KISARAN DOSIS
Disusun Oleh :
KELOMPOK II
ABDULLAH : 144010001
1
2
2016/2017KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas nikmat yang selalu dilimpahkan
kepada hamba-hamba-Nya atas berkat-Nya sehingga makalah ini dapat
diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah di tentukan oleh dosen pembimbing
mata kuliah Toksikologi Industri.
Penulis juga mengucapkan terimakasih banyak kepada Ibu Kursiah Warti
Ningsi, M.Kes selaku dosen pegampuh mata kuliah toksikologi industri yang
telah memberikan motivasi sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan-
kekurangan baik dalam penulisan maupun dalam bahasa tulisan, maka dari itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi untuk
kesempurnaan makalah ini, semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis pribadi dan pembaca pada umumnya.
Penulis
i
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Tujuan...............................................................................................................2
C. Manfaat.............................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
A. Menetapkan Kisaran Dosis...............................................................................3
B. Karakteristik Pemaparan...................................................................................3
C. Dosis Respon....................................................................................................6
D. Hubungan Dosis-Respons ( Dose Response Relationsip)................................7
E. Konsep Statistika dan LD50...........................................................................10
F. Dosis Dan Respon Letal dan Sub Letal..........................................................12
BAB III..................................................................................................................15
A. Simpulan.........................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sifat spesifik dan efek suatu paparan secara secara bersama-sama akan
membentuk suatu hubungan yang lazim disebut sebagai dosis-respon.
Hubungan dosis-respon tersebut merupakan konsep dasar dari tokikologi
untuk mempelajari bahan toksik.
ii
4
B. Tujuan
C. Manfaat
1. Dapat diketahui mengenai penetapan kisaran dosis
2. Dapat diketahui karakteristik pemaparan
3. Dapat diketahuipenjelasan mengenai dosis respon
4. Dapat diketahui konsep statistika dan LD50
5. Dapat diketahui dosis dan respon letal dan sub letal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Karakteristik Pemaparan
Efek toksik dalam sistem biologis tidak akan terjadi jika bahan kimia
tersebut tidak mencapai tempat yang sesuai didalam tubuh pada konsentrasi
dan lama waktu yang cukup untuk menghasilkan manifestasi toksik. Terjadi
tidaknya respon toksik tergantung pada sifat kimia dan fisik dari bahan
tersebut, situasi paparan, dan kerentanan sistem biologis dari subjek. Oleh
karena itu mengetahui karakteristik lengkap tentang bahaya potensial dan
3
toksisitas dari suatu bahan kimia tertentu, maka perlu diketahui tidak hanya
efek-efek dan dosis yang diperlukan untuk menghasilkan efek tersebut, tetapi
juga informasi mengenai sifat bahan kimianya sendiri, pemaparannya, dan
subjeknya. Faktor utama yang memepengaruhi toksisitas yang berhubungan
dengan situasi pemaparan terhadap bahan kimia tertentu adalah jalur masuk
(route of entry) kedelam tubuh, jangka waktu dan frekuensi pemaparan.
7
Ada 3 jalur utama bahan toksisk masuk kedalam tubuh manusia yaitu
melalui saluran pencernaan atau makanan (gastro intestinal), jalur pernafasan
(inhalasi) dan melalui kulit (topical). Bahan toksik masuk kedalam saluran
pencernaan umumnya melalui makanan atau minuman dan kemudian diserap
didalam lambung. Bahan toksik yang masuk melalui saluran pernafasan
menuju paru-paru akan diserap oleh alveoli paru-paru. Pada umumnya kulit
lebih impermeabel dan karenanya merupakan barrier (penghalang) yang baik
bagi bahan toksik masuk kedalam tubuh. Namun bebrapa bahan kimia dapat
diserap oleh kulit dalam jumlah yang cukup banyak sehingga menimbulkan
efek sistemik. Suatu zat kimia dapat diserap lewat folikel rambut atau leawat
sel-sel kelanjer keringat. Setelah bahan toksik tersebut diserap dan masuk
kedalam darah, kemudian didistribusikan keseluruh tubuh dnegan cepat.
Namun demikian sebagian bahan toksik dapat dikeluarkan oleh mekanisme
tubuh secara alami melalui urine, empedu dan paru-paru. Dan sebagian lagi
bisa mengalami biotransformasi dan bioaktivasi. Yang lebih berbahaya adalah
jika terjadi proses bioaktivasi dimana bahan toksik diubah menjadi bahan
yang lebih toksik oleh metabolisme tubuh.
