Anda di halaman 1dari 7

MATERI-MATERI TAMBAHAN UNTUK BELAJAR

Teori akuntansi adalah adalah cabang akuntansi yang terdiri dari pernyataan
sistematik tentang prinsip dan metodologi yang membedakan dengan praktik.
Definisi lain teori akuntansi merupakan suatu susunan konsep, definisi, dan dalil
yang menyajikan secure sistematis gambaran fenomena akuntansi serta
menjelaskan hubungan antarvariabel dalam struktur akuntansi dengan maksud
untuk dapat memprediksi fenomena yang muncul.

Fungsi Teori akuntansi adalah :


1. Sebagai pedoman bagi lembaga penyusun standar akuntansi
2. Memberikan kerangka acuan dalam menyelesaikan masalah akuntansi yang
tidak ada standar resmi
3. Meningkatkan pemahaman dan keyakinan pembaca terhadap informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan
4. Agar laporan keuangan dapat diperbandingkan
5. Memberikan kerangka acuan dalam menilai prosedur dan praktik akuntansi

Teori ekonomi positif menjelaskan fenomena ekonomi dan bisnis melalui


spesifikasi variabel yang saling terkait. Teori yang dikemukakan Friedman (1953)
ini merupakan sekumpulan proposisi (penjelasan sifat dan realita) yang terdiri
dari konstruk yang didefinisikan secara luas dan menghubungkan berbagai unsur
yang terdapat dalam proposisi tersebut. Teori ekonomi positif, menurut Friedman
(1953), pada hakekatnya terbebas dari ikatan berbagai aspek etika, sebagaimana
dikemukakan Keynes. Dia lebih mengacu ke istilah apa adanya (what it is)
daripada ke istilah seharusnya demikian (it should be.

Dengan demikian, fungsinya harus dinilai berdasarkan ketepatan (precision),


bidang kajian (scope), dan kesesuaian peramalan berdasarkan pada pengalaman.
Ringkasnya, ekonomi positif adalah, atau dapat dikategorikan sebagai ilmu
pengetahuan yang objektif (objective science), seperti halnya ilmu fisika.

Teori akuntansi positif merupakan varian dari teori ekonomi positif. Teori ini
berkembang seiring dengan kebutuhan untuk menjelaskan dan memprediksi
realitas praktik-praktik akuntansi yang ada di masyarakat, what it is (Watts dan
Zimmerman, 1986). Teori ini memiliki pijakan yang berbeda dibandingkan dengan
akuntansi normatif, yang lebih menjelaskan praktik-praktik akuntansi yang
seharusnya berlaku, it should be.

Teori ini bertujuan menjelaskan meramalkan, dan memberi jawaban atas praktik
akuntansi. Di samping itu, teori ini juga meramalkan berbagai fenomena
akuntansi dan menggambarkan bagaimana interaksi antar-variabel akuntansi
dalam dunia nyata. Validitas teori akuntansi positif dinilai atas dasar kesesuaian
teori dengan fakta atau apa yang nyatanya terjadi (what it is).
Untuk lebih mudah dipahami contoh teori akuntansi positif adalah praktik
akuntansi yang saat ini sering kita dengar antara lain creative accounting,
earning management, big bath, dan income smoothing.

Pada dasarnya praktik akuntansi ini sudah dilakukan cukup lama, tetapi praktik
ini semakin mencuat diantaranya pada kasus ENRON, dan Worldcom yang terjadi
pada tahun 2000. Kasus ini mengakibatkan krisis kepercayaan publik terhadap
auditor. Kasus ini telah meruntuhkan KAP Arthur Andersen, tidak saja keluar dari
The big five, bahkan sampai pencabutan ijin usaha. Kasus inilah yang menjadi
titik tolak bagi para auditor dan lembaganya untuk meningkatkan kembali jaminan
terhadap hasil audit mereka.

Sedangkan akuntansi normatif adalah praktik akuntansi yang dilaksanakan


sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Aturan tersebut dikenal dengan
nama Praktik Akuntansi Berterima Umum (PABU) atau GAAP. Salah satu bagian
kecil dari PABU adalah SAK atau standar akuntansi Keuangan.

