09E01450 Pneumonia PDF
09E01450 Pneumonia PDF
OLEH
DEPARTEMEN MIKROBIOLOGI
2009
ABSTRAK 1
PENDAHULUAN 2
SEJARAH ............................................................................................... 2
ETIOLOGI .. 4
PATOGENESIS .......... 9
DIAGNOSIS 12
PREVALENSI .......................................................................................... 14
PROGNOSIS ............................................................................................ 14
PENGOBATAN ... 15
DAFTAR PUSTAKA .. 17
Abstrak : Pneumonia atipik adalah pneumonia yang memberikan gambaran klinis dan
radiologis yang berbeda dengan bentuk pneumonia tipikal.
gambaran klinis dan radiologis yang khas dari pneumonia tipikal adalah berupa
munculnya demam tiba-tiba disertai menggigil, nyeri pleura dan batuk berdahak
berwarna seperti karat (rust colored sputum) dan disertai gambaran radiologis berupa
konsolidasi segmental ataupun lobular.
Penyebab paling sering pneumonia atipik ini adalah Mycoplasma pneumoniae,
Chlamydia pneumoniae, Legionella pneumophilla dan Virus Influenza tipe A dan B.
Ternyata saat ini diyakini bahwa kuman penyebab pneumonia atipik ini mampu
menimbulkan penyakit yang berat dan dapat mengenai segala usia, hal ini merubah image
selama ini yang menyatakan bahwa kuman ini hanya menimbulkan gejala penyakit yang
ringan. Infeksi oleh kuman atipik ini juga diyakini dapat mempermudah terjadinya
koinfeksi dengan kuman tipikal (biasanya dengan Streptococcus pneumoniae) dan adanya
infeksi campur ini menyebabkan tingginya angka kematian.
Pengobatan terhadap pneumonia atipik ini adalah dengan pemberian Makrolid,
Fluoroquinolone atau Tetrasiklin.
SEJARAH
Di awal perkembangan ilmu kedokteran, pneumonia secara sederhana
terdiagnosis saat melakukan otopsi. Pada saat itu pneumonia didefinisikan sebagai
inflamasi dan konsolidasi dari jaringan paru, dan stadium dari konsolidasi ini benar-benar
dipelajari dan dihubungkan dengan gambaran histopatologinya ( hepatisasi merah dan
heptisasi biru )(3).
ETIOLOGI
Pada saat ini beberapa jenis mikroorganisme patogen telah diketahui sebagai
penyebab dari pneumonia atipik, Greenberg S.B tahun 1994 menggolongkan penyebab
pneumonia atipik ini berdasarkan prevalensinya yaitu sering, kurang sering, dan jarang
dijumpai (6,8).
PATOGENESIS
i. Mycoplasma pneumoniae
Mycoplasma pneumoniae ditularkan dari orang ke orang melalui sekresi
pernafasan yang terinfeksi. Infeksi diawali dengan perlekatan ujung organisme pada
suatu reseptor di permukaan sel epitel pernafasan. Perlekatan ini diperantarai oleh protein
adesin khusus pada struktur terminal yang berdifferensiasi pada organisme itu. Selama
infeksi organisme tetap berada di luar sel. Mekanisme kerusakan sel tidak diketahui (5).
Sumber lain mengatakan, Mycoplasma pneumoniae menyerang epitel saluran
nafas dan dapat hidup intraseluler dan menghasilkan hydrogen peroxide serta superoxide
(oxidan), akibatnya terjadi kerusakan pada sel epitel dan silianya, sehingga
mempermudah terjadinya infeksi sekunder oleh kuman patogen lainnya (9).
GAMBARAN KLINIS
i. Mycoplasma pneumoniae
Orang yang terinfeksi Mikoplasma pneumoniae biasanya dimulai dengan gejala
infeksi pada saluran nafas atas, selanjutnya diikuti dengan gejala infeksi saluran nafas
bawah, suara serak merupakan gejala yang pertama kali pada banyak kasus yang dialami
dalam beberapa hari, batuk tidak produktif, dan semakin berat pada malam hari , sakit
kepala dan demam umumnya dijumpai namun tidaklah terlalu berat (12,14).
DIAGNOSIS
i. Mycoplasma pneumoniae
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendapatkan keberadaan Mycoplasma
pneumoniae adalah kultur, serologi dan PCR, namun pada pemeriksaan kultur
membutuhkan waktu beberapa hari sampai mingguan, bahan yang diambil dapat dari
swab, cairan ataupun jaringan. Media untuk kultur ini adalah media khusus yakni
Enriched SP-4 (Mycotrim RS Biphasic System/SP4 broth agar lyophilized) dimana tidak
semua laboraturium memilikinya (6,12).
IgG dan IgM meningkat pada penderita dengan infeksi Mycoplasma pneumoniae
namun peningkatan ini prosesnya lambat, dimana antibodi IgM akan terdeteksi 1 minggu
sesudah infeksi (6).
Berbagai reaksi non spesifik dapat terlihat. Hemaglutinin dingin untuk eritrosit
manusia golongan O terdapat pada sekitar 50% penderita yang tidak diobati, dengan titer
yang meningkat , dan mencapai titik maksimal pada minggu ketiga dan keempat setelah
permulan penyakit. Titer 1:6 atau lebih menyokong diagnosis infeksi Mycoplasma
pneumoniae (5).
