BBDM Kelompok 15 Modul 6 Skenario 2
BBDM Kelompok 15 Modul 6 Skenario 2
SKENARIO 3
TD : 110/50
His : setiap 2-3 menit sekali (durasi setiap kontraksi lama 50)
Djj : 14-15-15
Suhu : 38 celsius
Step 1 : Terminologi
1. Kepala setinggi H3+ : kepala setinggi bidang hodge 3 , hodge ini sejajar
dengan bidang hodge 1 dan 2 setinggi spinaischiadica kanan dan kiri.
2. Ventilasi tekanan + : nama lainnya resusitasi lanjutan. Tindakannya dengan
memasukan sejumlah udara kedalam paru dengan tekanan + yang
memadai untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernafas spontan dan
teratur.
3. Asfiksia : kegagalan nafas spontan dan teratur yang ditandai dengan
hipoksemia , hiperkardia, dan asidosis.
4. Ekstraksi vakum : suatu persalinan buatan dengan prinsip antara kepala
janin dan alat penarik mengikuti alat vakum ekstraktor.
5. Mekoneum : feses bayi baru lahir berwarna hitam kehijauan yang kental
dan lengket. Asalnya dari cairan ketuban.
Step 3 : Hipotesis
2. Tidak boleh lebih cepat dari 4 jam dan tidak boleh lebih lama dari 18 jam
(untuk primigravida tanpa tindakan)
7-8 jam (untuk multigravida tanpa tindakan dan tanpa komplikasi).
3. - Anatomi tubuh : ibu pendek kurang dari 150 cm indikasi panggul sempit.
-Presentasi abnormal : dahi, bahu, muka dengan bahu posterior atau kepala
yang sulit lahir pada presentasi bokong.
-Abnormalitas janin : hydrocephalus, janin kurang dari 4000 gram.
-Usia ibu hamil : kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
-Riwayat persalinan
-Jumlah paritas lebih dari 4 kali atau lebih -> gangguan kesehatan.
His : Normal
Suhu : meningkat
p a t o fi s i o l o g i p a t o fi s i o l o g i
P F & P P P F & P P
d i a g n o s i s i d a n d i d a i g a n g o n s o i ss ii s d d a e n f ed ri a e g n n s io a s l i s d e f e r e n s i a l
p r o g n o s i s p r o g n o s i s
E d u k a s i E d u k a s i
Step 5 : Sasaran Belajar
Pada Janin
Pada Ibu
3. Nadi cepat
4. Pernapasan cepat
FaseII: fase peneranan, mulai dari timbulnya kekuatan untuk meneran samapi
kepala crowning (lahirnyakepala)
Fase III: fase perineal, mulai sejak crowning kepala janin sampai lahirnya seluruh
badan bayi
Kontraksi
Pengaruh kehamilan postterm atau serotinus terhadap janin sampai saat ini
masih di perdebatkan. Beberapa ahli menyatakan bahwa kehamilan serotinus
menambah bahaya pada janin, sedangkan beberapa ahli lainnya menyatakan
bahwa bahaya kehamilan postterm atau serotinus terhadap janin terlalu
dilebihkan. Beberapa pengaruh kehamilan postterm atau serotinus terhadap janin
sebagai berikut.
a. Berat janin
Bila terjadi perubahan anatomi yang besar pada plasenta, maka terjadi penurunan
berat janin. Sesudah umur kehamilan 36 minggu, grafik rata-rata pertumbuhan
janin mendatar dan tampak adanya penurunan sesudah 42 minggu. Namun, sering
kali pula plasenta masih dapat berfungsi dengan baik sehingga berat janin
bertambah terus sesuai dengan bertambahnya umur kehamilan.
b. Sindrom postmaturitas
c) Hipoksia janin.
Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi :
terjadi maserasi sehingga kulit menjadi kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
disertai dengan pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat
EKSTRASI VAKUM
Adalah persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi tekanan
negatif dengan menggunakan ekstraktor vakum. Persalinan dengan ekstraksi
vakum dilakukan apabila ada indikasi persalinan dan syarat persalinan terpenuhi.
Indikasi persalinan dengan ekstraksi vakum adalah :
a. Ibu yang mengalami kelelahan tetapi masih mempunyai kekuatan untuk
mengejan
b. Partus macet pada kala II
c. Gawat janin
d. Toksemia gravidarum
e. Ruptur uteri mengancam
Persalinan dengan indikasi tersebut dapat dilakukan dengan ekstraksi vakum
dengan catatan persyaratan persalinan pervaginam memenuhi. Syarat untuk
melakukan ekstraksi vakum adalah sebagai berikut :
a. Pembukaan lengkap
b. Penurunan kepala janin boleh pada Hodge III
I. Keuntungan ekstraksi vakum
Keuntungan ekstraksi vakum antaralain adalah :
a. Mangkuk dapat dipasang waktu kepala masih agak tinggi, Hodge III atau
kurang dengan demikian mengurangi frekuensi seksio sesare
b. Tidak perlu diketahui posisi kepala dengan tepat, mangkuk dapat dipasang
pada belakang kepala, samping kepala ataupun dahi
c. Mangkuk dapat dipasang meskipun pembukaan belum lengkap, misalnya
pada pembukaan 8 9 cm, untuk mempercepat pembukaan. Untuk itu
dilakukan tarikan ringan yang kontinu sehingga kepala menekan pada
serviks. Tarikan tidak boleh terlalu kuat untuk menghindari robekan
serviks. Disamping itu mangkuk tidak boleh terpasang lebih dari jam
untuk menghindari kemungkinan timbulnya perdarahan otak
II. Kerugian ekstraksi vakum
a. Memerlukan waktu lebih lama untuk pemasangan mangkuk sampai dapat
ditarik relatif lebih lama daripada forseps (+ 10 menit) cara ini tidak dapat
dipakai apabila ada indikasi untuk melahirkan anak dengan cepat seperti
misalnya pada fetal distres (gawat janin).