Karakteristik pemaparan dan spectrum efek secara bersamaan
membentuk hubungan korelasi yang dikenal sebagai hubungan dosis-respons.
Respons timbul karena adenya bahan kimia yang diberikan dan respons
berhubungan dengan dosis. Dalam penggunaan dosis-respons harus ada
metode kuantitatif untuk mengukur secara tepat toksisitas dari suatu bahan
kimia. Dosis-respons dinyatakan dengan suatu indek Lethal Dosis (LD50)
dan Lethal Concentration (LC50). LD50 adalah dosis tunggal dari suatu zat
yang secara statistic diharapkan dapat menyebabkan kematian sebanyak 50%
dari binatang percobaan selama 14 hari paparan.
Efek dari keracunan bisa bersifat akut dan kronik. Efek akut adalah
efek yang segra muncul pada saat terpapar atau terkena bahan toksik, dan
akan hilang setelah paparan bahan kimia beracun tersebut dihilangkan.
Contoh bahan kimia yang dapat menimbulkan efek akut adalah ammonia,
apabila terhirup uap ammonia maka sekitar kita akan merasa mual dan
pusing, akan tetapi pada konsentrasi tinggi dapat merusak paru-paru. Bahan
kimia yang bersifat kronik misalnya adalah asbestos, paparan terhadap debu
asbes tidak segera menyebabkan kerusakan pada paru-paru, akan tetapi
apabila terpapar dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kanker
8
C. Dosis Respon
3. Hubungan Waktu-Kerja
Jika eksposisi suatu zat hanya terjadi satu kali, seperti pada
keracunan akut, mula-mula efek akan naik tergantung pada laju absorpsi
dan kemudian efek akan turun tergantung pada laju eliminasi. Dibawah
konsentrasi plasma tertentu disebut konsentrasi sub-efektif atau
subtoksik, sedangkan mulai dari konsentrasi tersebut dinamakan
konsentrasi efektif/toksik.
Dengan demikian pada prinsipnya ada tiga cara untuk mencegah
atau menekan efek toksik, yaitu:
a. Memperkecil absorpsi atau laju absorpsi, sehingga konsentrasi
plasma tetap berada dibawah daerah toksik. Hal ini dapat dicapai
dengan penggunaan adsordensia, misalnya karbok aktif, dengan
pembilasan lambung atau dengan mempercepat pengosongan
lambung-usus dengan laksansia jarang. Hal ini akan mengubah
fase eksposisi.
b. Meningkatkan eliminasi zat toksik dan / atau pembentukan suatu
kompleks yang tak aktif. Eliminasi dapat ditingkatkan dengan
mengubah pH urin, misalnya dengan pembahasan urin dan
biuresis paksa pada keracunan barbiturate, sedangkan
pembentukan khelat dipakai untuk inaktivasi ion logam yang
toksik. Hal ini akan mengubah fase toksokinetik.
c. Memperkecil kepekaan objek biologi terhadap efek. Dalam hal ini
konsentrasi plasma tak dipengaruhi akan tetapi batas tritis
konsentrasi toksik minimum ditinggikan. Hamper semua bentuk
13
bahkan tidak mudah untuk menjelaskan efek suatu zat toksik terhadap
suatu makhluk hidup. Jika zat toksik terlepas dalam lingkungan, sulit
untuk dipastikan apakah hal tersebut telah mempengaruhi spesies
tertentu.
Banyak proses lingkungan yang beraksi mengubah zat kimia
menjadi senyawa lainnya. Senyawa tersebut kemudian berperan menjadi
zat kimia yang sebenarnya mempengaruhi lingkungan atau organisme.
Hubungan dosis-respon sangat penting dalam terjadinya keracunan.
Kerusakan pada bagian organisme dapat dikontrol dengan cara
diabsorpsinya toksikan oleh mikroorganisme, degradasi, dan eliminasi
toksikan. Semua organisme yang berada disekitar bahan kimia alami
maupun buatan akan mengalami keracunan apabila terpapar secara
berlebihan. Adalah penting mengetahui posisi bahan kimia diudara, air
dan tanah.
