Anda di halaman 1dari 20

ZAMAN TRIAS: 245-208 juta tahun lalu.

Dinamakan "Trias" (=tiga) berdasarkan kenampakan dilapangan di daerah Jerman


bagian tengah. Pada zaman ini Dinosaurus dan Reptilia laut berukuran besar mulai
muncul pertama kali. Amonit semakin umum, sedangkan Gastropoda dan Bivalvia
meningkat jumlahnya, sementara Amonit menjadi umum. Cynodont, sejenis reptilia
mirip mamalia pemakan daging mulai berkembang. Mamalia pertama mulai muncul dan
reptilia air semakin banyak seperti penyu dan kura-kura. Jenis tumbuhan Cycad (mirip
palem) dan Konifer mulai menyebar.

DISKORDANSI DGN BATUAN YANG LEBIH TUA ADANYA PENGANGKATAN


SETELAH PERM

CIMMERIA ATAS : ANTARA TRIAS JURA

CIMMERIA BAWAH : ANTARA PERM TRIAS

DI GONDWANA TANPA PENGANGKATAN, SULIT DIPISAHKAN ANTARA


PERM DAN TRIAS PERMOTRIAS

DIJUMPAI DI PEG. VARICIA, TASMANIA, CHINA, SIBERIA, URAL

JAMAN TRIASS

PEMBAGIAN TRIAS : - Trias Jerman, Trias Alpina

TRIAS ALPINE

Mrpkan endapan marine yang menerus, banyak mengandung batugamping,


Permotrias. Transgresi dan regresi tidak nampak, batas didasarkan atas kesamaan
umurnya (fosil).

Perm Trias dipisahkan berdasar :litologi DAN fosil.


Fosil Pembanding : Ammonit.

Batuan Pembanding : Batugamping.

IKLIM TRIAS

Kering, panas endapan garam di Trias Jerman. batupasir merah, mudcrack,


dreikanter (gurun, stepa), evaporit

Tropis endapan batubara di Gondwana (India, Australia, Siberia)

reptilia (Afrika Selatan, Amerika Selatan)

terumbu koral (Alaska, Eropa)

ARTI EKONOMI :

Garam - di Trias Jerman

Batubara - di Gondwana

Minyakbumi - di China.

FAUNA TRIAS :

Vertebrata berkembang maksimal, invertebrata menurun

Fauna punah :

Trilobita. Blastoida, Tetracoral, Graptozoa, Ammonite

ada beberapa yang masih bertahan disebut Mesoammonite, Belemnit

Moluska : Halobia, Daonella


Dinamakan Jaman TRIASS karena di mana-mana hasil endapannya terbagi menjadi 3
bagian, masing-masing BUNTER (BUNTZANNDSTEIN), MUSCHELKALK dan
KEUPER

213
KONFIGURASI BENUA DAN SAMUDERA

SEPANJANG JAMAN TRIASS


TRIASS
KEHIDUPAN DARAT JAMAN TRIASS
Nama Zaman Trias diusulkan oleh F. von Alberti, seorang ahli geologi berkebangsaan
Jerman. Nama Trias diambil dari perkembangan endapan Mesozoikum yang
didapatkan di Cekungan Jerman, yang kemudian dianggap sebagai wilayah tipe untuk
Sistem Zaman Trias, walaupun singkapan yang relatif lengkap dan banyak
mengandung fosil justru didapatkan di Amerika bagian barat, Kanada maupun Timor.
Zaman Trias dapat dipisahkan dengan Zaman Perm yang merupakan akhir dari Masa
Paleozoikum oleh adanya suatu ketidakselarasan ataupun oleh adanya perbedaan
kandungan fosil. Hal tersebut ternyata tidak dapat diterapkan di semua daerah. Seperti
diketahui bahwa di antara Zaman Perm yang merupakan bagian akhir dari Masa
Paleozoikum dan Zaman Trias yang merupakan permulaan dari Masa Mesozoikum
hanya di beberapa tempat saja di seluruh dunia terjadi orogenesa. Dengan demikian
maka ketidakselarasan yang jelas antara kedua sistem itu jarang terdapat. Dalam hal
yang demikian apabila dari kandungan fosil tidak dapat membedakan dengan nyata
maka sulit untuk memisahkan antara Sistem Perm dan Sistem Trias, sehingga terpaksa
digunakan istilah Permo-Trias. Endapan Peno-Trias adalah khas untuk daerah di mana
endapan darat sebagai hasil endapan utama antara lain di daerah yang termasuk
dalam lingkungan Benua Gondwana. Sifat Endapan Zaman Trias Sistem Zaman Trias
dapat dibedakan dan berkembang baik sebagai endapan darat, endapan laut ataupun
merupakan endapan geosinklin. Perkembangan endapan Trias yang merupakan
endapan darat ataupun merupakan campuran endapan darat-laut banyak dijumpai di
cekungan-cekungan Jerman. Cekungan-cekungan ini yang bentuknya tidak teratur, di
lingkungi oleh cekungan-cekungan antar gunung yang lebih kecil di mana terjadi Sistem
Trias. Karena sistem ini dijumpai dengan baik di cekungan-cekungan yang terdapat di
Jerman maka sistem ini dikenal sebagai Zaman Trias Jerman. Sistem Zaman Trias di
tempat ini dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: Trias Bawah, Trias Tengah, Trias Atas.
Trias Bawah yang dikenal dengan nama setempat sebagai Buntsandstein
merupakan seri sedimentasi yang terjadi di darat dan terdiri dari batupasir, batu
lempung, konglomerat dengan beberapa bagian terdapat sisipan endapan laguna.
Warna seri sedimen tersebut dari merah cerah hingga lembayung, sedang warna-warna
kuning, putih dan hitam sering pula nampak. Secara stratigrafis seri ini di bagian bawah
terdiri dari batupasir dengan bintik-bintik hitam yang berasal dari oksida mangan yang
dikenal dengan nama setempat sebagai Tigersandstein. Secara stratigrafis di atasnya
dijumpai batupasir yang berwarna bermacam-macam setebal 300 m yang dikenal
dengan nama setempat sebagai Haupbuntsandstein dan akhirnya di bagian atas terdiri
dari endapan laguna yang mengandung garam dan gipsum yang dikenal dengan nama
setempat sebagai Roth.

