PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
2.1. PREEKLAMSIA
2.1.1. Pengertian
Preeklampsia (penyakit dengan gejala peningkatan tekanan darah
disertai dengan dijumpainya protein dalam urin dalam kadar berlebih,
dan pembengkakan tubuh akibat penimbunan cairan setelah kahamilan
20 minggu atau segera setelah persalinan), terbagi dua, yaitu bentuk
ringan dan bentuk berat.
2.1.2. Etiologi
Sampai sekarang etiologi pre-eklampsia belum diketahui.
Membicarakan patofisiologinya tidak lebih dari "mengumpulkan"
temuan-temuan fenomena yang beragam. Namun pengetahuan tentang
temuan yang beragam inilah kunci utama suksesnya penangaan pre-
eklampsia. Sehingga pre-eklampsia / eklampsia disebut sebagai "the
disease of many theories in obstetrics."
Etiologi terjadinya preeklampsia hingga saat ini belum diketahui secara
pasti. Terdapat banyak teori yang ingin menjelaskan tentang penyebab
preeklampsia tetapi tidak ada yang memberikan jawaban yang
memuaskan.Tetapi, ada beberapa faktor yang berperan, yaitu:
a. Peran Prostasiklin dan Tromboksan
Pada preeklampsia dijumpai kerusakan pada endotel vaskuler,
sehingga sekresi vasodilatator prostasiklin oleh sel-sel endotelial
plasenta berkurang, sedangkan pada kehamilan normal, prostasiklin
meningkat. Sekresi tromboksan oleh trombosit bertambah sehingga
timbul vasokonstriksi generalisata dan sekresi aldosteron menurun.
Perubahan aktivitas tromboksan memegang peranan sentral terhadap
ketidakseimbangan prostasiklin dan tromboksan.Hal ini
mengakibatkan pengurangan perfusi plasenta sebanyak 50%,
hipertensi, dan penurunan volume plasma.
b. Peran Faktor Imunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama karena
pada kehamilan pertama terjadi pembentukan blocking antibodies
terhadap antigen plasenta tidak sempurna. Pada preeklampsia terjadi
kompleks imun humoral dan aktivasi komplemen. Hal ini dapat
diikuti dengan terjadinya pembentukan proteinuria.
c. Peran Faktor Genetik
Bukti yang mendukung berperannya faktor genetik pada
penderita preeklampsia adalah peningkatan Human leukocyte antigen
(HLA). Menurut beberapa peneliti,wanita hamil yang mempunyai
HLA dengan haplotipe A 23/29, B 44 dan DR 7 memiliki resiko lebih
tinggi menderita preeklampsia dan pertumbuhan janin terhambat.
d. Disfungsi endotel
Kerusakan sel endotel vaskuler maternal memiliki peranan
pada terjadinya preeklampsia. Kerusakan endotel vaskular pada
preeklampsia dapat menyebabkan penurunan produksi prostasiklin,
peningkatan aktivitas agregasi trombosit dan fibrinolisis, kemudian
diganti oleh trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi
antitrombin III sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivitas trombosit
menyebabkan pelepasan tromboksan A2 dan serotonin sehingga
terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.
2.1.3. Patofisiologi
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan
retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat
arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian
sempitnya sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi
jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tenanan
darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar
oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan
edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam
ruangan interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi
air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola
sehingga terjadi perubahan pada glomerulus
2.1.8. Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti mengenai
tanda tanda sedini mungkin (pre eklampsia ringan), lalu diberikan
pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat. Harus
selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre-eklampsia. Berikan
penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta
pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan
tinggi protein, juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.
2.1.9. Penanganan
Tujuan utama penanganan adalah :
Untuk mencegah terjadinya pre eklampsi dan eklampsi.
Hendaknya janin lahir hidup.
Trauma pada janin seminimal mungkin.
a. Penanganan pre-eclamsia ringan,
1) Istirahat di tempat tidur dangan berbaring pada sisi tubuh
yang menyebabkan pengaliran darah ke placenta meningkat,
aliran darah ke ginjal lebih banyak, tekanan vena pada
extremitas bawah turun dan rearbsorbsi cairan di daerah
tersebut meningkat. Cara ini biasanya berguna untuk
menurunkan tekanan darah dan mengurangi edema.
2) Pemberian phenobarbital 3 x 30 mg sehari akan menenangkan
penderita dan dapat juga menurunkan tekanan darah
3) Dianjurkan untuk mengurangi garam dalam diet penderita
4) Pada umumnya pemberian obat diuretika dan antihipertensiva
tidak dianjurkan karena obat-obat tersebut tidak dapat
menghentikan proses penyakit dan juga tidak memperbaiki
prognosis janin. Selain itu pemakaian obat tersebut dapat
menutupi gejala pre-eclamsi berat.
b. Penanganan pre-eclamsia berat,
Pada pasien preeklampsia berat segera harus diberi obat sedatif
kuat untuk mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12 24
jam bahaya akut sudah diatasi, tindakan terbaik adalah
menghentikan kehamilan.
Sebagai pengobatan mencegah timbulnya kejang, dapat
diberikan larutan magnesium sulfat (MgSO4) 20% dengan dosis 4
gram secara intravena loading dose dalam 4-5 menit. Kemudian
dilanjutkan dengan MgSO4 40% sebanyak 12 gram dalam 500 cc
ringer laktat (RL) atau sekitar 14 tetes/menit. Tambahan
magnesium sulfat hanya dapat diberikan jika diuresis pasien baik,
refleks patella positif dan frekuensi pernafasan lebih dari 16
kali/menit. Obat ini memiliki efek menenangkan, menurunkan
tekanan darah dan meningkatkan diuresis. Selain magnesium
sulfat, pasien dengan preeklampsia dapat juga diberikan
klorpromazin dengan dosis 50 mg secara intramuskular ataupun
diazepam 20 mg secara intramuskular (Wiknjosastro, 2006).
1) Pada penderita yang masuk rumah sakit sudah dengan tanda-
tanda dan gejala-gejala pre-eclamsi berat segera harus diberi
sedativa yang kuat untuk mencegah terjadinya kejang-kejang.
Obat-obatan yang dapat digunakan untuk mencegah kejang-
kejang, yaitu: o Larutan magnesium sulfat 50% sebanyak 10
ml disuntikan intramuskular sebagai dosis pertama dan dapat
diulang dengan 2 ml tiap 4 jam menurut keadaan. Tambahan
hanya diberikan bila diuresis baik, refleksi patella (+), dan
kecepatan nafas 16/menit. Selain untuk menenangkan, obat
ini bisa juga untuk menurunkan tekanan darah dan
meningkatkan diuresis. o Lytic cocktail, yaitu larutan glukosa
5% sebanyak 500 ml yang berisi pethidin 100 mg,
chlorpromazine 50 mg dan promethazine 50 mg sebagai infus
intravena
2) Obat antihipertensi, untuk pasien preeklamsia berat, obat yang
dianjurkan adalah hidralazin yang diberikan secara intravena,
tetapi obat ini tidak terdapat di Indonesia dan penurunan
tekanan darah yang terjadi sangat tinggi sehingga dapat
membahayakan pasien. Oleh karena itu dipakai nifedipin oral
yang dapat menurunkan tekanan darah secara cepat dan cukup
aman digunakan. Dosis yang dipakai adalah 3 x 10 mg perhari
3) Antioksidan (Vit C,E, NAC) diberikan untuk menetralisir
radikal bebas yang timbul akibat disfungsi endotel
4) Diuretik, tidak diberikan kecuali terdapat edema paru.
