Anda di halaman 1dari 13

Laporan Pendahuluan

Tuberculosis Paru
A. Pengertian
Penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis sistemis sehingga
dapat mengenai hampir semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak diparu
yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Hidayat ,2010)
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis dengan gejala bervariasi (Mansjoer,2010)
Tuberculosis paru adalah merupakan infeksi kronik yang disebabkan oleh
pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi (Isselbacker,2012).
Jadi tubercolusis paru atau koch pulmonal adalah penyakit infeksi kronik
yang disebabkan mycobacterium tuberculosis dan pembentukan granuloma
pada daerah yang terinfeksi dengan gejala yang bervariasi.

B. Etiologi
Mycobacterium tuberculosis yang berbentuk batang dan mempunyai sifat asam
(Price.2011).

C. Tanda dan gejala


1. Sistemik
a. Malaise
b. Anoreksia
c. Berat badan menurun
d. Keringat malam
e. Akut :
1). Demam tinggi seperti flu
2). Menggiggil
f. Kronis
1). Demam akut
2). Sesak nafas
3). Sianosis
2. Respiratorik
a. Batuk lebih dari 2 minggu
b. Riak mukoid / mukopurulen
c. Nyeri dada
d. Batuk darah
e. Nyeri pleuritik
f. Sesak nafas
g. Gejala meningeal
1). Nyeri kepala
2). Kaku kuduk

D. Cara penularan
1. Langsung
Kontak dengan penderita
2. Tidak langsung
Bakteri yang ada diudara menginfeksi host baru yang daya tahan tubuhnya
rendah sehingga mudah terinfeksi

E. Patofisiologi
Basil tuberculosa mula-mula memasukimparu atau tempat lain pada
individu yang sehat kemudian menimbulkan respon peradangan non spesifik
dengan sedikit atau sama sekali tanpa gejala.
Basil yang menyebqabkan peradangan tersebut kemudian berada dalam
ruang alveolus dan dapat juga meningkatkan metabolisme tubuh sehingga akan
terjadi peningkatan kebutuhan terhadap energi. Setelah itu klien akan mengalami
gejala batuk, malaise, anokresia dan mual. Di samping basil tuberculosis
membengkitkan peradangan, basil tersebut dapat menjadi aktif dalam bentuk
droplet muda yang tersebar diudara saat klien batuk maupun bicara.
Alveoli yang terserang akan mmengalami atau timbul gejala pneumonia.
Kemudian bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel basil
menjadi infeksi lesi primer kemudian difagosit oleh makrofag. Nekrosis bagian
sentral dibawah kelenjar limfe regional. Lesi mamberikan gambaran yang relatif
padat dan seperti kayu/perkejuan.
Hal ini akan menyebabkan penumpukan sekresi dalam paru, lesi primer
dan kelenjar limfe mengalami fibrosis lalu menjadi jaringan parut dan mengalami
pengapuran. Fibrosis pada paru tersebut menjadikan berkurangnya jumlah
jaringan paru fungsional,pengembangan paru kurang maksimal dan jumlah
oksigen yang masuk berkurang.
Apabila daya tahan tubuh kuat maka komplek primer dapat sembuh
dengan sendirinya, namun bila daya tahan tubuh lemah maka akan timbul fokus
reinfeksi endogen yang menyebabkan kembalinya efektifitas lesi. Basil dalam
lesi kembalidalam lesi di fagosit oleh makrofag dibawa kekelenjar limfe dan
saluran darah menimbulkan penyebaran yang luas yang bisa mnyebabkan
tuberculosis milien (Price,1999).

