Anda di halaman 1dari 25

SKENARIO BBDM MODUL 6.

SKENARIO 3

PARTUS LAMA DAN ASFIKSIA

Seorang wanita G1P0A0, 25 tahun ,hamil 42 minggu, rujukan bidan datang


dengan keluhan belum melahirkan sejak 20 jam yang lalu ke UGD RSU. Saat
datang dilakukan pemeriksaan dengan hasil sebagai berikut :

Keadaan umum : tampak kesakitan

TD : 110/50

Frekuensi nafas: 20 kali per menit

His : setiap 2-3 menit sekali (durasi setiap kontraksi lama 50)

Djj : 14-15-15

Nadi : 92 kali permenit

Suhu : 38 celsius

Pembukaan lengkap , kepala setinggi H3+, ubun- ubun kecil depan.


Kemudian dilakukan ekstraksi vakum. Saat lahir bayi tidak langsung menangis
dan keluar mekoneum. Dokter melakukan tindakan resusitasi neonatus terhadap
bayi tersebut sampai tindakan pemberian ventilasi tekanan positif (VTP). Setelah
dilakukan VTP selama 30 detik bayi akhirnya menangis kuat dan dilakukan
perawatan pasca resusitasi.

Kata kunci : serotinus,persalinan lama, ekstraksi vakum resusitasi neonatus.

Step 1 : Terminologi
1. Kepala setinggi H3+ : kepala setinggi bidang hodge 3 , hodge ini sejajar
dengan bidang hodge 1 dan 2 setinggi spinaischiadica kanan dan kiri.
2. Ventilasi tekanan + : nama lainnya resusitasi lanjutan. Tindakannya dengan
memasukan sejumlah udara kedalam paru dengan tekanan + yang
memadai untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernafas spontan dan
teratur.
3. Asfiksia : kegagalan nafas spontan dan teratur yang ditandai dengan
hipoksemia , hiperkardia, dan asidosis.
4. Ekstraksi vakum : suatu persalinan buatan dengan prinsip antara kepala
janin dan alat penarik mengikuti alat vakum ekstraktor.
5. Mekoneum : feses bayi baru lahir berwarna hitam kehijauan yang kental
dan lengket. Asalnya dari cairan ketuban.

Step 2 : Rumusan masalah

1. Indikasi dilakukannya ventilasi tekanan + ?


2. Ideal waktu partus / persalinan?
3. Factor yang menyebabkan partus lama terjadi?
4. Interpretasi pemeriksaan di scenario?
5. Apakah dampak asfiksia?
6. Tanda tanda asfiksia pada bayi?
7. Komplikasi yang mungkin terjadi pada partus lama ?

Step 3 : Hipotesis

1. Bayi apneu /megap megap


Frekuensi < 100 kali permenit walaupun bayi bernafas
Sianosis menetap meskipun oksigen aliran bebas

2. Tidak boleh lebih cepat dari 4 jam dan tidak boleh lebih lama dari 18 jam
(untuk primigravida tanpa tindakan)
7-8 jam (untuk multigravida tanpa tindakan dan tanpa komplikasi).

3. - Anatomi tubuh : ibu pendek kurang dari 150 cm indikasi panggul sempit.

-Presentasi abnormal : dahi, bahu, muka dengan bahu posterior atau kepala
yang sulit lahir pada presentasi bokong.
-Abnormalitas janin : hydrocephalus, janin kurang dari 4000 gram.

-Abnormalitas system reproduksi : tumor pelvis, stenosis vagina


konginetal.

-Usia ibu hamil : kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

-Riwayat persalinan

-Jumlah paritas lebih dari 4 kali atau lebih -> gangguan kesehatan.

4. TD : 110/50 -> hipotensi

Frekuensi nafas -> 20 kali permenit -> dalam batas normal

His : Normal

Suhu : meningkat

5. Otak -> ensephalopati hipoksik iskemik


Ginjal -> gagal ginjal akut
Paru -> respirasi distress
Jantung -> gagal jantung
Saluran cerna -> EKN
6. Pernafasan dan nadi cepat
pernafasan cuping hidung
sianosis

7. Ibu : infeksi intrapartum


Rupture uteri
Cincin retraksi patologi
Pembentukan fistula
Cedera otot otot dasar panggul