SAK yang ada sekarang dikeluarkan oleh IAI melalui suatu organ yang kita kenal
dengan Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK). Dewan ini bertugas untuk
menyusun draft standar akuntansi keuangan yang akan diberlakukan. Draft
tersebut terlebih dahulu didiskusikan dengan Dewan Konsultatif Standar
Akuntansi Keuangan (DKSAK) untuk kemudian dikeluarkan draft-nya. Bila telah
diperoleh masukan, dilakukan sosialisasi (public hearing) untuk memperoleh
masukan lebih banyak lagi dari masyarakat luas (pemakai laporan keuangan).
Selanjutnya, bila tidak ada masalah lagi, maka IAI akan mengesahkan standar
tersebut dan diberlakukan secara efektif.

Berbeda dengan di Indonesia, Amerika Serikat mendirikan badan penyusun


standar akuntansi yang berada di luar asosiasi profesi. Badan ini adalah Financial
Accounting Standards Board (FASB) yang tidak berada di bawah AICPA
melainkan di bawah Financial Accounting Foundation (FAF). Badan ini berwenang
penuh dalam menentukan standar akuntansi yang akan ditetapkan.
Tuntunan atas adanya suatu pendekatan positif terhadap akuntansi terjadi ketika
Jensen menyatakan bahwa penelitian dalam akuntansi (dengan satu atau dua
pengecualian yang dapat di catat) tidak bersifat ilmiah.. karena fokus penelitian
ini telah sangat normatif dan terdefinisi. Jensen selanjutnya meminta akan
adanya perkembangan suatu teori akuntansi positif yang akan menjelaskan
mengapa akuntansi seperti apa adanya ia, mengapa akuntan melakukan apa yang
mereka lakukan, dan apa pengaruh yang dimiliki fenomena terhadap penggunaan
orang dan sumber daya.

Pesan mendasar yang kemudian dikenal sebagai Kelompok Akuntansi


Rochester adalah bahwa hampir semua teori akuntansi tidak bersifat ilmiah
karena mereka bersifat normatif dan seharusnya diganti dengan teori positif yang
menjelaskan praktek akuntansi aktual dilihat dari segi pilihan manajemen secara
sukarela terhadap prosedur akuntansi dan bagaimana standar peraturan telah
berubah dari waktu ke waktu.
Dorongan terbesar dari pendekatan positif dalam akuntansi adalah untuk
menjelaskan dan meramalkan pilihan standar manajemen melalui analisis atas
biaya dan manfaat dari pengungkapan keuangan tertentu dalam hubungannya
dengan berbagai individu dan pengalokasian sumber daya ekonomi.

Teori positif didasarkan pada adanya dalil bahwa manajer, pemegang saham, dan
aparat pengatur/polisi adalah rasional dan bahwa mereka berusaha untuk
memaksimalkan kegunaan mereka yang secara langsung berhubungan dengan
kompensasi mereka, dan oleh karena itu kesejahteraan mereka pula. Pilihan atas
suatu kebijakan akuntansi oleh beberapa kelompok tersebut bergantung pada
perbandingan relatif biaya dan manfaat dari prosedur akuntansi alternatif dengan
cara demikian untuk memaksimalkan kegunaan mereka.
Ide utama dari pendekatan positif adalah untuk mengembangkan hipotesis atau
faktor-faktor yang mempengaruhi dunia praktek akuntansi dan untuk menguji
validitas dari hipotesis ini secara empiris:

1. Untuk meningkatkan keandalan dari peramalan berdasarkan atas


pengamatan perataan serangkaian angka akuntansi sejalan dengan suatu
kecenderungan yang dianggap terbaik atau normal oleh manajemen.
2. Untuk menurunkan tingkat ketidakpastian yang dihasilkan dari fluktuasi
angka pendapatan secara umum dan penurunan risiko sistematis
khususnya dengan menurunkan kovarians pengembalian perusahaan
dengan pengembalian pasar.