F. Diagnosis
1. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda adanya infiltrasi luas atau konsolidasi, terdapat fremitus
mengeras, perkusi redup, suara napas bronkial dengan atau tanpa ronki
b. Tanda-tanda penarikan paru, diafragma, mediastinum atau pleura dada
asimetris, pergerakan napas yang tertinggal, pergeseran dari batas-batas
diafragma, jantung, suara nafas melemah dengan atau tanpa ronki.
c. Tanda-tanda kavitas yang berhubungan dengan bronkus, suara amforik
d. Sekret disaluran nafas : ronki basah / kering
Lokasi kelainan : walaupun lesi tuberkulosis mempunyai predileksi di
puncak paru, namun kelainan dapat terjadi pada semua bagian paru.
2. Pemeriksaan laboratorik
a. Anemia terutama bila penyakit berjalan menahun
b. Leukositosis ringan dengan predominasi limfosit
c. Laju endap darah (LED) meningkat terutama pada fase akut dan
umumnya nilai-nilai tersebut kembali normal pada tahap penyembuhan.
d. Kelainan pada darah tepi adalah tidak khas dan tidak sensitif.
3. Pemeriksaan radiologi
a. Bayangan lesi Radiologi yang terletak dilapangan atas paru
b. Bayangan yang berawan (patchy) atau bercak (Noduler)
c. Adanya kavitas, tunggal atau ganda
d. Adanya kalsifikasi
e. Kelainan yang bilateral, terutama bila terdapat dilapangan atas paru
f. Bayangan yang menetap atau relatif menetap setelah beberapa minggu
g. Bayangan milier
4. Pemeriksaan bakteriologik sputum
Ditemukan kuman Mikrobakterium Tuberkulosis dari dahak.
5. Uji tuberkulin
Hasil positif pada orang dewasa kurang bernilai.

G. Diagnosis Banding
1. Pnemonia
2. Pneumokoniosis
3. Bronkhiektasis
4. Abses paru
5. Tumor paru
6. Jamur
7. Sarkoidosis
H. Penatalaksanaan
Secara garis besar penatalaksanaan TBC dibagi menjadi 2 yaitu farmakologi dan
nonfarmakologi
Pengobatan penderita farmakologi
1. Kategori I
Obat 2HRZE / 4H3R3
a. Untuk kasus baru
b. BTA (-)
c. Hasil rongsen (+) / Extra Pulmoner
2. Kategori II
Obat 2 HRZES / 1 HRZE / 5 H3R3E3
a. Kasus kambuh BTA (+)
b. Kasus gagal pengobatan
3. Kategori III
Obat 2HRZ / 4H3R3
a. Kasus BTA (-)
b. Rongsen (+) klinis
Nonfarmakologi
1. Modifikasi diet : banyak makan makanan yang bergizi (diet TKTP)
2. Mengurangi aktivitas berlebihan
3. Hindari merokok dan minum alkohol
4. Jika terjadi sesak duduk semifowler dan latihan batuk efektif
Konsep keperawatan Tuberculosis Paru
1. Pengkajian
a. Tanda dan gejala
1). Aktivitas
Gejala : Kelelahan umum dan kelemahan, napas pendek,
kesulitan tidur pada mmalam atau demam malah hari, menggiggil dan atau
berkeringat, mimpi buruk.
Tanda : Takhikardia, takhipnea/dispnea pada kerja, kelelahan
otot, nyeri, dan sesak
2). Integritas ego
Tanda : Menyangkal (khususnya selama tahap dini), ansietas
Gejala : adanya / faktor stres lama, masalah keuangan rumah.
Perasaaan tidak berdaya, tidak ada harapan, populasi / budaya , etnik.
3). Makanan / cairan
Tanda : Turgor kulit buruk, kering / bersisik, kehilangan otot/
hilang lemak subkutan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna,
penurunan bear badan.
4). Nyeri / kenyamanan
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi
dan gelisah
Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang
5). Pernapasan
Tanda : Peningkatan frekuensi pernafasan, pengembangan
pernapasan tidak simetris, perkusi pekak dan penurunan fremitus. Bunyi
napas : menurun/ tidak ada secara bilteral atau unilateral (Effusi pleural/
pneumothorak). Bunyi napas tubuler dan atau bisikan pektoral diatas lesi
luas. Krekel tercatat diatas apek paru selama inspirasi cepat setelah batuk
pendek (Krekel Posttussic) karakteristik sputum : hijau / purulen, mukoid
atau bercak carah. Deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik), tak perhatian,
mudah terangsang yang nyata, perubahan mental.
Gejala : Batuk produktif atau tidak produktif, napas pendek,
riwayat TB / terpajan pada individu terinfeksi.
6). Keamanan
Tanda : Demam rendah atau sakit panas akut
Gejala : Adanya kondisi penekanan imun
7). Interaksi sosial
Gejala : Perasaan isolasi / penolakan karena menular,
perubahan pola biasa dalam tanggungjawab/ perubahan kapasitas fisik untuk
melaksanakan peran.
8). Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga TB, ketidakmampuan umum/status
kesehatan buruk, gagal untuk membaik/ kambuhnya TB, tidak berpartisipasi
dalam terapi.