b. Kelainan janin yang tidak segera terlihat (neurologis).
c. Tidak dapat digunakan untuk melindungi kepala janin preterm.
d. Memerlukan kerjasama dengan ibu yang bersalin untuk mengejan.
III. Ketentuan mengenai ekstraksi vakum
a. Mangkuk tidak boleh dipasang pada ubun ubun besar
b. Penurunan tekanan harus berangsur angsur
c. Mangkuk dengan tekanan negatif tidak boleh terpasang lebih dari jam
d. Penarikan waktu ekstraksi hanya dilakukan pada waktu ada his dan ibu
mengedan
e. Apabila kepala masih agak tinggi (H III) sebaiknya dipasang mangkuk
yang terbesar
f. Mangkuk tidak boleh dipasang pada muka bayi
g. Vakum ekstraksi tidak boleh dilakukan pada bayi prematur.
IV. Bahaya ekstraksi vakum
a. Terhadap ibu : robekan serviks atau vagina karena terjepit antara kepala
bayi dan mangkuk.
b. Terhadap anak : perdarahan dalam otak.
V. Persiapan ekstraksi vakum Persiapan ekstraksi vakum untuk
mencapai hasil yang optimal yaitu :
a. Persiapan untuk ibu
a. Duk steril untuk menutupi bagian operasi
b. Desinfektan ringan non iritan di bagian tempat operasi
c. Pengosongan vesika urinaria.
b. Persiapan untuk bayi
a. Alat resusitasi
b. Partus pak
c. Tempat plasenta.
Sindromapostmaturitasyaitu :kulitkeriputdantelapaktanganterkelupas,
tubuhpanjangdankurus, verniccaseosamenghilang, wajahseperti orang tua, kuku
panjang, talipusatselaputketubanberwarnakehijauan.
Fungsiplasentamencapaipuncaknyapadakehamilan 34 36
minggudansetelahituterusmengalamipenurunan.Padakehamilan post term
dapatterjadipenurunanfungsiplasentasehinggabisamenyebabkangawatjanin.Bilake
adaanplasentatidakmengalamiinsufisiensimakajanin post term
dapattumbuhterusnamuntubuhanakakanmenjadibesar (makrosomia)
dandapatmenyebabkandistosiabahu.
Mekoniumdidugasangattoksikbagiparuka-
renaberbagaimacamcara.Sulitmenentukan me- kanismemana yang paling
dominandalamsuatusaat.Mekanismeterjadinya SAM didugamelaluimekanisme,
obstruksimekaniksalurannapas, pneumonitis kimiawi,
vasokonstriksipembuluhdarah vena, dansurfaktan yang inaktif.
Diagnosis Asfiksia
1. Anamnesis
- Gangguan/ kesulitanwaktulahir
- Ada tidaknyabernafasdanmenangissegerasetelahdilahirkan
2. Pemeriksaan fisik
- Bayitidakbernafasataumenangismegap-megap
- Denyutjantung<100x/menit
- Tonus ototmelemah
- Didapatkancairanketubanibubercampurmekonium /
sisamekoniumpadabayi
- BBLR (Beratbadanlahirrendah)
- Kulitsianosis/pucat
3. Pemeriksaanpenunjang
- PH<7,3
- Asfiksiaberatdenganhentijantung. Dimaksudkandenganhentijantung
b. Bunyijantungmenghilang postpartum
Menganggapbahwaseorangbayimenderitaapnu primer
danmemberikanstimulasi yang
kurangefektifhanyaakanmemperlambatpemberianoksigendanmeningkatkanresikok
erusakanotak. Sangatpentinguntukdisadaribahwapadabayi yang
mengalamiapnusekunder, semakin lama kitamenundaupayapernapasanbuatan,
semakin lama
bayimemulaipernapasanspontan.Penundaandalammelakukanupayapernapasanbuat
an, walaupunsingkat, dapatberakibatketerlambatanpernapasan yang
spontandanteratur.Perhatikanlahbahwasemakin lama
bayiberadadalamapnusekunder,
semakinbesarkemungkinanterjadinyakerusakanotak. 19 Penyebabapa pun yang
merupakanlatarbelakangdepresiini, segerasesudahtalipusatdijepit, bayi yang
mengalamidepresidantidakmampumelaluipernapasanspontan yang
memadaiakanmengalamihipoksia yang
semakinberatdansecaraprogresifmenjadiasfiksia. Resusitasi yang
efektifdapatmerangsangpernapasanawaldanmencegahasfiksiaprogresif.Resusitasib
ertujuanmemberikanventilasi yang adekuat, pemberianoksigendancurahjantung
yang cukupuntukmenyalurkanoksigenkepadaotak, jantungdanalat alat vital
lainnya (Saifuddin,2009).
