DISUSUN OLEH
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan nikmat-Nya kepada kita semua. Diantaranya nikmat kesehatan dan
kesempatan, sehingga kita semua dapat dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Dalam penyusunan dan penulisan makalah ini tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Sehingga dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik
dalam penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi menyempurnakan
pembuatan makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu dalam memberikan informasi tentang
materi yang terkait. Semoga bermanfaat bagi kita semua khususnya penulis.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Rumusan Masalah
BAB II ISI
2.1 Tinjauan Pustaka
2.2 Metode Analisa Zat Aditif secara umum
2.3 Metode Analisa Zat Aditif pada Sosis
2.4 Hasil Pengamatan dan Pembahasan
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu jenis makanan yang sering dijual dengan penambahan zat aditif
adalah sosis. Penambahan zat aditif dilakukan untuk mempertahankan mutu atau
mencegah kerusakan makanan dan memperbaiki penampakan agar makanan tersebut
lebih disukai konsumen. Penggunaan zat-zat aditif yang terlalu banyak dapat
membahayakan kesehatan konsumennya seperti dapat menyebabkan keracunan dan
kanker. Ada beberapa zat aditif yang pemakaiannya diperbolehkan, namun pemakaian
zat aditif itu juga harus sesuai dengan dosisnya. Zat tambahan atau zat aditif tersebut
diantaranya, yaitu pewarna, penyedap rasa dan aroma, antioksidan, pengawet,
pemanis, dan pengental (Winarno, 1992).
Pada jurnal karya Nur, Hasna Hayati dilakukan penelitian analisis kandungan
nitrit dalam sosis pada distributor di Kota Yogyakarta pada tahun 2011. Sosis
merupakan makanan ringan dengan daging mentah, daging hancur diawetkan dengan
penggaraman. Nitrat dan garam nitrit merupakan salah satu pengawet yang digunakan
dalam proses pengawetan daging untuk mendapatkan warna yang menarik dan
mencegah pertumbuhan mikroba. Nitrit merupakan salah satu zat pengawet yang
diizinkan penggunaannya, namun perlu pantau penggunaannya dalam makanan agar
tidak melampaui batas, sehingga tidak berdampak negatif terhadap kesehatan manusia.
Permenkes RI 1168 / Menkes / Per / X / 1999 tentang zat tambahan makanan,
membatasi penggunaan maksimum dari pengawet nitrit dalam produk daging olahan
yaitu sebesar 125 mg / kg. Jika terlalu banyak mengonsumsi nitrit dapat menyebabkan
kerusakan pada konsumen, baik secara langsung, seperti keracunan, atau yang tidak
langsung, seperti efek karsinogenik. Tujuan dari penelitian pada jurnal tersebut yaitu
untuk mengetahui isi nitrit pada sosis di distributor sosis di kota Yogyakarta pada
tahun 2011.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui pengertian zat aditif.
2. Mengetahui metode analisis zat aditif dalam makanan secara kualitatif maupun
kuantitatif.
Tujuan penambahan BTM secara umum adalah untuk: (1) meningkatkan nilai
gizi makanan, (2) memperbaiki nilai sensori makanan, (3) memperpanjang umur
simpan (shelf life) makanan, (4) Selain tujuan-tujuan tersebut , BTM sering digunakan
untuk memproduksi makanan untuk kelompok konsumen khusus, seperti penderita
diabetes, pasien yang baru mengalami operasi, orang-orang yang menjalankan diet
rendah kalori atau rendah lemak, dan sebagainya (Permekes RI No.
722/Menkes/PER/XII/88).
Nitrit atau nitrat merupakan salah satu jenis suatu bahan tambahan makanan
yang banyak digunakan sebagai pengawet. Nitrit atau nitrat tersedia dalam bentuk
garam kalium dan natrium. Natrium nitrit berbentuk butiran berwarna putih,
sedangkan kalium nitrit berwarna putih atau kuning dan kelarutannya tinggi dalam air.
Nitrit atau nitrat dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada daging dan ikan dalam
waktu yang singkat. (Permenkes RI No 722/Menkes/PER/XII/88). Biasanya nitrit atau
nitrat banyak digunakan pada berbagai jenis daging olahan seperti sosis dan daging
lainnya. Penggunaan nitrit pada sosis dilakukan untuk meminimalisir ketengikan yang
dapat muncul pada daging dan dapat memperpanjang masa simpan produk daging.
Sosis (dalam bahasa Inggris sausage) berasal dari bahasa Latin salsus yang
artinya asin adalah suatu makanan yang terbuat dari daging cincang, lemak hewan dan
rempah, serta bahan-bahan lain. Sosis umumnya dibungkus dalam suatu pembungkus
yang secara tradisional menggunakan usus hewan, tapi sekarang sering kali
menggunakan bahan dengan komponen utama yang terdiri dari daging, lemak, dan air.