K. Diagnosa dan Intervensi


Diagnosa 1 :
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Penurunan permukaan efektif
paru, atelektasis, Kerusakan membran alveolar-kapiler, Sekret kental, tebal,
Edema bronkial.
Intervensi : Rasional :
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan
1. Kecepatan kebiasaan meningkat. Dispne
pernapasan dan ekpansi dada. Catat upaya dan terjadi peningkatan kerja napas.
pernafasan, termasuk penggunaan otot Pada awal atau hanya tanda EP sub akut)
bantu / penggunaan otot bantu / pelebaran kedalaman pernafasan bervaariasi
nasal tergantung derajat sesak nafas. Ekspansi
dada terbatas yang berhubungan dengan
nyeri pleuritis
2. Auskultasi bunyi napas dan catat adanya
2. Bunyi nafas menurun / tidak ada bila
bunyi napas adventisius jalan napas terdpat ronchi atau whezing.

3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah


3. Duduk tinggi memungkinkan ekspansi
posisi. Bangunkan pasien turun tempat tidur
paru dan memudahkan pernafasan.
dan ambulasi sesegera mungkin
Pengubahan posisi dan ambulasi
meningkatkan pengisin udara segmen
4.
paru berbeda sehingga memperbaiki
difusi gas.
O Observasi pola batuk dan karakter sekret 4. Kongesti alveoli mengakibatkan batuk
kering / iritasi.
5.
Dapat meningkatkan / banyak sputum
5. Dorong / bantu pasien dalam nafas dalam
dimana gangguan ventilai dan ditambah
dan latihan batuk
ketidaknyamanan berlebihan

Diagnosa 2
Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret

Intervensi : Rasional :
- Kaji fungsi pernafasan, contoh bunyi nafas,- Penurunan bunyi nafas dapat
kecepatan, irama dan kedalaman dan menunjukkan akumulasi sekret /
penggunaan otot aksesori. ketidakmampuan untuk membersihkan
jalan nafas yang dapat menimbulkan
penggunaan otot aksesori pernafasan dan
peningkatan kerja pernafasan.
- Catat kemampuan mengeluarkan mukosa /- Pengeluaran sulit bisa sekret sangat tebal
batuk efektif, catat karakter, jumlah sputum, (misal : efek infeksi dan / tidak adekuat
adanya hemoptisis. hidrasi). Sputunm berdarah kental atau
darah cerah diakibatkan oleh kerusakan
(kavitasi paru) atau luka bronkial dan
dapat memerlukan evaluasi / intervensi
lanjut.
- Berikan pasien posisi semi / fowler tinggi.- Posisi membantu memaksimalkan
Bantu pasien utnuk batuk dan latihan nafas ekpansi paru dan menurunkan upaya
dalam. pernafasan. Ventilasi maksimal
membuka area atelektasis dan
meningkatkan gerakan sekret ke dalam
jalan nafas besar untuk dikeluarkan.

- Bersihkan sekret dari mulut dan trakea,- Mencegah obstruksi / aspirasi,


penghisapan sesuai keperluan. penghisapan dapat diperlukan bila pasien
tak mampu mengeluarkan sekret.
- Pertahankan masukan cairan sedikitnya- Pemasukan tinggi cairan membantu
2500 ml / hari kecuali kontra indikasi. untuk mengencerkan sekret,
membuatnya mudah dikeluarkan.
- Lembabkan udara / oksigen inspirasi. Beri- Mencegah pengeringan membran
obat sesuai indikasi : mukosa : membantu pengenceran sekret.
- Agen mukolitik ; asetilsistein - Agen mukolitik menurunkan kekentalan
sekret paru untuk memudahkan
pembersihan.
- Brankodilatae, akstrefilm, teafilin - Bronkidilatae meningkatkan ukuran
lumen percabang trakeobronkoli,
sehingga menurunkan tahanan terhadap
aliran udara.
- Keatikosteroid - Berguna pada adanya keterlibatan luas
dengan hipoksia dan bila respon
inflamasi mengancam hidup.
- Bersihkan untuk atau membantu intubasi- Inkubasi diperlukan pada kasus jarang
darurat. bronkogenetik TB dengan edema laring /
perdarahan paru akut.
Diagnosa 3 :
Nutrisi kurangd dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake kurang dari
kebutuhan tubuh, anorexia.

