Anda di halaman 1dari 6

1.

Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan

Selama satu tahun pertama pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat


pesat. Orangtua bahkan sering tidak mempercayainya, sikecil yang begitu
ringkih dengan kulit keriput dengan cepat menjadi anak yang montok pada
usia setahun (Widjaya, 2007). Untuk memantau pertumbuhan dan
perkembangan bayi maka kita harus mendeteksi tumbuh kembang bayi serta
untuk mengoreksi adanya faktor risiko. Deteksi untuk tumbuh kembang ini
merupakan suatu upaya yang perlu didukung, karena merupakan salah satu
cara untuk mempersiapkan generasi mendatang yang berkualitas.

Adanya variasi pada pertumbuhan manusia merupakan masalah dalam


menentukan patokan yang akan dipakai dalam melaksanakan deteksi.

2.5.1. Mendeteksi Pertumbuhan.

Pertumbuhan dan perkembangan pada dasarnya saling mempengaruhi.


Namun untuk mengetahui sejauh mana keadaan pertumbuhan dan
perkembangan anak dan apakah hal tersebut dapat berlangsung normal,
maka diperlukan parameter atau patokan. Parameter ini dapat dilihat dari
KSM (Kartu Menuju Sehat). KSM adalah suatu kartu/alat penting yang
digunakan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak. KMS
yang ada untuk saat ini adalah KMS balita, yaitu kartu yang memuat grafik
pertumbuhan serta indikator perkembangan yang bermanfaat untuk mencatat
dan memantau tumbuh kembang anak tiap bulannya. KMS berisi gambar
kurva berat badan terhadap umur anak, atribut penyuluhan, catatan penting :
seperti riwayat kelahiran anak, pemberian ASI dan makanan tambahan,
pemberian imunisasi (Nursalam, 2005). Selain itu juga paremeter untuk
pertumbuhan yang sering digunakan sebagaimana ukuran antropometri
(Nursalam,2005) meliputi :

1.Berat Badan

Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang terpenting


karena dipakai untuk memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok
umur. Pada usia beberapa hari, berat badan akan mengalami penurunan
yang sifatnya normal yaitu sekitar 10 % dari berat badan lahir. Hal ini
disebabkan karena keluarnya mekonium dan air seni yang diimbangi asupan
yang mencukupi, misalnya produksi ASI yang belum lancar. Umumnya berat
badan akan kembali mencapai berat badan lahir pada hari kesepuluh. Pada
bayi sehat, kenaikan berat badan normal pada triwulan I adalah sekitar 700
1000 gram/bulan. Pada triwulan II sekitar 500 600 gram/bulan, pada
triwulan III sekitar 350 450 gram/bulan, dan triwulan IV sekitar 250 350
gram/bulan. Berat badan untuk menentukan status gizi anak, yaitu dengan
menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). Pada KMS dapat diketahui apakah
keadaan status gizi anak dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

- Status gizi normal, bila berat badan anak antara 90 100 % dan
berat badan standar atau pada KMS posisi berat badan diatas garis
titik-titik.
- Status gizi kurang, bila berat badan anak lebih 80 90% dari berat
badan standar atau pada KMS posisi berat badan berada diatas garis
titik-titik.

- Status gizi buruk, bila berat badan anak kurang atau sama dengan
80% dari berat badan standar atau pada KMS posisi berat badan
berada diatas garis merah.

Idealnya berat badan bayi berada di garis normal pada grafik


pertumbuhan. Ini artinya pertambahan berat badannya seimbang
dengan pertambahan tinggi badan dan usia. Untuk itulah orang tua
dianjurkan untuk selalu memantau berat badan bayinya secara berkala
dengan membawa sikecil untuk kontrol ke dokter/posyandu sebulan
sekali untuk mengontrol berat badan. Kenaikan berat badan rata-rata
sebagai berikut dalam tabel (Rini, 2007).

2.Tinggi badan.

Tinggi badan untuk anak kurang dari 2 tahun sering disebut dengan panjang
badan. Pada bayi yang baru lahir, panjang badan rata-rata 50 cm. Pada tahu
pertama pertambahan berat badan adalah 1,25 cm/ kilogram berat badan
atau 1,5 kali panjang badan waktu lahir. Pertambahan tinggi badan akan
berangsur-angsur berkurang sampai usia 9 tahun, yaitu hanya sekitar 5
cm/tahun. Tinggi badan juga merupakan ukuran antropometri yang terpenting
kedua, selain tinggi badan merupakan indikator yang baik untuk pertumbuhan
fisik yang sudah lewat (Stunting).

3. Lingkar Kepala

Secara normal pertambahan ukuran lingkar setiap tahap relatif konstan dan
tidak dipengaruhi oleh faktor ras, bangsa dan letak geografis. Saat lahir
ukuran lingkar kepala normal adalah 34 35 cm. Kemudian akan bertambah
besar +_ 0,5 cm / bulan pertama atau menjadi +_ 44 cm. Pada 6 bulan
pertama ini, pertumbuhan kepala paling cepat dibandingkan dengan tahap
berikutnya, kebudian tahun-tahun pertama lingkar kepala bertambah tidak
lebih dari 5 cm/tahun.