Janin: caput suksadeneum

Molase kepala janin


Step 4 : Skema
f a k t o r t a n d a d a n g e j a l a

p a t o fi s i o l o g i p a t o fi s i o l o g i

P F & P P P F & P P

d i a g n o s i s i d a n d i d a i g a n g o n s o i ss ii s d d a e n f ed ri a e g n n s io a s l i s d e f e r e n s i a l

p r o g n o s i s p r o g n o s i s

E d u k a s i E d u k a s i
Step 5 : Sasaran Belajar

1. Gejala dan tanda persalinan lama


2. Diagnosis inpartu kala 2
3. Penilaian bayi serotinus
4. Persalinan dengan ekstraksi vakum
5. Patofisiologi keterkaitan serotinus dengan pengeluaran mekoneum dan
asfiksia.
6. Diagnosis bayi asfiksia
7. Langkah-langkah melakukan resusitasi
8. Pengelolaan bayi asfiksia
9. Prognosis bayi asfiksia

Step 6 : Hasil Belajar

1. Gejala dan tanda persalinan lama

Pada Janin

1. DJJ cepat, hebat, tidak teratur

2. Air ketuban terdapat mekonium

3. Moulage kepala yang hebat

4. Molding sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki

Pada Ibu

1. Gelisah, letih, lesu, berkeringat

2. Suhu badan meningkat

3. Nadi cepat

4. Pernapasan cepat

5. Kontraksi tidak teratur tapi kuat

6. Dilatasi serviks lambat atau tidak terjadi


7. Tidak terjadi penurunan bagian terbawah janin

8. Di daerah lokal sering dijumpai lingkaran bundle tinggi, edema cairan


ketuban berbau dan terdapat mekonium

2. Diagnosis inpartu kala 2

Diawali dengan pembukaan lengkap dan berakhir setelah janin lahir.

Gejala dan Tanda Persalinan kala II

Ada rasa ingin meneran saat kontraksi


Ada dorongan pada rektum atau vagina
Perineum terlihat menonjol
Vulva dan sfingter ani membuka
Peningkatan pengeluaran lendir dan darah
Diagnosis:

Telah terjadi pembukaan lengkap (pembukaan 10)


Tampak kepala janin melalui introitus vagina

Fase kala II (Aderholddan Robert)

Fase I: fase tenang, mulai dari pembukaan lengkap sampaitimbulkeinginan untuk


meneran

FaseII: fase peneranan, mulai dari timbulnya kekuatan untuk meneran samapi
kepala crowning (lahirnyakepala)

Fase III: fase perineal, mulai sejak crowning kepala janin sampai lahirnya seluruh
badan bayi

Kontraksi

Sangat kuat dengan durasi 60-70 detik, 2-3 menit sekali


Sangat sakit dan akan berkurang bila meneran
Kontraksi mendorong kepala keruang panggul yang menimbulkan tekanan
pada otot dasar panggul sehingga timbul reflak dorongan meneran

3. Penilaian bayi serotinus

Pengaruh kehamilan postterm atau serotinus terhadap janin sampai saat ini
masih di perdebatkan. Beberapa ahli menyatakan bahwa kehamilan serotinus
menambah bahaya pada janin, sedangkan beberapa ahli lainnya menyatakan
bahwa bahaya kehamilan postterm atau serotinus terhadap janin terlalu
dilebihkan. Beberapa pengaruh kehamilan postterm atau serotinus terhadap janin
sebagai berikut.

a. Berat janin

Bila terjadi perubahan anatomi yang besar pada plasenta, maka terjadi penurunan
berat janin. Sesudah umur kehamilan 36 minggu, grafik rata-rata pertumbuhan
janin mendatar dan tampak adanya penurunan sesudah 42 minggu. Namun, sering
kali pula plasenta masih dapat berfungsi dengan baik sehingga berat janin
bertambah terus sesuai dengan bertambahnya umur kehamilan.

b. Sindrom postmaturitas

Dapat dikenali pada neonatus melalui beberapa tanda seperti, gangguan


pertumbuhan, dehidrasi, kulit kering, keriput seperti kertas (hilangnya lemak sub
kutan), kuku tangan dan kaki panjang, tulang tengkorak lebih keras, hilangnya
verniks kaseosa dan lanugo, maserasi kulit terutama daerah lipat paha dan genital
luar, warna coklat kehijauan atau kekuningan pada kulit dan tali pusat, serta muka
tampak menderita dan rambut kepala banyak atau tebal. Tidak seluruh neonatus
dari kehamilan serotinus menunjukkan postmaturitas, tergantung dengan fungsi
plasenta. Umumnya didapat sekitar 12-20% neonatus dengan tanda postmaturitas
pada kehamilan serotinus.

c. Gawat janin atau kematian perinatal menunjukkan angka meningkat


setelah kehamilan 42 minggu atau lebih, sebagian besar terjadi
intrapartum.Keadaan ini umumnya disebabkan karena hal-hal berikut :

1) Makrosomia yang dapat menyebabkan terjadinya distosia pada persalinan.