Trias Tengah yang dikenal dengan nama setempat sebagai Muschelkalk


merupakan seri sedimentasi yang terjadi di laut yang mencapai ketebalan kurang lebih
200 m. Secara stratigrafis seri ini di bagian bawah terdiri dari batugamping dengan
struktur gelmbur gelombang yang banyak mengandung fosil dan dikenal dengan nama
setempat sebagai Wellenkalk. Secara stratigrafis di atasnya dijumpai kelompok anhidrit
yang menunjukkan adanya suatu Peristiwa penguapan dengan gipsum dan garam
sebagai anggota penyusunnya, yang dikenal dengan nama setempat sebagai
Anhydritgruppe. Akhirnya dibagian atas terjadi sedimentasi batugamping berfosil yang
dikenal dengan nama setempat sebagai Hauptmuschelkalk yang kemudian disusul oleh
batuan dolomit yang dikenal dengan nama setempat sebagai Grenzdolonlit dan bagian
teratas diakhiri dengan terbentuknya endapan paralas dengan ciri terjadinya lapisan
batubara yang dikenal dengan nama setempat sebagai Lettenkohle.

Trias Atas yang dikenal dengan nama setempat sebagai Keuper merupakan seri
sedimen yang seluruhnya diendapkan di darat. Pada bagian alasma terdiri dari dolomit
dan gipsum yang merupakan endapan penguapan, yang diakhiri dengan batupasir yang
diendapkan di sungai dengan fosil tumbuh-tumbuhan yang menyerupai ekor kuda yang
dikenal dengan nama setempat sebagai Schlifsandstein. Selain Sistem Trias
berkembang sebagai endapan darat, endapan laut yang lebih dikenal sebagai Trias
Jerman, maka dijumpai pula endapan Trias yang berkembang sebagai endapan
geosinklin. Untuk endapan Zaman Trias yang berkembang sebagai endapan geosinklin
mempunyai daerah tipe dipegunungan Alpina Austria. Oleh sebab itu disebut sebauai
Trias Alpina. Ditempat ini dapat diketahui urutan stratigrafinya sebagai berikut: Sebagai
batas bawah dengan Sistem Perm dijumpai konglotnerat yang dikenal sebagai
Konglomerat Verrucano yang merupakan konolomerat alas. Bagian bawah terdiri dari
batupasir yang dikenal sebagai Werfener Schichten, endapan-endapan garam
Salzkammergut, Salzburg dan sebagian konglomerat Verrucano. Baoian bawah ini
berumur Scythian (Zaman Trias Bawah). Bagian tengah terdiri dari batugamping dan
dolomit yang dikenal sebagai Batugamping Wetterstein, Dolomit Ramsau, Batugantping
Diplopora dan Batugamping Cephalopoda. Bagian tengah ini berumur dari Anisian
(Zaman Trias Tengah bagian bawah) sampai Ladinian (Trias Tengah bagian tengah).
Bagian atas terdiri dari batugamping yang sebagian besar merupakan batugamping
koral, atau dikenal sebagai Batugamping Dachstein, Batugamping Halstatt, Reiber
Schichten dan Hauptdolonlit. Bagian atas ini berumur dari Karnian (Zaman Trias Tengah
bagian atas) sampai Norian (Trias Atas bagian bawah). Salah satu hal yang menarik
untuk Sistem Trias ini ialah bahwa baik untuk Trias Jerman maupun Trias Alpina banyak
mengandung fosil. Umur Zaman Trias Sistem Zaman Trias dicirikan dengan adanya
perkembangan pertumbuhan terutama pada Pilum Mollusca dari kelas Cephalopoda
dan Gastropoda, sedang untuk jenis Vertebrata mengalami perkembangan yang lebih
baik bila dibandingkan dengan pada masa Paleozoikum. Selain itu perkembangan jenis
flora juga mengalami peningkatan. Sistem Trias diperkirakan berumur 180 sampai 225
juta tahun yang lalu. Kesan Kehidupan Selama Zaman Trias Perkembangan kehidupan
pada Zaman Trias menunjukkan banyak terjadi perubahan baik untuk jenis Fauna
terutama untuk golongan Vertebrata maupun golongan Invertebrata. Golongan
Invertebrata Pilum Brachiopoda dan Pilum Mollusca serta Pilum Arthropoda. Untuk
Pilum Mollusca termasuk di antaranya dari Kelas Pelecypoda dan Kelas Cephalopoda
sedang untuk Pilum Arthropoda khususnya yang termasuk Kelas Crustacea. Demikian
pula untuk jenis flora menunjukkan aanya perkembangan yang pesat. Untuk jenis
Vertebrata khususnya yang termasuk Reptilia sudah mulai dikenal Rutiodon (sebangsa
Phytosaurus) yang mulai muncul semula hidup dalam lingkungan air kemudian
mengadaptasikan diri hidup dalam lingkungan darat yang kemudian punah pada zaman