AlgoritmaResusitasi Neonatal.
9. Prognosis Bayi Asfiksia
1 Komplikasi SSP: HIE
Hypoxic-ischemic encephalopathy (HIE) adalah komplikasi yang
paling berat pada otak.
Kesadaran yang abnormal (hiperalert, irritabel, letargi), kesulitan
bernapas dan menyusui, tonus lemah dan terjadinya kejang. Hasil
CT Scan dan MRI dapat mendeteksi tipe kerusakan pada otak,
waktu terjadinya, serta beberapa indikasi prognosis. Tatalaksana
pada IGD berfokus pada mempertahankan ventilasi yang
adekuat, perfusi otak dan organ lain, status metabolik dan
mencegah terjadinya edema cerebral dan kejangk-kejang.
Morbiditas neurologis antara lain kesulitan belajar, ADD,
serebral palsi, epilepsi, kecacatan visual dan kelainan signifikan
kognitif serta perkembangan tehambat. Prognosis bergantunug
pada prediktor klinis berikut:
- Gejala ringan HIE termasukhipereksitabilitas,tonus normal
dan tidak adannya kejang. Bayi-bayi ini memiliki probabilitas
yang tinggi untuk menjadi normal.
- Gejala sedang HIE termasuk hipotonus, penurunan gerakan
dan kemungkinan terjadi kejang.Bayi-bayi ini memiliki 20-
35% probabilitas untuk mengalami morbiditas neurologis.
- Gejala berat HIE termasuk afek stupor, flasiditas, hilangnya
primitif refleks dan kejang. Bayi-bayi ini memiliki 75%
risiko untuk meninggal dunia, adapun yang tetap hidup akan
mengalami morbiditas neurologis.
2 Komplikasi pada jantung
Disfungsi miokardial akibat dari iskemia pada jaringan.
- Meskipun ini hanya efek yang sebentar, tetapi dapat berakibat
pada shok kardiogenik dan kematian. Modalitas Imaging
dapat menunjukkan tanda-tanda gagal jantung. CXR dapat
menunjukkan kardiomegali, echocardiogram dapat
menunjukkan penurunan ejeksi sitolik dan EKG dapat
mengkonfirmasi terjadinya iskemia. Tatalaksana yang
diberikan adalah suportif, dan memperhatikan mengenai
abnormalitas metabolik dan diberi ventilasi mekanis jika
diperlukan.
3 Komplikasi ginjal: AKI
Acute kidney injury (AKI) biasa terjadi seiring dengan perinatal
asfiksia.
Hipoksia berat berakibat pada disfungsi difusi tubular dan
gangguan pada reabsorpsi air serta elektrolit dengan menurunkan
GFR. Nilai kreatinin >1-1.5 mg/dl yang mengindikasikan
terjadinnya AKI. Derajat AKI dapat dimonitor dengan mengecek
urin dan kadar kreatinin secara rutin. Tatalaksana meliputi
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit hingga
sembuh.
4 Komplikasi pada paru: ARDS
Edema pulmoner dan acute respiratory distress syndrome
(ARDS).
Edema pulmoner: Disfungsi miokardial menyebabkan baliknya
cairan ke dalam paru. Tatalaksana berupa suplementasi oksigen
dan membenahi disfungsi kardiak.
ARDS: Peningkatan permeabilitas kapiler paru pada
menginaktivasi surfaktan pada paru. Ini menyebabkan severe
respiratory distress dan sianosis. Tatalaksana berupa
seplementasi oksigen dan ventilasi mekanis dengan PEEP hingga
sembuh.
5 Komplikasi pada gastrointestinal
Feeding intolerance dan necrotizing enterocolitis (NEC)
merupakan komplikasi yang umum terjadi.
- Feeding intolerance terjadi akibat gangguan pada saraf
intestinal dan kontrol motor. Gejalanya antara lain distensi
abdominal, pengosongan lambung yang tertunda serta
tersedak. Tatalaksana adalah menunda menyusui 5-7 hari
hingga saraf intestinal dan kontrol motor membaik.
- NEC merupakan nekrosis iskemik pada mukosa usus akibat
menurunnya CO. Gejala bertambah parah dengan semakin
kecilnya usia kehamilan, dimana bayi prematur dengn
hipoksia memiliki risiko tertinggi. Gejala meliputi distensi
abdominal dan kencing yang berdarah Tatalaksana diperlukan
secepatnya yaitu oemberian cairan, AB, dan transfusi bila
diperlukan, serta operasi.