2) Insufisiensi plasenta dapat berakibat :

a) Pertumbuhan janin terhambat.


b) Oligohidramnion (terjadi kompresi tali pusat, keluar mekonium yang
kental).

c) Hipoksia janin.

d) Aspirasi mekonium oleh janin.

3) Cacat bawaan, terutama akibat hipoplasia adrenal dan anensefalus.

Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi :

a) Stadium I : Kulit kehilangan verniks kaseosa dan

terjadi maserasi sehingga kulit menjadi kering, rapuh, dan mudah mengelupas.

b) Stadium II : Seperti stadium satu namun disertai dengan

pewarnaan mekonium (kehijauan) di kulit.

c) Stadium III : Seperti stadium satu namun

disertai dengan pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat

4. Persalinan dengan ekstraksi vakum

EKSTRASI VAKUM
Adalah persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi tekanan
negatif dengan menggunakan ekstraktor vakum. Persalinan dengan ekstraksi
vakum dilakukan apabila ada indikasi persalinan dan syarat persalinan terpenuhi.
Indikasi persalinan dengan ekstraksi vakum adalah :
a. Ibu yang mengalami kelelahan tetapi masih mempunyai kekuatan untuk
mengejan
b. Partus macet pada kala II
c. Gawat janin
d. Toksemia gravidarum
e. Ruptur uteri mengancam
Persalinan dengan indikasi tersebut dapat dilakukan dengan ekstraksi vakum
dengan catatan persyaratan persalinan pervaginam memenuhi. Syarat untuk
melakukan ekstraksi vakum adalah sebagai berikut :
a. Pembukaan lengkap
b. Penurunan kepala janin boleh pada Hodge III
I. Keuntungan ekstraksi vakum
Keuntungan ekstraksi vakum antaralain adalah :
a. Mangkuk dapat dipasang waktu kepala masih agak tinggi, Hodge III atau
kurang dengan demikian mengurangi frekuensi seksio sesare
b. Tidak perlu diketahui posisi kepala dengan tepat, mangkuk dapat dipasang
pada belakang kepala, samping kepala ataupun dahi
c. Mangkuk dapat dipasang meskipun pembukaan belum lengkap, misalnya
pada pembukaan 8 9 cm, untuk mempercepat pembukaan. Untuk itu
dilakukan tarikan ringan yang kontinu sehingga kepala menekan pada
serviks. Tarikan tidak boleh terlalu kuat untuk menghindari robekan
serviks. Disamping itu mangkuk tidak boleh terpasang lebih dari jam
untuk menghindari kemungkinan timbulnya perdarahan otak
II. Kerugian ekstraksi vakum
a. Memerlukan waktu lebih lama untuk pemasangan mangkuk sampai dapat
ditarik relatif lebih lama daripada forseps (+ 10 menit) cara ini tidak dapat
dipakai apabila ada indikasi untuk melahirkan anak dengan cepat seperti
misalnya pada fetal distres (gawat janin).
b. Kelainan janin yang tidak segera terlihat (neurologis).
c. Tidak dapat digunakan untuk melindungi kepala janin preterm.
d. Memerlukan kerjasama dengan ibu yang bersalin untuk mengejan.
III. Ketentuan mengenai ekstraksi vakum
a. Mangkuk tidak boleh dipasang pada ubun ubun besar
b. Penurunan tekanan harus berangsur angsur
c. Mangkuk dengan tekanan negatif tidak boleh terpasang lebih dari jam
d. Penarikan waktu ekstraksi hanya dilakukan pada waktu ada his dan ibu
mengedan
e. Apabila kepala masih agak tinggi (H III) sebaiknya dipasang mangkuk
yang terbesar
f. Mangkuk tidak boleh dipasang pada muka bayi
g. Vakum ekstraksi tidak boleh dilakukan pada bayi prematur.
IV. Bahaya ekstraksi vakum
a. Terhadap ibu : robekan serviks atau vagina karena terjepit antara kepala
bayi dan mangkuk.
b. Terhadap anak : perdarahan dalam otak.
V. Persiapan ekstraksi vakum Persiapan ekstraksi vakum untuk
mencapai hasil yang optimal yaitu :
a. Persiapan untuk ibu
a. Duk steril untuk menutupi bagian operasi
b. Desinfektan ringan non iritan di bagian tempat operasi
c. Pengosongan vesika urinaria.
b. Persiapan untuk bayi
a. Alat resusitasi
b. Partus pak
c. Tempat plasenta.

