DEFINISI
Hipertensi Gestasional adalah tekanan darah 140/90 mmHg saat dengan
interval 6 jam. Kenaikan tekanan darah 30 mmHg untuk sistolik atau 15
mmHg untuk disatolik (Manuaba, 2006).
Hipertensi gestasional merupakan jenis hipertensi yang paling beresiko
pada kehamilan. Angka kejadian hipertensi gestasional pada wanita
primigravida adalah 6- 17% sedangkan pada wanita multigravida angka
kejadian hipertensi gestasional adalah 2- 4%. Hipertensi gestasional apabila
tidak ditangani dengan baik dapat berkembang menjadi preeklamsia yang
dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janin (Sibai,
2010).
Hipertensi Gestasional disebut juga hipertensi sementara. Dapat dikatakan
hipertensi gestasional apabila tidak berkembang menjadi preeklampsia dan
tekanan darah menjadi normal setelah 12 minggu post partum (Wirda, 2016).
III. DIANGNOSIS
Berikut ini adalah diagnosis gestasional hipertensi :
1. Kenaikan tekanan darah diastolic 15 mmHg atau >90 mmHg dalam
pengukuran berjarak 1 jam atau tekanan diastolic sampai 110 mmHg
2. Protein urine (-)
3. Kehamilan >20 minggu
4. Tidak ada riwayat hipertensi sebelum hamil
5. Tekanan darah normal diusia kehamilan <12 minggu
6. Dapat disertai gejala preeklampsia, seperti nyeri ulu hati di
trombositopenia (Ratna Dewi Pudiastuti, 2012).
IV. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Hipertensi dengan Obat
Terapi medis hipertensi ringan belum menunjukkan peningkatan hasil pada
neonatus dan mungkin bisa menutupi diagnosis dalam perubahan yang
mengarah ke hipertensi berat. Penatalaksanaan seharusnya dapat mencegah
terjadinya hipertensi sedang maupun berat. Dengan target menurunkan atau
memperkecil komplikasi seperti gangguan pada serebrovaskular.
Untuk wanita tanpa masalah kesehatan yang mendasar, obat anti hipertensi
perlu digunakan untuk menjaga tekanan sistolik pada 130-155 mmHg dan
tekanan distolik 80-105 mmHg. Untuk wanita yang sudah memiliki masalah
kesehatan yang mendasar, seperti penyakit ginjal dan diabetes perlu menjaga
tekanan darahnya pada tekanan darah sistolik 130-139 mmHg dan tekanan
diastolik 80-89 mmHg.
Berikut adalah terapi obat yang dapat diberikan pada penderita hipertensi
ringan :
1. Labetol adalah campuran alpha dan beta adrenergik antagonis yang dapat
menurunkan tekanan darah ibu tanpa adanya efek janin. Dosis inisial
diberikan dengan 100 mg, 2-3 kali perhari. Dosis ini dapat diberikan
sampai dosis maksimum yaitu 600 mg, 4 kali sehari. Perlu diperhatikan
bahwa labetalol ini kontra indikasi pada wanita riwayat asma.
2. Metildopa adalah obat antihipertensi yang bekerja secara sentral sehingga
tidak memiliki efek samping pada uteroplasenta. Metildopa diberikan
dengan dosis dari 250 mg, 3 kali sehari sampai dengan 1 gr, 3 kali sehari.
Metildopa tidak sesuai dengan kondisi yang membutuhkan kontrol
hipertensi secara tepat, karena untuk mencapai efek terapinya metildopa
membutuhkan waktu 24 jam. Semakin tinggi dosis metildopa yang
digunakan, maka akan meningkatkan efek samping seperti depresi dan
sedasi.
3. Nifedipin adalah kalsium channel antagonis, obat ini merupakan anti
hipertensi yang potensial dan sebaiknya tidak diberikan secara sublingual
karena dapat menyebabkan penurunan tekanan darah secara cepat dan
kemudian dapat membahayakan janin. Berbeda dengan nifedipin yang
bekerja secara longacting (adalat LA) tidak menyebabkan terjadinya efek
samping pada sirkulasi uteroplasenta. Untuk kontrol hipertensi, nifedipin
diberikan mulai dari dosis 30 mg per hari sampai dengan 120 mg per hari.
Jika dosis inisial dari obat-obat tersebut gagal utnuk mengkontrol tekanan
darah secara adekuat, dosis tersebut perlu ditingkatkan secara bertahap
sampai dosis maksimum. Jika kontrol tekanan darah yang adekuat belum
tercapai, mungkin diperlukan obat antihipertensi lainnya (ANR Sitompul,
2015).
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II
1. ISMIATI
2. SARASWATI LESTARI
3. SEPTIANA EKA KUMALA DEWI
4. FITRIYANTI MUSRIF
5. DEVI NAZRIYANTI
6. NIKEN ZULFUZIASTUTI
7. EVI DILIANA ROSPIA
8. AISYAH INDRIANI
9. NOVIA SAFITRI
10. WA ODE DIAN CAHYANI
11. AMELIA NIDA
12. TRI AULIA RAHAYU
13. AULIANA PRATIWI
14. LAILA NAJAH