Tidak seperti hipotesis perataan laba, teori positif dalam akuntansi berasumsi
bahwa harga saham bergantung pada arus kas dan bukannya laba yang
dilaporkan. Lebih jauh lagi pada pasar yang efisien dua perusahaan dengan
distribusi arus kas yang sama akan dinilai sama tanpa memperhatikan perbedaan
penggunaan prosedur akuntansi. Masalah utama dalam teori positif adalah untuk
menentukan bagaiman prosedur akuntansi mempengaruhi arus kas, dan
kemudian fungsi kegunaan manajemen untuk memperoleh suatu wawasan atas
faktor yang mempengaruhi pilihan manajer terhadap prosedur akuntansi.

Resolusi dari masalah ini di pandu oleh asumsi-asumsi teoritis berikut ini:

1. Teori agensi berawal dengan adanya penekanan pada kontrak sukarela


yang timbul di antara berbagai pihak organisasi sebagai suatu solusi yang
efisien terhadap konflik kepentingan tersebut. Teori ini berubah menjadi
suatu pandangan atas perusahaan sebagai suatu penghubung
(nexus)kontrak melalui pernyataan Jensen dan Macklin yang menyatakan
bahwa perusahaan adalah cerita fiksi legal yang berfungsi sebagai
penghubung atas serangkaian hubungan kontrak antara individu. Farma
memperluas pandangan penghubung kontrak ini dengan mencakup baik
pasar modal maupun pasr untuk tenaga kerja manajerial.
2. Dengan adanya perspektif penghubung kontrak terhadap perusahaan ini,
teori biaya kontrak melihat peran informasi akuntansi sebagai pengamat
dan penegak atas kontrak-kontrak ini untuk menurunkan biaya agensi dari
konflik kepentingan tertentu. Satu konflik yang mungkin muncul adalah
konflik kepentingan antara pemegang obligasi dan pemegang saham dari
perusahaan terhadap utang yang ada. Dalam kejadian seperti ini keputusan
yang menguntungkan pemegang saham tidaklah harus selalu keputusan
yang terbaik bagi kepentingan pemegang obligasi. Hal ini mungkin
meminta perjanjian pemberian pinjaman untuk mendefinisikan aturan
perhitungan guna menghitung angka-angka akuntansi dengan tujuan
perjanjian yang terbatas.

Sejauh mana pilihan akuntansi mempengaruhi kesejahteraan kontrak bergantung


pada besaran relatif dari biaya kontrak. Biaya kontrak ini mencakup:
1. Biaya transaksi (contoh biaya komisi perantara)
2. Biaya agensi (contoh biaya pemantauan, biaya obligasi, dan kerugian sisa
akibat keputusan yang disfungsional)
3. Biaya informasi (contoh biaya untuk memperoleh informasi)
4. Biaya negosiasi ulang (misalnya biaya penulisan kembali kontrak yang ada
ketika kontrak dianggap telah tidak sesuai dengan beberapa peristiwa yang
tidak dapat diperkirakan)
5. Biaya kepailitan (contoh biaya hukum untuk memailitkan dan biaya
keputusan yang disfungsional)

Pesan dasar yang selanjutnya menjadi dikenal sebagai Kelompok Akuntansi


Rochester adalah hampir semua teori akuntansi tidak bersifat keilmuan karena
ia bersifat normatif dan harus diganti dengan teori positif yang menjelaskan
praktek akuntansi aktual dalam bentuk pilihan bebas manajemen terhadap
prosedur akuntansi dan bagaimana standar peraturan telah berubah dari waktu
ke waktu.
Teori akuntansi positif berkembang seiring kbutuhan untuk menjelaskan dan
memprediksi realitas praktek-praktek akuntansi yang ada di dalam masyarakat.
Teori akuntansi positif berusaha untuk menjelaskan fenomena akuntansi yiang
diamati berdasarkan pada alas an-alasan yang menyebabkan terjadinya suatu
peristiwa. Dengan kata lain, Positive Accounting Theory (PAT) dimaksudkan
untuk menjelaskan dan memprediksi konsekuensi yang terjadi jika manajer
menentukan pilihan tertentu. Penjelasan dan prediksi dalam PAT didasarkan pada
proses kontrak (contracting process) atau hubungan keagenan (agency
relationship) antara manajer dengan kelompok lain seperti investor, kreditor,
auditor, pihak pengelola pasar modal dan institusi pemerintah (Watts dan
Zimmerman, 1986).
PAT lebih bersifat deskriptif bukan preskiptif. Tidak seperti teori normative yang
didasarkan pada prems bahwa manajer akan memaksimumkan laba atau
kemakmuran untuk kepentingan perusahaan , teori positif didasarkan pada
premis bahwa individu selalu bertindak atasdasar motivasi pribadi (self seeking
motives) dan berusaha memaksimumkan keuntungan pribadi. Watts dan
Zimmerman berpendapat bahwa premis maksimisasi laba dalam konteks teori
normatif tidak terbukti dan jauh dari bukti empiris.

