Pendamping:
dr. Ni Made Ariani
dr. I Made Gunawan
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmatNya saya dapat menyelesaikan Laporan kasus yang berjudul Kejang Demam
Sederhana. Laporan kasus ini dibuat sebagai salah satu bagian dari kegiatan Dokter
Internsip di RSU ARI CANTI. Pada kesempatan ini, tidak lupa saya mengucapkan terima
kasih kepada seluruh Dokter dan Staff yang telah membimbing saya selama proses penulisan
Adapun laporan kasus ini berisi mengenai penyakit kejang demam sederhana. Kejang
demam sederhana sendiri merupakan salah satu kasus yang cukup sering ditemukan di
Rumah Sakit Ari Canti. Dengan adanya pembahasan kasus ini, diharapkan pembaca dapat
Saya menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi
Akhir kata saya ucapkan terima kasih kepada setiap pihak yang telah membantu
sampai selesainya laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini berguna bagi kita semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Kejang Demam....................................................
2. Epidemiologi......................................................................
3. Klasifikasi..........................................................................
4. Faktor Resiko.....................................................................
5. Etiologi dan Patofisiologi..................................................
6. Manifestasi Klinis..............................................................
7. Diagnosis............................................................................
8. Diagnosis Banding.............................................................
9. Penatalaksanaan.................................................................
10. Edukasi pada Orang Tua....................................................
11. Vaksinasi............................................................................
12. Prognosis............................................................................
BAB III LAPORAN KASUS..................................................................................
BAB IV ANALISIS KASUS...................................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal di atas 38,5C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (di luar rongga
kepala). Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures (1980), kejang demam adalah
suatu kejadian pada bayi atau anak yang biasnya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun
berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau
3
penyebab tertentu. Infeksi ekstrakranial yang paling banyak didapatkan yakni dari saluran
pernapasan bagian atas, dan merupakan 70% dari seluruh penyebab kejang demam. 1
Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk
beberapa saat, kemudian kaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk
beberapa waktu, napas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya.
Setelah kejang, anak akan segera normal kembali. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1
menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit. Kejang demam jarang
terjadi lebih dari 1 kali dalam 24 jam. Kejang karena sebab lain (kejang yang tidak
disebabkan oleh demam) akan berlangsung lebih lama, dapat terjadi pada salah satu bagian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KEJANG DEMAM
1. DEFINISI
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.1 Kejang
demam adalah kejang yang berhubungan dengan demam (suhu diatas 39 oC per
4
rektal) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut, terjadi
pada anak berusia 1 bulan dan tidak ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.2
suatu kejadian pada bayi dan anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun,
berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial
atau penyebab tertentu.3 Anak yang pernah kejang tanpa demam, kemudian kejang
demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam.1,3 Kejang disertai demam pada
bayi berumur kurang dari 4 minggu (1 bulan) tidak termasuk kejang demam. 1,3 Kejang
demam harus dibedakan dengan epilepsi, yaitu ditandai dengan kejang berulang tanpa
demam.2 Definisi ini menyingkirkan kejang yang disebabkan penyakit saraf seperti
prognosis yang berbeda dengan kejang demam karena keadaan yang mendasarinya
mengenai susunan saraf pusat.3 Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari
penunjang
Bila terjadi pada anak < 6 bulan atau > 5 tahun, maka harus dipikirkan
3
2. EPIDEMIOLOGI
Selatan dan Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi. Kira-kira 20% kasus
merupakan kejang demam kompleks. Umumnya kejang demam timbul pada tahun
kedua kehidupan (17-23 bulan). Kejang demam sedikit lebih sering pada laki-laki. 3
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan samapi 5 tahun. 1 Menurut
IDAI, kejadian kejang demam pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun hampir 2 -
5%.2,5
3. KLASIFIKASI
umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau
klonik, tanpa gerakan fokal, anak dapat terlihat mengantuk setelah kejang.
Kejang tidak berulang dalam 24 jam. Tanpa kelaianan neurologis sebelum atau
4
Kejang lama > 15 menit
Kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum didahului kejang
parsial
4. FAKTOR RESIKO
Faktor resiko kejang demam pertama yang penting adalah demam. Selain itu
terdapat faktor riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara kandung,
dan kadar natrium rendah. Setelah kejang demam pertama, kira-kira 33% anak
akan mengalami satu kali rekurensi atau lebih dan kira-kira 9% anak mengalami 3
kali rekurensi atau lebih, resiko rekurensi meningkat dengan usia dini, usia
temperatur yang rendah saat kejang, riwayat keluarga kejang demam dan riwayat
5
Faktor risiko terjadinya epilepsi dikemudian hari ialah adanya gangguan
lamanya demam saat awitan kejang dan lebih dari satu kali kejang demam
kompleks. 5,6
Demam yang memicu kejang berasal dari proses ekstrakranial, paling sering
disebabkan karena infeksi saluran nafas akut, otitis media akut, roseola, infeksi
suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak
yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen
sistem kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses
oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang
terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik.
Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na +) dan elektrolit lainnya,
kecuali ion Klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan
konsentrasi Na+ rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya.
Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan diluar sel, maka terdapat
6
perbedaan potensial yang disebut potensial membran sel dari sel neuron. Untuk
keturunan.6
metabolisme basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada
seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh,
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu
tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan
dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui
membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik
ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran
sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadilah
kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari
tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak menderita kejang pada kenaikan
suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi
pada suhu 38oC sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang
baru terjadi pada suhu 40oC atau lebih. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan
bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang
7
rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu
berapa penderita kejang. Kejang demam yang berlangsung singkat biasanya tidak
berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur
dan suhu tubuh makin meningkat disebkan oleh meningkatnya aktivitas otot dan
timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan
pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang
serangan epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat
6. MANIFESTASI KLINIS
dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi
diluar susunan saraf pusat. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama
sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik
klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Postur tonik (kontraksi dan kekakuan
otot menyeluruh yang biasanya berlangsung selama 10-20 detik), gerakan klonik
8
(kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya berlangsung selama
1-2 menit), lidah atau pipinya tergigit, gigi atau rahangnya terkatup rapat,
Kejang umumnya berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti, anak tidak memberi
reaksi apapun untuk sejenak, tetapi beberapa detik/menit kemudian anak akan
terbangun dan sadar kembali tanpa kelainan saraf. Kejang demam yang
berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa.
Tetapi kejang yang berlangsung lama (> 15 menit) sangat berbahaya dan dapat
7.
DIAGNOSIS
a. Anamnesis
1.) Adanya kejang , jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu sebelum/saat
saraf pusat.
keluarga.
9
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang
karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal
bayi antara 12-18 bulan dianjurkan, bayi > 19 bulan tidak rutin. Bila yakin
tidak khas misalnya kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6
4.) Pencitraan
tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti ; kelainan neurologik fokal yang
10
8. DIAGNOSIS BANDING
Kejang disertai demam adalah hal yang sering terjadi pada anak. Banayak
sistemik. Kondisi kondisi ini harus dapat dibedakan dengan segera dari kejang
demam. Kejang demam khas ditandai adanya peningkatan suhu tubuh secara cepat
diikuti dengan kejang, sementara pada proses infeksi intrakranial demam terjadi
Pada anak < 1 tahun, diagnosis banding yang harus dipikirkan adalah
meningitis. Pada meningitis, bayi tampak letargi, ubun ubun besar menonjol dan
meningitis atau ensefalitis. Pungsi Lumbal teriondikasi bila ada kecurigaan klinis
meningitis dan jika pasien telah mendapatkan antibiotika maka perlu pertimbangan
pungsi lumbal. 2
9. PENATALAKSANAAN
datang kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang
paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam intravena adalah 0,3
-0,5 mg/kg perlahan lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu
3-5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg. Obat yang praktis dan dapat
diberikan oleh orang tua atau dirumah adalah diazepam rektal. Diazepam
11
rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan
berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg.
Atau Diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun
diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.