ini. Selain itu yang mulai muncul pada zaman ini pula antara lain yang termasuk
keluarga Dinosaurus ialah Anchiasaurus, Cynognathus, Thrinacodon, Placerias gigas,
Inchtyosurus yang berkembang pada Zaman Trias dan punah pula pada akhir Zaman
Trias. Yang termasuk golongan Invertebrata antara lain Pilum Brachiopoda beberapa
diantaranya telah terkhususkan sehingga dapat dipergunakan sebagai fosil indek. Di
samping itu didapatkan pula perkembangan yang baik dari Kelas Cephalopoda dan
Kelas Pelecypoda, beberapa diantaranya terkhususkan sehingga dapat dipergunakan
sebagai fosil indek. Rupa-rupanya iklim pada saat itu memungkinkan pertumbuhan
Pilum Coelenterata sehingga dapat membentuk suatu reef yang cukup luas. Untuk
golongan Crustacea yang mewakili Pilum Arthropoda antara lain Pemphix sueuri
merupakan jenis udang yang diketahui tertua hingga saat ini. Untuk jenis flora diwakili
oleh Sigillaria dan Lepidodendron sudah mulai berkurang pada Zaman Trias.
Sebaliknya pada zaman ini mulai berkernbang dengan baik Kelas Cycadeoideae yang
termasuk anggota dari Pilum Spermatophyta yang diwakili oleh Sanmiguelia lewisi.
Dijumpainya Endapan Zaman Trias Trias Jerman yaitu sistem Trias yang berkembang
sebagai fasies darat atau campuran fasies darat-laut, mempunyai pelamparan yang
cukup luas antara lain di daerah tipenya yaitu di daerah Cekungan Jerman. Di tempat
ini yang termasuk dalam daerah Schwarzwald tersingkap Trias Bawah, Trias Tengah
dan Trias Atas dengan fosil yang terkhususkan untuk Zaman Trias, antara lain:
Miophoria vulgaris, Hoernesia (Gervillea) socialis, Accula contorta dan Ceratites
nodosus yang termasuk dalam Pilum Mollusca, Terebratula vulgaris yang termasuk
dalam Pilum Brachiopoda serta Encrinus lilliformis yang termasuk Lili laut. Trias Jerman
juga dijumpai di daerah Benua Gondwana yang meliputi Amerika Selatan, Afrika,
Australia, Madagaskar dan India. Di daerah India dan Australia pada endapan Trias
dijumpai sisipan batubara, di mana jenis tumbuh-tumbuhan yang membentuknya ialah
jenis Thinnfeldia di samping jenis Glosopteris. Sepanjang pantai Amerika Utara Sistem
Trias diikuti dengan lelehan lava. Di daerah Pegunungan Rockies endapan Trias terjadi
di darat, memberikan warna yang bervariasi dan dikenal sebagai Great Red Valley dan
Painted Desert. Di Australia endapan Trias dijumpai dalam ruang lingkup yang sangat
terbatas, dan banyak mengandung endapan limne dengan batubara. Kemungkinan
pada saat itu daerah Australia merupakan daerah yang sedang mengalami pengikisan.
Di samping Sistem Trias berkembang sebagai Trias Jerman yaitu merupakan fasies
darat ataupun campuran fasies darat-laut, berkembang pula sebagai Trias Alpina, yaitu
sistem Trias yang berkembang scbagai endapan geosinklin. Sejak Zaman Trias dapat
dibedakan 2 buah sistem geosinklin besar yaitu Sistem Geosinklin Tethys dan Sistem
Geosinklin Lingkar Pasifik (Circum Pasifik) dan pada sistem geosinklin tersebut
terendapkan Sistem Trias Alpina. Geosinklin Tethys terbentang dari Maroko di barat
melalui Pirenea, Alpina, Italia, Balkan, Karpanten, Kaukasus, melalui Turki dan
Afganistan, Himalaya, Birma sampai Indonesia. Dari Indonesia Geosinklin Tethys
bersambung dengan Geosinklin Lingkar Pasifik. Geosinklin Lingkar Pasiflk ini bermula
dari Indonesia terus ke Philipina, Formusa, Jepang, Aleut, Alaska, Pegunungan
Rockies, Andes, Selandia Baru dan berakhir di Irian. Yang menarik dari Trias Alpina di
daerah tipenya adalah bahwa sistem Trias di sini banyak mengandung fosil Ammonit
yang melimpah dan didasarkan pada fosil tersebut maka Sistem Trias dapat dibagi
menjadi beberapa jenjang yang secara stratigrafis dari bawah ke atas adalah sebagai
berikut: Jenjang Scythian, merupakan jenjang yang paling bawah, dicirikan oleh iirolites
cassianus. Jenjang Anisian, dicirikan oleh Ceratites binodosus dan Ceratites trinodosus.
Jenjang Ladinian, dicirikan oleh Arcestes. Jenjang Karnian dan Jenjang Norian yang
merupakan jenjang teratas dicirikan oleh Pinacoceras dan Halorites. Di daerah Alpina