Selain itu, pada sosis juga ditambahkan bahan tambahan seperti garam, fosfat,
pengawet (biasanya nitrit/nitrat), pewarna, asam askorbat, isolat protein, dan
karbohidrat (Soeparno, 1994).
c. Cara Kerja
Pemeriksaan atau uji nitrit di laboratorium
Uji Kualitatif
Masing-masing sample merk sosis ditimbang sejumlah 5 gram
Uji Kuantitatif
Masing-masing sample merk sosis ditimbang sejumlah 5 gram
Dikocok
Larutan Baku
Sejumlah 42 mg natrium nitrit yang ditimbang
Dikocok
Larutan Blanko
Sejumlah 1 ml larutan asam sulfanilat 1% dan 1 ml larutan N-1-
naftiletilen-diamonium diklorida
Ditambah aquadest
Cara Penetapan
Serapan larutan a dan B diukur dengan spektrofotometer panjang
gelombang maksimum lebih kurang 520 nm larutan blanko
Xx Faktor pengenceran
Kadar Nitrit= 1000
Perhitungan : Berat Sampel
X : absorbansi -ab
Faktor pengenceran : 25/1 ml
Berat sampel : gram
Kadar nitrat : mg/kg
Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa semua merk sampel sosis mengandung
nitrit yang ditunjukkan dengan perubahan warna bening menjadi merah muda
sehingga dapat dilanjutkan pemeriksaan uji kuantitatif untuk mengetahui kadar nitrit
dalam sosis tersebut.
2) Kadar Nitrit dalam Sosis Pada Distributor Sosis di Kota Yogyakarta Tahun 2011
Berdasarkan tabel diketahui semua sampel merk sosis mengandung nitrit
dengan kadar yang bervariasi. Pada percobaan pertama kadar nitrit pada merk sosis A
sebesar 90,309 mg/kg; sosis B sebesar 86,495 mg/kg; sosis C sebesar 85,073 mg/kg;
sosis D sebesar 101,812 mg/kg; dan sosis E sebesar 211,294 mg/kg sedangkan, pada
percobaan kedua kadar nitrit pada merk sosis A sebesar 91,249 mg/kg; sosis B sebesar
84,748 mg/kg; sosis C sebesar 83,354 mg/kg; sosis D sebesar 100,990 mg/kg; dan
sosis E sebesar 205,105 mg/kg
Dapat disimpulkan pada sosis E pada percobaan pertama memiliki kadar nitrit
tertinggi yaitu 211,294 mg/kg dan yang terendah pada sosis C percobaan kedua yaitu
sebesar 83,354 mg/kg.
Kadar yang bervariasi (perbedaan cukup besar) ini disebabkan karena adanya
perbedaan lama penyimpanan dari setiap sampel sehingga ada faktor yang dapat
mempengaruhi kadar nitrit pada setiap sampel. Faktor tersebut adalah terjadinya reaksi
nitrosasi dalam produk daging, yaitu terbentuknya nitrosamin dari interaksi antara
nitrit dan amin sekunder atau tersier. Semakin lama penyimanan bahan-bahan yang
mengandung nitrit dan amin, akan semakin meningkat pula pembentukan nitrosamin.
3) Kesesuaian Kadar Nitrit dalam Sosis Pada Distributor Sosis di Kota Yogyakarta
Tahun 2011 dengan Baku Mutu Menurut Permenkes RI No. 1168/Men/Per/1999
Dari tabel ini, dapat dilihat bahwa kadar nitrit pada merk sosis A, B, C, dan D
masih berada dibawah baku mutu menurut Pemenkes yaitu dibawah 125 mg/kg,
sedangkan pada sosis merk E memiliki kadar nitrit melebihi baku mutu menurut
Pemenkes yaitu 211,294 mg/kg.
3.1 Kesimpulan
Dari ulasan dan pembahasan mengenai kandungan nitrit, dapat disimpulkan bahwa :
1. Zat aditif adalah bahan yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk
maksud teknologi pada proses pembuatan suatu makanan.
2. Uji kualitatif dilakukan dengan menggunakan reagensia asam sulfanilat --
naftilamina. Dari penelitian yang dilakukan, semua sampel sosis yang diuji
mengandung nitrit yang dibuktikan dengan perubahan warna larutan menjadi merah
muda.
3. Uji kuantitatif dilakukan menggunakan metode spektrofotometer UV yang dimana
kadar nitrit yang didapat bervariasi. Kadar nitrit pada merk sosis A, B, C, dan D
masih berada di bawah batas baku mutu menurut Permenkes RI No
1168/Menkes/Per/1999 yaitu di bawah 125 mg/kg, sedangkan kadar nitrit pada
merk sosis E melebihi baku mutu menurut Permenkes RI No
1168/Menkes/Per/1999 yaitu sebesar 211,294 mg/kg.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyantono, dkk. 1989. Analisis Pangan. PAU Pangan dan Gizi. Bogor : IPB Press.
Departemen Kesehatan RI . 1999. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1168/Menkes/Per/X/1999 Tentang Bahan Tambahan Makanan . Jakarta . Departemen
Kesehatan RI.
Depkes Menkes RI . 1996 . Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/PER/XII/88
tentang Bahan Tambahan Makanan . Jakarta : Depkes Menkes RI.
Lundberg, J. 2009. NO Generation from Inorganic Nitrate and Nitrite: Role Physiology,
Nutrition and Therapeutics, Pharmacal Research, 1Department of Physiology and
Pharmacology . Sweden : Division of Pharmacology Karolinska Institutet.
Nur, Hasna Hayati, dkk . 2012 . Analisis Kandungan Nitrit dalam Sosis pada Distributor
Sosis di Kota Yogyakarta Tahun 2011 . Yogyakarta : Universitas Ahmad Dahlan.
Nurhayati, 2007. Sifat Kimia Kerupuk Goreng yang Diberi Penambahan Tepung Daging Sapi
dan Perubahan Bilangan TBA Selama Penyimpanan. Bogor : Insitut Pertanian Bogor.
Soeparno . 1994. Ilmu dan Teknologi Daging Cetakan ke-2 . Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Winarno, F.G. 1992 . Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta . Gramedia.