2.5.2 Mendeteksi Perkembangan

Untuk menilai perkembangan anak pertama yang dapat dilakukan adalah


dengan wawancara tentang faktor kemungkinan yang menyebabkan
gangguan dalam perkembangan, kemudian melakukan tes skrining
perkembangan anak dengan DDTS, test IQ dan test psikologi lainnya. Selain
itu juga dapat dilakukan test lainnya seperti evaluasi dalam lingkungan anak
yaitu interaksi anak selama ini, evaluasi fungsi penglihatan, pendengaran,
bicara, bahasa (Hidayat A, 2005)

Namun parameter yang cocok untuk perkembangan anak adalah test psiko
motorik. Salah satu test psiko motorik adalah DDST (Denver Devolopment
Sceening Test), yaitu salah satu test atau metode skrining yang sering
digunakan untuk menilai perkembangan anak mulai usia 1 bulan sampai 6
tahun. Perkembangan yang dinilai meliputi perkembangan personal sosial,
motorik halus, bahasa dan motorik kasar pada anak. DDST merupakan salah
satu test yang sering digunakan di klinik/rumah sakit bagian tumbuh kembang
anak.

Pedoman lain yang dapat digunakan di lapangan yaitu Kertu Kembang Anak
(KKA) yang dikembangkan oleh Satoto (1990) dan digunakan oleh Bina
Keluarga Balita Departemen Kesehatan R.I. KKA ini berfungsi ganda yaitu
sebagai alat pemantau dan sebagai alat komunikasi dalam membahas
perkembangan anak antara petugas dengan ibu dan keluarga. Pemantauan
perkembangan dengan menggunakan pedoman deteksi tumbuh kembang
balita atau KKA ini tidak hanya dapat dilakukan oleh petugas dilapangan,
namun juga oleh kader, orang tua, atau anggota keluarga yang lain.

Berdasarkan buku pedoman tumbuh kembang atau KKA yang disusun oleh
Departemen Kesehatan, test perkembangan yang dapat dilakukan adalah
Kuesener Pra Skrining Perkembangan (KPSP). KPSP merupakan suatu
daftar pertanyaan singkat yang ditujukan pada orang tua dan dipergunakan
sebagai alat untuk melakukan skrining pendahuluan untuk perkembangan
anak usia 3 bulan sampai 6 tahun. Daftar pertanyaan tersebut berjumlah 10
nomor yang harus dijawab oleh orang tua atau pengasuh yang mengetahui
keadaan perkembangan anak.

Pertanyaan dalam KPSP dikelompokkan sesuai usia anak, mulai kelompok


usia 3 bulan, 3 6 bulan dan seterusnya sampai kelompok 5-6 tahun untuk
usia yang ditetapkan menurut tahun dan bulan, dengan kelebihan 16 hari
dibulatkan menjadi 10 bulan, sementara usia 9 bulan 15 hari dibulatkan
menjadi 9 bulan.

Pertanyaan dalam KPSP harus dijawab dengan ya atau tidak oleh orang
tua. Setelah semua pertanyaan dijawab, selanjutnya hasil KPSP dinilai.

1. Apabila jawaban ya berjumlah 9-10, berarti anak tersebut normal atau

perkembangan baik.

2. Apabila jawaban ya kurang dari 9, maka perlu diteliti lebih lanjut

1. Apakah cara menghitung usia dan kelompok pertanyaan sudah


selesai.

2. Kesesuaian jawaban orang tua dengan maksud pertanyaan.

3. Apabila sudah diteliti, jawaban ya berjumlah 7-8 berarti hasilnya adalah


meragukan dan perlu diteliti, jawaban ya berjumlah 6 atau kurang, berarti
hasilnya kurang atau positif untuk dirujuk guna pemeriksaan lebih lanjut
(Nursalam, 2005).

2.5.3. Aspek-aspek Perkembangan yang dipantau.


Ada 4 aspek perkembangan yang perlu dipantau pada bayi dan anak yaitu

1. Perkembangan motorik kasar.

Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan


dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh
yang melibatkan otot- otot yang besar seperti duduk, berdiri dan
sebagainya.

2. Perkembangan motorik halus

Gerakan halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan


dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot yang kecil,
tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu,
menulis, dan sebagainya.

3. Perkembangan bahasa.

Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan


dengan kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara,
berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.

4. Adaptasi Sosial

Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan


kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan
selesai bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi
dan berinteraksi dengan lingkungannya.

2. Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Masalah yang sering timbul dalam pertumbuhan dan perkembangan anak


meliputi gangguan pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, bahasa, emosi,
dan perilaku.