Timur, Sistem Trias terutama berkembang sebagai batuan sedimen khususnya
batugamping, di Alpina Barat karena proses metamorfosa sebagian besar batuan
berubah menjadi sekis dan marmer. Sistem Trias yang terkenal marmernya adalah di
daerah Alpina Apua daerah di antara Spazia dan Pisa, yang terdapat dalam jumlah
yang cukup besar. Di daerah Himalaya, Sistem Trias merupakan pengendapan laut
yang menerus di atas batugamping Productus yang berumur Perm dengan ketebalan
mencapai 1000 m. Sistem Trias di tempat ini dapat dibagi menjadi 4, yang secara
stratigrafis dari bawah ke atas sebagai berikut: Bagian yang tertua yang berkembang
sebagai batugamping dengan fosil Hedenstroemia (Ganggang gamping) dan
Aviculopecta, batugamping dengan fosil Meekoceras, Ophioceras dan Orthoceras yang
keseluruhannya berumur Scythian. Batugamping dengan fosil Daonella, Ptychites dan
Ceratites yang berumur Anisian dan Ladinian. Batugamping dan serpih dengan fosil
Monotis, batupasir, serpih dan dolomit dengan fosil Juvavites yang berumur Karnian.
Kwarsit dengan sisipan-sisipan batugamping dan serpih yang mengandung fosil Lima
dan Spirifer yang merupakan bagian yang termuda yang berumur Norian. Dan di
atasnya ditutupi oleh batugamping dengan fosil Myalodon yang berumur Yura. Di
Pakistan Sistem Trias ini dijumpai di Pegunungan Sirban dengan bagian alas
merupakan lelehan riolit yang tebalnya kurang lebih 30 m, yang di atasnya diendapkan
batugamping yang mengandung fosil Ammonit yang berumur Trias. Demikian pula di
daerah Saltrange di India Sistetn Trias berkembang sebagai batugamping yang berlapis
tipis dengan fosil Ceratites. Di Amerika Utara bagian barat pada Zaman Trias terdapat
scbuah geosinklin yang kira-kira melalui daerah Kalifornia, Oregon, Washington dan
Alaska dengan tebal sedimentasinya kurang lebih 8000 m. Sistem Trias di tempat ini
bagian dasarnya (Trias Bawah) terdiri dari serpih dan batupasir. Trias Tengah
berkembang sebagai batuan volkanik, sedang Trias Atas berkembang sebagai
batugamping dengan selaan volkanik, sedang di Alaska sistem ini berkembang sebagai
batugamping dan serpih hitam. Di Malaya yang merupakan bagian dari Geosinklin
Lingkar Pasifik Sistem Trias berkembang sebagai endapan volkanik, konglomerat,
batupasir dan serpih yang mengandung fosil Mollusca Trias antara lain Myophoria,
Halobia dan Pteria. Perkembangan Endapan Zaman Trias di Indonesia Selama Masa
Mesozoikum di Indonesia terjadi cekungan-cekungan yang sempit serta memanjang
termasuk dalam rangkaian Geosinklin Tethys. Di dalam cekungan-cekungan tersebut
diendapkan batuan sedimen dengan fasies yang bermacam-macam bermula dari fasies
darat sampai fasies laut ataupun fasies geosinklin. Didasarkan atas fasiesnya Sistem
Trias di Indonesia dapat dibagi menjadi 2 yaitu: Indonesia bagian barat: dengan macam
fasies bermula dari fasies paralas, terutama berkembang sebagai batugamping.
volkanik, laut, Perkembangannya meliputi beberapa bagian dari Sumatra, Kalimantan
(serta Malaya) dan pulau-pulau kecil di antara ketiga daerah tersebut. Indonesia bagian
timur: dengan macam fasies seperti perkembangan di Indonesia bagian barat, hanya di
tempat ini tidak dijumpai fasies volkanik, terutama berkembang sebagai batugamping.
Perkembangannya meliputi Sulawesi timur dan tenggara, pulau-pulau kecil di
kepulauan Nusa Tenggara antara lain Pulau Roti, Pulau Timor, Pulau Leti, Pulau
Tanimbar, Pulau Kei, Pulau Seram, Pulau Buru dan Pulau Buton. Di Sumatera Sistem
Trias dijumpai di daerah Rokan, Danau Toba, Danau Singkarak, Jambi, Bangka,
Belitung dan Kepulauan Lingga. Di sekitar Danau Toba Sistem Trias dijumpai dengan
baik di dekat Prapat, berkembang sebagai serpih, batugamping yang mengandung fosil
Halobia dan Clienites yang menunjukkan umur Trias Atas. Sistem Trias dijumpai pula di
daerah sekitar Sawahlunta, Pegunungan Karikir, Air Katiale, Kolok, Sungai Lurah
Tambang, Bukit Besi dan Bukit Panjang yang berkembang sebagai batugamping,
batulempung, serpih, batupasir dan batuan volkanik. Fosil yang dijumpai antara lain