VI. Teknik Ekstrasi Vakum


Sebelum dilaksanakan teknik vacum ekstrasi harus mengetahui indikasi
ekstraksi vacum terlebih dahulu yaitu Partus tidak maju dengan anak hidup dan
kala II lama dengan presentasi kepala belakang. Persiapan adalah sama pada
ekstrksi forcipal, cup dilicinkan dengan minyak kemudian di masukan ke dalam
jalan lahir dan diletakkan pada kepala anak. Titik yang ada pada cup sedapat-
dapatnya menunjukkan ke ubun-ubun kecil. Sedapat-dapatnya digunakan cup
yang terbesar supaya tidak mudah terlepas. Dengan 2 jari cup ditekankan pada
kepala bayi sambil seorang asisten dengan perlahan-lahan memompa tekanan
sampai 0,2 atmosfer, setelah itu dengan 1 jari kita periksa apakah tidak ada
jaringan cervix atau vagina yang terjepit. Tekanan 0,2 atmosfer dipertahankan
selama 2 menit kemudian diturunkan sampai - 0,5 atm, dua menit kemudian
diturunkan lagi sampai -0,7 (-0.75)atm. Kita biarkan pada tekanan -0,7
atm,selama 5 menit agar caput terbentuk dengan baik. Kita pasang pengait dan
tangan kanan memegang pengait tersebut untuk menarik. Tiga jari tangan kiri
dimasukkan ke jalan lahir, untuk mengarahkan tarikan, jari-jari telunjuk dan
tengah diletakkan pada pinggir cup sedangkan ibu jari pada bagian tengah cup,
Penarikkan dilakukan pada waktu his dan si ibu disuruh mengedan. Kadang-
kadang dapat dilakukan dorongan pada fundus uteri untuk memudahkan ekstraksi.
Arah tarikan adalah sesuai dengan penarikan forceps. Setelah kepala lahir cup
dilepaskan dengan menghilangkan vakum.

5. Patofisiologi Keterkaitan Serotinus Dengan Pengeluaran Mekoneum


Dan Asfiksia

Ada kehamilan lewat waktu terjad ipenurunan oksitosin sehingga tidak


menyebabkan adanya his, dan terjadi penundaan persalinan. Permasalahan
kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan
pertukaran CO2/O2 sehingga janin mempunyai resiko asfiksia sampai kematian
dalam rahim.

Sindromapostmaturitasyaitu :kulitkeriputdantelapaktanganterkelupas,
tubuhpanjangdankurus, verniccaseosamenghilang, wajahseperti orang tua, kuku
panjang, talipusatselaputketubanberwarnakehijauan.
Fungsiplasentamencapaipuncaknyapadakehamilan 34 36
minggudansetelahituterusmengalamipenurunan.Padakehamilan post term
dapatterjadipenurunanfungsiplasentasehinggabisamenyebabkangawatjanin.Bilake
adaanplasentatidakmengalamiinsufisiensimakajanin post term
dapattumbuhterusnamuntubuhanakakanmenjadibesar (makrosomia)
dandapatmenyebabkandistosiabahu.

Mekoniumdidugasangattoksikbagiparuka-
renaberbagaimacamcara.Sulitmenentukan me- kanismemana yang paling
dominandalamsuatusaat.Mekanismeterjadinya SAM didugamelaluimekanisme,
obstruksimekaniksalurannapas, pneumonitis kimiawi,
vasokonstriksipembuluhdarah vena, dansurfaktan yang inaktif.