Bila setelah 2 kali pemberian Diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan
dosis 0,3-0,5 mg/kg. Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara
selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila
dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang
dari jenis kejang demam apakah kejang demam sederhana atau kompleks dan
faktor resikonya.5,6
1. Antipiretik
digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih
dari 5 kali. Dosis Ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari. Meskipun
12
pada anak kurang dari 18 bulan, sehingga penggunaan asam asetilsalisilat
tidak dianjurkan.2,3,5
2. Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat
begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam pada
suhu > 38,5oC. Dosis tersebut cukup tinggi dan menyebabkan ataksia,
iritabel dan sedasi yang cukup berat pada 25-39% kasus. Fenobarbital,
hidrocephalus.
- Kejang fokal
lebih dalam 24 jam, kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan,
13
Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif
pada 40-50% kasus. Obat pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada
sebagian kecil kasus, terutama yang berumur kurang dari 2 tahun asam
15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg per hari
Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat
kejang sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal.
14
c. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring.
c. Berikan diazepam rektal, dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti.
d. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih5
11. VAKSINASI
Sejauh ini tidak ada kontra indikasi untuk melakukan vaksinasi terhadap anak
yang mengalami kejang demam. Kejang setelah demam karena vaksinasi jarang.
Kejang demam pasca imunisasi tidak memiliki kecenderungan berulang yang lebih
besar daripada kejang demam pada umumnya. Dan kejang demam pasca imunisasi
kejadian pasca vaksinasi DPT adalah 6-9 kasus per 100.000 anak yang divaksinasi,
Risiko ini tinggi pada hari imunisasi, dan menurun setelahnya. 5,7 Sedangkan setelah
vaksinasi MMR 25-34 per 100.000, resiko meningkat pada hari 8-14 setelah
imunisasi.7 Dianjurkan untuk memberikan diazepam oral atau rektal bila anak
demam, terutama setelah vaksinasi DPT atau MMR. Beberapa dokter anak
12. PROGNOSIS
15
kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi
pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal.
kejang demam berulang, dan 75% terjadi dalam satu tahun setelah awitan yang
pertama.
Kejang demam terjadi < 1 tahun, resiko berulang adalah 50%. Kejang
Kejang yang terjadi pada suhu yang tidak terlalu tinggi ( 38oc )
sebelumnya.
KEJANG
1. Diazepam rektal 0,5 mg/kgBB atau
BB < 10 kg = 5 mg, BB > 10 kg = 10 mg
2. Diazepam IV 0,3-0,5 mg/kgBB
16
KEJANG
Diazepam rektal
( 5 menit )
Di Rumah Sakit
KEJANG
Diazepam IV, Kecepatan 0,5-1 mg/menit (3-5 menit)
(depresi pernapasan dapat terjadi)
KEJANG
Fenitoin bolus IV 10-20 mg/kgBB
Kecepatan 0,5 -1 mg/kgBB/menit
KEJANG
Transfer ke Ruang Rawat Intensif
KETERANGAN :
1. Bila kejang berhenti terapi profilaksis intermitten atau rumatan diberikan berdasarkan
kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor resikonya.
2.
Pemberian fenitoin bolus sebaiknya secara drip intravena dicampur dengan cairan NaCl
fisiologis, untuk mengurangi sfek samping aritmia dan hipotensi. 6
17
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Umur : 3 Tahun
Agama : Hindu
No. RM : 12 55 83
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Kejang
18
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Kurang lebih 1 hari SMRS pasien demam, demam mendadak tinggi. Demam
disertai batuk berdahak dan muntah 1 kali, tidak ada pilek, tidak sesak napas, dan
Kurang lebih 2 jam SMRS, pasien kejang disertai demam, kejang terjadi seluruh
tubuh. Tangan dan kaki pasien kaku, mata melirik ke atas. Kejang berlangsung 1
kali selama 10 menit. Setelah kejang berhenti, pasien menangis. Kemudian oleh
keluarga, pasien dibawa ke RSU Ari Canti. Di IGD pasien tidak kejang tetapi
masih panas. Buang air besar 1 kali/hari, lembek, berwarna kuning. Buang air
E. Riwayat Kelahiran :
Pasien lahir di Bidan dengan berat badan lahir 3900 gram dan panjang 47 cm
( ibu pasien lupa pastinya BBL dan PBL ) , lahir spontan, langsung menangis kuat
19
F. Riwayat Postnatal
imunisasi.