Halobia, Pecten, Pinna, Myophora, Cardita dan Gonodon. Sistem yang sama dijumpai
pula di daerah Jambi yaitu di sungai Batanghari dan Batangsangir, berkembang
sebagai batuan yang terkena proses metamorfosa rendah. Di beberapa tempat ada
yang berkembang sebagai batugamping koral dengan fosil Cardita, Pontacrinus dan
Montlivaultia serta Belemnit. Di Pulau Bangka dan Belitung sistem ini berkembang
sebagai lapisan yang terlipat kuat diantaranya filit, hornfels dan intrusi granit. Adanya
intrusi ini yang mengakibatkan terjadinya cebakan timah yang merupakan salah satu
kekayaan alam Indonesia. Di Indonesia bagian timur pada Zaman Trias terjadi peristiwa
genang laut dan di bagian bawah umumnya terdiri dari batuan klastik yang berbutir
kasar antara lain breksi, konglomerat yang kemudian diikuti dengan batupasir, scrpih
yang mengandung bitumina yang kemudian diakhiri dengan napal dan batugamping.
Sistem Trias di Indonesia bagian timur yang mempunyai perkembangan baik
didapatkan di Pulau Timor. Di tempat ini endapan Trias dapat dibagi menjadi 5 fasies,
yaitu: Fasies Cephalopoda yang berkembang sebagai napal dan batugamping yang
berumur dari Trias Bawah sampai Trias Atas. Bagian bawah yang berumur Scythian
(Trias Bawah bagian bawah) banyak mengandung fosil Ammonit, dan berdasarkan atas
fosil ini dapat dibagi menjadi 3 jenjang, berturut-turut dari yang termuda hingga yang
tertua sebagai berikut: Jenjang Mecococeras, menunjukkan kenampakan yang mirip
dengan fauna Ammonit di daerah Salt Range India. Jenjang Orvenites, menunjukkan
kenampakan yang mirip dengan fauna Hedostroenia dari Himalaya dan fauna Ceratites
dari Amerika Utara, mengandung fosil antara lain Orvenites dan Tirelites. Jenjang
Siberites, banyak mengandung fosil Cephalopoda, Crinoida dan Ammonit, antara lain
Orthoceras dan Visnuites. Fasies Cephalopoda yang berumur Anisian (secara
stratigrafis lebih muda dari Scythian) berkembang sebagai batugamping yang hanya
mengandung fosil Brachiopoda, Gastropoda dan Ammonit. Yang tersebut terakhir
antara lain yang terbanyak adalah dari Ceratites. Fasies Cephalopoda yang berumur
Ladinian (secara stratigrafis lebih muda dari Anisian) banyak mengandung tufa dan
nodul-nodul Mn, dengan fosil Spirifer, Avicula, Daonella, Jeanites dan Orthoceras.
Fasies Cephalopoda yang berumur Trias Atas meliputi Karnian, Norian dan Rhaetian
(secara stratigrafis dari tua ke muda adalah Ladinian, Karnian, Norian dan Rhaetian)
banyak mengandung fosil Ammonit, di antaranya adalah Arcestes. Fasies Flysch
berkembang di daerah jalur flysch, terdiri dari sedimen yang berbutir kasar antara lain
batupasir, greywacke dan breksi serta batugamping, napal, batuan beku basa, berumur
dari Ladinian sampai Norian. Fasies flysch yang berumur Ladinian berkembang sebagai
napal, breksi dan besi-oksida dengan fosil Daonella, Isocrinus dan Foraminifera kecil,
sedang yang berumur Norian (secara stratigrafis lebih muda dari Ladinian) berkembang
sebagai batupasir, greywacke dan batugamping yang mengandung fosil Isocrinus,
batuan beku basa antara Iain gabro, peridotit serta batuan beku luar antara lain diabas,
melafir dan didapatkan pula tufa. Fasies Halobia yang disebut pula sebagai fasies
Pelecypoda, yang berumur dari Ladinian sampai Norian berkembang sebagai
batugamping rijang berwarna coklat, radiolarit, rijang, batuan beku basa dan
mengandung fosil Halobia dan Daonella serta Radiolaria. Fasies Fatu yang berumur
dari Norian sampai Rhaetian berkembang sebagai batugamping koral yang
mengandung struktur bioherm dengan fosil Daonella dan Ammonit. Fasies Bitumina
yang berumur dari Rhaetian berkembang sebagai napal yang mengandung bitumina
dan menunjukkan bahwa pengendapannya dalam kondisi transgresiv. Dengan
dijumpainya bermacam-macam fasies di pulau tersebut memberikan gambaran bahwa
pada Zaman Trias, di Pulau Timor sangat dipengaruhi oleh epirogenesa. Macam-
macam fasies tersebut walaupun tidak dijumpai dengan susunan yang lengkap,