Kritik utama mereka terhadap teori normative adalah teori tersebut didasarkan
pada pertimbangan nilai (value judgment). Watts dan Zimmerman berpendapat
bahwa perumusan teori harus betul-betul bebas pertimbangan nilai dan
menekankan pada kebutuhan akan penekatan baru.hal ini dapat dilihat dalam
pernyataan mereka sebagai berikut :

Tujuan dari teori akuntansi positif adalah untuk menjelaskan dan memprediksikan
praktek akuntans. Penjelasan berarti memberikan alas an-alasan terhadap
praktek yang diamamti. Misalnya, teori akntansi positif berusaha menjelaskan
mengapa perusahaan tetap menggunakan akuntansicost histories dan mengapa
perusahaan tertentu mengubah taktik akuntansi mereka. Predisi terhadap praktik
akuntansi berarti teori berusaha memprediksi fenomena yang belum diamati.

Pendekatan positif atau empirik berkaitan dengan usaha menguji atau


menghubungkan kembali hipotesis atau teori dengan pengalaman atau fakta-
fakta dunia nyata. Penelitina kauntansi positif difokuskan pada pengujian empiric
terhadap asumsi-asumsi yag dibuat oleh teori akuntansi normative. Misalnya
dengan menggunakan kuesioner dan teknik survey lainnya, peneliti akan menguji
sikap manajer terhadap manfaat metode atau teknik akuntansi tertentu.
Pendekatan khusu dapat dilakukan dengan cara mensurvey
pendapatanpendapatan analisis keuangan, manajer bank atau akuntan terhadap
tugas atau kasus tertentu yang dibuat peneliti (misalnya prediksi kebangkrutan,
keputusan membeli atau menjual saham, dll).
Pendekatan lain yang dapat digunakan adalah dengan menguji arti penting output
akuntansi di pasar. Dengan demikian teori akuntansi positif memiliki focus
ekonomi dan berusaha menjawab pernyataan seperti :
Apakah biaya yang dikeluarkan untuk memeilih metode akuntansi sesuai
dengan manfaat yang diperoleh?
Apakah biaya regulasi da proses penentuan standar akuntansi sesuai dengan
manfaatnya?
Apakah laporan keuangan berpengaruh terhadap saham?
Untuk menjawab pernyataan tersebut teori akuntansi positif menggunakan
asumsi sebagai berikut :
Manajer, investor, kreditor, dan individu lain bersifat rasional dan berusaha
memaksimumkan kepuasan.
Manajer memiliki kebebasan untuk memilih metode akuntansi yang
memaksimumkan kepuasan mereka atau mengubah kebijakan produksi, investasi
dan pendanaan perusahaan untuk memaksimukan kepuasan mereka.
Manajer mengambil tindakan yang memaksimumkan nilai perusahaan.
Atas dasar pernyataan dan asumsi tersebut teori akuntansi positif berusaha
menguji tiga hipotesis sebagai berikut :

Hipotesis Rencana Bonus (Bonus Plan Hypothesis)


