkan ke dalam tersebut, maka ad larutan hingga
tabung reaksi kosong, lalu volumenye 50 ml.
ditambahkan aquadest untuk Setelah semua larutan siap
mengencerkan sebanyak 25 ml. yaitu larutan uji, larutan control positif,
Setelah itu larutan diatur pHnya larutan monitor dan larutan baku,
dengan pemberian dapar yang dapat maka dilakukan pengamatan. Ke
menjaganya pada pH 3,0 4,0. Jika dalam semua larutan tersebut
pH yang didapat menunjukan angka ditambahkan hidrogen sulfat (H2S).
terlalu asam maka diberikan amonium Penambahan hidrogen sulfat ini
hidroksida 6N agar pH naik menjadi ditujukan agar terjadi pengendapan
pada rentang 3,0 4,0. Dan apabila pH timbal yang berada dalam sampel.
yang didapat terlalu basa, maka yang Timbal akan mengalami oksidasi pada
ditambahkan adalah asam asetat 1N bagian kationnnya, sehingga kationnya
agar pH larutan bisa turun sehingga bereaksi membentuk suatu endapan.
berada pada rentang 3,0 4,0. Pada Seperti yang tertera pada reaksi
kali ini, larutan monitor yang dibuat berikut;
setelah di add hingga 25 ml memiliki Pb2+ + H2S Pb + 2 H+
pH 6, dengan demikian, yang
ditambahkan adalah asam asetat 1 N Setelah itu, didiamkan selama 5 menit
agar pH larutan menjadi turun. agar H2S tersebut bereaksi sempurna
Larutan monitor terdiri dari 25 dengan kation-kation timbal yang ada
ml sampel yang ditambah larutan baku di dalam larutan. Kemudian diamati
Pb 2 ml 1 ppm. Inilah yang kekeruhan dari masing-masing larutan
membedakan antara larutan baku yang dilakukan dengan background
dengan monitor, pada larutan monitor berwarna hitam dengan kondisi lampu
dimasukkan juga sampel kedalamnya. yang sesuai agar pengamatan lebih
Kemudian di cek pH larutan dan jelas dan kontras. Terdapat kesalahan
stabilkan pH nya hingga berada di dalam pengamatan ini, dimana
tentang pH 3,0 4,0. Setelah pH seharusnya background yang
digunakan adalah background putih larutan control positif ini menunjukan
yang bertujuan agar proses bahwa dalam sampel dimungkinkan
pengamatan mudah dan hasilnya tidak terdapat cemaran Pb dengan
bias dimana ketika background konsentrasinya berada pada rentang
berwarna putih maka tingkat konsentrasi larutan control positif yaitu
kekeruhan dari larutan tersebut akan sebesar 0,1 mg/kg. Konsentrasi ini
mudah diamati. sangatlah kecil dan masih berada
Dari hasil pengamatan didapat dalam rentang konsentrasi yang
bahwa larutan baku merupakan larutan diperbolehkan yaitu tidak lebih dari
yang paling keruh yang diikuti dengan 0,25 mg/kg (JECFA, 2003).
larutan monitor. Larutan uji sama Pada dasarnya, seharusnya
tingkat kekeruhannya (sedikit bening) tingkat kekeruhan antara larutan
dengan larutan control positif. Hasil ini control positif dengan larutan uji
dapat ditulis demikian, tingkat tidaklah sama karena larutan control
kekeruhan larutan dimulai dari yang positif pasti menunjukan tingkat
paling keruh sampai cukup bening kekeruhan yang lebih tinggi dari
yaitu larutan baku > larutan monitor > sampel. Hal ini dikarenakan dalam
larutan control positif dan larutan uji. larutan control positif mengandung
Ini menunjukan bahwa larutan sampel tambahan baku Pb yang berarti jika
dimungkinkan mengandung cemaran sampel mengandung Pb makan
Pb karena kekeruhan larutan sama konsentrasi Pb nya meningkat yaitu
dengan larutan control positif. Karena dari Pb baku yang ditambahkan dan
uji dengan tabung nessler ini dari cemaran Pb dalam sampel. Namun
merupakan pengujian semi kuantitatif, karena mungkin jumlah Pb dalam
dimana larutan uji dapat diketahui sampel tersebut sangat kecil , maka
rentang konsentrasinya dengan larutan control positif ini tidak
membandingkan kesamaan tingkat menunjukan kekeruhan yang lebih
kekeruhan dengan 3 larutan tinggi dibandingkan dengan sampel.
pembanding tadi. Karena tingkat Hasil penelitian The National
kekeruhan larutan uji sama dengan Foof Processors Association
mengungkapkan, kehadiran partikel Pb konsentrasi yang masih berada dalam
merupakan salah satu sumber batas aman, yaitu 0,1 mg/kg.
kontaminasi di dalam produk
makanan/minuman yang dikalengkan. DAFTAR PUSTAKA
Keberadaan partikel Pb ini dapat Apriyanto A. 1989. Analisa
berasal dari kaleng yang dilakukan Pangan.Bogor: IPB Press.
pematrian pada proses penyambungan Badan Pengawas Obat dan Makanan.
antara kedua bagian sisi dari tin plate 2009. Penetapan Batas
untuk membentuk badan kaleng atau Maksimum Cemaran Mikroba
antara bagian badan kaleng dan dan Kimia dalam Makanan.
tutupnya yang dipatri. Selain itu terjadi Jakarta: Badan Pengawas Obat
migrasi loga,-logam penyusun kaleng dan Makanan. Indonesia.
tersebut ke dalam produk karena Gustina. 2012. Pencemaran Logam
beberapa faktor, seperti pH, banyaknya Berat Timbal (Pb) di udara dan
sisa oksigen dalam bahan pangan, suhu Upaya Penghapusan Bensin
penyimpanan, waktu penyimpanan dan Bertimbal. Jurnal Berita
beberapa faktor yang berasal dari Dirgantara XIII (3), 95-101.
bahan kemas (Julianti dan Nurminah, Julianti, Elisa, Mimi N. 2006.
2006). Teknologi Pengemasan.
Sumatera: Fakultas Pertanian
KESIMPULAN Sumatera Utara.
Dapat disimpulkan dari uji
Purnomo dan Muchyiddin. 2007.
semi kuantitatif cemaran Pb dengan
Analisis Kandungan Timbal (Pb)
metode Nessler dalam makanan kaleng
pada Ikan Bandeng (Chanos
ikan sarden dengan merek Pronas
chanas Forsk) di tambak
dimungkinkan positif mengandung Pb
Kecamatan Gresik. Jurnal Vol
yang ditunjukan dengan tingkat
14(1), 68-77.
kekeruhan larutan sampel sama dengan
Tehebijuluw,H., Eirene, GF., Semuel,
larutan control positif dengan rentang
S., 2013. Penentuan Kandungan
Logam Cd dan Cu dalam Produk
Ikan Kemasan Kaleng secara Journal of Applied Chemistry.
Spektrofotometri Serapan Atom. Vol.1, 1.
Cakra Kimia Indonesia E-

Anda mungkin juga menyukai