terdapat pula di Pulau Seram, Buru, Buton, Roti, Renjua, Sawu, Moa, Babar, Tanimbar,
Watubella, Kei, Jamdena, Molu, Selu, Sulawesi Timur dan Tenggara. Di Seram endapan
Trias dijumpai di Seram Timur, Tengah dan Barat yang semuanya berumur Trias Atas.
Endapannya sudah dipengaruhi oleh tektonik yang kuat sehingga menghasilkan
kelopak yang sudah mengalami erosi dan denudasi. Di Seram Timur endapan Trias
Atas berkembang sebagai sekis, batu lempung hitam, napal, batugamping pasiran
dengan lensa-lensa batubara. Fosil yang dijumpai antara lain Ammonit dan Monotis
salinaria yang menunjukkan umur Norian. Di Seram Tengah endapan Trias Atas
meliputi Karnian sampai Norian. Seri Karnian merupakan endapan flysch di bagian
bawah seperti konglomerat, greywacke, breksi yang makin ke atas berubah menjadi
batu sabak Insana (disebut pula sebagai Batu sabak Manusela) Seri Norian terdiri dari
lapisan Kanika yang di bagian bauah tersusun oleh batupasir, batulempung,
batugamping dengan fosil Trigona, Myophorca dan Cephalopoda, sedang bagian atas
tersusun oleh batugamping dengan fosil Monotis salinaria. Di Seram Tengah di antara
seri Karnian dan Norian dibatasi oleh bidang ketidakselarasan. Di Seram barat endapan
Trias Atas di bagian bawah terdiri dari filit, sedang bagian atas terdiri dari endapan
flysch antara Iain konglomerat dan breksi. Di Pulau Leti, Moa, Babar dan Tanimbar
endapan Trias atas berkembang sebagai endapan Trias di Timor. Bahkan fosil
Radiolaria yang khas dijumpai di Pulau Timor didapatkan pula di pulau-pulau tersebut.
Hal ini memberikan kesan bahwa antara Pulau Timor dan pulau-pulau kecil tersebut
pada Zaman Trias setidak-tidaknya pada Trias Atas merupakan pelamparan dari suatu
cekungan sedimentasi yang sama. Di Pulau Roti endapan Trias Atas berkembang
sebagai batupasir, napal, batugamping dengan fosil Halobia dan Monotis, sedang di
pulau Sawu dan Renjua yang merupakan seri Karnian Bawah dan Norian berkembang
sebagai batugamping dengan fosil Halobia. Di Pulau Goam, Watubela, Kei, Jamdena,
Molu dan Selu telah diketahui pula adanya endapan Trias tetapi data geologi yang
berhasil dikumpulkan masih sangat terbatas. Selain Pulau Timor di mana didapatkan
endapan Trias yang relatif lengkap, endapan Trias dijumpai pula di Pulau Misool. Pulau
Misool berada di luar jalur orogenesa muda yang berpengaruh di Indonesia timur. Oleh
karena itu endapan Mesozoikum di tempat ini tidak banyak berubah sehingga
stratigrafinya masih mudah dikenal. Stratigrafi endapan Trias di pulau ini meliputi umur
Karnian, Ladinian serta Norian, seri Karnian dan mungkin pula meliputi seri Ladinian
yang dicirikan oleh fosil Halobia dan Daonella yang berkembang sebagai batupasir,
serpih, batugamping pasiran, greywacke dan batu sabak yang secara keseluruhan
disebut sebagai lapisan Keskain. Secara tidak selaras di atas lapisan Keskain
didapatkan seri Norian Bawah yang berkembang sebagai napal kelabu, serpih hitam
dan batugamping. Fosil yang dijumpai antara lain Cephalopoda, Crinoida, Koral dan
yang paling banyak adalah fosil Mollusca dari jenis Nucula sebagai fosil yang khas.
Oleh sebab itu maka seri Norian Bawah dikenal sebagai lapisan napal-Nucula. Secara
selaras di atas lapisan napal-Nucula didapatkan lapisan Koral dengan fosil Coelenterata
antara lain Miselia dan Athyrid yang juga merupakan penunjuk untuk Norian Atas, maka
seri Norian Atas ini dikenal sebagai lapisan Batugamping Athyrid. Dari kesamaan fasies
batuan Trias di pulau-pulau Indonesia timur dapat ditarik kesimpulan bahwa pulau-pulau
tersebut setidak-tidaknya pada Zaman Trias Atas termasuk dalam satu lingkungan
sedimentasi yang selalu mengalami penurunan atau dikatakan merupakan daerah
pelamparan geosinklin yang dikenal sebagai Geosinklin Banda. Geosinklin ini
memanjang ke arah barat daya yang kemudian bersambung dengan Geosinklin
Westralia sedang ke arah barat bersambung dengan Geosinklin Danau. Demikian
pembahasan tentang Penyebaran Batuan Zaman Trias. Baca juga pembahasan
menarik lainnya di www.majalahbatu.com

http://www.majalahbatu.com/
http://www.majalahbatu.com/2016/10/penyebaran-batuan-zaman-trias.html
Ilmu Kebumian

Kok Bisa ada Dinosaurus di Jaman Trias, Jaman Ketika Dinosaurus Mulai
Menyerang Daratan Bumi

18/12/16 Geologi, Geologi Sejarah

Jaman Trias menjadi jaman penanda kemunculan awal dinosaurus. Wow!


Dinosaurus memang belum merajai ketika Jaman Trias berlangsung. Pada saat
awal Jaman Trias, Super Continent Pangea mengalami rifting (pemekaran
lempeng) menjadi dua benua besar, yaitu Laurensia yang bergerak ke arah utara
dan Gondwana yang bergerak ke arah selatan. Selama Jaman Trias, terjadi adanya
subduksi dengan sudut penunjaman yang tajam, membentuk batas
barat benuaAmerika bagian Utara, yang menyebabkan pergerakan lempeng ke arah
barat dari Benua Amerikabagian Utara. Pergerakan ini membentuk lempeng benua dan
lempeng samudra baru yang batasnya dikontrol oleh tektonik Cordilleran, zona
subduksi ini menandai awal kemunculan sistem orogenik Sirkum Pasifik. Istilah umum
Orogenesa Cordilleran diaplikasikan terhadap aktivitas pembentukan pegunungan yang
dimulai selama Jaman Jura dan berlanjut hingga Keonozoik. Orogenesa Cordilleran
terdiri dari beberapa seri orogenesa, namum saling berhubungan satu sama lain.
Sebagian besar aktivitas dari orogenesa Cordilleran berhubungan dengan pergerakan
ke arah barat dari lempeng Amerika Utara.

Konfigurasi Benua selama Mesozoik.


Orogenesa pertama dari Corogenes Cordilleran adalah Orogenesa Nevadan
yang dimulai selama Jura tengah-akhir dan berlanjut hingga Cretaceous / Jaman Kapur.
Selama Jura tengah-akhir, dua zona subduksi memiliki dip / kemiringan batuan yang
saling berlawanan arah satu sama lain, terbentuk di sekitar batas barat Amerika Utara.
Pergerakan lempeng Amerika Utara ke barat menghasilkan Samudera Atlantik yang
terbuka. Produk dari rifting tersebut menghasilkan banyak daerah
pesisir sehingga menggeser iklim yang awalnya arid menjadi humid. Maka dari itu,
banyaknya daerah gurun digantikan menjadi hutan hujan.