Manajer perusahaan dengan bonus tertentu cenderung lebih menyukai metode
yang meningkatkan laba periode berjalan. Pilihan tersebut diharapkan dapat
meningkatkan nilai sekarang bonus yang akan diterima seandainya komite
kompensasi dari dewan direktur tidak menyesuaikan dengan metode yang dipilih
(Watts dan Zimmerman, 1990)

Hipotesis hutang atau ekuitas (Debt/Equity Hypothesis)


Makin tinggi rasio hutang atau ekuitas perusahaan mkin besar kemungkinan bagi
manajer untuk memilih metode akuntansi yang dapat menaikkan laba. Makin
tinggi rasio hutang atau ekuitas makin dekat perusahaan dengan batas perjanjian
atau peraturan kredit (Kalay, 1982). Makin tinggi batasan krdit makin besar
kemungkinan penyimpangan perjanjian kredit dan pengeluaran biaya. Manajer
akan memiliki metode akuntansi yang dapat menaikkan laba sehingga dapat
mengendurkan batasan kredit dan mengurangi biaya kesalahan teknis (Watts dan
Zimmerman, 1990).

Hipotesis Cost Politik (Political Cost Hypothesis)


Perusahaan besar cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat
mengurangi laba periodik disbanding perusahaan kecil. Ukuran perusahaan
merupakan ukuran variable proksi (proxsy) dan aspek politik. Yang mendasari
hipotesi ini adalah asumsi bahwa sangat mahalnya nilai informasi bagi individu
untuk menentukan apakah laba akuntansi betul-betul menunjukkan monopoli
laba. Di samping itu, sangatlah mahal bagi individu untuk melaksanakan kontrak
dengan pihak lain dalam proses politik dalam rangka menegakkan aturan hokum
dan regulasi, yang dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Dengan demikian
individu yang rasional cenderuang memiliki untuk tidak mengetahui informasi
yang lengkap. Proses politik tidak beda jauh dengan proses pasar. Atas dasar
cost informasi dan cost monitoring tersebut, manajer memiliki insentif untuk
memiliki laba akuntansi tertentu dalam proses politik tersebut (Watts dan
Zimmerman, 1990).

Tiga hipotesis di atas menunjukkan bahwa PAT mengakui adanya tiga hubungan
keagenan :

1) Manjemen dengan pemilik


2) Manajemen dengan kreditor
3) Manajemen dengan pemerintah
Kehadiran pendekatan positif telah memeberikan sumbangan yang berari bagi
pengembangan akuntansi. Menurut Watts dan Zimmerman (1990) PAT telah
memberikan konstribusi pengembangan akuntansi misalnya :
Menghasilkan pola sistematik dalam pilihan akuntansi dan membrikan
penjelasan spesifik terhadap pola tersebut.
Memberikan kerangka yang jelas dalam memahami akuntansi.
Menunjukkan peran utama contracting cost dalam teori akuntansi.
Menjelaskan mengapa akuntansi dijelaskan dan memberikan kerangka dalam
memprediksi pilihan-pilihan akuntansi.
Mendorong riset yang relevan dengan akuntansi dengan menekankan pada
prediksi dan penjelasan terhadap fenomena akuntansi.

Pada saat sekarang teori positif menekankan pada penjelasan alasan-alasan


terhadap praktek berjalan dan prediksi terhadap peranan akuntansi dan informasi
terkait dalam kepuaan-kepuasan ekonomi individu, perusahaan, dan pihak yang
lain yang berperan dalam kegiatan pasar modal dan ekonomi. Meskipun
demikian, asumsi yang melandasi proyek penelitian positif tersebut banyak
dikritik karena pendukung teori positif menggunakan penolakan alternative alias
pemikiran yang lain.

Artinya, yeori positif tidak bebas dari pertimbangan nilai atau implikasi
preskriptif. Hal ini disebabkan pertimbangan nilai yang bersifat implicit seringkali
melandasi atau mempengaruhi bentuk dan isi penelitian yang dilakukan. Peneliti
tidak dapat menghindari unsur bias dalam semua penelitian yang dilakukan.
Dengan demikian unsur bias, jelas menunjukkan perwujudan orientasi dari
peneliti tersebut.

Anda mungkin juga menyukai