Mekonium yang kentaldanliatdapatmenyebabkanobstruksimekanik total atau


parsial. Padasaatbayimulaibernapas, mekonium bergerak dari salura nnapas
sentral keperifer. Partikel mekonium yang terhirup kedalam saluran napas bagian
distal menyebabkan obstruksi dan atelektasis sehingga terjadi area yang tidak
terjadi ven- tilasidanperfusimenyebabkan hipoksemia. Obstruksi parsial
menghasilkan dampak katup bola atau ball- valve effect yaitu udara yang dihirup
dapat memasuki alveoli tetapitidakdapatkeluardari alveoli. Hal ini akan
mengakibatkan air trapping di alveoli dengan gangguan ventilasi dan perfusi yang
dapat mengakibatkan sindrom kebocoran udaradan hiperekspansi.
Risikoterjadinyapneumotorakssekitar 15%-33%.

Mekonium diduga mempunyai dampak toksik secara langsung yang diperantarai


oleh proses inflamasi. Dalam beberapa jam neutrofil dan makrofag telah berada di
dalam alveoli, salurannapasbesardanparenkimparu. Dari
makrofagakandikeluarkansitokinseperti TNF , TNF-1b, dan interleukin-8 yang
dapat langsung menyebabkan gangguan pada parenkim paru atau menyebabkan
kebocoran vaskular yang mengakibatkan pneumonitis
toksikdenganperdarahanparudan edema. Mekonium mengandung berbagai zat
seperti asam empedu yang apabila dijumpa idalam air ketubanakan menyebabkan
kerusakan langsung pembuluh darah tali pusat dan kulit ketuban, serta
mempunyai dampak langsung vasokonstriksi pada pembuluh darah umbilical dan
plasenta.

Kejadian SAM berat dapat menyebabkan komplikasi hipertensi pulmonal


persisten. Pelepasan mediator vasoaktif seperti eikosanoids, endotelin-1, dan
prostaglandin E2 (PGE2), sebagai akibat adanya mekonium dalam air ketuban
diduga mempunya iperan dalam terjadinya hipertensi pulmonal persisten.
6. Diagnosis bayi asfiksia

Diagnosis Asfiksia

1. Anamnesis

- Gangguan/ kesulitanwaktulahir

- Ada tidaknyabernafasdanmenangissegerasetelahdilahirkan

2. Pemeriksaan fisik

- Bayitidakbernafasataumenangismegap-megap

- Denyutjantung<100x/menit
- Tonus ototmelemah

- Didapatkancairanketubanibubercampurmekonium /
sisamekoniumpadabayi

- BBLR (Beratbadanlahirrendah)

- Kulitsianosis/pucat

3. Pemeriksaanpenunjang

Laboratorium :hasilanalisa gas


darahtalipusatmenunjukanhasilasidosispadadarahtalipusatjika :

- PaO2 < 50mmH2O

- PaCO2 > 55mmH2O

- PH<7,3

MENDIAGNOSA DAN MENGKLASIFIKASI DERAJAT ASFIKSIA


DENGAN CEPAT
Klasifikasi :

1. Virgous baby skor APGAR 7-10 (bayisehat)

2. Mild-moderate asphyxia skor APGAR 4-6 (asfiksiasedang)

3. - Asfiksiaberat, skor APGAR 0-3

- Asfiksiaberatdenganhentijantung. Dimaksudkandenganhentijantung

a. Bunyijantung fetus menghilangtidaklebihdari 10


menitsebelumlahirlengkap

b. Bunyijantungmenghilang postpartum

7. Langkah Langkah Melakukan Resusitasi


Penilaian Bayi Baru Lahir
Menentukan apakah bayi memerlukan resusitasi:
1.Apakah bayi lahir cukup bulan?
Prematur lebih memerlukan upaya resusitasi
2.Apakah cairan amnion bersih dari mekonium?
Bila terdapat mekonium dalam cairan amnion dan setelah lahir ternyata
bayi tidak bugarperlu penghisapan mekonium dari trakea sebelum
melakukan langkah lain
3. Apakah bayi bernapas/menangis?
Perhatikan dada bayi tidak ada usaha napas perlu intervensi Megap-megap
perlu intervensi
4. Apakah tonus otot baik?
Tonus otot baik : fleksi & bergerak aktif.

8. Pengelolaan Bayi Asfiksia

Bayibarulahirdalamapnu primer dapatmemulaipolapernapasanbiasa,


walaupunmungkintidakteraturdanmungkintidakefektif,
tanpaintervensikhusus.Bayibarulahirdalamapnusekundertidakakanbernapassendiri.
Pernapasanbuatanatautindakanventilasidengantekananpositif (VTP)
danoksigendiperlukanuntukmembantubayimemulaipernapasanpadabayibarulahird
enganapnusekunder.