Intervensi : Rasional :
- Catat nurisi pasien pada penerimaan, catat- Berguna dalam mendefinsikan derajat /
turgor kulit, berat badan dan derajat luasnya masalah dan pilihan intervensi
kekurangan berat badan, integritas mukosa yang tepat.
oral, kemampuan / ketidakmampuan
menelan, adanya tonus usus, riwayat mual /
muntah atau diare.
- pastikan pola diet biasa pasien, yang disukai- membantu dalam mengidentifikasi
/ tidak disukai kebutuhan / kekuatan khusus,
pertimbangkan keinginan individu dapat
memperbaiki masukan diet.
- awasi masukan / pengeluaran dan berat- Berguna dalam mengukur keefktian
badan secara periodik nutrisi dan dukungan cairan.
- Selidiki anareksia, mual dan muntah dan- Dapat mempengaruhi pilihan diet dan
catat kemungkinan hubungan obat. Awasi mengidentifikasi pemecahan masalah
frekuensi, volume konsistensi feses. untuk meningkatkan pemasukan /
penggunaan nutrient.
- Dorong dan berikan periode istirahat sering.- Membantu menghemat energi,
khususnya bila kebutuhan metabolik
meningkat saat demam.
- berikan perawatan mulut sebelum dan- Menurunkan rasa tidak enak karena sisa
sesudah tindakan pernafasan. sputum atau obat untuk pengobatan
respirasi yang merangsang pusat muntah.
Diagnose 4
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai
oksigen / kebutuhan, Kelemahan umum, Tirah baring lama / immobilisasi
Intervensi : Rasional :
- Anjurkan pasien / keluarga untuk- Mengidentifikasi area perhatinyna dan
mengekspresikan perasaannya tentang memudahkan cara pemecaha masalah.
perawat di rumah sakit dan
penyakitnya secara keseluruhan.
- berikan kesempatan pada keluarga- Meningkatkan perasaan terlibat dan
untuk mengekspresikan perhatiannya memberikan kesempatan keluarga untuk
dan diskusikan cara mereka dapat memecahkan masalah untuk membantu
membantu sepenuhnya terhadap mencegah terulangnya (kambuhnya) penyakti
pasien. pada pasien tersebut.

- Tentukan tujuan / harapan dari pasien /- Harapan yang realistik atau adanya tekanan
keluarga. dari orang lain atau diri sendiri dapat
mengakibatkan perasan frustasi / kehilangan
kontrol diri dan mungkin menganggu
kemampuan koping.
- Anjurkan pasien untuk membuat- Mengkomunikasikan pada pasien bahwa
keputusan sehubungan dengan beberapa pengendalian dapat dilatihan pada
perawatannya, seperti ambulasi, waktu saat perawatan dilakukan.
beraktifitas, dan seterusnya.
- berikan dukungan pada pasien untuk- Meningkatkan perasaan kontrol terhadap
ikut berperan serta dalam perawatan situasi.
diri sendiri dan berikan umpan balik
positif sesuai dengan usaha yang
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. (2010). Text book of Medical-Surgical Nursing. EGC.


Jakarta.
Doengoes Merillynn. (2009) (Rencana Asuhan Keperawatan). Nursing care plans.
Guidelines for planing and documenting patient care. Alih bahasa : I Made
Kariasa, Ni Made Sumarwati. EGC. Jakarta.
Prince A Sylvia. (2011). (patofisiologi). Clinical Concept. Alih bahasa : Peter
Anugrah EGC. Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall, (2013). Buku saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa.
Edisi 8. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai