Anda di halaman 1dari 14

Case Report

TUBERCULOSIS PARU

Oleh

Desti Omega Rohyadi,S. Ked

Pembimbing

dr. Silman Hadori, Sp.Rad.,MH.kes

KEPANITRAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI FAKULTAS


KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN

BANDAR LAMPUNG 2017


LAPORAN KASUS

1. IDENTIFIKASI PASIEN

No. Rekam Medis : 08.41.32

Nama : Ny. M

Jenis kelamin : Perempuan

Tanggal Lahir : 04 Maret 1984

Umur : 34 th

Status perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Pekerjaan : IRT

Pendidikan : SMA

Alamat : Talang Padang

MRS : 19 Februari 2017

ANAMNESA

Keluhan Utama

Batuk berdarah sejak 2 hari yang lalu

Keluhan Tambahan

Demam dan sering keluar keringat pada malam hari


Riwayat Perjalanan Penyakit

Os datang ke IGD RS Pertamina Bintang Amin dengan keluhan batuk


berdarah sejak 2 hari yang lalu. Os mengaku sudah mengalami batuk sejak 1
bulan yang lalu. mula mula batuk hanya di sertai dahak yang berwarna kuning
kehijauan, batuk bersifat terus menerus namun terasa lebih sering dan parah pada
malam hari. Os juga mengeluhkan demam yang bersifat hilang timbul di sertai
sering keluarnya keringat pada malam hari sejak keluhan batuk muncul. Os pun
merasa tubuhnya lebih mudah merasa lelah walaupun tidak melaukukan aktivitas
berat dan nafsu makan sangat menurun hingga os mengalami penurunan berat
badan.

Sebelum masuk RS os mengaku batuk disertai darah, darah berwarna


merah segar. Darah yang keluar banyaknya 3 sendok. Os juga merasa dadanya
terasa sangat nyeri seperti di tekan benda keras. Nyeri dada biasanya muncul
ketika batuk terus menerus. Sesak nafas di sangkal, sulit tidur di sangkal.

Riwayat Kebiasaan

Os merokok sejak 4 tahun yang lalu

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit yang sama : (-)

Riwayat DM : (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada yang mengalami sakit yang sama dalam keluarga

Riwayat Pengobatan

Os membeli obat batuk tanpa resep di apotek


II. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah : 120/90 mmHg

Nadi : 88x/menit, reguler

Suhu :37,8 C

Pernapasan : 21 x/menit, regular

Status Generalis

Kepala

Rambut : Berwarna hitam terdistribusi merata

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-),

pupil isokor 3mm/3mm

Telinga : Normotia (+/+), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tarik

aurikula (-/-), sekret (-/-)

Hidung : Deformitas (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-), deviasi

Septum (-), sekret (-/-), edema konka inferior (-/-),

rambut hidung (+/+), distribusi rapat, cuping hidung

(-/-)

Mulut : Sianosis (-), fissura (-), trismus rahang (-)


Leher

Pembesaran KGB : (-)

Pembesaran tiroid : (-)

JVP : 5 2 mmH2O

Trachea : deviasi trakea (-)

Thorak

Cor

Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak

Palpasi : Iktus cordis teraba di ics IV

Perkusi :

Kiri

Atas :ics II linea parasternalis sinistra

Bawah :ics IV linea midclavikularis sinistra

Kanan

Atas : ics II linea parasternalis dextra

Bawah :ics IV linea parasternalis dextra

Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 normal, reguler.

Murmur (-) gallop (-)

Pulmo

Inspeksi : Dinding thorak simetris pada saat statis

maupun dinamis, retraksi otot-otot pernafasan (-)

Palpasi : Simetris, vocal fremitus sama kuat

kanan dan kiri


Perkusi : Sonor di kedua lapang paru

Auskultasi : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen

Inspeksi : Perut datar, massa (-), sikatriks (-), venektasi (-)

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Palpasi : Soepel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)

Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen

(-/-), edema (-/-), capillary refill < 2 detik

Ekstremitas

Ekstremitas superior dextra dan sinistra:

Oedem ( - ) Deformitas (-)

Sianosis (-) Nyeri sendi (-)

Ptekie (-)

` Ekstremitas inferior dextra dan sinistra:

Oedem (-) Deformitas (-)

Sianosis (-) Nyeri sendi (-),

Ptekie(-)

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboratorium
Tanggal 20-02-2017

HEMATOLOGI
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
Lk: 14-18 gr%
Hemoglobin 12,2
Wn: 12-16 gr%
Leukosit 7.900 4500-10.700 ul
Hitung jenis leukosit
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 0 1-3%
Batang 1 2-6 %
Segmen 60 50-70 %
Limposit 30 20-40 %
Monosit 9 2-8 %
Lk: 4.6- 6.2 ul

Eritrosit 5,0 Wn: 4.2- 5,4 ul

Lk: 40-54 %
Hematokrit 37
Wn: 38-47 %
Trombosit 313.000 159-400 ul
MCV 74 80-96
MCH 24 27-31 pg
MCHC 32 32-36 g/dl

- Posisi trakea masih di tengah


- Mediastinum superior tidak melebar
- Jantung tidak membesar
- Aorta tampak normal
- Sinus costophrenicus bilateral normal
- Sinus cardiophrenicus bilateral normal
- Diafragma bilateral normal
- Pulmo: -Hilus kanan dan kiri normal
-Corakan bronkovaskuler bertambah

- Tampak perbercakan lunak di lapang apex dan bawah paru kanan serta
lapang atas bawah paru kiri

-Kranialisasi (-)

- Skeletal : dalam batas normal

KESAN:

- Radiografi thorax PA saat ini menunjukan gambaran KP duplex aktif


- Tidak tampak kardiomegali

IV. DIAGNOSIS
- Obs hemoptoe ec TB paru duplex

V. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

VI. PENATALAKSANAAN

Terapi IGD

- IVFD RL xx tpm
- Inj. Omeprazole 2x1 vial
- Inj. Asam traneksamat 3x1 amp
- Sanmol 500 mg tab 3x1
- Sanadryl exp 3x1c

Terapi di ruangan

- INH 1x300mg
- Ethambutol 2x250mg
- Pyrazinamid 2x500mg
- Vit K 3x1tab
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. Tuberculosis Paru

2.1 Definisi
Tuberculosis ialah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
bakteri Mycobacterium tuberculosa dengan gejala yang dapat
variatif.

2.2 Patogenesis
a. TB Primer
Bakteri yang masuk melalui jalan napas akan bersarang dijaringan
paru dan akan membentuk suatu sarang pneumoni disebut afek
primer. Afek primer ini mungkin timbul dimana saja dalam paru,
berbeda dengan afek reaktivasi. Dari afek primer akan tampak
peradangan pembuluh limfe menuju hilus (limfangitis local).
Peradangan tersebut diikuti pembesaran KGB dihilus (limfadenitis
regional). Afek primer bersama dengan limfangitis regional
dikenal sebagai komplek primer.

Komplek primer akan mengalami hal berikut:


- Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat
- Sembuh dengan meninggalkan bekas
- Terjadi penyebaran dengan cara:
a. Perkontinuitatum, menyebar kesekitarnya
Salah satu contoh adalah epituberkulosis, yaitu suatu
kejadian dimana terdapat penekanan bronkus, biasanya
bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus yang membesar
sehingga menimbulkan obstruksi pada saluran napas
bersangkutan, dengan akibat atelektasis.
Kuman tuberkulosis akan menjalar sepanjang bronkus yang
tersumbat ini ke lobus yang atelektasis dan menimbulkan
peradangan pada lobus yang atelektasis tersebut, yang
dikenal sebagai epituberkulosis.
b. Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan
maupun ke paru sebelahnya. Penyebaran ini juga terjadi ke
dalam usus
c. Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Kejadian
penyebaran ini sangat bersangkutan dengan daya tahan
tubuh, jumlah dan virulensi basil. Sarang yang ditimbulkan
dapat sembuh secara spontan, akan tetapi bila tidak terdapat
imuniti yang adekuat, penyebaran ini akan menimbulkan
keadaan cukup gawat seperti tuberkulosis milier, meningitis
tuberkulosa, typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini juga
dapat menimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh lainnya,
misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia dan sebagainya

Afek yang ditimbulkan dapat sembuh secara spontan namun


jika tidak ada imunitas adekuat makan penyebaran dapat
menimbulkan keadaan gawat seperti TB Miliar, Meningitis TB.
Penyebaran ini juga dapat menimbulkan TB pada organ tubuh
lainnya.

b. TB Post Primer
Dari TB primer ini akan muncul bertahun kemudia TB post primer
biasanya pada usia 15-40 tahun. Bentuk TB inilah yang menjadi
masalah dalam masyarakat, karena menjadi sumber penularan. TB
ini di mulai dengan afek dini yang umunya terletak disegmen
apical lbus superior maupun inferior. Afek ini awalnya berbentuk
suatu sarang pneumoni kecil, namun dapat mengalami beberapa
hal berikut:
- Resorpsi ulang tanpa meninggalkan cacat
- Terjadi sebukan fibrosis
- Perluasan afek pneumoni membentuk perkijuan

2.3 Patologi
Batuk yang terjadi merupakan kelainan patologik akibat
kuman yang bersifat aerobic sehingga mudah tumbuh di paru,
terutama di apex karena tekanan O2 tinggi. Kelainan terjadi
sebagai reaksi tubuh. Reaksi jaringan yaitu terbentuknya granulma.
Kuman terus berproliferasi dalam sel hingga selanjutnya muncul
nekrosis yang disebut perkijuan. Granuloma dapat mengalami
beberapa perkembangan jika jumlah mikroba berkurang maka akan
membentuk simpai. Lama kelamaan terjadi penimbunan kalsium
bahan perkijuan. Jika mikroba virulen atau resistensi jaringan
rendah, granuloma membesar dan terbentuk pula granuloma satelit.
Reaksi jaringan yang terjadi dapat berbeda antara orang yang
belum pernah terinfeksi dan yang sudah pernah terinfeksi.

Pada individu yang pernah terinfeksi reaksi jaringan akan


lebih cepat dank eras disertai nekrosis jaringan. Akan tetapi
pertumbuhan kuman tertahan dan penyebaran infeksi terhalang, ini
merupakan manifestasi reaksi hipersensitifitas dan imunitas.

2.3 Gambaran Klinis

Diagnosis TB dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis,


pemeriksaan fisik, pemeriksaan bakteriologik, peneriksaan
radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya. Gejala TB di bagi
menjadi 2 golongan, yaitu gejala respiratorik (gejala gejala organ
yang terlibat) dan gejala sistemik.

a. Gejala Respiratorik
- Batuk > 2 minggu
- Batuk dapat di sertai berdarah
- Sesak nafas
- Nyeri dada
b. Gejala Sistemik
- Demam
- Gejala lainnya ; malaise, keringat malam,
anoreksia, berat badan menurun.

2.4 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan standar ialah foto thorax PA. pemeriksaan lain
atas indikasi : apiko-lordotik, oblik, CT Scan. Pada pemeriksaan
foto thorax, TB dapat member gambaran yang multiform.

a. Gambaran yang dicurigai lesi TB aktif:


- Bayangan nodular/berawan di apical dan posterior lobus
atas paru dan segmen superior lobus bawah
- Kavitas, terutama >1 dikelilingi bayangan opak berawan
atau nodular
- Bayangan bercak miliar
- Efusi pleura unilateral atau bilateral
b. Fibrotik pada segmen apical atau posterior lobus atas
c. Kalsifikasi atau fibrotik
d. Kompleks ranke
e. Fibrothorax/fibrosis parenkim paru dan atau penebalan
pleura

Luluh paru (Destroyed Lung)


a. Gambaran rontgen menunjukan kerusakan jaringan paru
yang berat, biasanya disebut luluh paru
b. Gambaran rontgen terdiri dari atelektasis, multikavitas dan
fibrosis parenkim paru. Sulit untuk menilai aktivitas lesi
atau penyakit hanya berdasar gambaran rontgen tersebut
c. Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologik untuk
konfirmasi aktivitas proses penyakit

Luas lesi yang tampak pada foto thorax untuk kepentingan


pengobatan dapat dinyatakan sebagai berikut:
a. Lesi minimal
Jika proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru
dengan luas tidak lebih dari volume paru yang terletak
di atas chondrosternal dar iga kedua depan dan prosesus
spinosus dari V.T.IV atau corpus V.T.V dan tidak ada
kavitas
b. Luas lesi
Jika proses lebih dari lesi minimal

2. Laboratorium Darah
a.Laju endah darah
b. PCR (polymerase Chain Reaction)
c.Uji serologi (ELISA dan Mycodot)
3. Pemeriksaan Pleura dan Uji Rivalta
4. Pemeriksaan Histopatologi jaringan
5. Uji Tuberkulin
2.5 Pengobatan TB

Pengobatan TB terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3bln) dan


fase lanjutan (4-7bulan). Panduan obat yang terdiri dari panduan obat
utama dan tambahan.
o Obat anti Tuberculosis (OAT)
- Obat pada lini pertama yaitu Rifampicin, INH, Pirazinamid,
Streptomicin, Etambutol
o Kombinasi dosis tetap (Fixed Dose Combination)
- Empat obat OAT dalam 1 tablet yaitu Rifampicin 150mg, INH
75mg, Pirazinamid 400mg, Etambutol 275mg
- Tiga OAT dalam 1 tablet yaitu Rifampicin 150mg, INH 75mg,
Pirazinamid 400mg
- Jenis obat tambahan lainnya
Merupakan obat lini kedua yaitu Kanamicin, Quinolon,
derivate Rifampicin, INH, Makrolide, Amoxiclav

2.6 Komplikasi TB
Pneumothorax
Destroyed Lung
Gagal napas
Gagal jantung
Efusi pleura
TB ekstraparu
DAFTAR PUSTAKA

1. PDPI. Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan


Tuberkulosis Di Indonesia, 2006. Available URL:
http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.html
2. Amir Z, Bahar A. Tuberculosis Paru. In: Sudoyo AW,
Setiyobadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II.Edisi 4, Jakarta: Balai Penerbit
FK UI. 2007. 988-994
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Tuberkulosis
Masalah Kesehatan Dunia. Jakarta,2011. Available from
URL: http://www.depkes.goid/index.php./berita/press-
release/144-tbc-masalah-kesehatan-dunia.pdf
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman
Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta, 2007.
Edisi2.Cetakan pertama
5. Alsagaff, H.2009. Dasar Dasar Ilmu Penyakit Paru.
Surabaya: Airlangga University Press.
6. Djojodibroto, D. 2009. Respirologi ( Respiratory Medicine).
Jakarta : EGC
7. Nawas, A.2009. Diagnosis dan Penatalaksanaan TB Paru.

Jurnal Respitologi Indonesia. Jakarta. FKUI

Anda mungkin juga menyukai