Menganggapbahwaseorangbayimenderitaapnu primer
danmemberikanstimulasi yang
kurangefektifhanyaakanmemperlambatpemberianoksigendanmeningkatkanresikok
erusakanotak. Sangatpentinguntukdisadaribahwapadabayi yang
mengalamiapnusekunder, semakin lama kitamenundaupayapernapasanbuatan,
semakin lama
bayimemulaipernapasanspontan.Penundaandalammelakukanupayapernapasanbuat
an, walaupunsingkat, dapatberakibatketerlambatanpernapasan yang
spontandanteratur.Perhatikanlahbahwasemakin lama
bayiberadadalamapnusekunder,
semakinbesarkemungkinanterjadinyakerusakanotak. 19 Penyebabapa pun yang
merupakanlatarbelakangdepresiini, segerasesudahtalipusatdijepit, bayi yang
mengalamidepresidantidakmampumelaluipernapasanspontan yang
memadaiakanmengalamihipoksia yang
semakinberatdansecaraprogresifmenjadiasfiksia. Resusitasi yang
efektifdapatmerangsangpernapasanawaldanmencegahasfiksiaprogresif.Resusitasib
ertujuanmemberikanventilasi yang adekuat, pemberianoksigendancurahjantung
yang cukupuntukmenyalurkanoksigenkepadaotak, jantungdanalat alat vital
lainnya (Saifuddin,2009).

Antisipasi, persiapan adekuat, evaluasi akurat dan inisiasi bantuan sangatlah


penting dalam kesuksesan resusitasi neonatus.Pada setiap kelahiran harus ada
setidakny asatu orang yang bertanggung jawab pada bayi baru lahir. Orang
tersebutharusmampuuntukmemulairesusitasi, termasuk pemberian ventilasi
tekanan positif dan kompresi dada. Orang iniatau orang lain yang datang harus
memiliki kemampuan melakukan resusitasi neonates secara komplit, termasuk
melakukan intubasi endotrakheal dan memberikan obat-obatan. Bila dengan
mempertimbangkan factor risiko, sebelum bayi lahir diidentifikasi bahwa akan
membutuhkan resusitasi maka diperlukan tenaga terampil tambahan dan persiapan
alat resusitasi. Bayiprematur (usiagestasi< 37 minggu) membutuhkanpersiapan
khusus. Bayi prematur memiliki paruimatur yang kemungkinan lebih sulit
diventilasi dan mudah mengalami kerusakan karena ventilasi tekanan positif serta
memiliki pembuluh darah imatur dalam otak yang
mudahmengalamiperdarahanSelainitu, bayipremature memiliki volume
darahsedikit yang meningkatkanrisikosyokhipovolemikdankulit tipis serta area
permukaantubuh yang
luassehinggamempercepatkehilanganpanasdanrentanterhadapinfeksi.
Apabiladiperkirakanbayiakanmemerlukantindakanresusitasi,
sebaiknyasebelumnyadimintakan informed consent. Definisi informed consent
adalahpersetujuantertulisdaripenderitaatauorangtua/walinyatentangsuatutindakan
medissetelahmendapatkanpenjelasandaripetugaskesehatan yang berwenang.
Tindakanresusitasidasarpadabayidengandepresipernapasanadalahtindakangawatda
rurat.Dalamhalgawatdaruratmungkin informed consent
dapatditundasetelahtindakan.
Setelahkondisibayistabilnamunmemerlukanperawatanlanjutan,
dokterperlumelakukan informed consent. Lebihbaiklagiapabila informed consent
dimintakansebelumnyaapabiladiperkirakanakanmemerlukantindakanOlehkarenait
uuntukmenentukanbutuhresusitasiatautidak,
semuabayiperlupenilaianawaldanharusdipastikanbahwasetiaplangkahdilakukande
nganbenardanefektifsebelumkelangkahberikutnya.
Secaragarisbesarpelaksanaanresusitasimengikutialgoritmaresusitasi neonatal.

Diagram aluruntukmenentukanapakahterhadapbayi yang


lahirdiperlukanresusitasiatautidak.