5) Apabila terdapat oligouria maka pasien sebaiknya diberikan
glukosa 20% intravena
6) Kemudian setelah bahaya akut tertangani, dipertimbangkan
untuk terminasi kehamilan, persalinan dapat dilakukan
dengan cunam atau ekstraktor vakum dengan memberikan
narcosis umum untuk menghindarkan rangsangan pada
susunan SSP
7) Dalam melakukan penatalaksanaan perlu diperhatikan
timbulnya gejala komplikasi, terutama edema pulmonary dan
oligouri. Keluhan seperti nyeri kepala hebat, gangguan
penglihatan dan nyeri epigastrium harus sering ditanyakan.
Pada pasien juga dilakukan pemeriksaan fundus mata.
2.2. EKLAMPSIA
2.2.1. Pengertian Eklampsia
Eklampsia dalam bahasa yunani berarti halilintar, karena serangan
kejang-kejang timbul tiba-tiba seperti petir. Eklampsia merupakan kasus
akut pada penderita preeclampsia, yang disertai dengan kejang
menyeluruh dan koma. Sama halnya dengan preeclampsia, eklampsia
dapat timbul pada ante, intra dan postpartum. Eklampsia postpartum
umumnya hanya terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan.
Perawatan prenatal untuk kehamilan dengan presdisposisi
preeclampsia perlu ketat dilakukan agar dapat dikenal sedini mungkin
gejala-gejala prodoma eklampsia. Sering dijumpai perempuan hamil
yang tampak sehat mendadak menjadi kejang-kejang eklampsia, Karena
tidak terdeteksi adanya preeclampsia sebelumnya.
2.2.2. Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.
Oleh karena eklampsi merupakan kelanjutan atau stadium akhir dari
preeklampsi, factor-faktor yang mempengaruhi kejadiannya sama saja
dengan preeklampsi.
2.2.3. Patofisiologi
Pada pre-eklampsia yang merupakan awal terjadinya eklampsia,
terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air.
Pada biopsy ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada
beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya
dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam
tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha
untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat
dicukupi.
Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh
penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum
diketahui sebabnya, mungkin karena retensi garam dan air. Proteinuria
dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada
glomerulus.
2.2.5. Klasifikasi
Berdasarkan waktu terjadinya, eklampsia dapat dibagi :
a. Eklampsia gravidarum
Kejadian 50% sampai 60%
Serangan terjadi dalam keadaan hamil
b. Eklampsia parturientum
Kejadian sekitar 30% sampai 35%
Saat sedang inpartu
Batas dengan eklampsia gravidarum sukar ditentukan terutama saat
mulai inpartu
c. Eklampsia puerperium
Kejadian jarang, 10&
Terjadi serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir
2.2.8. Penanganan
Tujuan pengobatan eklampsia adalah untuk :
a. Menghindari kejang dan koma yang menyebabkan angka kematian ibu
dan janin tinggi.
b. Menurunkan/kontrol tekanan darah.
c. Mengatasi hemokonsentrasi dan memperbaiki dieresis dengan
pemberian cairan.
d. Mengatasi hipoksia dan asidosis.
e. Mengakhiri kehamilan dengan atraumatis.
Konsep pengobatannya adalah :
a. Menghindari kerjanya
Kejang berulang
Mengurangi koma
Meningktakan jumlah diuresis
b. Perjalanan ke Rumah Sakit dapat diberikan
Penenang dengan suntikan 20 mgr valium atau bisa dengan
pethidin 100 mg atau luminal 200 mg atau morfin 10 mg
Pasang infuse glukosa 5% dan dapat ditambah valium 10 sampai
20 mgr
c. Disertai petugas untuk memberikan pertolongan
Menghindari gigitan lidah dengan memasang penyangga lidah
Resusuitasi untuk melapangkan napas dan memberikan O2,
lakukan maneuver head tilt neck dengan cara kepala direndahkan
dan leher dalam posisi ekstensi ke belakang atau head tilt chain
lift, dengan kepala direndahkan dan dagu ditarik keatas atau jaw-
thrust, yaitu mandibula kiri kanan diekstensikan ke atas sambil
mengangkat kepala ke belakang.
Menghidari terjadinya trauma tambahan