1. Gangguan Pertumbuhan Fisik

Gangguan pertumbuhan fisik meliputi gangguan pertumbuhan di atas


normal dan gangguan pertumbuhan di bawah normal. Pemantauan
berat badan menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat) dapat dilakukan
secara mudah untuk mengetahui pola pertumbuhan anak. Menurut
Soetjiningsih (2003) bila grafik berat badan anak lebih dari 120%
kemungkinan anak mengalami obesitas atau kelainan hormonal.
Sedangkan, apabila grafik berat badan di bawah normal kemungkinan
anak mengalami kurang gizi, menderita penyakit kronis, atau kelainan
hormonal. Lingkar kepala juga menjadi salah satu parameter yang
penting dalam mendeteksi gangguan pertumbuhan dan perkembangan
anak. Ukuran lingkar kepala menggambarkan isi kepala termasuk otak
dan cairan serebrospinal. Lingkar kepala yang lebih dari normal dapat
dijumpai pada anak yang menderita hidrosefalus, megaensefali, tumor
otak ataupun hanya merupakan variasi normal. Sedangkan apabila
lingkar kepala kurang dari normal dapat diduga anak menderita
retardasi mental, malnutrisi kronis ataupun hanya merupakan variasi
normal. Deteksi dini gangguan penglihatan dan gangguan
pendengaran juga perlu dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya
gangguan yang lebih berat. Jenis gangguan penglihatan yang dapat
diderita oleh anak antara lain adalah maturitas visual yang terlambat,
gangguan refraksi, juling, nistagmus, ambliopia, buta warna, dan
kebutaan akibat katarak, neuritis optik, glaukoma, dan lain sebagainya.
(Soetjiningsih, 2003). Sedangkan ketulian pada anak dapat dibedakan
menjadi tuli konduksi dan tuli sensorineural. Menurut Hendarmin
(2000), tuli pada anak dapat disebabkan karena faktor prenatal dan
postnatal. Faktor prenatal antara lain adalah genetik dan infeksi
TORCH yang terjadi selama kehamilan. Sedangkan faktor postnatal
yang sering mengakibatkan ketulian adalah infeksi bakteri atau virus
yang terkait dengan otitis media.

2. Gangguan perkembangan motoric

Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa


hal. Salah satu penyebab gangguan perkembangan motorik adalah
kelainan tonus otot atau penyakit neuromuskular. Anak dengan
serebral palsi dapat mengalami keterbatasan perkembangan motorik
sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia, atau hipotonia. Kelainan
sumsum tulang belakang seperti spina bifida juga dapat menyebabkan
keterlambatan perkembangan motorik. Penyakit neuromuscular sepeti
muscular distrofi memperlihatkan keterlambatan dalam kemampuan
berjalan. Namun, tidak selamanya gangguan perkembangan motorik
selalu didasari adanya penyakit tersebut. Faktor lingkungan serta
kepribadian anak juga dapat mempengaruhi keterlambatan dalam
perkembangan motorik. Anak yang tidak mempunyai kesempatan
untuk belajar seperti sering digendong atau diletakkan di baby walker
dapat mengalami keterlambatan dalam mencapai kemampuan motorik.

3. Gangguan perkembangan bahasa

Kemampuan bahasa merupakan kombinasi seluruh system


perkembangan anak. Kemampuan berbahasa melibatkan kemapuan
motorik, psikologis, emosional, dan perilaku (Widyastuti, 2008).
Gangguan perkembangan bahasa pada anak dapat diakibatkan
berbagai faktor, yaitu adanya faktor genetik, gangguan pendengaran,
intelegensia rendah, kurangnya interaksi anak dengan lingkungan,
maturasi yang terlambat, dan faktor keluarga. Selain itu, gangguan
bicara juga dapat disebabkan karena adanya kelainan fisik seperti bibir
sumbing dan serebral palsi. Gagap juga termasuk salah satu
gangguan perkembangan bahasa yang dapat disebabkan karena
adanya tekanan dari orang tua agar anak bicara jelas (Soetjingsih,
2003).
4. Gangguan Emosi dan Perilaku

Selama tahap perkembangan, anak juga dapat mengalami berbagai


gangguan yang terkait dengan psikiatri. Kecemasan adalah salah satu
gangguan yang muncul pada anak dan memerlukan suatu intervensi
khusus apabila mempengaruh interaksi sosial dan perkembangan
anak. Contoh kecemasan yang dapat dialami anak adalah fobia
sekolah, kecemasan berpisah, fobia sosial, dan kecemasan setelah
mengalami trauma. Gangguan perkembangan pervasif pada anak
meliputi autisme serta gangguan perilaku dan interaksi sosial. Menurut
Widyastuti (2008) autism adalah kelainan neurobiologis yang
menunjukkan gangguan komunikasi, interaksi, dan perilaku. Autisme
ditandai dengan terhambatnya perkembangan bahasa, munculnya
gerakan-gerakan aneh seperti berputar-putar, melompat-lompat, atau
mengamuk tanpa sebab.

Anda mungkin juga menyukai