AlgoritmaResusitasi Neonatal.
9. Prognosis Bayi Asfiksia
1 Komplikasi SSP: HIE
Hypoxic-ischemic encephalopathy (HIE) adalah komplikasi yang
paling berat pada otak.
Kesadaran yang abnormal (hiperalert, irritabel, letargi), kesulitan
bernapas dan menyusui, tonus lemah dan terjadinya kejang. Hasil
CT Scan dan MRI dapat mendeteksi tipe kerusakan pada otak,
waktu terjadinya, serta beberapa indikasi prognosis. Tatalaksana
pada IGD berfokus pada mempertahankan ventilasi yang
adekuat, perfusi otak dan organ lain, status metabolik dan
mencegah terjadinya edema cerebral dan kejangk-kejang.
Morbiditas neurologis antara lain kesulitan belajar, ADD,
serebral palsi, epilepsi, kecacatan visual dan kelainan signifikan
kognitif serta perkembangan tehambat. Prognosis bergantunug
pada prediktor klinis berikut:
- Gejala ringan HIE termasukhipereksitabilitas,tonus normal
dan tidak adannya kejang. Bayi-bayi ini memiliki probabilitas
yang tinggi untuk menjadi normal.
- Gejala sedang HIE termasuk hipotonus, penurunan gerakan
dan kemungkinan terjadi kejang.Bayi-bayi ini memiliki 20-
35% probabilitas untuk mengalami morbiditas neurologis.
- Gejala berat HIE termasuk afek stupor, flasiditas, hilangnya
primitif refleks dan kejang. Bayi-bayi ini memiliki 75%
risiko untuk meninggal dunia, adapun yang tetap hidup akan
mengalami morbiditas neurologis.
2 Komplikasi pada jantung
Disfungsi miokardial akibat dari iskemia pada jaringan.
- Meskipun ini hanya efek yang sebentar, tetapi dapat berakibat
pada shok kardiogenik dan kematian. Modalitas Imaging
dapat menunjukkan tanda-tanda gagal jantung. CXR dapat
menunjukkan kardiomegali, echocardiogram dapat
menunjukkan penurunan ejeksi sitolik dan EKG dapat
mengkonfirmasi terjadinya iskemia. Tatalaksana yang
diberikan adalah suportif, dan memperhatikan mengenai
abnormalitas metabolik dan diberi ventilasi mekanis jika
diperlukan.
3 Komplikasi ginjal: AKI
Acute kidney injury (AKI) biasa terjadi seiring dengan perinatal
asfiksia.
Hipoksia berat berakibat pada disfungsi difusi tubular dan
gangguan pada reabsorpsi air serta elektrolit dengan menurunkan
GFR. Nilai kreatinin >1-1.5 mg/dl yang mengindikasikan
terjadinnya AKI. Derajat AKI dapat dimonitor dengan mengecek
urin dan kadar kreatinin secara rutin. Tatalaksana meliputi
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit hingga
sembuh.
4 Komplikasi pada paru: ARDS
Edema pulmoner dan acute respiratory distress syndrome
(ARDS).
Edema pulmoner: Disfungsi miokardial menyebabkan baliknya
cairan ke dalam paru. Tatalaksana berupa suplementasi oksigen
dan membenahi disfungsi kardiak.
ARDS: Peningkatan permeabilitas kapiler paru pada
menginaktivasi surfaktan pada paru. Ini menyebabkan severe
respiratory distress dan sianosis. Tatalaksana berupa
seplementasi oksigen dan ventilasi mekanis dengan PEEP hingga
sembuh.
5 Komplikasi pada gastrointestinal
Feeding intolerance dan necrotizing enterocolitis (NEC)
merupakan komplikasi yang umum terjadi.
- Feeding intolerance terjadi akibat gangguan pada saraf
intestinal dan kontrol motor. Gejalanya antara lain distensi
abdominal, pengosongan lambung yang tertunda serta
tersedak. Tatalaksana adalah menunda menyusui 5-7 hari
hingga saraf intestinal dan kontrol motor membaik.
- NEC merupakan nekrosis iskemik pada mukosa usus akibat
menurunnya CO. Gejala bertambah parah dengan semakin
kecilnya usia kehamilan, dimana bayi prematur dengn
hipoksia memiliki risiko tertinggi. Gejala meliputi distensi
abdominal dan kencing yang berdarah Tatalaksana diperlukan
secepatnya yaitu oemberian cairan, AB, dan transfusi bila
diperlukan, serta operasi.

Anda mungkin juga menyukai