2. Nilai ambang batas (NAB) Bahan Toksik
Penetapan secara akurat nilai ambang batas dengan tanpa
memberikan suatu efek, tergantung pada beberapa faktor :
a. Ukuran sampel dan replikasi (pengulangan) pengambilan sampel
b. Jumlah endpoint (titik akhir) yang diamati
c. Jumlah dosis atau konsentrasi bahan toksik
d. Kemampuan untuk mengukur endpoint
e. Keragaman intrinsic dari endpoint dalam populasi binatang
percobaan
f. Metode statistic yang digunakan
3. Reseptor
Telah lama diamati bahwa sejumlah racun menimbulkan efek
biologis yang khas. Konsep zat reseptor sebagai tempat kerja zat kimia,
pertama kali dikemukakan oleh john N. Langley. Dia mengamati bahwa
efek nikotin dan kurare pada otot rangka tidak berubah setelah saraf yang
mengurus otot tersebut mengalami degenerasi, hal ini menunjukkan tidak
terlibatnya ujung saraf seperti yang diyakini sebelumnya. Selain itu,
kontraksi otot yang diinduksi oleh rangsangan langsung tidak
dipengaruhi oleh zat kimia tersebut. Berdasarkan penelitian ini,
disimpulkan bahwa racun tidak berpengaruh pada protein kontraktil
16
dalam otot, melaikan pada zat-zat lain diotot yang dapat disebut zat
reseptor.
Reseptor berfungsi sebagai tempat system biologi yang dapat
mengenali berbagai zat yang mempunyai sifat kimia khusus dan setelah
berikatana dengan senyawa tertentu, memulai efek biologi tertentu.
Konsep reseptor sangat berguna dalam meningkatkan pengertian
mengenai efek biokimia, fisiologi, dan farmakologi tertentu, serta
berguna untuk pembuatan obat baru.
Ada banyak contoh efek toksik zat kimia yang bekerja melalui
perantaraan reseptor yang berperan dalam fungsi fisiologi. Jadi, suatu
agonis dapat menyebabkan efek toksik karena sulit terlepas dari reseptor,
dan dengan demikian menghalangi kerja pembawa pesan. Suatu
antagonis dapat bersaing dengan pembawa pesan dalam menduduki
tempat pada reseptor sehingga menghalangi kerja pembawa pesan ini.
Selain itu, suatu toksikan dapat menyebabkan toleransi terhadap
toksisitasnya dengan mengurangi jumlah reseptor.
BAB III
PENUTUP
17
A. Simpulan
1. Toksikometrik merupakan istilah teknis untuk studi dosis-respon, yang
dimaksudkan untuk mengkuantifikasi dosis-respon sebagai dasar ilmu
toksikologi. Hasil akhir yang dihasilkan dari jenis studi ini adalah nilai
Lethal Dose50 (LD50) untuk zat kimia.
2. Ada 3 jalur utama bahan toksisk masuk kedalam tubuh manusia yaitu
melalui saluran pencernaan atau makanan (gastro intestinal), jalur
pernafasan (inhalasi) dan melalui kulit (topical).
3. Salah satu penentu utama toksisitas adalah jumlah zat kimia yang
dipaparkan ke organisme. Bila kita mengevaluasi hubungan dosis-respon,
maka perlu dipertimbangkan :
a. Rute pemberian atau pemaparan oral, intramuskuler,
intraperitoneal, topical, intravena ataupun inhalasi bila zat tersebut
berupa uap atau gas.
b. Jumlah dosis, frekwensi dan total periode waktu terjadinya
pemaparan.
4. Aplikasi lebih lanjut dari TD dan ED adalah untuk menentukan
therapeutic index yaitu tingkat keamanan suatu obat/bahan yang
diekpresikan melalui perbandingan antara LD50 dengan ED50. Selain itu
aplikasi dari LD dan ED adalah untuk menentukan margin of safety (MS)
yaitu rasio antara LD1 dengan ED99.
5. Reseptor berfungsi sebagai tempat system biologi yang dapat mengenali
berbagai zat yang mempunyai sifat kimia khusus dan setelah berikatana
dengan senyawa tertentu, memulai efek biologi tertentu. Konsep reseptor
sangat berguna dalam meningkatkan pengertian mengenai efek biokimia,
fisiologi, dan farmakologi tertentu, serta berguna untuk pembuatan obat
baru
15
18
DAFTAR PUSTAKA