Evolusi Tumbuhan Darat, yang menjadi titik balik dominansi makanan menjadi lebih
banyak di darat ketika Jaman Trias sehingga hewan herbivora harus beradaptasi
menuju ke daratan.
Pada awalnya, di zaman sebelum Trias yaitu Carboniferous, flora yang
mendominasi adalah golongan gymnospermae, ginkgo, ferns dan seed ferns, lalu
memasuki Jaman Trias dominasi flora tergantikan oleh pohon-pohon conifer. Hal ini
memicu adanya adaptasi morfologi dari fauna pada zaman tersebut. Fauna-fauna yang
semula hidup di lingkungan berair (seperti jenis ikan) dan juga amfibi yang berkembang,
mulai beradaptasi dengan ketersediaan makanan yang ada pada Jaman Trias. Salah
satu ketersedian makanan bagi golongan herbifora adalah di darat karena pohon
conifer yang berkembang memberikan ketersediaan makanan yang cukup melimpah.

Evolusi yang terjadi pada telur hewan yang hidup pada Awal Jaman Trias berubah
menjadi bercangkanng, sehingga memungkinkan bertahan di wilayah daratan.
Salah satu adaptasi yang paling penting pada Jaman ini adalah hewan atau
fauna melakukan adaptasi terhadap telur dimana hewan-hewan laut atau amfibi
berkembang biak dengan telur yang hanya diselubungi oleh semacam amnion tanpa
cangkang telur yang berakibat tidak dapat berkembang biak di darat, sehingga
kehidupan hewan-hewan tidak sepenuhnya di darat. Oleh karena itu adptasi menjadi
telur yang bercangkang mempermudah perkembangbiakan hewan sehingga dapat
berkembang di daratan. Pada Jaman Trias proses evolusi terus berlangsung sehingga
dominasi hewan (dinosaurus) belum terlalu mendominasi karena masih dalam tahap
evolusi perubahan lingkungan hidup dari perairan ke daratan. Menarik ya!

Evolusi Reptil yang terjadi mulai awal Jaman Trias (Paleozoik).


Masa Mesozoikum
(Bahasa Yunani: , meso, "antara" dan , zoon, "hewan" atau berarti "hewan
pertengahan") adalah salah satu dari tiga era geologi pada eon Fanerozoikum. Mesozoikum atau
sering pula disebut sebagai zaman sekunder atau zaman hidup pertengahan berlangsung kurang
lebih selama 180 juta tahun, antara 251 hingga 65 juta tahun yang lalu. Era ini dibagi menjadi
tiga periode: Trias, Jura, dan Kapur. Pembagian waktu menjadi era ini diawali oleh Giovanni
Arduino pada abad ke-18, walaupun nama asli yang diberikannya untuk Mesozoikum adalah
Sekunder (menjadikan era modern menjadi Tersier). Era yang berlangsung antara Paleozoikum
dan Kenozoikum ini sering pula disebut Zaman Kehidupan Pertengahan atau Zaman
Dinosaurus / reptil, mengikuti nama fauna yang dominan pada masa itu. Mesozoikum ditandai
dengan aktivitas tektonik, iklim, dan evolusi. Benua-benua secara perlahan mengalami
pergeseran dari saling menyatu satu sama lain menjadi seperti keadaannya saat ini. Pergeseran
ini menimbulkan spesiasi dan berbagai perkembangan evolusi penting lainnya. Iklim hangat
yang terjadi sepanjang periode juga memegang peranan penting bagi evolusi dan diversifikasi
spesies hewan baru. Pada akhir zaman ini, dasar-dasar kehidupan modern terbentuk.

Jaman Trias (250-210 juta tahun lalu)


Gastropoda dan Bivalvia meningkat jumlahnya, sementara amonit menjadi umum. Dinosaurus
dan reptilia laut berukuran besar mulai muncul pertama kalinya selama zaman ini. Reptilia
menyerupai mamalia pemakan daging yang disebut Cynodont mulai berkembang. Mamalia
pertamapun mulai muncul saat ini. Dan ada banyak jenis reptilia yang hidup di air, termasuk
penyu dan kura-kura. Tumbuhan sikada mirip palem berkembang dan Konifer menyebar. Benua
Pangea bergerak ke utara dan gurun terbentuk. Lembaran es di bagian selatan mencair dan celah-
celah mulai terbentuk di Pangea.
Zaman Trias (250-210 juta tahun lalu)
Gastropoda dan Bivalvia meningkat jumlahnya, sementara amonit menjadi umum.
Dinosaurus dan reptilia laut berukuran besar mulai muncul pertama kalinya selama zaman ini.
Reptilia menyerupai mamalia pemakan daging yang disebut Cynodont mulai berkembang.
Mamalia pertamapun mulai muncul saat ini. Dan ada banyak jenis reptilia yang hidup di air,
termasuk penyu dan kura-kura. Tumbuhan sikada mirip palem berkembang dan Konifer
menyebar.

Anda mungkin juga menyukai