G. Imunisasi
Jenis I II III IV
1 - - -
Lahir
Kesimpulan : imunisasi dasar lengkap sesuai Depkes, tidak sesuai IDAI 2014
20
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Tanda vital
BB : 11 kg
TB : 87 cm
Mata : Mata cekung (-/-), konjungtiva pucat (-/-),sklera ikterik (-/-), pupil
isokor (2mm/2mm), reflek cahaya (+/+)
Tenggorok : Uvula di tengah, tonsil hiperemis (-), T1-T1 , faring hiperemis (-)
21
Submandibuler : tidak membesar
Cor
Pulmo
Abdomen
Perkusi : tympani
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba, turgor kembali
cepat.
22
Urogenital : dalam batas normal
Ekstremitas :
Oedem
- -
- -
Pemeriksaan Neurologis
Motorik : Koordinasi baik
Sensorik : Belum dapat dinilai
Meningeal Sign : Kaku kuduk :(-)
Usia : 3 tahun
BB : 11 kg
TB : 87 cm
Status gizi :
BB/U = -2 SD < BB/U < 0 SD
TB/U = 0 SD < TB/U < 1 SD
LK/U = 1 SD < LK/U < 2 SD
BB/TB = 0 SD < BB/TB < 1 SD
ELEKTROLIT
Natrium 135,2 136,0 145,0 mmol/l
MONITORING
RR = 32 x/menit
24
19/10/201 S : Kejang (-), panas (),
6
batuk (+), muntah (-),
TV : N = 128 x/menit
RR = 36 x/menit
TV : N = 128 x/menit
RR = 32 x/menit
TV : N = 120 x/menit
RR = 32 x/menit
25
22/10/16 S : Kejang (-), panas (-), Pasien dioerbolehkan
pulang
batuk (-), muntah (-),
Stesolid 3 x cth 1
Intrizin drop 2 x 0,3 ml
O : CM, gizi baik
Sirplus
TV : N = 120 x/menit
RR = 32 x/menit
Grafik Suhu
40
39
38
37
36
35
34
17 17 18 19 20 21 22
V. RESUME
Kurang lebih 1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien demam, demam mendadak
tinggi. Demam disertai batuk dan muntah 1 kali, tidak ada pilek, dan tidak disertai
sesak
26
Kurang lebih 2 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien kejang, disertai demam,
kejang terjadi seluruh tubuh. Tangan dan kaki pasien kaku, mata melirik ke atas.
Kejang berlangsung 1 kali selama 10 menit. Setelah kejang berhenti, pasien menangis.
Pada pemeriksaan fisik diperoleh keadaan umum sedang, kompos mentis dan gizi
kesan baik. Tanda vital: N: 128x/menit, RR: 36x/menit, suhu = 39,6 oC, Paru : RBH
tanggal 17 Oktober 2016 didapatkan, Hb: 10,1 g/%, leukosit: 13.600 /mm3, eritrosit:
4,82 juta /mm3, trombosit: 188.000 /mm3, hematocrit 31,2 %, Electrolit : natrium
a. DAFTAR MASALAH
1. Demam
2. Kejang (1 kali, kejang 10 menit, setelah kejang, pasien menangis)
3. Batuk
b. DIAGNOSIS BANDING
1. Kejang demam sederhana
dd : meningitis, ensefalitis
c. DIAGNOSIS KERJA
d. PENATALAKSANAAN
Terapi
27
IGD
- Stesolid 3 x cth 1
- DL ulang pagi
Monitoring
1. KU dan VS
2. Awasi timbulnya kejang
Planning
Edukasi
kejang
e. PROGNOSIS
28
Ad sanam : dubia ad bonam
BAB IV
ANALISIS KASUS
29
Diagnosis kejang demam sederhana pada kasus ini berdasarkan :
a. Anamnesis
- kejang ( kejang terjadi seluruh tubuh. Tangan dan kaki pasien kaku, mata melirik
ke atas 1 kali, tidak berulang, kurang dari 24 jam, lama kejang 10 menit, setelah
kejang pasien menangis)
- Riwayat kejang sebelumnya , riwayat kejang dalam keluarga , epilepsi : Tidak ada
b. Pemeriksaan fisik
Diagnosis kejang demam sederhana pada teori : Bangkitan kejang pada anak terjadi
bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi ( suhu rektal di atas 38oC ) , Kejang
berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal kurang dari 15 menit, Kejang
tidak berulang dalam 24 jam. Tanpa kelaianan neurologis sebelum atau sesusah kejang.
Demam yang memicu kejang berasal dari proses ekstrakranial, paling sering disebabkan
c. Pemeriksaan penunjang
30
Pemeriksaan laboratorium darah tanggal 17 Oktober 2016 didapatkan, Hb: 10,1 g/%,
leukosit: 13.600 /mm3, eritrosit: 4,82 juta /mm3, trombosit: 188.000 /mm3, hematocrit
dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi
sumber infeksi penyebab demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya
d. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu diberikan Paracetamol 125 mg ( rectal ) untuk
Penatalaksanaan pada Teori : Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling cepat
untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. antipiretik
tetap dapat diberikan. Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10 15 mg/kg/kali diberikan
4 kali sehari . Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam
Edukasi yang diberikan kepada keluarga mengenai penyakit ini adalah bahwa kejang
dapat timbul kembali jika pasien panas. Oleh karena itu, keluarga pasien harus sedia obat
penurun panas, termometer, dan kompres hangat jika pasien panas. Penjelasan mengenai hal-
hal yang harus dilakukan saat pasien kejang juga harus diberikan kepada orang tua pasien.
Hal-hal tersebut, meliputi kendorkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher, posisikan
anak terlentang dengan kepala miring untuk menghindari aspirasi, jangan memasukkan
31
sesuatu ke dalam mulut, berikan diazepam rektal bila kejang masih terjadi, dan bawa ke
dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung selama 5 menit atau lebih.
e. Prognosis
BAB V
32
KESIMPULAN
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
Demam yang memicu kejang berasal dari proses ekstrakranial, paling sering
disebabkan karena infeksi saluran nafas akut, otitis media akut, roseola, infeksi
intravena
demam berulang.
Edukasi mengenai hal-hal yang harus dilakukan saat pasien kejang juga harus
DAFTAR PUSTAKA
33
1. Nelson.2000. Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15. Jakarta: Penerbit buku kedokteran
EGC.
2. Hassan Ruspeno, et all. Kejang Demam. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid
II. Ed.11. 2007. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
3. Arif Mansjoer., d.k.k,. 2000. Kejang Demam di Kapita Selekta Kedokteran.
Media Aesculapius FKUI. Jakarta.
4. Behrem RE, Kliegman RM,. 1992. Nelson Texbook of Pediatrics. WB
Sauders.Philadelpia.
5. Hardiono D. Pusponegoro, Dwi Putro Widodo dan Sofwan Ismail. 2006.
Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan Penerbit IDAI. Jakarta
6. Hardiono D. Pusponegoro, dkk,.2005. Kejang Demam di Standar Pelayanan
Medis Kesehatan Anak. Badan penerbit IDAI. Jakarta
7. Staf Pengajar IKA FKUI. 1985. Kejang Demam di Ilmu Kesehatan Anak 2.
FKUI. Jakarta.
8. Lee WL, Low PS Murugasu B. Epidemiology of febrile seizure in singapure
children. Neurol J Southeast Asia.1996;1:53-5
9. Pudjiadi AH, Latief A, penyunting, Buku ajar pediatri gawat darurat. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI: 2008
10. Pudjiadi AH, Hegar B. Hardyastuti S. Idris NS, Gandaputra EP. Harmoniati ED.
Penyunting. Pedoman pelayanan medis Ikatan Dokter Anak Indonesia ( IDAI ).
Jakarta: Badan penerbit IDAI; 2011.
35