Pemeriksaan serologis lainnya yang merupakan standart untuk diagnosis infeksi
Mycoplasma pneumoniae adalah Complement fixation test, walaupun sensitivitasnya
rendah yakni 50%, dianggap positif bila didapatkan peningkatan titer 4 kali lipat dari titer
fase akut dibandingkan titer fase konvalesen, dimana antibodi respon mulai tampak 7-10
hari setelah timbulnya gejala dan mencapai puncaknya pada 3 minggu (5,6,12)
Pemeriksaan PCR masih memiliki beberapa kendala dalam hal sampel dan
tekniknya sehingga sampai saat ini belum mendapat rekomendasi FDA (6,12).
PROGNOSIS
Dahulu orang menganggap bahwa pneumonia atipik hanya memberikan gejala
berupa penyakit yang ringan dan sedang saja, walaupun pada kasus wabah Legionella
pneumophilla banyak menimbulkan korban kematian. Namun saat ini diyakini bahwa
pneumonia atipik ini memiliki angka kematian yang tinggi yakni sampai 25% terutama
dalam keadaan infeksi campuran, sedangkan pada infeksi tidak campuran angka
kematiannya adalah : Legionella pneumophilla 14,7%, Chlamydia pneumoniae 9,8%,
sedangkan oleh Mycoplasma pneumoniae angka kematiannya sangat rendah. Oleh karena
PENGOBATAN
Pada praktek sehari-hari pemberian anti mikroba bagi pengobatan pneumonia
komuniti adalah secara empiris, dimana pemberian anti mikroba dilakukan sebelum
kuman penyebabnya ditemukan, hal ini terjadi karena butuh waktu untuk pemeriksaan
diagnosis pasti, sementara itu pengobatan sudah mendesak untuk diberikan. Berdasarkan
angka prevalensi dimana dijumpainya infeksi yang campuran maka perlu
dipertimbangkan anti mikroba baik untuk kuman atipikmaupun tipikal dengan sebaik-
baiknya.
Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia pneumoniae tidak mempunyai dinding
sel peptidoglycan, oleh karena itu pemberian obat laktam tidaklah efektif karena
laktam bekerja menghancurkan protein dinding sel kuman. Chlamydia pneumoniae dan
Legionella pneumophilla membelah diri intraseluler, sehingga dibutuhkan anti mikroba
yang mampu bekerja intraseluler. Pilihan obat yang tepat adalah golongan Makrolid atau
Fluroquinolon.
Dari beberapa penelitian menyebutkan bahwa pemberian antimikroba yang sesuai
akan mempengaruhi angka kematian serta lamanya pasien perlu dirawat di rumah sakit.
Pemberian antimikroba kombinasiuntuk atipik dan tipik pada penderita yang dirawat di
rumah sakit secara empiris memperlihatkan angka kematian yang menurun.
Di bawah ini diperlihatkan anjuran pengobatan secara empirik bagi pasien
penderita pneumonia komuniti oleh Infectious Diseases Society of America (IDSA) dan
Communicable Diseases Center (CDC) (12,20) .
1. Zhong NS, Zeng GQ, Our Strategies for fighting severe respiratory syndrome
(SARS) In : Am J ed. Respiratory Critical Care Medicine, , 2003.p.168-9.
2. Grassi C, Bacterial Infection in Pulmonary Diseases, Mc Graw Hill, London
1999; p. 129-43
3. George A, Sarosi MD, Atipical Pneumonia, Why this term may be better left
unsaid, Postgraduate Medicine 1999; 15;4
Available from http://www.postgradmed.com/issues/1999/04 99/sarosi.htm
4. Janoff EN, Rubins JB. Clinical approach to community-acquired pneumonia:
diagnosis and etiology. Alliance for Prudent Use of Antibiotics
Available from http://www.tufts.edu/med/apua/Newsletter/14 3aa.html
5. Brooks GF, Butel JS, Morse SA, Carroll KC, Mycoplasma & Cell Wall-
Defective Bacteria : Mycoplasma Pneumoniae & Atypical Pneumonias In:
Jawetz, Melnick, & Adelbergs Medical Microbiology, Lange Medical Book
/McGraw-Hill. Inc; USA, 2007, 24TH Edition, p.346-47
6. Benyamin M, Tantangan diagnostic pada terapi pneumonia atipik, Konas IX
PDPI, Medan 2002.
7. Davies SF, Pneumococcal Pneumonia In Niederman M, Sarosi GA, Glassroth J
eds. Respiratory Infections, W.B Saunders Company; Philadelphia 1994, p.
307-11
8. Greenberg SB, Atmar RL, Atipik Pneumonia. In Niederman M, Sarosi GA,
Glassroth J eds., Respiratory Infections, eds. W.B Saunders Company,
Philadelphia, 1994, p.331-43.
9. Muray JF, Nadel JA, Textbook of Respiratory Medicine, W.B Saunders
Company, Philadelphia,1 994, p.1073-8.
10. Brooks GF, Butel JS, Morse SA, Carroll KC, Legionellae, Bartonella &
Unusual Bacterial Pathogens : Legionellae Pneumophila & Other Legionellae
In: Jawetz, Melnick, & Adelbergs Medical Microbiology, Lange Medical Book
/McGraw-Hill. Inc; USA, 2007, 24th edition, p.313-15